Anda di halaman 1dari 34

LOGBOOK

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI PBF KEBAYORAN PHARMA
19 Oktober – 31 Oktober 2020

Disusun Oleh :

Sinta Aprillita, S.Farm


No. BP : 2041012037

ANGKATAN I TAHUN 2020


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

LOGBOOK
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PBF KEBAYORAN PHARMA
19 OKTOBER – 31 OKTOBER 2020

Oleh :
Sinta Aprillita, S.Farm

No. Bp : 2041012037

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. apt. Rustini, M. Si apt. M. Minal Aizin, S.Farm


NIP. 196506031992032003 Apoteker Penanggung Jawab
PT. Kebayoran Pharma Cabang
Padang

Diketahui oleh :

Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker


Ketua,

apt. Rahmi Yosmar, S.Farm, M.Farm


NIP. 19851017 201012 2 005
LOGBOOK

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


BIDANG DISTRIBUSI

PROGRAM PESTUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

Hari ke: 1 Hari: Senin Tanggal: 19 Oktober 2020


Pukul Kegiatan Keterangan
(tempat/nama
pemateri/dll)
09.00 – 10.00  Peraturan terkait PBF Diskusi Bersama dengan
Pembimbing 1 ibu
(Dr. apt. Rustini, M. Si)

16.00 – 17.00  Peraturan Terkait PBF Diskusi Bersama dengan


Pembimbing II
Lapangan bapak
(apt M. Minal Aizin,
S.Farm)

Resume materi/Kegiatan

 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


Pasal 98 :
(1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman, berkhasiat/bermanfaat,
bermutu, dan terjangkau.
(2) Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dilarang
mengadakan, menyimpan, mengolah, mempromosikan, dan mengedarkan
obat dan bahan yang berkhasiat obat.
(3) Ketentuan mengenai pengadaan, penyimpanan, pengolahan, promosi,
pengedaran sediaan farmasi dan alat kesehatan harus memenuhi standar
mutu pelayanan farmasi yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
(4) Pemerintah berkewajiban membina, mengatur, mengendalikan, dan
mengawasi pengadaan, penyimpanan, promosi, dan pengedaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
Pasal 104 :
(1) Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan diselenggarakan untuk
melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan
sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan
mutu dan/atau keamanan dan/atau khasiat/kemanfaatan.

 PP 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian


Pasal 14 :
(1) Setiap Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi berupa obat
harus memiliki seorang Apoteker sebagai penanggung jawab.
(2) Apoteker sebagai penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis
Kefarmasian.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian
dalam Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 15 :
Pekerjaan Kefarmasian dalam Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan
Farmasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 harus memenuhi ketentuan Cara
Distribusi yang Baik yang ditetapkan oleh Menteri
Pasal 16 :
(1) Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 harus menetapkan Standar Prosedur
Operasional.
(2) Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis dan
diperbaharui secara terus menerus sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 17 :
Pekerjaan Kefarmasian yang berkaitan dengan proses distribusi atau penyaluran
Sediaan Farmasi pada Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi wajib
dicatat oleh Tenaga Kefarmasian sesuai dengan tugas dan fungsinya.

 Pemenkes RI No. 1148/Menkes/Per/VI/2011 tentang Pedagang Besar


Farmasi
Pasal 2 :
(1) Setiap pendirian PBF wajib memiliki izin dari Direktur Jenderal
(2) Setiap PBF dapat mendirikan PBF Cabang.
(3) Setiap pendirian PBF Cabang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib
memperoleh pengakuan dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi di wilayah
PBF Cabang berada
Pasal 3 :
(1) Izin PBF berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan.
(2) Pengakuan PBF Cabang berlaku mengikuti jangka waktu izin PBF
Pasal 5 :
Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, PBF yang
akan menyalurkan bahan obat juga harus memenuhi persyaratan:
a. memiliki laboratorium yang mempunyai kemampuan untuk pengujian
bahan obat yang disalurkan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
Direktur Jenderal; dan
b. memiliki gudang khusus tempat penyimpanan bahan obat yang terpisah
dari ruangan lain
Pasal 11 :
Izin PBF dinyatakan tidak berlaku, apabila:
a. masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang;
b. dikenai sanksi berupa penghentian sementara kegiatan; atau
c. izin PBF dicabut.
Pasal 12 :
Pengakuan Cabang PBF dinyatakan tidak berlaku, apabila:
a. masa berlaku Izin PBF habis dan tidak diperpanjang;
b. dikenai sanksi berupa penghentian sementara kegiatan; atau
c. pengakuan dicabut.
(1)
Pasal 15 :
(1) PBF dan PBF Cabang harus melaksanakan pengadaan, penyimpanan
dan penyaluran obat dan/atau bahan obat sesuai dengan CDOB yang
ditetapkan oleh Menteri
(2) Penerapan CDOB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai pedoman teknis CDOB yang ditetapkan oleh Kepala Badan.
(3) PBF dan PBF Cabang yang telah menerapkan CDOB diberikan
sertifikat CDOB oleh Kepala Badan.
Pasal 16 :
(1) Setiap PBF atau PBF Cabang wajib melaksanakan dokumentasi
pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran di tempat usahanya dengan
mengikuti pedoman CDOB.
(2) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara
elektronik.
(3) Dokumentasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) setiap
saat harus dapat diperiksa oleh petugas yang berwenang.
Pasal 16 :
(1) Setiap PBF dan PBF Cabang dilarang menjual obat atau bahan obat
secara eceran.
(2) Setiap PBF dan PBF Cabang dilarang menerima dan/atau melayani resep
dokter.
Pasal 18 :
(1) PBF dan PBF Cabang hanya dapat menyalurkan obat kepada PBF atau
PBF Cabang lain, dan fasilitas pelayanan kefarmasian sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Fasilitas pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. apotek;
b. instalasi farmasi rumah sakit;
c. puskesmas;
d. klinik; atau toko obat.
(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PBF
dan PBF Cabang tidak dapat menyalurkan obat keras kepada toko obat.
(4) Untuk memenuhi kebutuhan pemerintah, PBF dan PBF Cabang dapat
menyalurkan obat dan bahan obat kepada instansi pemerintah yang
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 21 :
(1) PBF dan PBF Cabang hanya dapat menyalurkan bahan obat kepada
industri farmasi, PBF dan PBF Cabang lain, apotek, instalasi farmasi
rumah sakit dan lembaga ilmu pengetahuan.
(2) Penyaluran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan surat
pesanan yang ditandatangani apoteker pengelola apotek atau apoteker
penanggung jawab.
(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) surat
pesanan untuk lembaga ilmu pengetahuan ditandatangani oleh pimpinan
lembaga.
Pasal 22 :
Setiap PBF dan PBF Cabang yang melakukan pengadaan, penyimpanan, dan
penyaluran narkotika wajib memiliki izin khusus sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 23 :
(1) Setiap PBF atau PBF Cabang yang melakukan pengubahan kemasan
bahan obat dari kemasan atau pengemasan kembali bahan obat dari
kemasan aslinya wajib melakukan pengujian laboratorium.
(2) Dalam hal dilakukan pengubahan kemasan atau pengemasan kembali
bahan obat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PBF atau PBF Cabang
wajib memiliki ruang pengemasan ulang sesuai persyaratan CDOB.
Pasal 24 :
Selain menyelenggarakan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat dan/atau
bahan obat, PBF mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan dan pelatihan.
Pasal 25 :
(1) Gudang dan kantor PBF atau PBF Cabang dapat berada pada lokasi yang
terpisah dengan syarat tidak mengurangi efektivitas pengawasan intern
oleh direksi/pengurus dan penanggung jawab.
(2) Dalam hal gudang dan kantor PBF atau PBF Cabang berada dala lokasi
yang terpisah maka pada gudang tersebut harus memiliki apoteker.
Pasal 26 :
(1) PBF dan PBF Cabang dapat melakukan penambahan gudang atau
perubahan gudang.
(2) Setiap penambahan atau perubahan gudang PBF sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus memperoleh persetujuan dari Direktur Jenderal.
(3) Setiap penambahan atau perubahan gudang PBF Cabang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memperoleh persetujuan dari Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi.
Pasal 29 :
Gudang tambahan hanya melakukan kegiatan penyimpanan dan penyaluran
sebagai bagian dari PBF atau PBF Cabang.
Pasal 30 :
(1) Setiap PBF dan cabangnya wajib menyampaikan laporan kegiatan setiap
3 (tiga) bulan sekali meliputi kegiatan penerimaan dan penyaluran obat
dan/atau bahan obat kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada
Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM.
(2) Selain laporan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktur
Jenderal setiap saat dapat meminta laporan kegiatan penerimaan dan
penyaluran obat dan/atau bahan obat.
(3) Setiap PBF dan PBF Cabang yang menyalurkan narkotika dan
psikotropika wajib menyampaikan laporan bulanan penyaluran narkotika
dan psikotropika sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat
dilakukan secara elektronik dengan menggunakan teknologi informasi
dan komunikasi.
(5) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) setiap saat harus dapat
diperiksa oleh petugas yang berwenang.
Pasal 31 :
(1) Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota
melakukan pembinaan secara berjenjang terhadap segala kegiatan yang
berhubungan dengan peredaran obat atau bahan obat.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk :
a. menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan
bahan obat untuk pelayanan kesehatan; dan
b. melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan obat atau bahan
obat yang tidak tepat dan/atau tidak memenuhi persyaratan mutu,
keamanan, dan kemanfaatan.
(3) Pedoman mengenai pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Pasal 32 :
(1) Pengawasan terhadap PBF dan PBF Cabang sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri ini dilaksanakan oleh Kepala Badan.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk :
a. menjamin obat dan bahan obat yang beredar memenuhi
persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan; dan
b. menjamin terselenggaranya penyaluran obat dan bahan obat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Pedoman mengenai pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Kepala Badan.
Pasal 33 :
(1) Pelanggaran terhadap semua ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dapat
dikenai sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. peringatan;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. pencabutan pengakuan; atau
d. pencabutan izin.
(3) Penghentian sementara kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b berlaku paling lama 21 hari kerja dan harus dilaporkan kepada
Direktur Jenderal.

