Anda di halaman 1dari 36

BAB III

TINJAUAN KHUSUS
RUMAH SAKIT TNI-AL Dr. MINTOHARDJO

A.

Sejarah
Rumah sakit TNI AL Dr. Mintohardjo sebelumnya perawatan sementara
yang merupakan poliklinik dinas kesehatan Komando Daerah Maritim
Djakarta (KDMD). Pada tahun 1957 dibangun rumah sakit dengan nama
Rumah Sakit Angkatan Laut Djakarta (RSALD) dan diresmikan pada tanggal
1 Agustus 1957.
Dengan beberapa kali pergantian pimpinan TNI AL dan pimpinan
RSALD serta sejalan dengan perkembangan negara Indonesia, cikal bakal ini
menjelma pada tanggal 15 Mei 1974 menjadi RSAL Dr. Mintohardjo yang
mempunyai UGD, poliklinik-poliklinik: umum, spesialis dan sub spesialis
serta Kesehatan Udara Bertekanan Tinggi yang satu-satunya di Jakarta.
Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo merupakan unit pelaksana teknis
DISKESAL (Dinas Kesehatan Angkatan Laut) yang bertugas melaksanakan
dukungan dan pelayanan kesehatan bagi anggota TNI AL dan keluarganya.
Rumah sakit ini dilengkapi juga dengan bagian uji kesehatan (medical
check up) yang ditunjang unit rawat inap dan unit-unit penunjang lainnya.
Untuk menjamin mutu pelayanan, telah terakreditasi sejak tahun 1998.
Kesehatan merupakan modal atau kekayaan yang paling penting dan berharga.

29

Kesehatan dan fasilitasnya begitu penting bagi setiap insan sehingga perlu
ditingkatkan.
Rumkital Dr. Mintohardjo merupakan rumah sakit rujukan wilayah
Indonesia bagian barat khususnya untuk anggota TNI beserta keluarga.
Sebagai RSU tipe B, Rumkital Dr. Mintohardjo bertanggung jawab kepada
Dinas Kesehatan Angkatan Laut (DISKESAL) dan negara. Tugas utamanya
adalah melakukan pelayanan kesehatan baik anggota TNI beserta keluarga
maupun masyarakat umum serta dimanfaatkan guna kepentingan pendidikan
calon dokter, calon apoteker, calon sarjana kesehatan masyarakat, calon
asisten apoteker, calon perawat, calon ahli gizi, calon radiolog, dan lain-lain.

B.

Visi, Misi, Motto dan Falsafah


1. Visi
Menjadi rumah sakit rujukan TNI Angkatan Laut wilayah barat yang
bermutu, dicintai anggota, keluarga dan masyarakat.
2. Misi
a. Membina dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia.
b. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu.
c. Memberikan dukungan kesehatan.
3. Motto
Lebih Peduli dan Terpercaya.
4. Falsafah
Melayani dengan niat mulia, hati ikhlas dan senyum

30

Pengertiannya :
Melayani dengan Niat Mulia : Kita melayani pasien karena kehandak
Tuhan Yang Maha Esa.
Melayani dengan Hati Ikhlas : Diharapkan kita dapat melayani dengan
perasaan hati yang ikhlas dan tanpa pamrih memperhatikan keluhan pasien
dan dapat membantu apa yang dibutuhkan pasien.
Melayani dengan Senyum : Diharapkan kita dapat menyapa pasien dengan
penuh keramahan, kekeluargaan tanpa membedakan latar belakang pasien.
Jangan melihat siapa yang datang tapi sambutlah kedatangannya.

C.

Struktur Organisasi Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo


Rumkital Dr. Mintohardjo diketuai oleh seorang Kepala Rumah Sakit
(Karumkit) yang berpangkat Kolonel Laut dan dibantu oleh 2 (dua) Wakil
yaitu Wakil Kepala Bidang Pembinaan (Wakabin) dan Wakil Kepala Bidang
Medis (Wakamed) yang berpangkat Kolonel.
Karumkital juga membawahi tiga bidang pelayanan yaitu sekretariat,
satma dan pekas. Rumkital Dr. Mintohardjo memiliki 11 (sebelas)
departemen unsur pelaksana antara lain: Dep. Kesehatan Keangkatanlautan
(Kesla), Dep. Gigi dan Mulut (Gilut), Dep. Bedah, Dep. Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA), Dep. Penyakit Dalam (Kitlam), Dep. Saraf Jiwa dan Rehabilitasi
(Saware), Dep. Kulit Mata dan Telinga (Kutema), Dep. Penunjang Klinis
(Jangklin), Dep. Keperawatan (Wat), Dep. Farmasi (Far), dan Dep.

31

Pengembangan Pendidikan dan Latihan (Bangdiklat) yang masing-masing


memiliki sub departemen dengan tugas dan tanggung jawab yang berbeda.

D. Pelayanan Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo


Pelayanan yang dapat diberikan oleh Rumah Sakit TNI Angkatan Laut
Dr. Mintohardjo Jakarta, terdiri dari :
1. Pelayanan Gawat Darurat
Pelayanan Gawat Darurat merupakan pelayanan 24 jam yang tersedia di
Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo Jakarta, berlokasi di gedung
Unit Gawat Darurat, disisi utara rumah sakit berhadapan dengan
Hyperbaric Center. Dalam menjalankan kegiatan medis dan non medis,
unit gawat darurat dilayani oleh tenaga profesional, terdiri dari dokter
umum, paramedis dengan berbagai kualifikasi kegawat daruratan serta
dokter spesialis dan sub spesialis yang terkait dengan pelayanan Unit
Gawat Darurat.
Fasilitas pelayanan UGD meliputi:
a.

Emergensi 24 jam

b.

Disaster

c.

Observasi

d.

Bedah minor

e.

Kasus non emergensi diluar poliklinik

f.

Lain-lain

32

2. Administrasi Medis
Data diri dan status kesehatan dicatat di bagian ini secara
komputerisasi dan akan memudahkan dalam mendapatkan informasi
kesehatan yang dibutuhkan.
3. Unit Rawat Jalan
Unit Rawat Jalan RSAL Dr. Mintohardjo mempunyai 2 gedung
berlantai 3. Berbagai poliklinik spesialis dan sub spesialis, siap
memberikan pelayanan.
Gedung unit rawat jalan A lantai I dan II menampung poliklinik :
a.

