Disusun Oleh :
H A S L I N D A, S.Farm
1343700174
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2014
HALAMAN PENGESAHAN
i
Disusun Oleh
H A S L I N D A, S.Farm
(1343700174)
Pembimbing Fakultas
Universitas 17 Agustus 1945
Pembimbing PKPA
Rumah Sakit Dr. Mintohardjo
ii
KATA PENGANTAR
iii
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
pertolongan dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit TNI AL-Dr. Mintohardjo.
PKPA ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker di
Universitas 17 Agustus 1945 agar setiap calon Apoteker mendapatkan
pengetahuan dan gambaran yang jelas mengenai rumah sakit yang merupakan
salah satu tempat pengabdian profesi Apoteker.
Ucapan terima kasih tak terhingga disampaikan kepada Letkol Laut (K)
Drs. Eddy Sigit Juniarso., Apt., sebagai pembimbing di Rumah Sakit Dr.
Mintohardjo dan Dr. Aprilita Rinayanti, M.Biomed., Apt., sebagai pembimbing
di Universitas 17 Agustus 1945 yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan dan dukungan moril serta saran selama pelaksanaan PKPA di Rumah
Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo selama 2 bulan periode 1 April 30 Mei 2014
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan juga kepada :
1.
Kolonel Laut (K) Drs. Fakhren Kasim, MH.Kes., Apt., selaku kepala
Departemen Farmasi Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo.
2.
3.
4.
Dra. Hefni Warnetty.,M.Farm., Apt dan Ingrid Green Nego, S.Si., Apt
yang telah membimbing kegiatan pemantauan terapi obat di ruang perawatan.
iv
5.
Mayor
membimbing penyuluhan
Seluruh staf dan pegawai Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo yang telah
membantu PKPA kami selama di rumah sakit.
7.
Seluruh pegawai Apotek Rawat Jalan, Rawat Inap, dan Yanmasum Rumah
Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo yang telah membantu kami selama PKPA di
rumah sakit.
8.
9.
10.
11.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker...................................................2
C. Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker.................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................4
A. Rumah Sakit.............................................................................................4
1. Defenisi rumah sakit............................................................................4
2. Tugas dan fungsi rumah sakit..............................................................4
3. Jeisrumah sakit....................................................................................5
4. Klasifikasi rumah sakit........................................................................6
5. Akreditasi rumah sakit.........................................................................9
6. Struktur organisasi...............................................................................11
7. Tenaga kesehatan rumah sakit.............................................................11
B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit.................................................................12
vi
vii
viii
ix
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Halaman
80
81
82
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal
bagi
masyarakat.
Upaya
kesehatan
diselenggarakan
dengan
pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu dan bersifat dinamis Dapat
direvisi sesuai kebutuhan dengan tetap menjaga mutu. Instalasi Farmasi
dipimpin oleh seorang Apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker
yang kompeten secara professional.
Profesionalisme Apoteker sebagai salah satu tenaga kesehatan di
Rumah Sakit semakin diperlukan karena pekerjaan kefarmasian tidak lagi
berorientasi kepada produk (drug oriented) tetapi orientasi kepada pasien
(patient oriented). Adanya perubahan orientasi pekerjaan farmasi menuntut
Apoteker untuk lebih memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
mengelolah perbekalan farmasi maupun melaksanakan kegiatan farmasi
klinik.
Mengingat begitu besarnya tanggung jawab yang harus di lakukan
oleh apoteker di rumah sakit, maka tidak cukup materi kefarmasiannya saja,
tetapi juga harus melaksanakan praktek secara langsung di lapangan. Oleh
karena itu untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka dilaksanakan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di rumah sakit. Dengan kegiatan PKPA
tersebut diharapkan mahasiswa calon Apoteker dapat mempersiapkan diri
dengan mencari pengalaman dan memperdalam pengetahuan di lapangan
khususnya rumah sakit sebelum menjalankan tugas dan tanggung jawabnya di
rumah sakit.
B. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Tujuan dilakukan praktek kerja profesi Apoteker di rumah sakit TNI
Angkatan Laut Dr. Mintohardjo adalah:
1. Peserta mampu memahami tugas, kewajiban dan peran Apoteker di Rumah
Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo dan menginterpretasikan sesuai
sakit
adalah
institusi
pelayanan
kesehatan
yang
lainnya.
Pengelolaan
Menurut UU No. 44, 2009 berdasarkan pengelolaannya rumah
sakit dapat dibagi menjadi :
1) Rumah Sakit Publik
Rumah sakit yang dapat dikelola oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba.
2) Rumah Sakit Private
Rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan
4.
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
Pelayanan
pelayanan
Pelayanan
Tenaga medis.
Tenaga penunjang medis.
Tenaga keperawatan.
Tenaga kefarmasian.
Tenaga manajemen rumah sakit.
Tenaga non kesehatan
B.
10
b)
pekat dari 0,9% dan magnesium sulfat = 50% atau lebih pekat).
c)
Obat-obat sitostatika.
2. Visi, Misi dan Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Visi rumah sakit merupakan kekuatan memandu rumah sakit untuk
mencapai status masa depan rumah sakit, mengkomunikasikan sifat dari
keberadaan rumah sakit, berkenan dengan maksud, lingkup usaha/kegiatan
dan kepemimpinan kompetitif, memberikan kerangka kerja yang mengatur
hubungan antara rumah sakit dan Stakeholders utamanya, dan untuk
menyatakan tujuan luas dari kerja rumah sakit. (Siregar, 2004)
Misi rumah sakit merupakan suatu pernyataan singkat dan jelas
tentang alasan keberadaan rumah sakit, maksud, atau fungsi yang
diinginkan untuk memenuhi pengharapan dan kepuasan konsumen dan
metode utama untuk memenuhi maksud tersebut. (Siregar, 2004)
Tujuan farmasi rumah sakit menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit adalah :
a. Sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan farmasi di rumah sakit
b. Untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi rumah sakit.
c. Untuk menerapkan konsep pelayanan kefarmasian.
d. Untuk memperluas fungsi dan peran apoteker farmasi rumah sakit.
Untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak
profesional.
3. Tugas dan Fungsi Farmasi Rumah Sakit
Adapun tugas pokok dan fungsi farmasi rumah sakit menurut
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
11
3)
4)
12
5)
(Sentralisasi)
adalah
sistem
13
profil
pemberian
obat
dan
menyampaikan
pemberian obat.
Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruangan (Floor
Stock) adalah suatu sistem dimana obat yang dibutuhkan
pasien tersedia dalam ruang penyimpanan obat di ruang
tersebut, kecuali obat yang jarang digunakan atau obat
sangat mahal. Sistem distribusi obat persediaan lengkap di
ruang adalah sistem penyimpanan obat yang disesuaikan
dengan obat-obat yang tertera dalam resep, yang disiapkan
sendiri oleh perawat dari persediaan obat yang ada di ruang
perawatan untuk langsung diberikan kepada pasien di ruang
14
untuk
diinterpretasikan,
kemudian
perawat
instalasi farmasi.