 Permenkes No. 34 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Permekes No.


1148/Menkes/Per/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi
Pasal 4 :
(1) Untuk memperoleh izin PBF, pemohon harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. berbadan hukum berupa perseroan terbatas atau koperasi;
b. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. memiliki secara tetap apoteker Warga Negara Indonesia sebagai
penanggung jawab;
d. komisaris/dewan pengawas dan direksi/pengurus tidak pernah
terlibat baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang farmasi dalam kurun
waktu 2 (dua) tahun terakhir;
e. menguasai bangunan dan sarana yang memadai untuk dapat
melaksanakan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat serta
dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi PBF;
f. menguasai gudang sebagai tempat penyimpanan dengan
perlengkapan yang dapat menjamin mutu serta keamanan obat
yang disimpan; dan memiliki ruang penyimpanan obat yang
terpisah dari ruangan lain sesuai CDOB.
Pasal 7 :
(1) Untuk memperoleh izin PBF, pemohon harus mengajukan permohonan
kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM dengan menggunakan
contoh Formulir 1 sebagaimana terlampir.
(2) Permohonan harus ditandatangani oleh direktur/ketua dan apoteker calon
penanggung jawab disertai dengan kelengkapan administrative sebagai
berikut:
a. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)/identitas direktur/ketua;
b. susunan direksi/pengurus;
c. pernyataan komisaris/dewan pengawas dan direksi/pengurus tidak
pernah terlibat pelanggaran peraturan perundangundangan di
bidang farmasi dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir;
d. akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e. surat Tanda Daftar Perusahaan;
f. fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan;
g. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak;
h. surat bukti penguasaan bangunan dan gudang;
i. peta lokasi dan denah bangunan
j. surat pernyataan kesediaan bekerja penuh apoteker penanggung
jawab; dan
k. fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker penanggung jawab.
(3) Untuk permohonan izin PBF yang akan menyalurkan bahan obat selain
harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
melengkapi surat bukti penguasaan laboratorium dan daftar peralatan.
Pasal 9 :
(1) Untuk memperoleh pengakuan sebagai PBF Cabang, pemohon harus
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, Kepala Balai POM, dan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh
Formulir 6 sebagaimana terlampir.
(2) Permohonan harus ditandatangani oleh kepala PBF Cabang dan apoteker
calon penanggung jawab PBF Cabang disertai dengan kelengkapan
administratif sebagai berikut:
a. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)/identitas kepala PBF
Cabang;
b. fotokopi izin PBF yang dilegalisasi oleh Direktur Jenderal;
c. surat penunjukan sebagai kepala PBF Cabang;
d. pernyataan kepala PBF Cabang tidak pernah terlibat pelanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang farmasi dalam kurun
waktu 2 (dua) tahun terakhir;
e. surat pernyataan kesediaan bekerja penuh apoteker calon
penanggung jawab;
f. surat bukti penguasaan bangunan dan gudang;
g. peta lokasi dan denah bangunan; dan
h. fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker calon penanggung
jawab
(3) Untuk permohonan izin PBF yang akan menyalurkan bahan obat selain
harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
melengkapi surat bukti penguasaan laboratorium dan daftar peralatan.
Pasal 12A :
(1) Dalam hal terjadi perubahan nama dan/atau alamat PBF serta perubahan
lingkup kegiatan penyaluran obat atau bahan obat, wajib dilakukan
pembaharuan izin PBF.
(2) Dalam hal terjadi perubahan izin PBF dan/atau alamat PBF Cabang wajib
dilakukan pembaharuan pengakuan PBF Cabang.
(3) Tata cara memperbaharui izin PBF atau pengakuan PBF Cabang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), berlaku ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 sampai dengan Pasal 10.
Pasal 13 :
(1) PBF dan PBF Cabang hanya dapat mengadakan, menyimpan dan
menyalurkan obat dan/atau bahan obat yang memenuhi persyaratan mutu
yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dari industri farmasi
dan/atau sesama PBF.
(3) PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan bahan obat dari industry
farmasi, sesama PBF dan/atau melalui importasi.
(4) Pengadaan bahan obat melalui importasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
(5) PBF Cabang hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dan/atau bahan
obat dari PBF pusat.
(6) PBF dan PBF Cabang dalam melaksanakan pengadaan obat atau bahan
obat harus berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani apoteker
penanggung jawab dengan mencantumkan nomor SIKA.
Pasal 14 :
(1) Setiap PBF dan PBF Cabang harus memiliki apoteker penanggung jawab
yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan ketentuan pengadaan,
penyimpanan dan penyaluran obat dan/atau bahan obat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13.
(2) Apoteker penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memiliki izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Apoteker penanggung jawab dilarang merangkap jabatan sebagai
direksi/pengurus PBF atau PBF Cabang.
Pasal 14B :
(1) Setiap pergantian apoteker penanggung jawab, pergantian direktur/ketua
PBF, wajib memperoleh persetujuan dari Direktur Jenderal dengan
tembusan kepada Kepala Badan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
(2) Setiap pergantian apoteker penanggung jawab, pergantian direktur/ketua
PBF Cabang, wajib memperoleh persetujuan dari Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, Kepala
Badan, dan Kepala Balai POM.
(3) Untuk memperoleh persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), direksi/pengurus PBF atau PBF Cabang melaporkan kepada
Direktur Jenderal atau Kepala Dinas Kesehatan Provinsi paling lambat
dalam jangka waktu 6 (enam) hari kerja sejak terjadi perubahan.
(4) Paling lama dalam jangka waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya
laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), DirekturJenderal atau
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi menerbitkan surat persetujuan dengan
tembusan kepada Kepala Badan dan Kepala Balai POM.
Pasal 27 :
(1) Permohonan penambahan gudang PBF diajukan secara tertulis kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi,
Kepala Badan, dan Kepala Balai POM dengan mencantumkan:alamat
kantor PBF pusat;
a. alamat gudang pusat dan gudang tambahan;
b. nama apoteker penanggung jawab pusat; dan
c. nama apoteker penanggung jawab gudang tambahan.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh
direktur/ketua dan dilengkapi dengan persyaratan sebagai berikut :
a. fotokopi izin PBF;
b. fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker calon penanggung
jawab gudang tambahan;
c. surat pernyataan kesediaan bekerja penuh apoteker penanggung
jawab;
d. surat bukti penguasaan bangunan dan gudang; dan
e. peta lokasi dan denah bangunan gudang tambahan.
(3) Permohonan penambahan gudang PBF Cabang diajukan secara tertulis
kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan mengikuti ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
Pasal 28 :
(1) Permohonan perubahan gudang PBF diajukan secara tertulis kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi,
Kepala Badan, dan Kepala Balai POM dengan mencantumkan:alamat
kantor PBF pusat;
a. alamat gudang; dan
b. nama apoteker penanggung jawab.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangan oleh
direktur/ketua dan dilengkapi dengan persyaratan sebaga berikut :
a. fotokopi izin PBF; dan
b. peta lokasi dan denah bangunan gudang.
(3) Permohonan perubahan gudang PBF Cabang diajukan secara tertulis
kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan mengikuti ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