Poliklinik Bedah.

b.

Poliklinik Bedah Orthopedi.

c.

Poliklinik Bedah Urologi.

d.

Poliklinik Bedah Plastik.

e.

Poliklinik Anak.

f.

Poliklinik Ibu dan Anak.

g.

Poliklinik Akupunktur.

h.

Poliklinik KB/Kebidanan dan Penyakit Kandungan.

i.

Poliklinik Jantung.
Gedung unit rawat jalan B lantai I dan II menampung poliklinik :

a. Poliklinik Penyakit Dalam.


b. Poliklinik Alergi.
c. Poliklinik Syaraf.
d. Poliklinik Jiwa.

33

e. Poliklinik Gigi dan Mulut.


f. Poliklinik Mata.
g. Poliklinik THT.
h. Poliklinik Paru-paru.
i. Poliklinik Kulit dan Kelamin.
j. Poliklinik Gizi.
k. Optik.
4. Unit Rawat Inap
Penderita yang memerlukan rawat inap dapat dilayani sesuai dengan
kemampuan dan dilengkapi dengan fasilitas TV, AC, telepon, air panas
atau dingin, dan lain-lain. Fasilitas rawat inap terdiri dari ruangan VIP,
kelas I, kelas II, kelas III dan ruangan anak dan bayi.
Nama-nama ruang rawat inap di RS TNI AL Dr. Mintohardjo yaitu :
a. Bedah : Salawati, Sibatik, Marore Pav. Anggrek, Bintan.
b. Penyakit Lambung : Sangeang, Tarempa, Pagai.
c. Saraf, Jiwa dan Rehabilitasi : Numfor, Bengkalis.
d. KIA : Bunyu.
e. Ruang kelas I : Marore, Melati, Selayar.
f. Ruang kelas II : Bintan.
g. VIP : Pav. Anggrek.
h. ICU : Sayang.

34

5. Pelayanan Rawat Intensif


Perawatan rawat intensif RSAL Dr. Mintohardjo diperuntukkan
bagi pasien yang dalam keadaan sakit berat, dikoordinir oleh dokter
anestesi khusus intensif care. Pelayanan perawatan intensif ini merupakan
intensif care unit tersier, karena mampu memberikan pelayanan tertinggi
dan tunjangan hidup dalam jangka panjang, meliputi :
a. Melakukan pemantauan secara terus-menerus
b. Memberikan terapi intensif
c. Menegakkan diagnosa pada keadaan kritis
d. Memberikan bantuan alat penunjang hidup
e. Memberikan tunjangan renal plus pemantauan kardiovaskular
f. Memiliki dukungan laboratorium dan radiologi 24 jam.
Kapasitas tempat tidur perawatan intensif RSAL Dr. Mintohardjo
berjumlah 10 tempat tidur.
6. Hyperbaric Center (Kamar Udara Bertekanan Tinggi)
Terapi Oksigen Hyperbaric Chamber adalah suatu cara pengobatan
dimana pasien masuk pada suatu ruangan yang dinamakan KUBT (Kamar
Udara Bertekanan Tinggi) kemudian diberi tekanan lebih besar dari
tekanan udara normal yaitu lebih dari 1 atm (atmosfir) dan bernafas
dengan oksigen murni (100%).
Terapi KUBT selain untuk terapi pada penyakit akibat penyelaman
juga sangat berguna untuk meningkatkan dan memelihara kebugaran atau
vitalitas dan diyakini bisa menjadikan awet muda. Dalam aplikasi klinis

35

membantu

mempercepat

proses

penyembuhan

berbagai

penyakit,

misalnya: gangren, luka bakar, anemia, kelumpuhan akibat stroke.


7. Medical Check Up
Pemeriksaan kesehatan secara berkala membantu mendeteksi
penyakit secara dini. Pelaksanaan uji badan dilakukan oleh para dokter
spesialis bedah, penyakit dalam, jantung, mata, THT, ditunjang dengan
pemeriksaan laboratorium, USG, Rontgen, Papsmear, Mammografi,
Treatmill dan lain-lain. Dari hasil laboratorium kesehatan akan diketahui
fungsi hati, ginjal, dan lain-lain. Bagian medical check up berada di
gedung Unit Rawat Jalan A lantai III.
8. Pelayanan Medis Spesialis dan Sub Spesialis
Pelayanan ini dilakukan oleh medis spesialis dan sub spesialis
RUMKITAL Dr. Mintohardjo di samping ditangani oleh dokter-dokter
spesialis yang berpengalaman didukung pula oleh peralatan yang modern.
Kasus-kasus yang ditangani antara lain:
a.

Bedah umum

b.

Bedah ortopedi, bedah urologi, bedah syaraf, bedah plastik

c.

Penyakit dalam

d.

Spesialis Gigi dan Mulut

e.

Kebidanan dan Kandungan

f.

Kesehatan anak

g.

Kulit dan kelamin

h.

Alergi

36

i.

Syaraf

j.

Jiwa

k.

Mata

l.

Paru

m.

Jantung

n.

THT

o.

Akupuntur

9. Fisioterapi
Unit rehabilitasi medis atau fisioterapi dengan alat yang cukup
memadai dan ruangan latihan yang luas.
10. Penunjang Klinis
Untuk mencapai hasil yang maksimal dibutuhkan diagnosa yang
tepat. Untuk itu diperlukan bagian penunjang klinis guna membantu
menegakkan diagnosa.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Whole body CT scan


Radiologi
Mammografi
Ultrasonografi (USG)
Endoskopi
Elektro Encephalografi (EEG)
Laboratorium klinik atau patologi klinik
Patologi anatomi
Gizi
ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripter) alat penghancur
batu ginjal

11. Hemodialisa (Cuci Darah)


Para penderita gagal ginjal harus menjalani cuci darah secara rutin
maka dibuat unit hemodialisa.