Sistem distribusi obat kombinasi resep individual dan
persediaan lengkap di ruangan adalah sistem penyampaian
obat kepada penderita berdasarkan permintaan dokter,
sebagian obat disiapkan oleh instalasi farmasi sesuai dengan
resep dokter dan sebagian lagi disiapkan dari persediaan
obat yang terdapat di ruangan. Obat yang disediakan di
ruangan adalah obat yang di perlukan oleh banyak pasien,
setiap hari diperlukan, dan biasanya adalah obat yang
harganya relatif murah. Alur sistem distribusi obat
kombinasi persediaan di ruang dan resep individual adalah
dokter menulis resep untuk penderita dan resep itu
ditindaklanjuti oleh apoteker dan perawat. Pengendalian
oleh apoteker dilakukan untuk resep yang persediaan
obatnya disiapkan di instalasi farmasi. Obat kemudian
diserahkan ke ruang perawatan penderita yang berada di
bawah kendali perawat untuk diberikan kepada penderita
15
oleh perawat.
Sistem unit dose tunggal (Single Unit Dose) adalah sistem
penyampaian dan pengendalian obat yang dikoordinasi oleh
Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang obatnya menggunakan
wadah dalam bentuk kemasan dosis unit tunggal yang siap
pakai dalam jumlah persediaan yang cukup untuk waktu
tertentu. Sistem ini menitikberatkan pada patient oriented.
Alur sistem distribusi unit dose dimulai dengan penulisan
resep oleh dokter untuk penderita, kemudian resep tersebut
dibawa
oleh
interpretasikan.
perawat
kepada
Apoteker
apoteker
memeriksa
untuk
kebenaran
di
dan
menghubungi
dokter
penulis
resep
untuk
16
penderita.
Penghapusan dimana dilakukan untuk menghapus barang-barang
7)
8)
pencatatan
akan
memudahkan
pengawasan
dan
dilakukan
oleh apoteker kepada pasien di ruang rawat inap yang ditunjuk oleh
17
Konseling obat
obat yang akan digunakan untuk pasien rawat jalan. Pada tahap ini
untuk melakukan konseling kita dapat menggunakan 3 Prime
Questions.
6)
7)
C.
18
a)
b)
termasuk evaluasi, seleksi dan hal lain yang berkaitan dengan obat.
Perumus pendidikan
KFT merekomendasikan atau membantu merumuskan program
pendidikan yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan staf profesional,
yaitu dokter, perawat, farmasis dan praktisi pelayanan kesehatan
lainnya untuk melengkapi pengetahuan yang berkaitan dengan obat dan
penggunaannya.
3. Fungsi dan Ruang Lingkup KFT
Fungsi dan ruang lingkup KFT adalah sebagai berikut :
a. Memberikan pengarahan kepada staf medis dan administrasi rumah
sakit untuk seluruh masalah yang berkaitan dengan penggunaan obatobatan termaksud obat-obat yang sedang dalam penelitian. Keputusan
yang diambil harus telah disetujui oleh direktur dan staf terkait.
b. Membuat formularium yang disetujui penggunaannya di rumah sakit,
dan mengadakan revisi terus-menerus. Pemilihan obat-obat untuk
formularium berdasarkan pengamatan yang objektive mengenai
manfaat, keamanan, dan biaya obat. Komite harus mengurangi
seminimal mungkin duplikasi jenis obat, kualitas, atau produk obat
yang sama. Komite harus mengevaluasi, menyetujui atau menolak
obat-obat baru atau bentuk obat yang telah diusulkan oleh staf medis
untuk dimasukkan dalam formularium atau obat-obat yang telah
diusulkan untuk dihapuskan dari formularium (Anonim,1998).
Formularium merupakan suatu dokumen yang secara terus menerus
direvisi, memuat sediaan obat dan informasi penting lainnya yang
19
Farmasi
dalam
pelayanan medic.
Mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi
Membahas usulan tersebut dalam rapat Komite Farmasi dan
d)
e)
f)
g)
rumah sakit.
Menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi dan
20
h)
21
memastikan
bahwa
semua
barang
mendapat
tingkat
22
dahulu
tentang
prinsip sterilisasi,
monitoring
autoklaf,
23
5. Kegiatan CSSD
CSSD modern merupakan ruangan yang terdiri dari autoklaf dan
peralatan sterilisasi. Barang yang masuk ke dalam CSSD dicatat dalam
buku penerimaan yang memuat data tentang tanggal masuk barang, nama
dan jumlah barang, nama ruangan serta keterangan mengenai fisik
barang. Barang yang masuk dalam CSSD dapat digolongkan sebagai
berikut :
a. Barang bersih
Berasal dari bagian perbekalan dan distribusi, rumah tangga dan
barang pesanan untuk disterilkan.
b. Barang kotor
Berasal dari ruangan-ruangan seperti sarung tangan, pakaian dan
alat kedokteran. Proses seleksi dilakukan untuk memisahkan barang
yang dapat dipakai ulang dengan barang yang sudah rusak seperti
sobek, tidak tajam lagi, bekas pasien AIDS dan sebagainya.
Pemberian disinfektan dengan cara merendam barang dalam
larutan disinfektan seperti lisol dan wipol, kecuali tenun operasi yang
tidak mengalami proses pemberian desinfektan. Kontrol kualitas
dilakukan untuk menjamin mutu sterilitas produk yang dihasilkan
kontrol kualitas tersebut diantaranya adalah pemasangan indikator
fisik pada barang-barang yang akan disterilkan, uji mikrobiologi
barang-barang yang telah disterilkan, penentuan tanda kadaluarsa
E.
yang
24
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
A.
Sejarah
26
27
28
29
di gedung Unit Gawat Darurat, disisi utara rumah sakit berhadapan dengan
Hyperbaric Center. Dalam menjalankan kegiatan medis dan non medis,
unit gawat darurat dilayani oleh tenaga profesional, terdiri dari dokter
umum, paramedis dengan berbagai kualifikasi kegawat daruratan serta
dokter spesialis dan sub spesialis yang terkait dengan pelayanan Unit
Gawat Darurat.
Fasilitas pelayanan UGD meliputi:
a.
Emergensi 24 jam
b.
Disaster
c.
Observasi
d.
Bedah minor
e.
f.
Lain-lain
2. Administrasi Medis
Data diri dan status kesehatan dicatat di bagian ini secara
komputerisasi dan akan memudahkan dalam mendapatkan informasi
kesehatan yang dibutuhkan.
3. Unit Rawat Jalan
Unit Rawat Jalan RSAL Dr. Mintohardjo mempunyai 2 gedung
berlantai 3. Berbagai poliklinik spesialis dan sub spesialis, siap
memberikan pelayanan.
Gedung unit rawat jalan A lantai I dan II menampung poliklinik :
a.
Poliklinik Bedah.
30
b.
c.
d.
e.
Poliklinik Anak.
f.
g.
Poliklinik Akupunktur.
h.
i.
Poliklinik Jantung.
Gedung unit rawat jalan B lantai I dan II menampung poliklinik :
31
atau dingin, dan lain-lain. Fasilitas rawat inap terdiri dari ruangan VIP,
kelas I, kelas II, kelas III dan ruangan anak dan bayi.