 Permenkes No. 30 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Permekes No.


1148/Menkes/Per/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi
Pasal 14A :
(1) Dalam hal apoteker penanggung jawab tidak dapat melaksanakan tugas,
PBF atau PBF Cabang harus menunjuk apoteker lain sebagai pengganti
sementara yang bertugas paling lama untuk waktu 3 (tiga) bulan.
(2) PBF atau PBF Cabang yang menunjuk apoteker lain sebagai pengganti
sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis kepada kepala dinas kesehatan provinsi
setempat dengan tembusan Kepala Balai POM.
Pasal 19 :
(1) PBF Cabang hanya dapat menyalurkan obat dan/atau bahan obat di
wilayah provinsi sesuai surat pengakuannya.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PBF
Cabang dapat menyalurkan obat dan/atau bahan obat di wilayah provinsi
terdekat untuk dan atas nama PBF Pusat yang dibuktikan dengan Surat
Penugasan/Penunjukan.
(3) Setiap Surat Penugasan/Penunjukkan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) berlaku hanya untuk 1 (satu) daerah provinsi terdekat yang dituju
dengan jangka waktu selama 1 (satu) bulan.
(4) PBF Cabang yang menyalurkan obat dan/atau bahan obat di daerah
provinsi terdekat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menyampaikan
pemberitahuan atas Surat Penugasan/Penunjukan secara tertulis kepada
kepala dinas kesehatan provinsi yang dituju dengan tembusan kepala
dinas kesehatan provinsi asal PBF Cabang, Kepala Balai POM provinsi
asal PBF Cabang dan Kepala Balai POM provinsi yang dituju.

Pasal 20 :
(1) PBF dan PBF Cabang hanya melaksanakan penyaluran obat berdasarkan
surat pesanan yang ditandatangani apoteker pemegang SIA, apoteker
penanggung jawab, atau tenaga teknis kefarmasian penanggung jawab
untuk toko obat dengan mencantumkan nomor SIPA atau SIPTTK.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
penyaluran obat berdasarkan pembelian secara elektronik (E-Purchasing)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peratura perundang-undangan

 Peraturan BPOM No. 9 Tahun 2019 tentang Pedoman Teknis Cara


Distribusi Obat yang Baik
Pasal 2 :
(1) PBF, PBF Cabang, dan Instalasi Sediaan Farmasi dalam
menyelenggarakan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran Obat
dan/atau Bahan Obat wajib menerapkan pedoman teknis CDOB.
(2) Pedoman teknis CDOB meliputi:
a. manajemen mutu;
b. organisasi, manajemen, dan personalia;
c. bangunan dan peralatan;
d. operasional;
e. inspeksi diri;
f. keluhan, Obat, dan/atau Bahan Obat kembalian, diduga palsu dan
penarikan kembali;
g. transportasi;
h. fasilitas distribusi berdasarkan kontrak;
i. dokumentasi;
j. ketentuan khusus Bahan Obat;
k. ketentuan khusus produk rantai dingin; dan
l. ketentuan khusus narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi.
(3) Pedoman teknis CDOB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Badan ini.
Pasal 4 :
(1) Untuk membuktikan penerapan pedoman teknis CDOB, PBF, dan PBF
Cabang wajib memiliki Sertifikat CDOB.
(2) Sertifikat CDOB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh
Kepala Badan.
(3) Tata cara penerbitan Sertifikat CDOB sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 5 :
(1) Setiap PBF, PBF Cabang, Instalasi Sediaan Farmasi, dan Industri Farmasi
yang melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (1), Pasal 3 ayat (1), dan Pasal 4
ayat (1) Peraturan Badan ini dikenai sanksi administratif sebagai berikut:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan; dan/atau
c. pencabutan Sertifikat CDOB.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
Kepala Badan.
Pasal 6 :
Pengenaan sanksi administratif berupa pencabutan Sertifikat CDOB sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c diberikan dalam hal:
a. terjadi penyimpangan penerapan CDOB yang mengakibatkan
penyalahgunaan pendistribusian Obat dan/atau Bahan Obat; atau
b. PBF atau PBF Cabang dengan sengaja melakukan tindakan yang
mengakibatkan tidak terlaksananya penerapan CDOB.
Pasal 7 :
Tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Kepala Badan yang mengatur mengenai
tindak lanjut hasil pengawasan.