37

12. Aesthetic Center


Aesthetic center RSAL Dr. Mintohardjo memberikan pelayanan
one stop service untuk berbagai penyakit kulit pada umumnya dan
menjaga kesehatan kulit dengan pengobatan dari luar serta melakukan
proses peremajaan kulit. Dalam pelayanannya Aesthetic center terintegrasi
dengan berbagai dokter spesialis kulit dan kelamin, bedah plastik,
hyperbaric, kebidanan dan kandungan, penyakit dalam, bedah mulut dan
orthodentist serta saraf.

E.

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS)


Tujuan dari Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
(PPIRS) RSAL Dr. Mintohardjo terbagi 2 yaitu :
a.

Tujuan umum: Meningkatkan pengetahuan


dan

pemahaman

tentang

konsep

dasar

pengendalian

infeksi

nosokomial.
b.

Tujuan khusus: Peserta mampu memahami


dan menjalaskan pengendalian infeksi nosokomial dan upaya
pencegahan infeksi.
Program PPIRS yaitu kewaspadaan infeksi, surveilens, pendidikan

dan

pelatihan,

kebijakan

penggunaan

antibiotika

yang

rasional,

pencegahan dan pengendalian infeksi dan juga kesehatan karyawan.


F.

Departemen Farmasi Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo


1. Struktur Organisasi

38

Departemen Farmasi (Depfar) di rumah sakit merupakan instalasi


yang memegang peranan sangat penting mengingat perannya berhubungan
langsung dengan kualitas hidup pasien yang berkaitan dengan obat. Fungsi
Departemen di rumah sakit merupakan gabungan dari berbagai fungsi
organisasi produksi, fungsi organisasi pengembangan dan organisasi
pelayanan/jasa yang saling mendukung dan terpisahkan satu dengan yang
lain. Sebagai suatu organisasi produksi Depfar, memastikan terapi obat
yang efektif dan rasional, serta mengadakan pengendalian penggunaan dan
sistem distribusi obat yang efektif dan akurat bagi seluruh pasien.
Kepala Departemen Farmasi membawahi lima sub departemen yaitu:
Subdep. Pembinaan Farmasi, Subdep. Apotek, Subdep. Alat Kesehatan,
subdep. Farmasi Klinik, Subdep. Pengendalian Farmasi. Masing-masing
sub dapartemen membawahi seksi-seksi dengan tugas dan tanggung jawab
yang berbeda.

2. Tugas dan Kewajiban Kepala Departemen Farmasi (Kadepfar)


Tugas dan Kewajiban Kadepfar di RSAL Dr. Mintohardjo adalah:
a. Merumuskan, menyusun dan menyiapkan kebijakan dalam kegiatan
rumah sakit.
b. Menyusun

dan

menyiapkan

petunjuk-petunjuk

pelaksanaan kegiatan bidang farmasi.

39

dalam

rangka

c. Merencanakan, mengkoordinasi, dan mengendalikan penyelenggaraan


program bidang farmasi, menyelenggarakan fungsi staf dalam
pembinaan kefarmasian di lingkungan rumah sakit atas dasar
pengembangan ilmu dan teknologi masing-masing sub departemen.
d. Merencanakan kebutuhan biaya operasional bidang farmasi dan
kebutuhan pengadaan peralatan dan bekal kesehatan yang menjadi
ruang lingkupnya.
e. Menyelenggarakan pengumpulan, pengolahan pemeliharaan serta
penyimpanan data yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan
pembinaan farmasi rumah sakit.
f. Melaksanakan koordinasi dengan unsur, badan dan instansi lain baik
didalam maupun di luar rumah sakit untuk kepentingan pelaksanaan
tugasnya sesuai tingkat dan lingkup kewenangannya.
g. Mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan program
kefarmasian guna menjamin pencapaian tujuan sasaran programnya
secara berhasil guna dan berdaya guna.
h. Mengajukan saran dan pertimbangan kepada pimpinan rumah sakit
khususnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan bidang
tugasnya.
3. Tugas dan Kewajiban Sub Departemen
Tugas dan kewajiban Sub Departemen adalah membantu depfar
dalam penyelenggaraan kegiatan dukungan, pelayanan, pendidikan,
penelitian dan pengembangan di bidang ilmu penyakit umum serta

40

pelaksanaan pembinaan personel dan material yang ada di lingkungan


Subdepnya. Tugas masing-masing SubDep sebagai berikut:
a. Sub Departemen Pembinaan Farmasi
1) Menyusun, meyiapkan dan merawat petunjuk-petunjuk tentang
prosedur pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan distribusi serta
penghapusan peralatan dan bekal farmasi.
2) Menyelenggarakan kegiatan diskusi, penataran, ceramah, dan
pendidikan dalam rangka meningkatkan ilmu dan keterampilan
personel medik dan para medik di lingkungan depfar tentang ilmu
farmasi khususnya mengenai pengetahuan tentang obat dan
khasiatnya.
3) Ikut berperan serta dalam pemeliharaan efek samping obat.
4) Menyelenggarakan

pengumpulan

dan

pengolahan

data

kemungkinan terjadi toksisitas, interaksi, stabilitas yang terganggu


dan inkompatibilitas sebagai akibat pemakai obat.
5) Ikut berperan serta dalam komisi terapi dalam rangka penyusunan
formularium rumah sakit.
6) Ikut berperan serta dalam kegiatan Drug Utilization Review
khususnya kegiatan Drug User Review.
7) Membantu pelaksanaan pembinaan personel medik, para medik
dan non medik yang berada dibawah sub departemennya sesuai
dengan pola pembinaan personel yang berlaku.

41

8) Membantu pelaksanaan pembinaan material medik maupun non


medik sedemikian rupa sehingga dalam keadaan siap pakai, dengan
jalan menyiapkan rencana kebutuhan pemeliharaan, penggunaan
dan penghapusan pada waktunya.
9) Menyelenggarakan koordinasi dan kerja sama dengan unsur, badan
dan instansi lain di dalam maupun di luar rumah sakit untuk
kepentingan pelaksanaan tugas kewajibannya sesuai tingkat dan
lingkup kewenangannya.
b. Sub Departemen Apotek
1) Menyelenggarakan

kegiatan

dukungan

kesehatan

berupa

pengadaan dan penyiapan obat-obatan bagi penderita akibat


pelaksanaan kegiatan operasi dan latihan satuan operasional.
2) Menyelenggarakan kegiatan obat-obatan bagi penderita-penderita
rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat.
3) Melaksanakan kegiatan promotif dan preventif melalui penyuluhan
bidang farmasi terhadap penderita rawat jalan dan rawat inap (drug
information).
4) Melaksanakan kegiatan penyaluran bekal kesehatan untuk unit-unit
perawatan dan unit-unit pendukung.
5) Ikut berperan serta sebagai konsultan dalam pemeliharaan dan
pemakaian obat-obatan (drug consultant).