Nama-nama ruang rawat inap di RS TNI AL Dr. Mintohardjo yaitu :
a. Bedah : Salawati, Sibatik, Marore Pav. Anggrek, Bintan.
b. Penyakit Lambung : Sangeang, Tarempa, Pagai.
c. Saraf, Jiwa dan Rehabilitasi : Numfor, Bengkalis.
d. KIA : Bunyu.
e. Ruang kelas I : Marore, Melati, Selayar.
f. Ruang kelas II : Bintan.
g. VIP : Pav. Anggrek.
h. ICU : Sayang.
5. Pelayanan Rawat Intensif
Perawatan rawat intensif RSAL Dr. Mintohardjo diperuntukkan
bagi pasien yang dalam keadaan sakit berat, dikoordinir oleh dokter
anestesi khusus intensif care. Pelayanan perawatan intensif ini merupakan
intensif care unit tersier, karena mampu memberikan pelayanan tertinggi
dan tunjangan hidup dalam jangka panjang, meliputi :
a. Melakukan pemantauan secara terus-menerus
b. Memberikan terapi intensif
c. Menegakkan diagnosa pada keadaan kritis
d. Memberikan bantuan alat penunjang hidup
e. Memberikan tunjangan renal plus pemantauan kardiovaskular
f. Memiliki dukungan laboratorium dan radiologi 24 jam.
32
mempercepat
proses
penyembuhan
berbagai
penyakit,
33
Bedah umum
b.
c.
Penyakit dalam
d.
e.
f.
Kesehatan anak
g.
h.
Alergi
i.
Syaraf
j.
Jiwa
k.
Mata
l.
Paru
m.
Jantung
n.
THT
o.
Akupuntur
9. Fisioterapi
Unit rehabilitasi medis atau fisioterapi dengan alat yang cukup
memadai dan ruangan latihan yang luas.
34
35
pemahaman
tentang
konsep
dasar
pengendalian
infeksi
nosokomial.
b.
dan
pelatihan,
kebijakan
penggunaan
antibiotika
yang
rasional,
36
dan
menyiapkan
petunjuk-petunjuk
dalam
rangka
37
38
4) Menyelenggarakan
pengumpulan
dan
pengolahan
data
kegiatan
dukungan
kesehatan
berupa
39
40
1) Apotek Dinas
Apotik dinas rawat jalan ini melayani pasien dinas TNI AL.
beserta keluarganya dan TNI non AL. beserta keluarganya.
2) Apotek Yanmasum
Untuk melayani pasien umum, biaya obat ditanggung
sepenuhnya oleh pasien.
3) Apotek BPJS
Untuk melayani pasien peserta BPJS
c. Sub Departemen Pengendalian Farmasi
1) Menyelenggarakan kegiatan penyusunan konsep buku dasar
perbendaharaan sebagai dasar untuk mengendalikan material
kesehatan khususnya peralatan kesehatan baik pengendalian bidang
pengadaan, distribusi maupun pengendalian pemeliharaan dan
penghapusan.
2) Melaksanakan kegiatan pengendalian dan pengawasaan bidang
pengadaan, penyimpanan dan penyaluran bekal kesehatan.
3) Menyusun dan menyiapkan perkiraan kebutuhan bekal kesehatan.
4) Membantu menyiapkan perkiraan kebutuhan bekal kesehatan.
5) Menyelenggarakan produksi preparat-preparat standar baik steril
maupun non steril sesuai dengan formularium rumah sakit.
6) Melaksanakan
kegiatan
penerimaan,
penyimpanan
dan
41
melaksanakan
kewajibannya
bertanggung
jawab
42
kepedulian
farmasi
yaitu
penyediaan
43
proses
penggunaan
obat
pasien.
Informasi
44
45
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
46
Perencanaan
Perencanaan pengadaan obat dan material kesehatan di
Rumkital Dr. Mintohardjo dibuat berdasarkan pada pola konsumsi dan
epidemiologi (pola penyakit) bersifat kualitatif, sedangkan anggaran
bersifat kuantitatif. Perencanaan material kesehatan dilakukan setiap
tiga bulan (triwulan) ke depan, yang disusun dua minggu sebelum tiga
bulan (triwulan) berikutnya. Apabila sebelum tiga bulan (triwulan)
sudah habis maka digunakan dana restitusi untuk pembelian dalam
jumlah kecil. Gudang harus melaporkan stok material kesehatan yang
ada sebelum mencapai jumlah minimal untuk mengatasi terjadinya
kekosongan atau kekurangan barang sehingga bisa dikoordinasikan
47
2)
b.
Pengadaan
48
khusus
psikotropika.
Untuk
pemesanan
narkotika
Penerimaan
Sistem penerimaan barang di RSAL DR. Mintohardjo dilakukan
oleh tim penerima barang yang terdiri dari personil depfar, personil PAM
dan user dengan memeriksa jenis, jumlah, tanggal kadaluarsa dan tanggal
produksi serta kesesuaian spesifikasi barang sesuai dengan surat pesanan
49
tertentu
dengan
syarat
penyimpanannya
seperti
50
Sistem FIFO/FEFO
Berdasarkan suhu
Berdasarkan kepekaan terhadap cahaya
Bahan-bahan berbahaya
Slow moving-fast moving
Psikotropika dan narkotika
51
Sistem
penyimpanan
barang
di
gudang
farmasi
dilakukan
52
b.
53
apotek dinas rawat inap lalu mencatat jumlah dan jenis obat yang
diambil dari apotek Yanmasum, kemudian pihak rumah sakit akan
membayar obat yang di ambil. Untuk obat-obat restitusi harus dibuat
laporan khusus obat-obat restitusi yaitu Laporan Restitusi Apotek
Rawat Inap, Laporan restitusi apotek rawat jalan dan laporan restitusi
apotek rawat jaga.
Sistem distribusi unit dose di Rumkital Dr. Mintohardjo sudah
dilakukan di beberapa ruangan, yaitu ruang Pulau Numfoor, Pulau
54
Penghapusan
Penghapusan dilakukan jika ada barang yang rusak/ kadaluarsa,
penghapusan hanya boleh dilakukan setelah mendapat persetujuan dari
negara. Penghapusan sediaan farmasi di rumah sakit perlu dibuat tim
penghapusan dan berita acara penghapusan. Semua kekayaan negara yang
telah dihapuskan harus segera dicatat dari daftar kekayaan rumah sakit dan
6.
harus dilaporkan.
Pencatatan
Pencatatan yang dilakukan untuk pengelolahan barang dicatat dalam:
a. Kartu persediaan barang, yaitu kartu yang disimpan di gudang dekat
barang yang bersangkutan.
b. Kartu besar, yaitu kartu yang disimpan di ruang administrasi gudang
untuk mempermudah pengecekan barang.
c. Buku persediaan, yaitu buku yang digunakan untuk mencatat
pemasukan dan pengeluaran barang.
d. Buku induk penerimaan barang, yaitu buku untuk mencatat
penerimaan barang berdasarkan surat perintah kerja.
55
Pelaporan
Pelaporan yang dilakukan di Rumah Sakit TNI AL. Mintohardjo
adalah:
a.
b.
c.
d.
I.
56
57
Golongan A
1.
2.
3.
2. Golongan B
Syringe bekas, jarum, catridge, pecahan gelas dan benda-benda tajam
lainnya.
3.
Golongan C
Limbah dari ruangan laboratorium dan post martum kecuali yang termasuk
dalam golongan A.