*Pedoman teknis CDOB dapat dilihat dilampiran Peraturan BPOM No .9 Tahun


2019

Pengesahan
Pembimbing 1 Pembimbing 2 Mahasiswa

Sinta Aprillita, S. Farm


Dr. apt. Rustini, M. Si apt. M. Minal Aizin, S.Farm
LOGBOOK

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


BIDANG DISTRIBUSI

PROGRAM PESTUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
ANDALAS

Hari ke: 2 Hari: Selasa Tanggal : 20 Oktober 2020


Pukul Kegiatan Keterangan
(tempat/nama
pemateri/dll)
09.30-11.00 Pengenalan ruangan gudang dan Diskusi kelompok
Pengadaan di PBF Kebayoran Anggota PKPA Distribusi
Pharma PT. Kebayoran Pharma
Bersama Pembimbing 2
(apt, M. Minal Aizin,
S.Farm)

Resume materi/Kegiatan

Pengenalan Ruangan Gudang dan Pengadaan Di PBF Kebayoran


Pharma Cabang Padang

PBF Kebayoran Pharma merupakan PBF yang melakukan pengadaan,


penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai
ketentuan peraturan perundang- undangan. PBF kebayoran Pharma Pusat berada di Jl.
Garuda No.79, RT.9/RW.6, Gn. Sahari Sel., Kec. Kemayoran, Jakarta, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta, untuk cabang daerah sumatera barat PBF ini berlokasi di Jl. Koto
Marapak No.10A, Padang. PBF ini dapat menyalurkan sediaan farmasi berupa Obat
Bebas, Obat Bebas Terbatas, Obat Keras, Prekursor, Psikotropika, Obat Obat Tertentu,
Kosmetik, Suplemen, Multivitamin, Obat Herbal, Injeksi, dan dahulu juga
menyalurkan alat kesehatan. Untuk penyalurannya sendiri sediaan farmasi
didistribusikan ke Apotek, Klinik, Rumah sakit, PBF lain, Dinkes, Toko Obat, dan
dokter praktek.
PBF ini memiliki gudang penyimpanan yang terdiri dari beberapa bagian/ ruangan
gudang diantaranya adalah :
1. Ruangan AC dengan suhu dibawah 25oC didalamnya terdapat ruang
psikotropika dan ruang OOT yang terpisah di dalam masing-masing lemari
penyimpanan khusus, dan kunci digandakan serta dipegang oleh APJ
2. Ruang Prekursor, terdapat rak tempat meletakan karton obat dan rak untuk
menyimpan dokumen
3. Ruangan Khusu untuk menyimpan Kosmetik dan barang yang berbau tajam
(Minyak Gandapura dan balsam)
4. Ruang penyimpanan suplemen, vitamin, dan obat herbal terpisah dan
peletakannya terpisah
5. Ruangan AC dengan suhu dibawah 30oC untuk Obat bebas, obat bebas
terbatas, dan obat keras. Penyusunan terpisah sesuai dengan golongan dan
bentuk sediaan obat, kemudian di urutkan berdasarkan Abjad
6. Ruang Karantina untuk enyimpanan barang rusak, barang kadaluwarsa dan
barang retur. Untuk PBF kebayoran farma tidak melakukan pemusnahan obat
secdiri tetapi obat tersebut dibuatkan berita acaranya lalu dikirim ke PBF pusat
untuk dimusknahkan.
Untuk gudang suhu harus dipantau setiap harinya, di gudang terdapat
Thermohigrometer minimal 2 untuk setiap ruangan, dan dicek setiap hari 3 kali yaitu
pada waktu Pagi, Siang dan malam. Untuk area CCP / sediaan rantai dingin biasanya
pada chiller diletakkan Chiller data Loger untuk me record suhu setiap 10 menit dan
data akan tersimpan pada sistem.hal ini sangat penting untuk menjamin mutu dan
stabilitas obat agar obat tetap baik sampai ke tangan konsumen.
Pengadaan Di PBF cabang Kebayoran Pharma dilakukan dengan pemesanan ke
PBF pusat. Pengadaan dilakukan berdasarkan pencatatan dari ASR (Average Salles
Regional) dan data principal berupa podcast. Data tersebut di olah untuk menentukan
seberapa banyak kebutuhan pengadaan sediaan farmasi untuk 1 bulan kedepan.
Biasanya untuk Obat umum pengadaannya dilakukan bisa sampai 2-3 kali dalam
sebulan, sedangkan untuk Prekursor, sediaan psikotropika diadakan sebulan sekali.
Untuk pengadaannya sendiri PBF cabang akan Membuat SP untuk dikirim Ke PBF
pusat, untuk SP Psikotropika berbeda dengan Sp obat Reguler. SP yang telah siap
kemudian dikirimkan melalui Faximail ke PBF pusat Untuk diolah, dan selanjutnya
Hardcopy dari SP dikirimkan ke Pusat.
Setelah barang sampai di PBF cabang biasanya terdapat SKB (Surat Keterangan
Barang) yang terdiri dari 2 apply. SKB di berikan untuk menentukan kesesuaian
barang yang dipesan dengan yang dikirimkan, nanti 1 bagian dikirimkan kebali ke
Pusat sebagai bukti bahwa barang telah sampai dan sesuai dengan pesanan, tak lupa
SKB tersebut di tandatangani oleh APJ dan diberikan Stampel basah. Biasanya untuk
pengadaan barang waktu tungu barang regular adalah 1 minggu karna dikirimkan
melalui ekspedisi darat, sedangakan untuk waktu tunggu CCP adalah 1 hari, melalui
ekpedisi jalur udara, hal ini harus dilakukan sesingkat mungkin untuk mencegah
kerusakan kandungan zat aktif pada sediaan rantai dingin/CCP.
Pengesahan
Pembimbing 1 Pembimbing 2 Mahasiswa

Dr. apt, Rustini, M.Si apt, M. Minal Aizin, S.Farm Sinta Aprillita, S.Farm
LOGBOOK

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


BIDANG DISTRIBUSI

PROGRAM PESTUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
ANDALAS

Hari ke: 3 Hari: Rabu Tanggal : 21 Oktober 2020


Pukul Kegiatan Keterangan
(tempat/nama
pemateri/dll)
15.00 – 16.00 Penyimpanan, struktur, Diskusi kelompok
penyaluran barang Anggota PKPA Distribusi
PT. Kebayoran Pharma
Bersama Pembimbing 2
(Apt, M. Minal Aizin,
S.Farm)