42

6) Membatu pelaksanaan pembinaan personil medik, paramedik dan


non medik yang berada dibawah sub departemennya sesuai dengan
pola pembinaan personil yang berlaku.
7) Membantu pelaksanaan pembinaan material medik maupun non
medik sedemikian rupa sehingga dalam keadaan siap pakai dengan
jalan menyiapkan rencana kebutuhan, pemeliharaan, penggunaan
dan penghapusan pada waktunya.
8) Menyelenggarakan koordinasi dan kerja sama dengan unsur, badan
dan instansi lain di dalam maupun di luar rumah sakit untuk
kepentingan pelaksanaan tugas kewajibannya sesuai tingkat dan
lingkup kewenangannya.
Dalam usaha memberikan pelayanan kefarmasian secara
langsung pada pasien yang dilakukan di apotek, RSAL Mintohardjo
menyediakan tiga buah apotek yaitu:

1) Apotek Dinas
Apotik dinas rawat jalan ini melayani pasien dinas TNI AL. beserta
keluarganya dan TNI non AL. beserta keluarganya.
2) Apotek Yanmasum
Untuk melayani pasien umum, biaya obat ditanggung sepenuhnya
oleh pasien.
3) Apotek Askes

43

Untuk melayani pasien peserta askes, pensiunan TNI dan PNS.


c. Sub Departemen Pengendalian Farmasi
1) Menyelenggarakan kegiatan penyusunan konsep buku dasar
perbendaharaan sebagai dasar untuk mengendalikan material
kesehatan khususnya peralatan kesehatan baik pengendalian bidang
pengadaan, distribusi maupun pengendalian pemeliharaan dan
penghapusan.
2) Melaksanakan kegiatan pengendalian dan pengawasaan bidang
pengadaan, penyimpanan dan penyaluran bekal kesehatan.
3) Menyusun dan menyiapkan perkiraan kebutuhan bekal kesehatan.
4) Membantu menyiapkan perkiraan kebutuhan bekal kesehatan.
5) Menyelenggarakan produksi preparat-preparat standar baik steril
maupun non steril sesuai dengan formularium rumah sakit.
6) Melaksanakan

kegiatan

penerimaan,

penyimpanan

dan

pemeliharaan material kesehatan dan menyalurkan ke unit-unit


distribusi.
7) Melaksanakan kegiatan produksi perlengkapan steril untuk
keperluan tindakan intervensi bedah dan bedah.
8) Membantu pelaksanaan pembinaan material medik maupun non
medik sedemikian rupa sehingga dalam keadaan siap pakai dengan
jalan menyiapkan rencana kebutuhan pemeliharaan, penggunaan
dan penghapusan pada waktunya.

44

9) Menyelenggarakan koordinasi dan kerja sama dengan unsur, badan


dan instansi lain didalam maupun diluar rumah sakit untuk
kepentingan pelaksanaan tugas kewajinannya sesuai tingkat dan
lingkup kewenangannya.
d. Sub Departemen Farmasi Klinik
Dalam

melaksanakan

kewajibannya

bertanggung

jawab

kepada kepala departemen farmasi.


Tugas dan fungsi kasubdep farmasi klinik:
1) Memastikan tiap pasien menerima terapi obat yang tepat dan sesuai
dengan individu.
2) Berkontribusi untuk menetapkan manfaat terhadap terapi obat bagi
pasien.
3) Berinteraksi secara bertanggung jawab dengan semua profesional
kesehatan di rumah sakit.
4) Memberikan edukasi pada pasien dan profesional kesehatan untuk
5)
6)
7)
8)

meningkatkan penggunaan obat yang aman, efektif dan tepat


Meningkatkan penggunaan obat yang rasio biaya efektif optimal
Melakukan penelitian obat bekerja sama dengan kasubdep lain
Memperoleh informasi untuk menyempurnakan praktek
Mengevaluasi pekerjaan farmasi klinik, mengidentifikasi dan
memperbaiki setiap kekurangan.
Kasubdep farmasi klinik dikepalai oleh seorang apoteker

berpangkat Letnan Kolonel dan membawahi :


1) Kepala seksi Pelayanan Langsung

Melaksanakan

kepedulian

farmasi

yaitu

penyediaan

pelayanan langsung dan bertanggung jawab yang berkaitan dengan

45

obat, untuk pencapaian hasil yang meningkatkan mutu kehidupan


pasien.
a) Urusan Sitostatika:
i. Penyediaan pelayanan dan penanganan sitostatika
ii. Melaksanakan pencampuran obat sitostatika pada ruangan
yang sesuai serta melengkapi dengan alat pelindung diri
iii. Melaksanakan pencampuran obat sitostatika dengan teknik
penyediaan yang benar.
iv. Melaksanakan informasi teknik pemberian obat yang
benar kepada perawat.
b) Urusan Sistem Informasi Obat:
Dalam struktur organisasi ini termasuk didalamnya visite
(ronda) apoteker. Informasi obat untuk pasien, perawat,
apoteker dan dokter serta profesional kesehatan yang lain.
Tugas apoteker dalam sistem informasi obat:
i. Apoteker melaksanakan visite (ronda) diruang perawatan
untuk peningkatan terapi obat yang rasional, penyediaan
informasi obat dan edukasi pasien serta profesional
kesehatan.
ii. Apoteker melaksanakan informasi obat kepada penderita
rawat jalan maupun penderita rawat inap, mencakup aspek
obat yang diperlukan.
iii. Apoteker melaksanakan informasi obat kepada perawat
untuk menunjang penyampaian/distribusi obat, mengamati
reaksi obat yang merugikan serta mendengar keluhan
pasien. Informasi obat kepada penderita bersifat praktis
dan ringkas. Wawancara sejarah penggunaan obat pasien
menunjang pengobatan pasien.

