ayAbstrak: Glaukoma akut sudut tertutup merupakan peningkatan yang cepat dan parah
pada tekanan intraokular yang diperkirakan akibat dari obstruksi fisik pada sudut drainase
kamera okuli anterior. Gejala klinis yang biasa dialami oleh penderita glaukoma suduttertutup akut adalah mata merah, rasa nyeri, penglihatan kabur , terlihat halo di sekitar
cahaya, sakit kepala, nausea, mual, dan muntah. Terapi dengan menurunkan tekanan
intraokular harus dilakukan agar tidak menimbulkan komplikasi lebih lanjut.
Kata kunci: Glaukoma, tekanan intra-okular, obstruksi.
Pendahuluan
Glaukoma akut sudut tertutup merupakan peningkatan yang cepat dan parah pada
tekanan intraokular yang diperkirakan akibat dari obstruksi fisik pada sudut drainase kamera
okuli anterior. Jika terus dibiarkan tidak ditindaki, mata akan terkena kerusakan parah hanya
dalam hitungan jam. 1-6
Pasien biasanya mengeluhkan sakit yang amat sangat pada mata dengan atau tidak
dengan sakit tambahan pada kepala yang juga biasa dirasakan adanya nausea dan muntah.
Kelopak juga bisa bengkak, konjunktiva, dan episklera terinjeksi sangat dalam, oedema
kornea, kamera okuli anterior yang dangkal dengan sudut yang tersumbat, pupil yang semi
dilatasi, kadang menyimpang atau terfiksasi pada tempatnya, berubahnya penampilan dari
korteks anterior lensa yang disebut glaukomflecken dan nervus optikus menjadi pucat.
Biasanya terjadi unilateral tapi bisa juga terjadi bilateral secara simultan.1
Orang yang mempunya resiko glaukoma sudut tertutup adalah mereka yang
mempunyai sudut drainase kamera okuli anterior yang pendek dan daerah yang dangkal.1
Isi
Pemeriksaan dasar
1 M.Syah Reza Anwar 102008085 rezz-soundx@hotmail.com
Anamnesis
Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Anamnesis dapat
dilakukan langsung kepada pasien, yan gdisebut sebagai autoanamnesis, atau dilakukan
langsung kepada pasien, yang disebut autoanamnesis, atau dilakukan terhadap orangtua, wali,
orang yang dekat dengan pasien atau sumber lain disebut alloanmnesis.7
Komponen riwayat medis dalam anamnesis adalah berupa:7
-Identifikasi data
-Keluhan utama
-Riwayat penyakit sekarang
-Riwayat penyakit dahulu
-Riwayat keluarga
timbulnya gejala. Lokasi, berat, dan keadaan lingkungan saat timbulnya keluhan harus
diperhatikan, demikian pula setiap gejala yang berkaitan. Obat mata yang dipakai belakangan
ini dan semua gangguan mata yang pernah maupun yang sedang terjadi harus dicatat. Selain
itu, semua gejala mata lain yang berhubungan perlu dipertimbangkan.8
Riwayat kesehatan terdahulu, berpusat pada kondisi kesehatan pasien secara umum
dan, bila ada, penyakakit sistemik yang peenting. Gangguan vaskular yang biasanya
menyertai manifestasi mata, seperti diabetes dan hipertensi, harus ditanyakan secara spesifik.