Resume materi/Kegiatan

Penyimpanan, struktur dan penyaluran barang Di PBF Kebayoran Pharma


Cabang Padang

Penyimpanan Barang dan Alur barang


 Untuk barang yang datang dari PBF pusat akan dilengkapi dengan SKB,
kemudian lakukan pengecekan, lihat jumlah, dan kondisi barang.
 Barang yang sudah dilakukan pengecekan dimasukan kegudang dan diperiksa
lagi secara lengkap, kemudian disusun berasrkan barangnya.
 Selanjutnya SKB dimasukan kedalam system KPS (Kebayoran Pharma
Sistem) pada system tersebut akan langsung digunakan sebagai kartu stock
barang.
 Untuk penyimpanan barang regular disimpan pada suhu 25, untuk barang ccp
2- 8.
 Barang yang berada digudang akan keluar dengan system FEFO

Struktur di PBF Kebayoran Pharma


1. Kepala Cabang (Kacab)  Apoteker (APJ)
2. SP VIS  Membantu kerja finance seperti kasir, piutang, dan fakturis
3. Kepala Gudang
4. Pengirim barang I  Salesman
5. Pengirim Barang II  Salesman
Penyaluran barang di PBF
 Outlet penyaluran barang di PT. Kebayoran Pharma : Rumah Sakit, apotek,
took obat dan PBF lainnya.
 Alur pemesanan barang di PT. Kebayoran Pharma : melalui salesman atau
telfon langsung ke office kebayoran.
 Pesanan yang masuk diinput kedalam sistem yang bernama KPS (Kebayoran
Pharma Sistem). Terdiri atas KPS transaksi dan KPS laporan.
 Barang yang diinput ke sistem, kemudian dikeluarkan surat jalannya yang
dikeluarkan oleh Apoteker. Surat jalan ini bisa disebutPacking list. Barang
diambil oleh pegawai gudang berdasarkan surat jalan. Hal yang dimuat dalam
surat jalan adalah : Nama produk, nomor batch, ED, unit dan kemasan.
 Faktur dikeluarkan bersama surat jalan. Hal yang dimuat dalam faktur adalah :
Nama barang, ED, No. Batch, banyak dan harga. Faktur kemudian dibawa ke
outlet yang harus di minta tanda tangan penerima.
 Untuk Penyaluran barang biasa SP bisa ditoleransi untuk dikasih kemudian
ke PBF setelah barang dan faktur diterima oleh outlet. Untuk penyaluran
barang psikotropika, prekursor dan OOT harus ada SP yang dikasih
dahulu ke kantor. Hal yang dimuat dalam SP adalah : Nama obat, zat aktif,
bentuk dan kekuatan sediaan, satuan, jumlah dan keterangan.
 Penyaluran barang CCP (Cold Chain Product) dikirim bersama ice pack
dikasih formulir pemantauan yang memuat : No. Faktur, nama outliet tujuan,
jumlah ice pack dan suhu awal, tanggal dan jam pengiriman, tanggal dan jam
penerimaan, nama produk, No. Batch, ED, jumlah produk dan suhu penerimaan
produk. Suhu penerimaan produk yang dapat diterima oleh outlet adalah 2-8 ͦC.

Pengesahan
Pembimbing 1 Pembimbing 2 Mahasiswa

Dr. apt, Rustini, M.Si apt, M. Minal Aizin, S.Farm Sinta Aprillita, S.Farm
LOGBOOK

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


BIDANG DISTRIBUSI

PROGRAM PESTUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
ANDALAS

Hari ke: 4 Hari: Kamis Tanggal : 22 Oktober 2020


Pukul Kegiatan Keterangan
(tempat/nama
pemateri/dll)
09.30-11.00 Diskusi tentang Syarat / Diskusi kelompok
Dokumen yang harus Disiapkan Anggota PKPA Distribusi
Untuk Menjadi APJ di PBF Bersama Pembimbing 1
(Dr. apt, Rustini R, M.Si)
14.00-15.30 Pengenalan dan Diskusi Tentang Diskusi kelompok
Peraturan yang terkait dengan Anggota PKPA Distribusi
PBF PT. Kebayoran Pharma
Bersama Pembimbing 2
(apt, M. Minal Aizin,
S.Farm)

Resume materi/Kegiatan

 SIPA (Surat Ijin Praktek APoteker) merupakan salah satu syarat kelengkapan
dokumen yang dimiliki apoteker ketika ingin membangun apotek, PBF dan
industry farmasi. SIPA Untuk pendirian PBF dikeluarkan Oleh Dinas
kesehatan Provins sedangkan SIPA untuk Apotek dikeluarkan oleh Dinas
KEsehatan Kabupaten atau Kota. Masa berlaku SIPA adalah 5 tahun
 Izin PBF pusat berlaku selama 5 tahun, untuk PBF cabang mengikuti masa
izin PBF pusat.
 Managemen mutu di PBF sangat berkaitan erat dengan sistem dan SDM yang
berkualitas untuk menjalankan suatu pbf dengan baik dan sesuai dengan
standar CDOB
 APJ di PBF harus bertanggung jawab dalam menjamin mutu obat mulai dari
diterima oleh industry farmasi sampai ketangan konsumen, menjamin
penyimpanan dan transportasi obat sesuai sehingga kualitas obat tetap sama,
dimana pada Industri farmasi aspek CPOB telah tercapai di PBF maka aspek
CDOB juga harus tercapai agar kualitas sediaan farmasi tetap sama.
 SP / surat pesanan obat, untuk di PBF Kebayoran Pharma cabang Padang
pemesanan obat diadakan oleh PBF Pusat. Biasanya SP dikirimakan ke pusat
untuk pengadaan barang. Untuk penerimaan Pesanan dari Outlate/ Fasyankes
biasanya SP diperiksa terlebih dahulu dimana alamat apotek harus jelas dan
masih beroperasi. Dituliskan tanggal pembuatan SP dan pesanan obat yang
dibuat
 Setelah obat siap dikemas maka akan dikirimkan bersamaan dengan faktur.
Pada faktur harus tercantum nama barang, jumlah barang, nomor batch, expire
date serta harga obat. Sebelumnya harus di cek dulu oleh pihak apotek
kesamaan antara SP dengan barang yang diterima. Ketika ada kesalahan maka
obat harus dikembalikan ke PBF. Hal ini dilakukan jika tanggal Expire date
obat sudah terlalu dekat, obatnya salah, atau nomor batch nya berbeda pada
tiap obat. Biasanya untuk pengembalian bisa digantikan dengan uang atau
barang yang baru.
 Stok obat pada suatu PBF atau Apotek harus sesuai dengan kebutuhan
konsumen jika terlalu banyak maka aka nada pemeriksaan oleh BPOM. Sidak
di lakukan bersama dengan Dinas Kesehatan dimana jika terjadi pelanggaran
maka akan diberikan sanksi berupa sanksi teguran; sanksi tulisan dan sanksi
pemberhentian kegiatan.
 Pelaporan Obat Narkotika biasanya untuk apotek dilaporkan satu bulan sekali
ke dinas kesehatan kabupaten atau kota untuk PBF dilaporkan 1 bulan sekali
dan 3 bulan sekali ke dinas Kesehatan provinsi dan Balai POM Provinsi.
 Pengiriman barang/sediaan farmasi beda pulau dilakukan oleh pihak ke tiga/
Ekspedisi. Untuk wilayah kepulauan mentawai pada PBF Kebayoran farma
tidak di cover Karen tidak ada sallesment yang bertugas kesana. Paling jauh
adalah wilayah pasaman barat dan Dharmasraya..
 Perjanjian dengan pihak ekspedisi ditandatangani oleh kepala cabang biasanya
untuk PBF Kebayoran Pharma menggunakan jasa ekspedisi Zataka. Dimana
pihak ekspedisi harus menjamin bahwa barang tidak akan rusak dan tidak
mengalami kehilangan. Apoteker di PBF harus memberikan sosialisasi dan
treatmen pada personalia ekspedisi untuk memperlakukan barang apalagi
untuk barang CCP. Jika ada barang yang rusak atau pecah selama perjalanan
maka kerugian di tanggung oleh pihak ekspedisi, dalam hal ini kontrak kerja
antara jasa ekspedisi dan PBF diperbaharui 1 x setahun.
 Pengadaan barang di rumah sakit pemerintah biasanya menggunakan sistem e-
katalog dimana RS akan merincikan daftar obat apa saja yang dibutuhkan dirumah
sakit tersebut kemudian di lelangkan kepada PBF, PBF mana yang bisa dan mampu
memenuhi kebutuhan tersebut makan itu disebut dengan instilah menang tander.
Untuk PBF kebayoran Pharma tidak pernah ikut dalam Tender RS pemerintah.
Tetapi untuk pengadaan sdiaan farmasi di rumah sakit tidak menutup kemungkinan
untuk pengadaan melalui PBF lainya.