4.
Golongan D
Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.
5.
Golongan E
Pelapis bed-pan disposible, urinoir, incontinence-pad dantamagbas.
Pada penanganan limbah di Rumkital Dr. Mintohardjo terdiri dari 2
cara, yaitu :
1. Limbah padat
58
b.
Aero-Reactor
Pengolahan tahap awal yang dilakukan sebelum limbah cair masuk
kedalam proses pengolahan utama.
c.
d.
Sedimentasi
Mengendapkan bakteri-bakteri pendegradasi limbah (lumpur aktif)
59
e.
Khlorinasi
Limbah cair yang sudah melalui proses pengolahan dan sudah layak
dibuang ke lingkungan/badan air akan melalui proses desinfektan
dengan menggunakan khlorin untuk membunuh bakteri-bakteri
tersisa.
f.
K.
Unit Sterilisasi
Unit sterilisasi melayani kebutuhan akan instrument/bahan steril yang
digunakan untuk berbagai tindakan medis, penunjang medis, asuhan
keperawatan dan lain-lain serta bertanggung jawab atas pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian. Pelayanan unit sterilisasi RSAL Dr.
Mintohardjo meliputi kepentingan internal, berupa pemenuhan kebutuhan alat
instrument steril, bahan steril guna menunjang kelancaran operasional rumah
sakit antara lain: kamar operasi, UGD, ICU, rawat inap, poliklinik, penunjang
medis dan ruang bayi. Barang/bahan yang disterilkan antara lain : set ganti
verban (kain kassa, gunting, klam, pinset), kain linen, baju operasi, alat-alat
operasi. Proses sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi kering, pada suhu
60
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintoharjo
Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo masuk dalam kriteria rumah
sakit tipe B artinya Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo telah mampu
memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas, selain
itu Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo dapat dijadikan sebagai rumah sakit
rujukan. Hal tersebut dapat dilihat dari kelima aspek yang digunakan sebagai
penilaian yaitu pelayanannya, SDM, peralatan, sarana dan prasarana serta
administrasi dan manajemen Sebagai RSU tipe B telah yang terakreditasi
sejak tahun 1998 dengan status akreditasi penuh dan sekarang telah
merupakan Rumah Sakit tipe B atau kelas II, Rumah Sakit TNI AL Dr.
Mintohardjo bertanggung jawab kepada Dinas Kesehatan Angkatan Laut
(DISKESAL) dan Negara. Tugas utamnya adalah melakukan pelayanan
kesehatan baik anggota TNI beserta keluarga maupun masyarakat umum serta
dimanfaatkan guna kepentingan pendidikan calon dokter, calon apoteker,
61
62
Stay) adalah rata rata lama perawatan pasien. AVLOS pada tahun 2011 adalah
sebesar 5,22 hari sedangkan AVLOS ideal rumah sakit adalah 6 - 9 hari. Hal
ini menunjukkan bahwa tingkat efisiensi dan mutu pelayanan di Rumkital Dr.
Mintohardjo sudah sesuai standar. TOI (Turn Over Interval) adalah rata-rata
waktu luang tempat tidur. TOI pada tahun 2011 adalah sebesar 5,38 hari, TOI
ideal rumah sakit adalah 1-3 hari sedangkan BTO tahun 2011 sebesar 33,67
hari, idealnya> 30 hari. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan
tempat tidur di Rumah Sakit Dr. Mintohardjo masih dibawah standar.
Sumber daya manusia di Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo sudah
sesuai dengan Undang-Undang No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
yaitu telah memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga medis dan penunjang
medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen Rumah
Sakit.
C. Pekerjaan Kefarmasian di Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo
Apoteker yang ada di Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintoharjo berjumlah
9 orang, jika di bandingkan dengan jumlah tempat tidur yang ada di Rumah
Sakit TNI AL Dr.Mintohardjo sudah seasuai dengan persyaratan rasio
perbandingan apoteker dengan jumlah tempat tidur adalah 1 : 30 (WHO).
Artinya dalam suatu rumah sakit terdapat satu orang apoteker yang
bertanggung jawab terhadap 30 tempat tidur pasien. Tetapi pada
pelaksanaannya kegiatan kefarmasian
63
seperti masih ada apoteker yang mempunyai jabatan rangkap. Sebagai contoh,
sebagian besar apoteker di Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo adalah
apoteker militer yang memiliki kegiatan dinas di Markas Besar TNI AL,
sehingga pelaksanaan kefarmasian menjadi kurang maksimal
Farmasi Rumah Sakit bertanggung jawab terhadap semua bahan
farmasi yang beredar di Rumah Sakit, semua dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan pasien dan masyarakat yang semakin hari semakin kritis terhadap
pelayanan kesehatan dan banyaknya masalah-masalah yang berkaitan dengan
penggunaan obat. Departemen Farmasi Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo
secara garis besar melakukan 2 kegiatan kefarmasian yaitu Farmasi
Manajemen dan Farmasi Klinik.
1. Farmasi Manajemen yang dilakukakan di Departemen Farmasi Rumah
Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo antara lain:
a. Perencanaan
Perencanaan pembelian barang farmasi di Rumah Sakit TNI AL
Dr. Mintoharjo dilakukan berdasarkan kepada kebutuhan tiap ruangan,
sisa persediaan di gudang farmasi, penggunaan obat bulan lalu, pola
penyakit (Epidemiologi), formularium rumah sakit dan dana yang
tersedia. Tim perencanaan membuat rencana pembelian, kemudian di
serahkan ke pimpinan rumah sakit untuk di setujui. Tim pembelian
melakukan pembelian barang dengan tender (diatas 200 juta), sistem
pembelian langsung (sampai 5 juta), dan sistem penunjukan (< 200
juta). Untuk pembeliaan langsung harus diketahui dan tanda tangani
64
65
d. Distribusi
Departemen Farmasi di Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo
mendistribusikan perbekalan farmasi ketiga depo yang ada yaitu Depo
Farmasi, Depo Ok dan Depo Dinas. Pendistribusian perbekalan farmasi
di ketiga depo tersebut di lakukan dalam kurun waktu seminggu 2 kali
oleh bagian pergudangan sistem distribusi yang dilakukan di Rumah
Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo menerapkan 3 sistem yaitu sistem
distribusi unit dose dan sistem distribusi kombinasi individual
prescribing (IP) dan sistem floor stock. Sistem distribusi unit dose
adalah suatu sistem distribusi obat obatan yang disiapkan dalam
bentuk satuan unit atau kemasan unit untuk sekali pemakaian, yang di
sediakan dalam waktu tidak lebih dari 24 jam dan diantarkan keruangan
oleh farmasi. Sedangkan pada sistem distribusi kombinasi obat resep
individual dan sistem floor stock, obat akan diambil oleh perawat.
Sistem distribusi unit dose di rumah sakit Dr. Mintohardjo sudah
dilakukan di beberapa ruangan, yaitu: ruang Pulau Numfoor, Pulau
Sangeang, Pulau Tarempa, Pulau Salawati, Pulau Bintan. Sedangkan
sistem distribusi individual prescribing (IP) dan sistem Melati, Pulau
Marore, dan ICU (Pulau Sayang).
2. Farmasi Klinik Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo
a.