Selain itu, seperti halnya riwayat medik umum, harus diketahui obat-obat mata yang dipakai
dan obat-obatan sistemik pasien. Hal ini menunjukkan kesehatan umum dan dapat diketahui
obat-obatan yang mempengaruhi kesehatan mata, seperti kortikosteroid. Setiap alergi obat
juga harus dicatat. 8
Riwayat keluarga, berhubungan dengan sejumlah gangguan mata, seperti strabismus,
ambliopia, glaukoma atau katarak, serta kelainan retina, seperti ablatio retina atau degenerasi
makula. Penyakit diabetes juga mungkin relevan. 8
Gejala mata yang umum dapat dibagi dalam tiga kategori dasar, yaitu kelainan
penglihatan, kelainan tampilan mata, dan kelainan sensasi mata seperti nyeri dan rasa tidak
nyaman. Gejala dan keluhan harus selalu terinci lengkap, yaitu onset atau munculnya gejala
(perlahan, cepat atau asimptomatik misalnya penglihatan kabur di satu mata tidak diketahui
mata sebelahnya tanpa sengaja ditutup), durasinya (singkat, atau gejala menetap, atau hilang
timbul.8
Pengamatan
Perhatikan pada saat pasien masuk ruang pemeriksaan dilihat apakah pasien masuk
dibimbing keluarga atau masuk dengan memegang satu sisi kepala ataupun dengan mata
berdarah karena pengamatan terhadap pasien ini dapat menolong dokter untuk mengarahkan
diagnosis penyakit.8
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan tajam penglihatan9
Pada pemeriksaan tajam penglihatan dipakai kartu baku atau standar, misalnya kartu baca Snellen
yang setiap hurufnya membentuk sudut 5 menit pada jarak tertentu sehingga huruf pada baris tanda 60,
berarti huruf tersebut membentuk sudut 5 menit pada jarak 60 meter; dan pada baris tanda 30, berarti
huruf tersebut membientuk sudut 5 menit pada jarak 30 meter. Huruf pada baris tanda 6 adalah huruf
yang membentuk sudut 5 menit pada jarak 6 meter, sehingga huruf ini pada orang normal akan dapat
dilihat dengan jelas.9
Dengan kartu Snellen ini dapat ditentukan tajam penglihatan' atau kemampuan melihat seseorang,
seperti:
Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang
normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter
Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 30, berarti tajam
penglihatan pasien adalah 6/30 Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan
angka 50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50 Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia
hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak
60 meter
Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka dilakukan uji hitung jari. Jari
dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter
Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak 3 meter,
maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60,
yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter. Dengan uji lambaian tangan, maka dapat
dinyatakan tajam penglihatan pasien yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat
gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan
pada jarak 1 meter, berarti tajam penglihatannya adalah 1/300.9
Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat melihat lambaian tangan.
Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/-. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak
tidak berhingga.
Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan penglihatannya adalah 0
(nol) atau buta total.9
Bila seseorang diragukan apakah penglihatannya berkurang akibat kelainan refraksi, maka
dilakukan uji pinhole. Bila dengan pinhole penglihatan lebih baik, maka berarti ada kelainan refraksi
yang masih dapat dikoreksi dengan kacamata. Bila penglihatan berkurang dengan diletakkannya
pinhole di depan mata berarti ada kelainan organik atau kekeruhan media penglihatan yang
mengakibatkan penglihatan menurun.9
Berbagai cara untuk memeriksa lapangan pandang ada glaukoma adalah' automated
perimeter (mis., Humphrey, Octopus, atau Henson), perimeter Goldmann, Friedmann field
analyzer, dan layar tangent. . Conventional automated perimetry, paling sering menggunakan
perimeter Humphrey, dengan ukurannya tergantung pada jumlah relatif serat penyusun
nervus opticus terhadap ukuran lubang sklera yang harus dilewati oleh serat-serat tersebut.