Pengesahan
Pembimbing 1 Pembimbing 2 Mahasiswa

Dr. apt, Rustini R, M.Si apt, M. Minal Aizin, S.Farm Sinta Aprillita, S.Farm
LOGBOOK

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


BIDANG DISTRIBUSI

PROGRAM PESTUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

Hari ke: 5 Hari: Jum’at Tanggal : 23 Oktober 2020


Pukul Kegiatan Keterangan
(tempat/nama
pemateri/dll)
16.00-17.40 Diskusi bersama Kepala Cabang Diskusi kelompok
PBF Kebayoran Pharma Anggota PKPA Distribusi PT.
Kebayoran Pharma Bersama
Pembimbing 2 (apt, M. Minal
Aizin,
S.Farm)

Resume materi/Kegiatan

 Kepala Cabang di PBF Kebayoran Pharma saat ini dipegang oleh Pak Dhoni, yang
mana pak dhoni sendiri baru mulai terjun sebagai seorang kepala cabang, dan masih
perlu belajar banyak mengenai PBF.
 Untuk menjadi seorang kepala cabang itu sedikit sulit administrasinya, harus
menjalankan sesuai SOP yang tidak sembarangan.
 Didalam memilih mitra kerja yang terpenting bagi seorang kepala cabang di
kebayoran pharma adalah mencari mitra yang selalu mau belajar dan diarahkan, dan
didalam perekruitan sendiri dilihat dalam Mangement Training, penilaian sikap jauh
lebih penting.
 PBF Kebayoran Pharma sendiri merupakan salah satu distribusi yang sudah lama
berdiri yaitu dimulai dari tahun 1969.
 Untuk saat ini persaingan yang cukup ketat dirasakan adalah bersaing dengan PBF
local yang mana PBF local ini membeli barang ke PBF Nasional, kemudian PBF local
ini menjual lagi secara ecer.
 Perbedaan antara PBF Nasional dengan PBF local itu adalah selisih diskon yang
mereka tawarkan kepada pembeli, yang mana mereka jauh lebih di untungkan.
 PBF Nasional maupun local tetap harus ada PPN.
 PBF sendiri tidak dibenarkan untuk merubah HNA.
 Strategi bersaing PBF Kebayoran Pharma dengan PBF lainnya adalah dengan
memakai prinsip harus bisa secepat mungkin dengan kualitas yang oke, karena
persaingan dengan PBF lain itu sistemnya hari ini pesan, hari ini antar.
 Untuk pelayanan merupak hal yang utama bagi PBF Kebayoran Pharma, terutama
Salesman yang langsung berkomunikasi dengan custumer, salesman merupakan ujung
tombak perusahaan, tugas seorang Kepala Cabang untuk memastikan sikap Salesman
kepada custumernya.
 Dalam menjalankan PBF Cabang ini lumayan sulit, karna jika ada kendala stock
dipusat tidak ready, maka custumer langsung lari, sehingga pabrik otomatis kosong
barang, dan kehilangan custumer.
 Untuk perencanaan barang di PBF Kebayoran Pharma sendiri melihat dari rata-rata
penjualan 3 bulan terakhir.
 Sementara itu PBF Kebayoran Pharma sendiri juga mengikuti tender, namun numpang
dengan pihak ketiga, dan hal ini juga hanya beberapa item obat regular saja, karena
barang-barang dikebayoran pharma itu kebanyakan obat paten.
 Menjadi seorang Kepala Cabang itu harus bisa merangkap semua kerjaan, supaya bisa
paham jika terjadi kendala pada karyawan, karena karyawan sendiri tidak ada yang
merangkap pekerjaannya.

Pengesahan

Pembimbing 1 Pembimbing 2 Mahasiswa

Dr. apt, Rustini R, M.Si apt, M. Minal Aizin, S.Farm Sinta Aprillita, S.Farm
LOGBOOK

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


BIDANG DISTRIBUSI

PROGRAM PESTUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

Hari ke: 7 Hari: Minggu Tanggal : 25 Oktober 2020


Pukul Kegiatan Keterangan
(tempat/nama
pemateri/dll)
- Hari Libur -

Resume materi/Kegiatan

Hari libur, tidak ada kegiatan.

Pengesahan

Pembimbing 1 Pembimbing 2 Mahasiswa

Dr. apt, Rustini R, M.Si apt, M. Minal Aizin, S.Farm Sinta Aprillita, S.Farm
LOGBOOK

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


BIDANG DISTRIBUSI

PROGRAM PESTUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

Hari ke: 8 Hari: Senin Tanggal : 26 Oktober 2020


Pukul Kegiatan Keterangan
(tempat/nama
pemateri/dll)
16.00 – 17.00 Diskusi tentang pemusnahan Diskusi Bersama dengan
obat atau bahan obat, Pembimbing II Lapangan
pengambilan, pengemasan, bapak
pengiriman, ekspor – impor, (apt. M. Minal Aizin, S.Farm)
distribusi produk ranta dingin
(CCP), Distrbusi narkotika dan
psikotropika, Suhu dan
pengendalian lingkungan,
Kualifikasi, kalibrasi dan validasi.