46

iv. Apoteker melaksanakan informasi obat kepada dokter


dalam

proses

penggunaan

obat

pasien.

Informasi

disesuaikan dengan kebutuhan dokter.


v. Apoteker melaksanakan informasi obat kepada kelompok,
tim, kepanitiaan dan peneliti di rumah sakit.
vi. Apoteker melaksanakan informasi obat untuk sesama
apoteker.
vii. Apoteker memberi konseling kepada pasien.
2) Kepala seksi Pelayanan Tidak Langsung

Kegiatan ini merupakan pelayanan farmasi klinik tidak


langsung kepada penderita, tetapi melewati program rumah sakit
menyeluruh. Tanggung jawabnya meliputi:
a) Urusan Panitia Farmasi dan terapi :
i. Apoteker ikut berperan serta dalam panitia farmasi dan
terapi yang utama sebagai sekretaris
ii. Apoteker juga motor penggerak pelaksanaan sistem
formularium rumah sakit
iii. Apoteker berperan serta terlibat dalam kepanitiaan di
rumah sakit.
b) Urusan Pemantauan Terapi Obat :
i. Apoteker melaksanakan pemantauan terapi obat penderita
untuk memastikan bahwa obat paling efektif, aman dan
terjangkau.
ii. Memberikan rekomendasi kepada professional kesehatan
atas hasil temuan pemantauan terapi obat
iii. Hal lain yang belum dicantumkan disini akan disusulkan
kemudian.
5). Sub Departemen Alat kesehatan

47

Sub Departemen Alat Kesehatan membawahi seksi pengadaan


Alat Kesehatan dan seksi Pemeliharaan Alat Kesehatan. Tugas dan
tanggung jawab Sub Departemen Alat Kesehatan antara lain:
a) Menyusun rencana pengembangan alat kesehatan di rumah sakit.
b) Menyusun jadwal pemeliharaan alat kesehatan secara terpadu.
c) Mengkoordinir pelaksanaan perbaikan alat kesehatan.
d) Menyelenggarakan pembinaan Inventaris Kekayaan Negara alatalat kesehatan rumah sakit.
e) Melaksanakan evaluasi, pencatatan, dan kerjasama dengan unsur,
badan, dan instalasi lain di dalam maupun di luar rumah sakit Dr.
Mintohardjo untuk kepentingan pelaksanaan tugas sesuai tingkat
dan lingkup kewenangannya.

G.

Komite Farmasi dan Terapi (KFT)


Berdasarkan PerMenKes RI nomor: 085/MENKES/PER/1989 tentang
kewajiban menuliskan resep dan atau menggunakan obat generik di fasilitas
pelayanan kesehatan pemerintah serta berdasarkan JUKLAK DIRJEN
YANMED No. 0428 tahun 1989 dan JUKNIS DIRJEN YANMED No. 1467
tahun 1989 tentang pembentukan Komite Farmasi dan Terapi di rumah sakit
maka dibentuklah Komite Farmasi dan Terapi di rumah sakit. KFT di
Rumkital Dr. Mintohardjo.
Tujuan umum dibentuknya Komite Farmasi dan Terapi ini adalah untuk
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dalam bidang obat-obatan atau

48

farmasi. Sedangkan tujuan khususnya adalah memantau atau menjamin


kelancaran pelayanan obat-obatan rumah sakit yang efektif dan efisien.

Tugas KFT RS TNI AL Dr. Mintohardjo adalah :


1.

Membuat

daftar obat standar yang

diperlukan di RSAL dan

mengevaluasinya serta merevisi daftar obat.


2.

Turut memantau pengadaan dan keperluan obat rumah sakit.

3.

Menetapkan kebijakan-kebijakan obat yang ada di Rumkital Mintohardjo.

4.

Mengurus masalah formularium di Rumkital Mintohardjo.

5.

Mengurus bagian study pelaksanaan obat.

6.

Mengkoordinir MESO.
Sedangkan fungsi dari KFT Rumkital Mintohardjo adalah badan yang

membantu pimpinan rumah sakit untuk menetapkan kebijakan menyeluruh


tentang pengelolaan dan penggunaan obat di rumah sakit, meliputi: pemilihan,
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, penggunaan, pemberian,
pemantauan kerasionalan, efektivitas dan keamanan.
KFT Rumkital Mintohardjo mulai melakukan penyusunan formularium
pada tahun 2000 yang kemudian dilakukan revisi pada tahun 2005 dan 2007.
Revisi formularium ini disesuaikan dengan kebutuhan penggunaan obat RS.
Revisi formularium tidak dilakukan setiap tahun hanya disesuaikan dengan
kebutuhan.

49

H.

Kegiatan Manajemen Farmasi Rumah Sakit


1. Perencanaan dan Pengadaan
a.

Perencanaan
Perencanaan pengadaan obat dan material kesehatan di
Rumkital Dr. Mintohardjo dibuat berdasarkan pada pola konsumsi dan
epidemiologi (pola penyakit) bersifat kualitatif, sedangkan anggaran
bersifat kuantitatif. Perencanaan material kesehatan dilakukan setiap
tiga bulan (triwulan) ke depan, yang disusun dua minggu sebelum tiga
bulan (triwulan) berikutnya. Apabila sebelum tiga bulan (triwulan)
sudah habis maka digunakan dana restitusi untuk pembelian dalam
jumlah kecil. Gudang harus melaporkan stok material kesehatan yang
ada sebelum mencapai jumlah minimal untuk mengatasi terjadinya
kekosongan atau kekurangan barang sehingga bisa dikoordinasikan
dengan Penanggung Jawab Keuangan (PJK) untuk melakukan
pengadaan.
Alokasi dana yang diperoleh dapat berasal dari:
1)

Anggaran Rutin (APBN)


1. Dana Pemeliharaan Kesehatan (DPK)
Berasal dari potongan gaji anggota TNI AL sebesar 2% setiap
bulannya. DPK dapat digunakan untuk pembelian material

50

kesehatan maksimal 80% dari total DPK serta untuk pembelian


restitusi obat maksimal 20% dari total DPK.
2. Rutin Bekal Kesehatan (RBK)
Dana ini digunakan untuk pemeriksaan kesehatan rutin para
anggota TNI AL. Dana berasal dari subsidi DPR untuk TNI.
RBK digunakan untuk pembelian Perbekalan Kesehatan Uji
Pemeriksaan Kesehatan (BEKKES URIKES) dan pembelian
material kesehatan yang digunakan untuk pengadaan perbekalan
laboratorium serta rujukan. Dana yang digunakan untuk material
kesehatan sebesar 5% dari total RBK.
2)

Dana Pendapatan Hasil Penggunaan Fasilitas Dinas


(DPHP Fasdin) Merupakan dana yang didapat dari hasil
pemanfaatan fasilitas kepada masyarakat umum/non TNI dan
keluarganya. Dana ini dimanfaatkan untuk peningkatan fasilitas
pelayanan kesehatan dan untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota TNI sebesar 70% dari dana Fasilitas Dinas (Fasdin).

b.