Pengkajian Resep
Pengkajian resep dilakukan pada saat penerimaan resep di
apotek dan di lakukan pada saat penerimaan resep di apotek dan di
lakukan kepada semua pasien baik itu rawat jalan maupun rawat inap.
66
Monitoring
efek
Pelayanan PIO
Pelaksanaan pelayanan informasi obat di Rumah Sakit TNI AL
Dr. Mintohardjo sudah dilaksanakan. Informasi diberikan setiap waktu
jam kerja untuk pasien, dokter dan tenaga paramedik di Rumah Sakit.
Hal ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi sehingga pasien belum
mengetahui mengenai manfaat PIO.
d.
Konseling
67
Visite
Visite di Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo belum
dilaksanakan oleh Apoteker, sejauh ini visite hanya sebatas dilakukan
oleh mahasiswa yang PKPA di Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo.
Kegiatannya dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pemantauan
68
di ruang bedah,
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo merupakan rumah sakit tingkat II
yang setara dengan Rumah Sakit tipe B dilihat dari sistem pelayanan dan
peralatan yang ada di Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo.
2. Kinerja Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintoharjo belum memenuhi standar di
tinjau dari Indikator BOR ( 48,14 ) tidak memenuhi standar, AVLOS (5,22)
sudah memenuhi standar, TOI (5,38) dan BTO ( 33,67)
3. Farmasi Klinik di Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo belum berjalan
secara maksimal hal ini terbukti belum terlaksananya monitoring efek
samping obat, pemantauan terapi obat, konseling wawancaran dan visite.
69
B. Saran
1. Perlu ditingkatkan pelayanan Farmasi klinik di Rumah Sakit TNI AL Dr.
Mintohardjo agar perubahan orientasi pekerjaan farmasi yang berorientasi
kepada pasien ( Patient oriented ) dapat terwujud.
2. Perlu pembentukan CSSD ( Central Steril Supply Departemen ) mengingat
begitu penting CSSD bagi Rumah sakit Khususnya khususnya dalam
pencegahan penyebaran infeksi terutama infeksi nosokomial.
3. Sebaiknya Incinerator yang baru segera difungsikan karena Incinerator
yang lama sudah tidak berfungsi dengan baik serta hasil limbah asap yang
dikeluarkan pun sudah tidak memenuhi standar yang ditetapkan.
70
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1998. Pedoman Kerja Untuk Komite Farmasi dan Terapi Rumah Sakit.
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Anonim. 2014. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1223/Menkes/SK/X/2014
tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Anonim. 2009. Undang-undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Anonim. 2010. Pedoman Pengolahan Perbekalan Farmasi Di Rumah Sakit.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasiaan dan Alat Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta.
Agustiani E, Slamet A, Winarni D (1998). Penambahan PAC pada Proses Lumpur
Aktif untuk Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit: laporan penelitian.
Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
Giyatmi (2003). Efektivitas Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Dokter
Sardjito Yogyakarta Terhadap Pencemaran Radioaktif. Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Shahib MN, Djustiana N (1998). Profil DNA plasmid E. coli yang Diisolasi dari
Limbah Cair Rumah Sakit. Majalah Kedokteran Bandung. Bandung.
71
Siregar, J. P. Charles, 2004. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan Edisi I.
Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo
72
73
74
75
LIMBAH DAPUR
LIMBAH LAUNDRY
PTB KITCHEN :
PTB LAUNDRY :
PEMISAHAN DETERJEN
LIMBAH
LABORATORIUM
HEAVY METAL
PRECIPITATOR :
PEMISAHAN SENYAWA
LOGAM BERAT
PADATAN
TERSUSPENSI
BAK KONTROL
BAK INLET
BAK SEDIMENTASI
BAK EQUALISASI
KOMPAK 100
IPAL LAMA
(BIOREAKTOR)
BAK AERASI
(BAK 1 + BAK 2 + BAK 3
+ BAK 4)
BAK CHLORINE
BIOMEDIA
FILTRATION
THICKLING FILTER
FILTER
KARBON
AKTIF
BAK PENAMPUNGAN
TERAKHIR
KOLAM IKAN
KOLAM
IKAN
KAPORIT
BAK UV
KALI KRUKUT
Rawat Jalan
76
Mengambil
No Antrian
Data Pasien dan
Memanggil
Pasien
Mengecek
kembali,
Menyerahkan
dan
Peracikan
dan
Penyerahan
Resep
(A untuk
Rawat
B untuk Rawat
Data
ObatJalan,
diinput
Sesuai
No
Antrian
Memberikan
Obat
kepada Pasien
Screening
Resep
Penyiapan
Obat
Rawat
Inap
Pemberian
Etiket
Inap,
dan
C Apotek
untuk
Yanmasum)
ke
keInformasi
komputer
Yanmasum
77
TUGAS KHUSUS
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DI RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT Dr. MINTOHARDJO
Jl. BENDUNGAN HILIR NO.17 JAKARTA PUSAT
PERIODE 01 SEPTEMBER 31 OKTOBER 2014
Disusun Oleh :
H A S L I N D A, S.Farm
1343700174
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2014
A. DISPEPSIA
1. Uraian Penyakit
a. Defenisi Dispepsia
Dispepsia merupakan keluhan klinis yang sering dijumpai
dalam praktik klinis sehari-hari. Istilah dispepsia mulai gencar
dikemukakan sejak akhir tahun 1980-an, yang menggambarkan
keluhan atau kumpulan gejala (sindrom) yang terjadi dari nyeri atau
rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat
kenyang, rasa penuh, sendawa, regurgitasi, dan rasa panas yang
menjalar di dada (Djojodiningrat D, 2006).
Menurut kriteria Roma III, dispepsia fungsional didefinisikan
sebagai sindrom yang mencakup satu atau lebih dari gejala-gejala
berikut: perasaan perut penuh setelah makan, cepat kenyang, atau rasa
terbakar di ulu hati, yang berlangsung sedikitnya dalam 3 bula
terakhir, dengan awal mula gejala sedikitnya timbul 6 bulan sebelum
diagnosis (Douglas A dan Drossman M, 2009).
b. Klasifikasi Dispepsia
1. Dispepsia organik
Dispepsia organik yaitu bila telah diketahui adanya kelainan
organik sebagai penyebabnya. Sindroma dispepsi organik terdapat
kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka)
lambung, gastritis, radang empedu, dan lain-lain.
2. Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus (DNU)
Dispepsia fungsional, yaitu bila tidak jelas penyebabnya.
Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur
organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan
endoskopi (teropong saluran pencernaan).
sebelumnya
melaporkan
baru
timbulnya
gejala.
Di
seperti
Pedas,
pencetus,
asam,
tinggi
makanan
lemak,
bukan
tukak,
serta
pada
penyakit
refluks
secara
klinis:
omeprazole,
lanzoprazol,
dan
metoklopramid.