Pada mata hipe- ropia, lubang skleranya kecil sehingga cawan optik juga kecil; pada mata
miopia hal yang sebaliknya terjadi. Atrofi optikus akibat glaukoma menimbulkan kelainankelainan diskus khas yang terutama ditandai oleh berkurangnya substansi diskusyang
terdeteksi sebagai pembesaran cawan diskus optikusdisertai dengan pemucatan diskus di
daerah cawan. Bentuk-bentuk lain atrofi optikus menyebabkan pemucatan luas tanpa
peningkatan pencekungandiskus optikus.2
Pada glaukoma, mungkin terdapat pembesaran kon- sentrik cawan optik atau
pencekungan (cupping) superior dan inferior dan disertai pembentukan takik (notching) fokal
di tepi diskus optikus. Kedalaman cawan optik juga meningkat karena lamina kribrosa
tergeser ke belakang. Seiring dengan pembentukan cekungan, pembuluh retina di diskus
tergeser ke arah hidung. Hasil akhir proses pencekungan pada glaukoma adalah apa yang
disebut sebagai cekungan "bean-pot" (periuk), yang tidak memperlihatkan jaringan saraf di
bagian tepinya.2
Rasio cawan-diskus adalah cara yang berguna untuk mencatat ukuran diskus optikus pada
pasien glaukoma. Besaran tersebut adalah perbandingan antara ukuran cawan optik terhadap
diameter"-diskus, mis., cawan kecilrasionya 0,1 dan cawan besar0,9. Apabila terstimulus putih pada latar belakang putih (perimetri white on white). Defek lapangan pandang
tidak terdeteksi sampai kira-kira terdapat kerusakan ganglion retina sebanyak 40%. Berbagai
penyempurnaan untuk mendeteksi kelainan lapangan pandang dini di antaranya adalah perimetri blue on yellow, juga dikenal sebagai short-wavelength automated perimetry (SWAP),
frequency-doubling perimetry (FDP), dan high-pass resolution perimetry.2
Tonometer Schiotz merupakan alat yang praktis sederhana. Pengukuran tekanan bola
mata dinilai secara tidak langsung yaitu dengan teknik melihat daya tekan alat pada kornea
karena itu dinamakan juga tonometri indentasi Schiotz. Dengan tonometer Schiotz dilakukan
indentasi (penekanan) terhadap permukaan kornea. Bila suatu beban tertentu memberikan
kecekungan pada kornea maka akan terlihat perubahan pada skala Schlotz. Makin rendah
tekanan bola mata makin mudah bola mata ditekan, yang pada skala akan terlihat angka skala
yang lebih besar. Hal ini juga berlaku sebaliknya. Angka skala yang ditunjuk dapat dilihat
nilainya di dalam tabel untuk mengetahui kesamaan tekanan dalam mmHg. Transformasi
pembacaan skala tonometer ke dalam tabel akan menunjukkan tekanan bola mata dalam
mmHg.
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien ditidurkan dengan posisi horizontal dan mata
ditetesi dengan obat anestesi topikal atau pantokain 0.5%, Tonometer Schiotz kemudian
diletakkan di atas permukaan kornea, sedang mata yang lainnya berfiksasi pada satu titik di
langit-langit kamar periksa.9
Kelemahan alat ini mengabaikan faktor kekakuan sklera (scleral rigidity). Cara yang
paling sederhana untuk mengetahui derajat kekakuan sklera ialah dengan menggunakan 2
macam beban 5.5 dan 10 gram. Bila hasil bacaan dengan beban 10 gram selalu lebih tinggi
dibanding hasil bacaan dengan 5.5 gram maka mata tersebut melakukan kekakuan sklera yang
lebih tinggi dari normal dibanding hasil bacaan pada saat tersebut; sebaliknya bila hasil
bacaan selalu lebih rendah dengan beban 10 gram maka mata tersebut memiliki kekakuan
sklera yang lebih rendah dari normal dan berarti tekanan bola mata yang sebenarnya lebih
tinggi daripada hasil bacaan pada saat itu.
Pemeriksaan tekanan intraokular dengan tonometer Schiotz sebaiknya dilakukan dengan
berhati-hati, karena dapat mengakibatkan lecetnya kornea sehingga dapat mengakibatkan
keratitis dan erosi kornea.9
Tonometer aplanasi
Alat ini mengukur tekanan bola mata dengan memberikan tekanan yang akan membuat rata
permukaan kornea dalam ukuran tertentu dan kecil. Alat ini sangat baik karena membuat
sedikit sekali perubahan pada permukaan kornea atau bungkus bola mata.
Tonometer aplanasi merupakan alat yang paling tepat untuk mengukur tekanan bola mata dan
tidak dipengaruhi oleh faktor kekakuan sklera. Dikenal Draeger dan Goldmann aplanasi
Dasar ilmu Fisika alat ini adalah tekanan =daya/luas. Bila sebagian dari bola yang lentur
(kornea) dibuat mendatar oleh permukaan yang rata (tonometer aplanasi), maka tekanan di
dalam bola akan melawan tekanan pendataran ini dan sama dengan tekanan yang diberikan
daya = tekanan X luas.
Pada saat Ini diperkenalkan tonometer aplanasi dengan memakai jet udara yang akan
membuat permukaan kornea rata.9
Tonometri digital
Tonometer digital adalah cara yang paling buruk dan tidak dibenar- kan untuk dipakai
oleh dokter ahli sebagai cara rutin pada pengamatan sekarang penderita dengan glaukoma.