Pengadaan
Di Rumkital Dr. Mintohardjo sistem pengadaan menggunakan 3
sistem yaitu :
1) Pembelian
Dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu :
a) Pelelangan umum
b) Pemilihan langsung
c) Penunjukkan langsung

51

2) Pembuatan atau produksi


Dilakukan untuk memproduksi obat seperti puyer, salep, sirup,
sedangkan untuk yang non-obat misalnya carbol, bayclin, formalin
dan alkohol.
3) Sumbangan/hibah atau dropping
Untuk pengadaan sediaan-sediaan harus menbuat surat pesanan.
Untuk pemesanan psikotropika juga dilakukan dengan surat
pesanan

khusus

psikotropika.

Untuk

pemesanan

narkotika

digunakan surat pesanan narkotika khusus.


2.

Penerimaan
Sistem penerimaan barang di RSAL DR. Mintohardjo dilakukan
oleh tim penerima barang yang terdiri dari personil depfar, personil PAM
dan user dengan memeriksa jenis, jumlah, tanggal kadaluarsa dan tanggal
produksi serta kesesuaian spesifikasi barang sesuai dengan surat pesanan

3.

dan selanjutnya dilakukan penyimpanan.


Penyimpanan
Merupakan kegiatan penyelenggaraan dan pengaturan sediaan
farmasi di dalam ruang penyimpanan, untuk menjamin kualitas
barang/obat tetap baik, memudahkan dalam pencarian, memudahkan
pengawasan persediaan/stok dan barang ED, menjamin keamanan dari
pencurian dan kebakaran serta menjamin pelayanan yang cepat dan tepat.

52

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan:


a. Suhu dan lokasi
1) Penyimpanan normal pada suhu 250C (tablet, kapsul, injeksi,
cairan).
2) Penyimpanan dingin dalam lemari pendingin (2-8 0C), untuk
MatKes

tertentu

dengan

syarat

penyimpanannya

seperti

suppositoria, insulin, sediaan hormonal.


3) Narkotika disimpan dalam lemari narkotika, sesuai standar
Depkes.
b. Barang yang tidak boleh kontak langsung dengan cahaya, disimpan
khusus di kamar gelap.
c. Bentuk/jenis barang yang disimpan :
1) Obat-obatan disimpan terpisah dari bahan beracun.
2) Obat luar dipisahkan dari obat dalam.
3) Obat produksi AL dipisah dengan non AL.
4) Obat dipisah berdasarkan bentuk sediaan.
d. Pengaturan ruangan :
1) Tempat penyimpanan obat dengan alkes terpisah.
2) Ruang khusus untuk obat rusak ( Expired Date) tidak ada.
e. Sistem penyimpanan :
1) Berdasarkan alfabet
2) Berdasarkan bentuk sediaan
3) Sistem FIFO/FEFO
4) Berdasarkan suhu

53

5)
6)
7)
8)

Berdasarkan kepekaan terhadap cahaya


Bahan-bahan berbahaya
Slow moving-fast moving
Psikotropika dan narkotika

f. Penggunaan alat Bantu :


1) Kartu stok
Digunakan untuk mengetahui jumlah barang yang masuk dan
barang yang keluar sehingga dapat diketahui berapa jumlah obat
yang tersisa.
2) Troly
Trolly digunakan untuk mempermudah pendistribusian Matkes ke
apotek rawat jalan, apotek rawat inap dan apotek khusus.
g. Pengamanan dan keselamatan :
1) Alat pemadam kebakaran.
2) Tiap pintu dan lemari mempunyai kunci.
3) Petugas khusus di dalam gudang
4) Personalia di gudang ada 4 orang, AA 2 orang dan administrasi 2
orang.
5) Dilarang merokok/menyalakan api di sekitar gudang.
6) Pemahaman mengenai sifat bahan/alat/obat bagi petugas gudang.
Sistem

penyimpanan

barang

di

gudang

farmasi

dilakukan

berdasarkan bentuk sediaan dan disusun secara alfabetis dan menggunakan


sistem FIFO ( First In First Out ) serta sistem FEFO ( First Expired First
Out ). Gudang farmasi di Rumkital Dr.Mintohardjo terdiri dari 4 ruangan
penyimpanan, yaitu :

54

a. Gudang 1, menyimpan obat-obatan yang bukan produksi Lafial ( 10).


b. Gudang 2, menyimpan obat-obatan bentuk cair dan injeksi
c. Gudang 3, menyimpan alat-alat kesehatan
d. Gudang 4, menyimpan obat-obatan produksi Lafial.
Untuk obat-obatan retrovirus dan narkotika disimpan dalam suatu
lemari khusus dan terkunci di ruangan administrasi gudang farmasi.
4.

Distribusi Perbekalan Farmasi


Dalam melakukan distribusi obat, Rumkital Dr. Mintohardjo
menerapkan 3 macam sistem distribusi. Adapun distribusi bekal kesehatan
(termasuk obat) yang dilaksanakan meliputi :
a.

Ward Floor Stock (WFS)


Sistem distribusi Ward Floor Stock di rumkital Dr. Mintohardjo masih
dilakukan di semua ruangan, unit-unitnya antara lain ruang Pulau
Numfoor, Pulau Sangeang, Pulau Laut, Pulau Selayar, Pulau
Bengkalis, Pulau Tarempa, Pulau Sebatik, Pulau Salawati, Pulau
Bunyu, Pulau Bintan, Pulau Subi, Pulau Pagai, Pav. Anggrek, Pulau
Bunyu, Pulau Melati, Pulau Marore, dan ICU (Pulau Sayang).

b.