Antagonis
reseptor
Senyawa
ini
merupakan
kompleks
aluminium
(tepat
dosis,
tepat
indikasi,
tepat
Tekanan darah
(mmHg)
Nadi
(x/menit)
Suhu
(oC)
4/9/2014
130/80
60
36
5/9/2014
130/80
80
36,2
6/9/2014
110/70
80
36
7/9/2014
130/80
84
36
8/9/2014
130/80
72
36,2
9/9/2014
130/90
84
36,2
10/9/2014
130/90
84
36
11/9/2014
130/80
88
36,2
12/9/2014
130/80
89
36,2
Hasil
4/9/2014
Satuan
Nilai rujukan
1,3
20
Mg/dl
0,9-1,4
Mg %
< 200
< 200
15,1
*10,6
45
5,4
240
g%
10^3L
%
10^3L
10^3L
12-16
5-10
38-46
3,5-5,4
150-400
14
18
Hasil
8/9/2014
U/L
U/L
Satuan
< 35
< 41
Nilai rujukan
15,1
9,9
45
5,38
*122
g%
10^3L
%
10^3L
10^3L
12-16
5-10
38-46
3,5-5,4
150-400
Hasil
9/9/2014
Satuan
Nilai rujukan
102
165
10
Darah Perifer
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Eritosit
Trombosit
Pemeriksaan
Darah Perifer
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Eritosit
Trombosit
Pemeriksaan
Darah Perifer
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Eritosit
Trombosit
15,4
9,7
47
5,43
*147
g%
10^3L
%
10^3L
10^3L
12-16
5-10
38-46
3,5-5,4
150-400
Hasil
10/9/2014
Satuan
Nilai rujukan
15,4
9,7
45
5,4
*14,6
g%
10^3L
%
10^3L
10^3L
12-16
5-10
38-46
3,5-5,4
150-400
Satuan
Nilai rujukan
g%
10^3L
%
10^3L
10^3L
12-16
5-10
38-46
3,5-5,4
150-400
Hasil
10/9/2014
*16,6
9,7
45
*5,81
*134
Hasil
10/9/2014
Imunoserologi
IgM dengue
IgG dengue
Negatif
Positif
11
Inj ceftriaxone
2x1
Inj ondansetron
3x1
Inj omeprazole
2x1
Inj tramadol
2x1
Antasida tab
3x1
Ambroxol tab
3x1
Alprazolam tab
1x1
Asam mefenamat
3x1
Tramadol tab
2x1
Omeprazole tab
2x1
Adapun daftar obat dan dosis obat yang diberikan kepada pasien
Nama obat
Dosis
12
Inj ceftriaxone
Inj ondansetron
Inj omeprazole
Inj tramadol
Antasida
Asam mefenamat
Nama Obat (8/9/2014)
Inj ceftriaxone
Inj ondansetron
Inj omeprazole
Inj tramadol
Antasida
Ambroxol
Alprazolam
Asam mefenamat
Nama Obat (9/9/2014)
Inj ceftriaxone
Inj ondansetron
Inj omeprazole
Inj tramadol
Antasida
Ambroxol
Alprazolam
Asam mefenamat
Nama Obat (10/9/2014)
Antasida
Ambroxol
Alprazolam
Asam mefenamat
Omperazole
Tramadol
Nama Obat (11/9/2014)
Antasida
Ambroxol
Alprazolam
Asam mefenamat
Omperazole
Tramadol
Nama Obat (12/9/2014)
Antasida
Ambroxol
Alprazolam
Asam mefenamat
Omperazole
Tramadol
d. Terapi Pengobatan
2x1
3x1
2x1
2x1
3x1
3x1
Dosis
2x1
3x1
2x1
2x1
3x1
3x1
1x1
3x1
Dosis
2x1
3x1
2x1
2x1
3x1
3x1
1x1
3x1
Dosis
3x1
3x1
1x1
3x1
2x1
2x1
Dosis
3x1
3x1
1x1
3x1
2x1
2x1
Dosis
3x1
3x1
1x1
3x1
2x1
2x1
13
2 ampul
3 ampul
2 ampul
2 ampul
3 tablet
3 tablet
Jumlah Per Hari
2 ampul
3 ampul
2 ampul
2 ampul
3 tablet
3 tablet
1 tablet
3 tablet
Jumlah Per Hari
2 ampul
3 ampul
2 ampul
2 ampul
3 tablet
3 tablet
1 tablet
3 tablet
Jumlah Per Hari
3 tablet
3 tablet
1 tablet
3 tablet
2 tablet
2 tablet
Jumlah Per Hari
3 tablet
3 tablet
1 tablet
3 tablet
2 tablet
2 tablet
Jumlah Per Hari
3 tablet
3 tablet
1 tablet
3 tablet
2 tablet
2 tablet
saluran
cerna,
sakit
kepala,
agresi,
gangguan
mental,
amnesia,
berat,
14
15
Komposisi : Ambroxol 30 mg
Indikasi : Sebagai mukolitik pada gangguan saluran pernapasan
akut dan kronis yang disertai sekresi bronchial yang abnormal,
khususnya pada eksaserbasi dan bronchitis kronis serta asma
bronchial.
Dosis : 3 kali sehari 1 tablet pada dewasa
Efek samping : Efek samping ringan pada saluran penceranaan
dan reaksi alergi
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap ambroxol.
6. Asam Mefenamat (ISO hal 5)
Komposisi : Asam mefemanat
500 mg
Indikasi : Meredakan nyeri akibat sakit kepala, sakit gigi, paska
operasi, luka
Kontraindikasi : Tukak peptic, kerusakan ginjal, asma yang
sensitive terhadap AINS
Dosis : Awal 500 mg, kemudian 3-4 x sehari 250 mg
Efek samping : Reaksi hematologi dan kulit, gangguan
gastrointestinal
Interaksi obat : Warfarin, cefadroxil
Peringatan : Hamil dan menyusui, ginjal dan hati
7. Ondancentron (BNF, 2011)
Indikasi : Kemoterapi dan radioterapi emetogenik sedang,
kemoterapi emetogenik berat, pencegahan mual dan muntah pasca
operasi, pengobatan mual dan muntah pasca operasi
Efek samping : konstipasi, sakit kepala, pusing, sedikit agak
cegukan, hipotensi, bradikardi, nyeri dada, aritmia, gangguan
gerak, kejang.
Dosis : pencegahan mual muntah pasca operasi 16 mg 1 jam
sebelum anastesi atau 8 mg 1 jam sebelum anastesi diiukti 8 mg
jarak 8 jam untuk 2 dosis lebih lanjut. Kemoterapi atau radioterapi
16
17
f. Interaksi Obat
1. Ondansetron dengan tramadol
Ondansetron mengurangi efek analgesik tramadol sehingga dosis
tramadol perlu ditingkatkan menjadi minimum 2 kali dosis awal.
Hal
ini
menyebabkan
efek
emetik
meningkat
sehingga
19
B. Abses Serebri
1. Uraian Penyakit
1. Defenisi Abses Serebri
Abses serebri (otak)
20
21
dan
divertikulitis
harus
dicari.
Penyebaran
yang
merupakan
organisme
anaerob
atau
22
terjadi
akibat
penyebaran
substansia
alba
dan
grisea;
sedangkan
yang
23
1. Implanmentasi
4. Gejala Klinis
Abses otak bisa menyebabkan berbagai gejala, tergantung kepada
lokasinya. Gejalanya bisa berupa sakit kepala, mual, muntah, rasa
mengantuk, kejang, perubahan kepribadian dan gejala kelainan fungsi
otak lainnya. Gejala-gejala tersebut bisa timbul dalam beberapa hari atau
beberapa minggu. Pada awalnya penderita merasa demam dan
menggigil, tetapi gejala ini baru menghilang ketika tubuh berhasil
menangkal infeksi tersebut.
