Anda di halaman 1dari 2

D.

Penegakan Diagnosis Konvensional


Penegakan diagnosis gangguan orgasmus bagi pria maupun wanita menurut American
Psychiatric Association pada tahun 2013 adalah sebagai berikut:
a. Anamnesis
Melalui anamnesis, didapatkan riwayat depresi dan kecemasan, serta gangguan
seksual dan gangguan hubungan suami istri. Pada anamnesis, dokter perlu
menanyakan detail aktivitas seksual, status komitmen, preferensi seksual, jumlah
pasangan, serta frekuensi dan kualitas performa seksual (American Psychiatric
Association, 2013).
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pasien gangguan orgasmus primer, tidak akan dijumpai kelainan dalam
pemeriksaan jantung, pelvis, dan neurologis. Biasanya pemeriksaan status mental
pasien gangguan orgasmus primer menunjukkan batas normal. Namun dapat pula
dijumpai gangguan mood ringan, kecemasan, dan depresi (American Psychiatric
Association, 2013).
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan yang harus dilakukan antara lain :
1) darah lengkap
2) panel kimiawi serum (elektrolit, blood urea nitrogen, kreatinin, glukosa, dan
fungsi hepar)
3) panel hormonal (hormone thyroid, estradiol, FSH, LH, prolactin, dan testosteron),
4) kadar folat dan kadar vitamin B-12
5) pemeriksaan

pH

vagina

dan

fungsi

vaskular

lokal

menggunakan

photoplethysmography dan vagina thermal clearance. Pemeriksaan ini dilakukan


untuk menyingkirkan gangguan sistemik lainnya

(American Psychiatric

Association, 2013).
E. Penegakan Diagnosis Terbaru
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) V tahun
2013 didapatkan kriteria diagnosis untuk gangguan orgasmus wanita sebagai berikut:
1) Hambatan persisten atau rekuren, atau ketiadaan orgasme setelah fase eksitasi
seksual normal. Wanita membutuhkan berbagai macam intensitas atau tipe
stimulasi yang dapat memicu orgasme. Diagnosis gangguan orgasmus harus
didasarkan penilaian klinisi bahwa kapasitas orgasme wanita kurang dari yang

seharusnya dimiliki dan tidak sesuai dengan usia, pengalaman seksual, dan jumlah
stimulasi seksual yang diterima (American Psychiatric Association, 2013).
2) Gangguan orgasmus dapat menyebabkan kesulitan dan gangguan hubungan
interpersonal (American Psychiatric Association, 2013).
3) Disfungsi orgasmus tidak sesuai dengan gangguan Axis I lainnya (kecuali
disfungsi seksual) dan tidak disebabkan oleh efek fisiologis kondisi medis umum
maupun efek langsung suatu substansi tertentu (misalnya penyalahgunaan obatobatan maupun medikasi lainnya) (American Psychiatric Association, 2013).
Sedangkan kriteria diagnostik gangguan orgasmus pada pria menggunakan DSM IV,
antara lain:
1) Penundaan atau tidak adanya orgasme, yang terjadi berulang atau menetap setelah
fase gairah seksual normal saat aktivitas seksual yang oleh klinisi diperhitungkan
menurut usia orang sebagai adekuat dalam fokus, intensitas, dan durasinya
(American Psychiatric Association, 2013).
2) Gangguan ini menimbulkan penderitaan yang nyata atau kesulitan interpersonal
(American Psychiatric Association, 2013)..
3) Disfungsi orgasme tidak lebih mungkin disebabkan oleh gangguan aksis I lain
(kecuali disfungsi seksual lain) dan tidak hanya disebabkan efek fisiologis
langsung suatu zat (contoh penyalahgunaan obat, pengobatan) atau keadaan medis
umum (American Psychiatric Association, 2013)..
Pada gangguan orgasmus pria maupun wanita, kita dapat menentukan tipenya (tipe
seumur hidup maupun tipe didapat) dan menentukan faktornya (faktor psikologis
maupun kombinasi faktor).

DAFTAR REFERENSI
American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders. Fifth Edition. Arlington, VA: American Psychiatric Association; 2013:429-32.

Anda mungkin juga menyukai