Tanpa alat dapat juga ditentukan tekanan bola mata dengan cara tonometri digital atau
dengan jari. Dasar pemeriksaannya adalah dengan merasakan reaksi lenturan bola mata bola
(balotement) dilakukan penekanan bergantian dengan kedua jari tangan. Balotement Ini tidak
dilakukan seperti balotement pada hati karena tidak dilakukan balotemen di dalam orbita.
Yang dilakukan adalah menekan atau melakukan indentasi sklera dan merasakan daya
membulat kembali sklera pada saat jari dilepaskan tekanannya. Tekanan yang baik dilakukan
pada sklera dengan mata tertutup dan tidak pada kornea. Akibat fenomena Bell pada saat
mata ditutup biasanya kornea akan menggulir ke atas, sehingga sebaiknya penderita diminta
melihat ke bawah.
Tekanan bola mata dengan cara digital dinyatakan dengan tanda N+1, N+2, N+3, dan
sebaliknya N -1 dan seterusnya.
Penderita dengan mata tertutup disuruh melirik ke arah kaki. Pemeriksa atau dokter
dengan kedua telunjuknya menekan dan merasakan tekanan balik pada telunjuk tangan
kanan dan kirinya. Dengan pengalaman dapat ia merasakan besarnya tekanan yang diduga
berada di dalam mata tersebut. Penilaian biasanya diberikan atas derajat:
Dengan cara ini pemeriksaan adalah sangat subjektif dan memerlukan pengalaman yang
banyak, sehingga kurang dapat dipercaya.
Cara Ini masih sangat berguna pada keadaan tidak mungkin mempergunakan alat pada
kornea untuk mengukur tekanan bola mata. Pada tukak kornea atau kelainan kornea lainnya
seperti sikatriks kornea maka tonometer tidak dapat dipergunakan.9
Tonografi
Dengan tonografi diukur derajat penurunan tekanan bola mata bila diberikan tekanan dengan
tonometer indentasi (seperti Schiotz). Tonometer yang dipakai adalah semacam tonometer
Schiotz dan bersifat elektronik yang merekam tekanan bola mata selama 4 menit dan berguna
untuk mengukur pengaliran keluar cairan mata.
Pada tonografi selain terlihat kurva fasilitas pengeluaran cairan bilik mata, juga terlihat
pulsasi nadi intraokular dan pernafasan.
Tonografi pada saat akhir-akhir ini kurang populer dan dipergunakan hanya untuk kasus
glaukoma yang ragu-ragu.
Nilai tonografi C = 0.18 adalah normal, kurang dari 0.13 adalah patologik. Bila C kurang
dari 0.18 maka keadaan ini dicurigai penderita menderita glaukoma.9
Gonioskopi
Dengan lensa gonioskopi dapat dilihat keadaan sudut bilik mata yang dapat
menimbulkan glaukoma. Penentuan gambaran sudut bilik mata dilakukan pada setiap kasus
yang dicurigai adanya glaukoma.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan lensa sudut(gonio-lens) di dataran depan
kornea setelah diberikan lokal anestetikum. Lensa ini dapat dipergunakan untuk melihat
sekeliling sudut bilik mata dengan memutarnya 360 derajat.9
Apabila keseluruhan jalinan trabekular, taji sklera, dan prosesus iri dapat terlihat, sudut
dinyatakan terbuka. Apabila hanya garis Schwalbe atau sebagian kecil dari jalinan trabekular
yang dapat terlihat, sudut dikatakan sempit. Apabila garis Schwalbe tidak terlihat, sudut
tertutup.
Mata miopia yang besar memiliki sudut lebar, dan mata hiperopia kecil memiliki
sudut sempit. Pembesaran lensa seiring dengan usia mempersempit sudut ini dan berperan
pada beberapa kasus glaukoma sudut tertutup.2
Uji lain pada glaukoma9
Uji Kopi
Penderita meminum 1 - 2 mangkok kopi pekat, bila tekanan bolt mata naik 15-20
mmHg sesudah minum 20-40 menit menunjukkan adanya glaukoma.