Pada stadium awal dari infeksi, abses dapat bermanifestasi
sebagai bentuk nonspesifik dari encephalitis disertai dengan peninggian
tekanan intrakranial. Dengan tanda-tanda seperti papil edema, nyeri
kepala dan respirasi serta nadi yang lambat. Papilledema biasanya ada
pada anak besar, dan penonjolan fontanel bisa ada pada bayi muda.
24
25
abses otak sembuh sama sekali. Terapi antibiotik harus berdasarkan hasilhasil biakan dan tes sensitivitas.
1. Antibiotik
Pengobatan untuk abses otak adalah antibiotik, yang paling
sering digunakan adalah pemberian oxacillin 2 gr IV tiap 4 jam atau
penicillin G 4 juta unit IV tiap 4 jam, metronidazole 500 mg IV tiap 6
jam, dan ceftriaxone 2-4 gr tiap 12 jam. Jika tidak ada respon,
dipertimbangkan
pemberian
amfoterisin
untuk
menangani
26
patogen
pada
umumnya,
dan
lebih
baik
dalam
diantisipasi
27
dengan
cephalosporin
parenteral
paling
efektif
melawan
methicillin-resisten
juga
dapat
menembus
sawar
darah-otak,
meliputi
28
29
30
di ruang keperawatan.
8. Mengkaji kerasionalan
(tepat
dosis,
tepat
indikasi,
tepat
: Ny. Y
: 1153644
: Perempuan
: Jakarta, 28 Agustus 1986
: Jln. KPBB I RT.005/006 Karet, Jakarta
Pusat.
Tanggal masuk
: 29 agustus 2014
Diagnosa kerja
: Susp Abses Cerebri
Riwayat penyakit sekarang : Pasien dating dengan keluhan estremites
sebelah kiri terasa baal sejak 2 minggu,
pasien juga merasa bahwa seluruh tubuh
31
Tekanan darah
(mmHg)
Nadi
(x/menit)
Suhu
(C)
Pernafasan
(x/menit)
29/8/2014
120/80
84
36.6
16
30/8/2014
120/70
84
36.6
16
1/9/2014
110/80
84
36.5
16
2/9/2014
110/80
88
37.5
16
3/9/2014
100/70
84
37.4
16
4/9/2014
110/80
80
37.3
18
5/9/2014
110/80
80
37
16
6/9/2014
110/70
80
36
16
7/9/2014
110/80
80
36
16
8/9/2014
110/80
80
37.6
16
9/9/2014
120/80
80
37.5
16
10/9/2014
110/80
80
37
16
119/2014
120/80
80
36.5
16
12/9/2014
130/80
80
36
16
13/9/2014
110/70
84
36.7
20
14/9/2014
120/80
81
36.5
16
15/9/2014
120/80
80
36.5
16
16/9/2014
120/80
80
37
16
32
17/9/2014
120/80
80
36.7
16
18/9/2014
120/80
80
36.5
16
19/9/2014
120/80
80
36.5
16
20/9/2014
130/80
80
36.5
20
21/9/2014
120/80
80
36
18
22/9/2014
120/80
80
36.5
18
23/9/2014
120/80
110
36.2
23
24/9/2014
130/80
106
36.3
22
25/9/2014
130/80
92
36.2
16
26/9/2014
120/80
84
36.2
16
27/9/2014
120/70
112
36.5
22
28/9/2014
120/80
102
36.3
18
29/9/2014
120/80
112
36.5
21
Pemeriksaan
Kimia Klinik
Kreatinin
Ureum
Gula Darah
Gula darah sewaktu
Darah Perifer
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Eritosit
Trombosit
Masa Protrombin
SGOT
Hasil
29/8/2014
Satuan
Nilai rujukan
*0,8
15
Mg/dl
0,9-1,4
Mg/dl
< 200
*9,7
*43
32
*3,66
242
g%
10^3L
%
10^3L
10^3L
12-16
5-10
38-46
3,5-5,4
150-400
*37
U/L
< 35
100
33
SGPT
Pemeriksaan
Masa Protrombin
SGOT
SGPT
Pemeriksaan
Masa Protrombin
SGOT
SGPT
Pemeriksaan
Darah Perifer
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Eritosit
Trombosit
Pemeriksaan
Darah Perifer
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Eritosit
Trombosit
Pemeriksaan
Darah Perifer
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Eritosit
Trombosit
38
Hasil
4/9/2014
U/L
Satuan
< 41
Nilai rujukan
*37
22
U/L
U/L
< 35
< 41
Hasil
5/9/2014
Satuan
*36
23
U/L
U/L
< 35
< 41
Hasil
10/9/2014
Satuan
Nilai rujukan
*9,2
*38
*31
*3,3
308
g%
10^3L
%
10^3L
10^3L
12-16
5-10
38-46
3,5-5,4
150-400
Hasil
12/9/2014
Satuan
Nilai rujukan
*9,2
*29
*29
*3,89
318
g%
10^3L
%
10^3L
10^3L
12-16
5-10
38-46
3,5-5,4
150-400
Hasil
24/9/2014
Satuan
Nilai rujukan
*11,9
*49
*36
*4,06
306
g%
10^3L
%
10^3L
10^3L
12-16
5-10
38-46
3,5-5,4
150-400
Nilai rujukan
Nama obat
Dosis
Infus RL
Inj Neulin PS
Inj dexametasone
Inj ranitidin
Inj tramadol
Rifampisin tab
INH tab
Ciprofloxacin tab
Duviral tab
Efeviren tab
Kotrimoksazole
20 tpm
2x1
3x1
3x1
3x1
1x1
1x1
2x1
2x1
1x1
1x2
29/8
30/8
1/9
35
2/9
Tanggal
3/9
4/9
5/9
6/9
7/9
36
Nama obat
Dosis
Infus RL
Inj Neulin PS
Inj dexametasone
Inj ranitidin
Inj tramadol
Ceftriaxone 2 gr
Rifampisin tab
INH tab
Ciprofloxacin tab
Duviral tab
Efeviren tab
Kotrimoksazole
Pyrimethamin
Klindamicin 600mg
20 tpm
2x1
3x1
3x1
3x1
2x1
1x1
1x1
2x1
2x1
1x1
1x2
1x1
4x1
8/9
9/9
37
10/9
Tanggal
11/9 12/9 13/9
14/9
15/9
16/9
OBH syrup
3x1
Nama obat
Dosis
Infus RL
Inj Neulin PS
Inj dexametasone
Inj ranitidin
Inj tramadol
Inj Ceftrixone 2 gr
Rifampisin tab
INH tab
Ciprofloxacin tab
Duviral tab
Efeviren tab
Kotrimoksazole
Pyrimethamin
Klindamicin 600mg
OBH syrup
20 tpm
Nama obat
Dosis
Infus RL
2x1
3x1
3x1
3x1
2x1
1x1
1x1
2x1
2x1
1x1
1x2
1x1
4x1
3x1
17/9
18/9
19/9
Tanggal
27/9
28/9
29/9
20 tpm
Inj Neulin PS
2x1
Inj dexametasone
3x1
Inj ranitidin
3x1
Inj tramadol
3x1
Inj Ceftrixone 2 gr
2x1
Rifampisin tab
1x1
INH tab
1x1
Ciprofloxacin tab
2x1
Duviral tab
2x1
Efeviren tab
1x1
Kotrimoksazole
1x2
Pyrimethamin
1x1
Klindamicin 600mg
4x1
38
Tanggal
20/9 21/9 23/9
24/9
25/9
26/9
OBH syrup
3x1
Asam mefenamat
3x1
Dexanetasone tab
3x1
d. Terapi Pengobatan
1) Neulin ps
Komposisi :Citikolin
Indikasi
:Memelihara kesehatan dengan memperbaiki daya
ingat dan fungsi kognitif.