Individual order (IO)


Resep individual adalah order/ resep yang ditulis dokter akan ditebus
sendiri oleh pasien atau keluarganya di apotek karena di ruangan

55

tempat pasien menginap tidak disediakan obat. Semua obat yang


diperlukan untuk pengobatan di dispensing dari apotek. Resep orisinil
oleh perawat dikirim ke apotek, kemudian resep itu diproses sesuai
dengan kaidah cara dispensing yang baik dan obat disiapkan untuk
didistribusikan kepada penderita tertentu. Diterapkan di apotek rawat
jalan dan ruangan rawat inap. Penebusan resep dilayani di apotek
dinas untuk pasien dinas dan keluarganya, sedangkan untuk pasien
umum (bukan dinas) maka akan dilayani di Apotek Yanmasum
(Pelayanan Masyarakat Umum).
Untuk pasien anggota atau keluarga rawat jalan dapat mengambil
resep di Apotek Dinas, obat-obat yang disediakan di apotek rawat
jalan ini sebagian besar merupakan obat generik. Hal ini sesuai
dengan standar pelayanan kefarmasian di Departemen Farmasi
Rumkital Dr. Mintohardjo. Obat disimpan berdasarkan alfabet dan
FIFO dengan tanggal kadaluarsa sebagai patokan. Apotek juga
memiliki gudang untuk penyimpanan stok obat guna memenuhi
kebutuhan.
Sistem distribusi Individual order di rumkital Dr. Mintohardjo masih
dilakukan di semua ruangan, yaitu ruang Pulau Numfoor, Pulau
Sangeang, Pulau Laut, Pulau Selayar, Pulau Bengkalis, Pulau
Tarempa, Pulau Sebatik, Pulau Salawati, Pulau Bunyu, Pulau Bintan,
Pulau Subi, Pulau Pagai, Pav. Anggrek, Pulau Bunyu, Pulau Melati,
Pulau Marore, dan ICU (Pulau Sayang).

56

c.

UDD (Unit Dose Dispensing)


Satuan unit dosis merupakan sistem distribusi dimana obat yang
diminta disiapkan, diberikan/digunakan dan dibayar dalam unit dosis
tunggal siap pakai selama 24 jam. Obat yang ada dalam resep
diberikan oleh apotek rumah sakit dan diserahkan kepada pasien untuk
satu hari pamakaian. Diterapkan dalam 8 ruangan rawat inap. Sistem
distribusi unit dose dispensing (UDD) merupakan salah satu sistem
distribusi material kesehatan yang diterapkan di Rumkital Dr.
Mintohardjo.
Untuk melayani resep yang tidak tersedia di Apotek Dinas, dibuat
salinan resep dan setelah mendapatkan persetujuan restitusi kemudian
obat dapat diambil di apotek Yanmasum. Pegawai di apotek dinas
rawat inap lalu mencatat jumlah dan jenis obat yang diambil dari
apotek Yanmasum, kemudian pihak rumah sakit akan membayar obat
yang di ambil. Untuk obat-obat restitusi harus dibuat laporan khusus
obat-obat restitusi yaitu Laporan Restitusi Apotek Rawat Inap,
Laporan restitusi apotek rawat jalan dan laporan restitusi apotek rawat
jaga.
Sistem distribusi unit dose di Rumkital Dr. Mintohardjo sudah
dilakukan di beberapa ruangan, yaitu ruang Pulau Numfoor, Pulau
Sangeang, Pulau Laut, Pulau Selayar, Pulau Bengkalis, Pulau
Tarempa, Pulau Sebatik, Pulau Salawati, Pulau Bunyu, Pulau Bintan,
Pulau Subi, Pulau Pagai, dan Pav. Anggrek.

57

Sistem distribusi kombinasi belum dilaksanakan karena keterbatasan


SDM, fasilitas untuk penghantaran obat ditiap ruangan belum efektif
dan jarak antara apotek dan tiap-tiap ruangan pasien cukup jauh.
5.

Penghapusan
Penghapusan dilakukan jika ada barang yang rusak/ kadaluarsa,
penghapusan hanya boleh dilakukan setelah mendapat persetujuan dari
negara. Penghapusan sediaan farmasi di rumah sakit perlu dibuat tim
penghapusan dan berita acara penghapusan. Semua kekayaan negara
yang telah dihapuskan harus segera dicatat dari daftar kekayaan rumah
sakit dan harus dilaporkan.

6.

Pencatatan
Pencatatan yang dilakukan untuk pengelolahan barang dicatat dalam:
a. Kartu persediaan barang, yaitu kartu yang disimpan di gudang dekat
barang yang bersangkutan.
b. Kartu besar, yaitu kartu yang disimpan di ruang administrasi gudang
untuk mempermudah pengecekan barang.
c. Buku persediaan, yaitu buku yang digunakan untuk mencatat
pemasukan dan pengeluaran barang.
d. Buku induk penerimaan barang, yaitu buku untuk mencatat
penerimaan barang berdasarkan surat perintah kerja.
e. Semua data yang mencangkup penerimaan dan pengeluaran barang
juga dimasukkan ke sistem komputer sehingga mempermudah
pengecekan barang persediaan dan pembuat laporan.

58

f. Daftar perincian barang.


g. Bukti pengeluaran barang.
7.

Pelaporan
Pelaporan yang dilakukan di Rumah Sakit TNI AL.
Mintohardjo adalah:
a. Laporan mutasi barang bulanan, triwulan dan tahunan yang berisi
tanggal, nama barang, jumlah stok awal, jumlah masuk, jumlah
stok keluar, dan jumlah stok akhir. Laporan ini dikelompokkan
berdasarkan jenis barang dan bentuk sediaan.
b. Laporan barang rusak atau kadaluarsa setiap bulan.
c. Laporan pemakaian narkotik dan psikotropika setiap bulan ke
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Suku Dinas DKI
dengan tembusan kepada Badan POM DKI Jakarta.
d. Laporan keuangan dan kekayaan rumah sakit ke DISKESAL.