Resume materi/Kegiatan

A. Pemusnahan
Pemusnahan obat ED dan return dilakukan oleh PBF pusat, hal ini dilakukan untuk
meminimalisir biaya. Barang return / ED biasanya dilakukan 2 atau 1 bulan sebelum
ED. Mekanisme pemusnahannya adalah barang return/ED diterima oleh PBF cabang,
kemudian diinput kedalam system, masuk kedalam gudang rusak beserta dengan
fakturnya, tunggu sampai bulan ED untuk dikrim ke pusat, lalu buat berita acara,
ditanda tangani oleh APJ, kepala gudang, principal/outlate.
B. Pengambilan, pengemasan, pengiriman, ekspor-impor
Untuk PBF Kebayoran Pharma sendiri hanya menyalurkan obat jadi dan tidak
melakukan ekspor-impor.
C. Distribusi Produk rantai dingin (CCP)
Produk dikirim dari pusat paling lama 1 hari, didalam melakukan pengiriman disertai
dengan form suhu saat dikirim dan sampai, hal ini dilakukan untuk sebagai data
bahwa obat terjaga selama distribusi, pengiriman dilakukan dengan menggunakan Ice
gell ditaruh didalam cold box/steroform dan dilengkapi dengan thermometer.
D. Distribusi Narkotika dan Psikotropika
Distribusi Narkotika untuk di kebayoran pharma tidak ada, sementara untuk
psikotropika SP harus ada, ketika barang dikirim faktur dibuat saat barang siap untuk
diantar.
E. Suhu dan Pengendalian Lingkungan
Di PBF Kebayoran suhu dicatat 3x sehari dan dibuat mapping suhu, chiller dibuat
data bloger, kemudian suhu tercatat 10 menit, untuk masalah hama akan di cek dan
dipantau setiap 1 bulan sekali.
F. Kualifikasi, Kalibrasi, dan Validasi
Dilakukan dengan menggunakan alat seperti : thermometer, thermohigrometer,
chiller, data bloger, APAR, hal ini dilakukan 1x setahun di UPT Balai dan Pengujian
Sertifikasi Mutu Barang. Untuk biaya perawatan dan operasional ditanggung oleh
pusat, jika hanya untuk perbaikan kecil bisa pakai uang kas , jika nominal diatas 1
juta maka akan diajukan ke pimpinan cabang (ROM) Regional Operational Manager,
posisi ini berada diatas KaCab.
G. CAPA
Didalam melakukan CAPA, ada berupa inspeksi internal dan eksternal, jika inpeksi
internal dilakukan secara mandiri, jiak ada temuan dilakukan perbaikan, sementara
untuk inspeksi eksternal dilakukan oleh balai POM, nanti akan dikeluarkan berita
acara, kemudian dicatat apa saja yang perlu diperbaiki, dan dikoreksi dalam temuan
CAPA, temuan yang ada akan bersifat minor, mayor, kritikal, kritkal absolut APJ
tidak ada.
H. Sidak Balai POM, salah satunya yaitu cek suhu, jika dalam pemeriksaan harus nya
ruang bersuhu 25 derajat, kemudian ketika dilakukan sidak ternyata suhu 27 derajat,
maka akan langsung dibuat CAPA, seperti menambahkan AC didalam ruangan,
kemudian lakukan pengecekan kembali, dan kirimkan bukti nya kepada Balai POM,
jika masalahnya serius diskusikan dengan pihak Balai POM, bagaimana solusi dan
pemecahan masalahnya. Sanksi dari balai POM tergantung dari kesalahan dan siapa
yang melakukan.
Pengesahan

Pembimbing 1 Pembimbing 2 Mahasiswa

Dr. apt, Rustini R, M.Si apt, M. Minal Aizin, S.Farm Sinta Aprillita, S.Farm
LOGBOOK

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


BIDANG DISTRIBUSI

PROGRAM PESTUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

Hari ke: 9 Hari: Selasa Tanggal : 27 Oktober 2020


Pukul Kegiatan Keterangan
(tempat/nama
pemateri/dll)
20.00 – 21.00 Membuat Surat Pesanan untuk Diskusi Bersama dengan
Pengadaan Obat Pembimbing II Lapangan
bapak
(apt. M. Minal Aizin, S.Farm)

Resume materi/Kegiatan

Surat Pesanan Obat Keras

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Sinta Aprillita, S.Farm, Apt


Jabatan : Apoteker Penanggung Jawab
SIPA :-

Mengajukan pesana obat keras kepada


Nama PBF : PT.KEBAYORAN PHARMA
Alamat : Jl. GARUDA NO. 79 JAKARTA PUSAT
Telp. : 021-4207042
Jenis obat keras yang di pesan adalah :
No Kode Nama Obat Zat Aktif Bentuk dan Satuan Sisa Rata – rata Intransit Jumlah
Prekursor Kekuatan Stock sales
Farmasi sediaan
1 A 04136 AMLODIPIN Amlodipine Tablet, 5 mg Dus 2 310 0 773 (Tujuh ratus tujuh puluh
E5 besylate tiga)
( GENERIK )
2 C 05011 CAPTOPRIL Captopril Tablet, 12.5 mg Dus 0 200 0 500 (Lima ratus)
12.5 MG
TAB
3 A 05013 CAPTOPRIL Captopril Tablet, 25 mg Dus 0 199 0 499 (Empat ratus sembilan
25 MG TAB puluh sembilan)
4 A 05014 CAPTOPRIL Captopril Tablet 50 mg Dus 0 22 0 55 (Lima puluh lima)
50 MG TAB

Pengesahan

Pembimbing 1 Pembimbing 2 Mahasiswa

Dr. apt, Rustini R, M.Si apt, M. Minal Aizin, S.Farm Sinta Aprillita, S.Farm
LOGBOOK

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


BIDANG DISTRIBUSI

PROGRAM PESTUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

Hari ke: 10 Hari: Rabu Tanggal : 28 Oktober 2020


Pukul Kegiatan Keterangan
(tempat/nama
pemateri/dll)
16.00 – 16.40 Review tugas pembuatan surat Diskusi Bersama dengan
pesanan obat Pembimbing II Lapangan
bapak
(apt. M. Minal Aizin, S.Farm)