Uji Minum Air
Minum air banyak akan mengakibatkan turunnya tekanan osmotlk sehingga air akan
banyak masuk ke dalam bola mata, yang akan menaikkan tekanan bola mata.
Sebelum makan pagi tekanan bola mata diukur dan kemudian pasien disuruh minum
dengan cepat 1 liter air. Tekanan bola mata di ukur setiap 15 menit. Bila tekanan bola
mata naik 8-15 mmHg dalam waktu 45 menit pertama menunjukkan pasien menderita
glaukoma, Biasanya bersamaan dengan naiknya tekanan bola mata akan terjadi
pengurangan outflow of facility.
10
Nilai variasi harian pada mata normal adalah antara 2-3 mmHg, sedang pada mata
glaukoma sudut terbuka variasi dapat mencapai 15- 20 mmHg. Perubahan 4-5 mmHg
sudah dicurigai keadaan patologik.
Biasanya tekanan bola mata naik di pagi hari. Bila terdapat perbedaan antara kedua
mata akan menambah kecurigaan. Turunnya tekanan bola mata waktu pagi hari dapat
disebabkan kontraksi otot dan akomodasi. Tekanan bola mata terendah biasanya pada
malam hari.
Differential diagnosis
Iritis akut. menimbulkan fotofobia lebih besar daripada glaukoma. Tekanan
intraokular biasanya tidak meningkat; pupil konstriksi; dan kornea biasanya tidak edematosa.
Di kamera anterior tampak jelas sel-sel, dan terdapat injeksi siliaris dalam.
Pada konjungtivitis akut, nyerinya ringan atau tidak ada dan tidak terdapat gangguan
penglihatan. Terdapat tahi mata dan konjungtiva yang meradang hebat tetapi tidak terdapat
injeksi siliaris. Respons pupil dan tekanan intraokular normal, dan kornea jernih.
Glaukoma sudut tertutup akut sekunder dapat terjadi akibat pergeseran diafragma
lensa-iris ke anterior disertai perubahan volume di segmen posterior mata. Hal ini dapat
dijumpai pada sumbatan vena retina sentralis, pada skleritis posterior, dan setelah tindakantindakan terapetik misalnya fotokoagulasi panretina, krioterapi retina, dan scleral buckling
11
untuk pelepasan retina. Gambaran klinis biasanya mempermudah diagnosis. Terapi ditujukan
untuk menurunkan tekanan intraokular dengan asetazolamid, penghambat beta topikal, dan
obat-obat hiperosmotik bersama dengan sikloplegia intensif (siklopentolat dan atropin) untuk
mendorong pergeseran lensa ke belakang melalui konstriksi aparatus zonular. Hal ini berbeda
dengan terapi miotik yang penting pada glaukoma sudut tertutup akut primer.3
Tabel 1. Differential diagnosis glaukoma sudut tertutup3
Glaukoma sudut tertutup
Iritis akut
Konjungtivitas akut
Sakit
Hebat "prostrating"
Membakar, gatal
Injeksi
pembuluh superfisial,
bergerak dengan
bata,
dan masing2 pembuluh
jelas terlihat.
Pupil
Kornea
Normal
terhadap sinar
atau absen
Biasanya jernih
Jernih
tampak
kadang2 terlihat
& normal+
Air
Air
Pus bergetah
Serangan
Mendadak
Perlahan
Perlahan
Visus
Sangat turun
Turun sedikit
Normal
TIO
Meninggi
Normal
Frank W. Newwll/J. Terry Ernest "Ophthalmology. Principles and Concepts". Saint Louis.
Mosby. Third edition. 1974.p. 338. Table.20-2. Differencial Diagnosis of angle -closure
glaucoma.
12
Working diagnosis
Mata merah dengan penglihatan turun mendadak biasanya merupakan Glaukoma
sudut tertutup akut. Pada glaukoma sudut tertutup akut tekanan intraokular meningkat
mendadak. Terjadi pada pasien dengan sudut bilik mata sempit.
Pada glaukoma primer sudut tertutup akut terdapal anamnesa yang khas sekali berupa
nyeri pada mata yang mendapat serangan yang berlangsung beberapa jam dan hilang setelah
tidur sebentar. Melihat pelangi (halo) sekitar lampu dan keadaan ini merupakan stadium
prodromal.