I.

Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo


Pelayanan farmasi klinik yang telah dilaksanakan oleh Departemen
Farmasi Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo Jakarta yaitu :
1. Pengkajian resep

59

Setiap resep yang akan dilayani oleh apotek dilakukan pengkajian atau
skrining resep yang meliputi skrining administrasi, skrining farmasetis,
skrining farmakokinetik.
2. Pemantauan Terapi Obat
Pemantauan terapi obat dilakukan oleh apoteker pada pasien rawat inap
yang ada di RSAL Dr. Mintohardjo melalui data rekam medik pasien yang
bertujuan untuk memastikan terapi obat secara tepat, aman, berkhasiat dan
ekonomis bagi pasien.
3. Wawancara Sejarah Pemakaian Obat
Wawancara sejarah pemakaian obat dilakukan oleh apoteker kepada pasien
di ruang rawat inap yang ditunjuk oleh dokter, pasien yang bermasalah
dengan obat, pasien dengan obat yang indeks terapi sempit, pasien dengan
multi penyakit, pasien geriatrik dan pediatrik.
4. Monitoring Efek Samping Obat
MESO ini dilakukan oleh siapa saja yang mengetahui dn menemukan ada
efek samping obat yang merugikan, maka petugas tersebut mengisi
formulir MESO yang kemudian dilaporkan ke Komite Farmasi dan Terapi
rumah sakit.
5. Konseling Obat
Pelaksanaan konseling obat pada pasien di RSAL Dr. Mintohardjo belum
terlaksana secara maksimal meskipun ruang konseling sudah tersedia
secara khusus akan tetapi pemberian informasi obat masih terjadi di ruang
penyerahan obat saat menyerahkan obat ke pasien di apotek.
6. Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan informasi obat di RSAL Dr. Mintohardjo dilakukan oleh
apoteker pada pasien, dokter, perawat dan atau tenaga kesehatan lainnya
ketika membutuhkan informasi tentang obat.
7. PKMRS (Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit)

60

PKMRS dilakukan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat


dalam hal kesehatan khususnya dalam bidang kefarmasiaan.
J.

Unit Kesehatan Lingkungan dan K3RS


Berdasarkan pengelolaannya limbah klinis dibagi menjadi lima
golongan, yaitu :
1.

Golongan A
1.

Dressing bedah, swab dan semua limbah yang terkontaminasi dari


daerah ini.

2.

Bahan-bahan linen kasus penyakit infeksi

3.

Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak), bangkai


atau jarinagn hewan dari laboratorium dan hal-hal yang berkaitan
dengan swab dan dressing.

2. Golongan B
Syringe bekas, jarum, catridge, pecahan gelas dan benda-benda tajam
lainnya.
3.

Golongan C
Limbah dari ruangan laboratorium dan post martum kecuali yang termasuk
dalam golongan A.

4.

Golongan D
Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.

5.

Golongan E
Pelapis bed-pan disposible, urinoir, incontinence-pad dantamagbas.

61

Pada penanganan limbah di Rumkital Dr. Mintohardjo terdiri dari 2


cara, yaitu :
1. Limbah padat
Penanganan limbah padat dilakukan dengan cara pembakaran di
dalam incenerator yaitu suatu proses dimana limbah padat medis dibakar
dengan oksigen dari udara dan diubah menjadi gas hasil pembakaran
serta residu yang berupa abu, tujuan pengelolaan limbah padat medis
yaitu menghilangkan sifat infeksius dan patogen dari limbah serta
meminimisasinya sehingga dapat dibuang ke tempat penimbunan atau
landfill dengan mudah dan aman.
2. Limbah cair
Sedangkan untuk limbah cair diolah dalam bak penampungan
sehingga hasil akhir dari proses pengolahan limbah tersebut aman
terhadap lingkungan. Berdasarkan proses pengolahannya maka sistem
IPAL (instalasi pengolahan air limbah) dibagi dalam beberapa tahap :
a.

Pretreatment (Prapengolahan) Limbah Cair


Pengolahan tahap awal yang dilakukan sebelum limbah cair masuk
kedalam proses pengolahan utama.

b.

Aero-Reactor
Pengolahan tahap awal yang dilakukan sebelum limbah cair masuk
kedalam proses pengolahan utama.

c.

Biomedia Filtration Technology

62

Mikroba (bakteri) pendegradasi limbah ditumbuh kembangkan untuk


optimalisasi aktifitasnya dalam limbah cair.
d.

Sedimentasi
Mengendapkan bakteri-bakteri pendegradasi limbah (lumpur aktif)

e.

Khlorinasi
Limbah cair yang sudah melalui proses pengolahan dan sudah layak
dibuang ke lingkungan/badan air akan melalui proses desinfektan
dengan menggunakan khlorin untuk membunuh bakteri-bakteri
tersisa.

f.

Organic Reducing Apparatus


Limbah cair yang sudah melalui proses pengolahan dan telah
disterilkan oleh sistem khlorinasi, perlu dikhlorinasi lagi dengan
sistem ultra violet, sehingga bilamana khlorine tablet/parasit habis
pemakaian. Air limbah akan tetap disterilkan dengan organik reducing
apparatus jaringan pengumpul yang berfungsi untuk mengalirkan.

K.

Unit Sterilisasi
Unit sterilisasi melayani kebutuhan akan instrument/bahan steril yang
digunakan untuk berbagai tindakan medis, penunjang medis, asuhan
keperawatan dan lain-lain serta bertanggung jawab atas pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian. Pelayanan unit sterilisasi RSAL Dr.
Mintohardjo meliputi kepentingan internal, berupa pemenuhan kebutuhan alat
instrument steril, bahan steril guna menunjang kelancaran operasional rumah
sakit antara lain: kamar operasi, UGD, ICU, rawat inap, poliklinik, penunjang

63

medis dan ruang bayi. Barang/bahan yang disterilkan antara lain : set ganti
verban (kain kassa, gunting, klam, pinset), kain linen, baju operasi, alat-alat
operasi. Proses sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi kering, pada suhu
150 C selama 2 jam. Sedangkan sterilisasi ruangan dengan menggunakan
sinar UV.

64

Anda mungkin juga menyukai