Resume materi/Kegiatan

 Untuk pemesanan obat ke PBF pusat, PBF cabang rencanakan untuk kebutuhan obat
1 bulan baik itu pemesanan obat regulr, OOT, psikotropika, precursor, dan CCP.
 Biasanya pemesanan obat regular 2-3 kali sebulan
 Untuk mengisi satuan pada SP pesanan jika dalam bentuk tablet di isi box, jika dalam
bentuk syrup diisi botol
 Perhitungan pemesanan obat dari cabang PBF Kebayoran Pharma padang ke PBF
Pusatnya, rata-rata pengeluaran obat sebulan x 2 – sisa stock – intransit, dan jika ada
forkes dari prisipal maka di tambah dengan forkes dari principal, ini dilakukan jika
melakukan perhitungan secara manual. Tetapi biasanya untuk mendapatkan
pengeluaran jumlah obat dari tim edp narik data dari system dipusat namanya KPS,
yang mana datanya dikirim email ke masing-masig APJ.
 Intransit adalah barang pemesanan yang masih diproses atau dalam perjalanan
pengiriman, jika menurut teori pemesanan barang adalah :
Rata – rata sales x lama penggunaan + rata –rata sales x waktu tunggu – sisa stock
 Penyimpanan dokumen seperti SP, faktur, spb dilakukan selama 5 tahun.
 Hal ini dilakukan untuk mempermudah pemeriksaan jika terjadi sidak oleh Balai
POM maka ada buktinya.
Pengesahan

Pembimbing 1 Pembimbing 2 Mahasiswa

Dr. apt, Rustini R, M.Si apt, M. Minal Aizin, S.Farm Sinta Aprillita, S.Farm
LOGBOOK

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


BIDANG DISTRIBUSI

PROGRAM PESTUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

Hari ke: 11 Hari: Kamis Tanggal : 29 Oktober 2020


Pukul Kegiatan Keterangan
(tempat/nama
pemateri/dll)
- Hari libur -

Resume materi/Kegiatan

Hari libur

Pengesahan

Pembimbing 1 Pembimbing 2 Mahasiswa

Dr. apt, Rustini R, M.Si apt, M. Minal Aizin, S.Farm Sinta Aprillita, S.Farm
LOGBOOK

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


BIDANG DISTRIBUSI

PROGRAM PESTUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

Hari ke: 12 Hari: Jum’at Tanggal : 30 Oktober 2020


Pukul Kegiatan Keterangan
(tempat/nama
pemateri/dll)
10.30 – 11.50 Diskusi terkait dengan PBF Diskusi Bersama dengan
Pembimbing 1 ibu
(Dr. apt. Rustini, M. Si)

16.30 – 17.40 Diskusi mengenai penarikan Diskusi Bersama dengan


kembali, obat return, transportasi Pembimbing II Lapangan
dan beberapa diskusi lain terkait bapak
dengan PBF (apt. M. Minal Aizin, S.Farm)

Resume materi/Kegiatan

Diskusi bersama buk titin

 1 pabrik obat boleh dipegang oleh beberapa PBF, sehingga bisnis lebih berjalan
karena konsumen akan memilih yang cenderung lebih murah.
 Pabrik memberikan diskon ke PBF A 30 %, PBF B membeli ke PBF A 15 %, hal in
terjadi untuk meningkatkan perputaran barang, sehingga usaha tetap berjalan.
 Isi dari gudang PBF, tergantung dengan barang apa yang di jual, tidak hanya obat ada
beberapa makanan juga, seperti susu bayi dan makanan bayi.
 Tender dilakukan oleh dinas kesehatan untuk kebutuhan puskesmas dengan
menggunakan anggaran APBD dan APBN, dana tidak dikeluarkan secara langsung,
yang mana tender ini menggunan system bersaing, siapa yang mampu mengadakan
obat sesuai permintaan dengan harga paling murah maka, dialah yang memenangkan
tender tersebut.
 Untuk melakukan tender semua obat yang dibtuhkan harus direkap dari 1 provinsi,
yang mana nantinya kebutuhan disesuaikan melalui rapat antara Dinkes dan DPR,
yang semua harus jelas, dan transparan, tidak boleh suatu barang yang datang nanti
berbeda dengan surat pesanan, walupun zat aktifnya sama.
 Untuk melakukan tender kita sebagai seorang yang melakukan pengdaan harus
pandai dalam memilih rekanan kerja, atau mitra karena jika tidak makan akan terkena
pinalti ketika terjadi sidak da nada temuan.
 Jika tim pemesan tender melakukan pemesana ke PBF, kemudian tim penerima
barang berbeda dari tim pemesan barang, maka tim penerima yang ditunjuk harus
bersifat tegas, agar bisa barang yang datang sesuai dengan yag diminta dan
dianggarkan.
 PBF yang memenangkan tender biasanya bisa mengambil barang dari PBF lain untuk
memenuhi permintaan oleh konsumen.

Diskusi bersama pak amin

 Untuk penanganan keluhan di Kebayoran Pharma, dari masing-masing outlet jika


terjadi barang rusak dan pecah diperjalanan ditanggung jawabkan oleh ihak
expedisinya.
 Jika ada barang ED yang dekat, ketika melakukan pemesanan barang maka boleh
ditolak ketika barang datang, dan faktur langsung ditolak maka barang akn diganti
kembali oleh PBF.
 Seandainya barang sudah diterima kemudian setelah 2 minggu baru ada complain
maka keluhan tersebut tidak dilayani.
 Untuk penarikan kembali dilakukan oleh pabrik, dan bisa juga dilakukan oleh BPOM,
yang mana prosedurnya ada surat edaran kemudian baru dilakukan penarikan.
 Untuk melakukan penarikan data dari system, outlet mana yang terdapat obat tersebut
kemudian melakukan pengisian form penarikan obat.
 Untuk tranportasi di PBF Kebayoran sendiri untuk dalam daerah sumbar dikrimkan
melalui zataka, sementara untuk luar provinsi seperti medan, pekanbaru, jambi,
menggunakan indah cargo.
 Setiap instansi pengiriman yang dipilih oleh PBF mendapatkan pelatihan khusus dari
PBF.
 Untuk semua barang yang ditarik atau dikembalikan biasanya dipotong ketagihan
ditiap outlatenya.
 Sosialisasi dan pelatihan diadakan tiap bulan secara mandiri contoh pelatihan yang
sering dilakukan adalah CCP dan mengenai SP.
 Kebayoran Pharma merupakan PBF nasional yang ditunjuk oleh perusahaan untuk
mendistribusikan barangnya tapi tidak hanya PBF KP saja melainkan PBF lain juga.
 Disetiap SP harus ada tanda tangan APJ, KACAB, dan Kepala Gudang.
 Untuk pencatatan barang masuk dan barang keluar diinputkan kedalam system yang
disebut dengan KPS (Kebayoran Pharma Sistem), yang mana terdiri atas manual kartu
stock, dan sistem digital.

Pengesahan

Pembimbing 1 Pembimbing 2 Mahasiswa

Dr. apt, Rustini R, M.Si apt, M. Minal Aizin, S.Farm Sinta Aprillita, S.Farm
LOGBOOK

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


BIDANG DISTRIBUSI

PROGRAM PESTUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

Hari ke: 13 Hari: Sabtu Tanggal : 31 Oktober 2020


Pukul Kegiatan Keterangan
(tempat/nama
pemateri/dll)
- Hari Libur -

Resume materi/Kegiatan

Hari libur

Pengesahan

Pembimbing 1 Pembimbing 2 Mahasiswa

Dr. apt, Rustini R, M.Si apt, M. Minal Aizin, S.Farm Sinta Aprillita, S.Farm

Anda mungkin juga menyukai