Gejala yang dialami oleh penderita glaukoma primer sudut tertutup tidak selalu terjadi
pada mata dengan glaukoma akut. Kadang-kadang riwayat mata sakit disertai penglihatan
yang menurun sudah dapat dicurigai telah terjadinya serangan glaukoma akut. Glaukoma
primer sudut tertutup akut bila tidak diobati dapat menjadi kronis.
Tekanan bola mata antara dua serangan dapat normal sama sekali. Biasanya serangan
ini di provokasi oleh lebarnya pupil (tempat gelap). Pada mata sudut sempit harus waspada
terhadap kemungkinan serangan pada pupil yang dapat lebar. Biasanya dapat terjadi bilateral.
Biasanya mata yang lain diserang 2-5 tahun kemudian. Sesudah beberapa kali
serangan atau berlangsung lama maka terjadi perlengketan antara pangkal iris dan kornea
(Goniosikenia).3
Etiologi
Sudut tertutup primer:
-
Blok dari pupil: aposisi dari lensa dan iris posterior pada pupil membuat dari blokade
aliran humor akueous dari kamera okuli posterior ke kamera okuli anterior.
Mekanisme ini membuat tekanan kamera okulin posterior meningkat, memajukan
posisi dari iris perifer, yang kemudian akan terjadi obstruksi pada jala trabekula.
Faktor predisposisi:
Pada orang yang memiliki sudut yang sempit pada kamera okuli anterior.
Meningkatnya umur
Orang asia timur.
Bisa disebabkan oleh obat midriatika topikal.
Kesesakan sudut sebagai hasil dari konfigurasi iris yang abnormal termasuk dari
gulungan pada iris perifer yang tinggi atau sindrome plateau iris sudut-tertutup.4
13
menjadi dangkal.1
Patofisiologi
Glaukoma akut sudut tertutup bisa terjadi dari 2 mekanisme:3,4
1. Cairan mata yang berada di belakang iris tidak dapat mengalir melalui pupil sehingga
mendorong iris ke depan, mencegah keluarnya cairan mata melalui sudut bilik mata
2. Kesesakan sudut dan oklusi sudut drainase oleh karena iris yang tebal tanpa blok
pupil.
14
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel ganglion
difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina dan
berkurangnya akson di saraf aptikus. Diskus optikus menjadi atrofik, disertai pembesaran
cekungan optikus .Iris dan korpus siliare juga menjadi atrofik, dan prosesussiliaris
memperlihatkan degenerasi hialin.
Pada glaukoma sudut tertutup akut, tekanan intra- okular mencapai 60-80 mm Hg,
sehingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang disertai edema kornea.2
Gejala klinis
Gejala klinis yang biasa dialami oleh penderita glaukom sudut-tertutup akut adalah
mata merah, rasa nyeri, penglihatan kabur , terlihat halo di sekitar cahaya, sakit kepala,
nausea, mual, dan muntah.
Dengan glaukoma sudut-penutupan akut, karena kenaikan tekanan cepat, gejala juga
terjadi tiba-tiba. Maklum, orang-orang yang mengalami glaukoma akut sudut-penutupan
sangat tidak nyaman dan tertekan.
Beberapa orang mungkin mengalami episode intermiten penutupan sudut dan
peningkatan TIO tanpa pernah mengalami serangan besar-besaran dari glaukoma sudutpenutupan.
Hal
ini
disebut
subakut
glaukoma
sudut-penutupan.
Penatalaksanaan
Glaukoma sudut-tertutup akut adalah suatu kedaruratan oftalmologik!
Pada terapi awal ditujukan untuk menurunkan tekanan intraokular dengan
Asetazolamid intravena dan oral ditambah dengan obat hiperosmotik dan penghambat beta
topikal (timolol) biasanya akan menurunkan tekanan intraouklar. Kemudian pilokarpin 4%
15
secara intensif, misal 1 tetes setiap 15 menit selama 1-2 jam. Jangan gunakan epinefrin
karena obat ini dapat meningkatkan penutupan sudut.