Efek samping : Bau badan seperti ikan (pada penggunaan dosis
tinggi), keringat berlebihan dan hipotensi (akibat asupan kolin
dosis tinggi), mual, gangguan pencernaan.
Perhatian : Pasien dengan trimetiluria genetik primer, penyakit
hati yang disebabkan virus hepatitis atau sindrom antifosfolipidantibodi. Anak. Hamil dan laktasi.
Dosis : 1-2 kapsul/ hari, Berikan bersama makanan.
2) Ranitidin (BNF, 2009)
Indikasi : Gastrik jinak, ulkus duodenum, dispepsia episode kronik,
penyakit penurunan gastroesofagus, penurunan asam lambung,
sindrom ZollingerEllison, kondisi lain dari penurunan asam
lambung
Efek samping : Diare dan gangguan gastrointestinal lain, tes fungsi
hati diubah (kerusakan hati jarang), sakit kepala, pusing, dan
kelelahan. Efek samping jarang termasuk pankreatitis akut,
bradikardi, AV blok, kebingungan, depresi, halusinasi terutama
pada orang tua atau sangat sakit, reksi hipersensitif (termasuk
demam, artralgtia, malgia, anafilaksis), gangguan darah ( termasuk
agranulositosis, leukopenia, pankitopenia, trombositopenia), dan
39
mL dan
diberikan paling sedikit 2 menit dan bias diulangi setiap 6-8 jam.
Melalui infus intravena 25 mg/jam untuk 2 jam, bias diulangi
setiap 6-8 jam.
3) Inj. Ceftriaxone (BNF, 2009)
Komposisi : Ceftriaxone
Indikasi : Infeksi yang disebabkan oleh bakteri patogen pada
saluran nafas, THT, sepsis, meningitis, tulang, sendi, dan jaringan
lunak, intra abdominal, genital, profilaksis periopertif, dan infeksi
pada pasien dengan gangguan kekebalan tubuh.
Dosis : Dewasa dan anak > 12 tahun dan anak dengan BB > 50 kg,
sehari 1x 1-2 g, dapat dinaikkan sampai sehari 4 g, bayi sampai
dengan 14 hari, sehari 1x 20-50 mg/KgBB, tidak boleh lebih dari
50 mg/KgBB. Bayi 15 hari mg/KgBB s/d anak 12 tahun, sehari 1x
20-80 mg/KgBB. Dosis IV 50 mg/KgBB atau lebih, harus
diberikan melalui infus paling cepat 30 menit.
40
41
42
mg/kg bb) per hari, maksimum 600 mg/hari, dua atau tiga kali
seminggu.
Efek Samping : Gangguan saluran cerna meliputi mual, muntah,
anoreksia, diare; pada terapi intermiten dapat terjadi sindrom
influenza, gangguan respirasi (nafas pendek), kolaps dan syok,
anemia hemolitik, anemia, gagal ginjal akut, purpura trombositopenia; gangguan fungsi hati, ikterus; flushing, urtikaria, ruam.
Efek samping lain seperti udem, kelemahan otot, miopati; warna
kemerahan pada urin, saliva dan cairan tubuh lainnya.
7) Isoniazid
Indikasi : Tuberculosis dalam kombinasi dengan obat lain;
profilaksis.
Dosis : Isoniazid (untuk 2 bulan awal dan 4 bulan fase lanjutan).
Dewasa 300 mg sehari, anak 10 mg/kg (maksimal 300 mg) setiap
hari.
Efek Samping : Mual, muntah neuritis optic, neuritis perifer,
kejang, episode psikosis, reaksi hipersensivitas seperti eritema
multiforme, demam, pulpura, agranulositosis; hepatitis (terutama
pada usia lebih dari 35 tahun) sindrom SLE, pellagra,
hiperglikemia dan ginekomastia.
43
tidak
44
45
toksisitas
hematologis
46
47
sebaiknya
diberikan
antiemetic
yang
tidak
48
49
Kombinasi
terapi
Klindamisin,
pyrimethamin
dan
sebaiknya
diberikan
50
51
2.
c. Saran
1. Untuk pemberian obat yang berinteraksi dianjurkan diminum
dengan selang waktu 2-3 jam.
2. Untuk farmasis diharapkan terlebih dahulu dilakukan screening
resep untuk menghindari terjadinya DRP.
DAFTAR PUSTAKA
Baxter, K. 2009. Stockleys Drug Interaction. Eight Edition. Pharmaceutical
Press, London and Chicago, hal : 287
BNF 61, 2011. Britsh National Formulary 61 March 201I, hal : 37
BPOM, 2008. Informatorium Obat Indonesia (IONI) ;Sagung Seto. Jakarta.
Brunton L.L. 2011. Goodman n Gilmans The Pharmacological Basis of
Therapeutics. 12th Edition. Mc Graw Hill Medical, hal : 968
52
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi. EGC: Jakarta.
Douglas A dan Drossman M. appendix B Rome III Diagnostic Criteria for
Functional Gastrointestinal Disorders. Am J Gastroenterol.
2009;105:798801.
Djojodiningrat D. Dispepsia Fungsional. In: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. p.354-6
ISFI, 2012. ISO Farmakoterapi ISFI Jakarta
ISFI, 2008. ISO Farmakoterapi ISFI Jakarta.
Matsuda et all. Fonctional dyspepsia review of phatophysiology and treatment the
open gastroenterology journal. 2009.3.11-12
Medscape. 2014. Drug Interactions checker.
Koda, kimble & youngs. 2009. Applied therapeutics tenth edition. Lippinco
williams & wilkins. Philadelpia, hal : 667
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinis. Jakarta.
Price, Sylvia A.2005.Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit Ed.6
vol.2. Jakarta : EGC
Retma.
2012.
Askep
abses
otak
[online].
Available
from:
http;//retma.poenya.blogspot.com/2012/01/aspek-abses otak.html. diakses
23 september 2010.
Talley, NJ., Vakil, N., and the Practice Parameters Committee of The American
College of Gastroenterology. Guidelines for The Management of
Dyspepsia. American Journal of Gastroenterology. 2005. By Am. Coll. of
Gastroenterology, Published by Blackwell Publishing, ISSN 0002-9270,
doi: 10.1111/j.1572-0241.2005.00225.x.
Tjay. Tan. Hoan, 2007. Obat-Obat Penting. Elex Media Komputindo : Jakarta.
53
54