Steroid topikal dalam dosis tinggi mungkin bermanfaat untuk menurunkan kerusakan
iris dan jalinan trabekular. Mungkin juga dibutuhkan analgesik sistemik. Setelah tekanan
intraokular dapat dikontrol, harus dilakukan iridektomi perifer untuk membentuk hubungan
permanen antara kamera anterior dan kamera posterior sehingga kekambuhan iris bombe
dapat dicegah.
Apabila tekanan intraokular tidak dapat dikontrol secara medis, diindikasikan
tindakan sklerostomi laser holmium atau trabekulektomi darurat. Perlu dilakukan manitol
intravena praoperasi untuk menurunkan tekanan intraokular.2
Pada semua kasus, mata sebelah harus menjalani iridotomi laser profilaktik.2
Nasihat kepada pasien glaukoma sudut sempit:3
-Emosi (bingung dan takut) dapat menimbulkan serangan akut
-Membaca dekat yang mengakibatkan miosis atau pupil kecil akan menimbulkan serangan
pada glaukoma dengan blok pupil
-Pemakaian simpatomimetik yang melebar pupil berbahaya
-Sudut sempit dengan hipermetropia dan bilik mata dangkal berbahaya memakai obat
antihistamin dan antispasme.
Pencegahan
Pemeriksaan mata teratur dengan dokter mata dapat mengidentifikasi orang yang
berisiko untuk glaucoma akut sudut-penutupan. Dalam beberapa orang yang berisiko tinggi,
iridotomy laser dapat dilakukan untuk mencegah serangan glaukoma akut sudut-penutupan.6
Komplikasi
Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaukoma. Glaukoma penutupan sudut akut
merupakan suatu kedaruratan medis.
16
Juga jika tidak ditangani langsung iris perifer dapat melekat ke anyaman trabekular
sehingga akan menutup sudut yang ireversibel yang memerlukan tindakan bedah.
Agen topikal yang digunakan untuk mengobati glaukoma dapat memiliki efek
sistemik yang merugikan, terutama pada lansia. Efek ini dapat berupa perburukan kondisi
jantung, pernapasan atau neurologis.2,10
Penutup
Penderita yang mengalami gejala mata yang sangat sakit, merah, dengan visus yang
menurun, kornea keruh ,udem, dan tekanan intra okular meningkat. Disertai juga sakit kepala
hebat, mual dan muntah ini menderita glaukoma akut yang membutuhkan penanganan
langsung agar tidak terjadi komplikasi lanjut.
Daftar pustaka
1.Wormald R, Smeeth L, and Henshaw K. Acute and chronic angle closrue glaucoma.
Evidence-based ophthalmology. London: BMJ publishing group; 2004. p. 205-208.
2.Riordan P, Whitcher Jp. Glaukoma. Vaughan & Asbury : oftamologi umum. Edisi 17.
Jakarta:EGC;2009.
3.Ilyas HS. Glaukoma akut. Ilmu penyakit mata. Edisi ketiga. Jakarta:Balai penerbit FKUI;
2010.
4. Ehlers JP, Shah CP. Acuta angle-closure glaucoma. The wills eye manual office and
emergency room diagnosis and treatment of eye disease. 5th editio. Philadelphia:Lippincott
williams & wilkins:2008.p. 198-201.
5.Noecker RJ, Angle Closure Acute Glaucoma, 5 Januari 2011, diunduh dari
www.emedicine.medscape.com, 22 Maret 2011.
6.Noecker RJ, Angle Closure Acute Glaucoma, 18 November 2005, diunduh dari
www.emedicinehealth.com, 22 Maret 2011.
7. Bickley LS. BATES Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan. Edisi 8.
Jakarta:EGC;2009. H. 139-159.
17
8. Riordan P, Whitcher Jp. Pemeriksaan oftamologik. Vaughan & Asbury : oftamologi umum.
Edisi 17. Jakarta:EGC;2009.
9. Ilyas HS. Pemeriksaan anatomi dan fisiologi mata. Ilmu penyakit mata. Edisi ketiga.
Jakarta:Balai penerbit FKUI; 2010.
10.Corwin, Elizabeth J. Patofisiologi:buku saku.Edisi 3. Jakarta:EGC;2009.
18