Disusun Oleh :
Nama : Anisa Intanika Sari Klatatiana
NIM : 101.01.1008
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN
PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN ALTERNATIF METIL ESTER DARI
MINYAK JELANTAH PADA SINTESIS METIL ESTER SULFONAT (MES)
SEBAGAI OIL WELL STIMULATION AGENT (OWSA)
(Variabel Suhu dan Lama Reaksi Sulfonasi)
Disusun oleh :
Anisa Intanika Sari Klatatiana
101.01.1008
Mengetahui,
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
Pengaruh Penggunaan Bahan Alternatif Metil Ester dari Minyak Jelantah
pada Sintesis Metil Ester Sulfonat (MES) sebagai Oil Well Stimulation Agent
(OWSA) Variabel Suhu dan Lama Reaksi Sulfonasi serta dapat membuat laporan
penelitian sebagai pertanggungjawaban dari penelitian yang telah dilakukan.
Terselesaikanya penelitian ini tidak lepas berkat bimbingan, dukungan dan doa
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini baik berupa
material maupun spiritual. Ucapan terima kasih yang sebesar besarnya penulis
sampaikan kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. Ir. Sudarsono, M.T. Selaku Rektor IST AKPRIND Yogyakarta.
2. Ibu Ir. Sumarni, M.S. Selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia IST AKPRIND
Yogyakarta.
3. Bapak Bambang Kusmartono, S.T, M.T. Selaku Dosen Pembimbing Penelitian
serta Program Kreativitas Mahasiswa yang telah banyak sekali membantu dalam
penelitian yang penulis lakukan.
4. Ibu Murni Yuniwati, S.T, M.T. selaku dosen wali mahasiswa angkatan 2010 yang
selalu mendukung dan memberikan solusi serta support yang tidak henti-hentinya
kepada penulis.
5. Orang tua dan keluarga yang selalu meberikan dukungan untuk segera
menyelesaikan penelitian.
6. Rekan-rekan seperjuangan teknik kimia 2010, luar biasa kalian teman jatuh
bangun ketika penelitian.
7. Rekan-rekan pengurus BEM IST AKPRIND Yogyakarta, PRAMISTA yang telah
memberikan support untuk segera menyelesaikan penelitian ini.
8. Rekan-rekan PKM-P MES yang kece-kece yang telah berjuang demi lolosnya
penelitian ini pada program PKM.
9. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penelitian ini, yang
tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
laporan ini sangat diharapkan. Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat.
Yogyakarta, 02 Mei 2014
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..
Halaman Pengesahan
ii
Kata Pengantar ..
iii
Daftar Isi iv
Daftar Tabel ..
vi
Daftar Gambar ..
vii
Daftar Grafik
viii
Intisari ...
ix
BAB. I. PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
I. 2 Tujuan Penelitian
I. 3 Manfaat Penelitian ..
10
12
III.2
Variabel Penelitian
12
III.3
12
III.4
Bahan Penelitian 12
iv
III.5
13
III.6
13
III.7
14
III.8
15
III.9
Analisis Hasil
16
18
19
BAB V. PENUTUP
V.1
Kesimpulan ..
28
V.2
Saran
28
DAFTAR PUSTAKA .
29
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
18
Tabel 4.2. Variabel Suhu dengan parameter uji angka asam ...
20
21
Tabel 4.4 Variabel lama reaksi dengan parameter uji angka asam 23
Tabel 4.5 Variabel lama reaksi dengan parameter uji bilangan penyabunan ...
24
Tabel 4.6 Perbandingan MES di Pasaran dengan MES dari minyak jelantah .
26
27
vi
DAFTAR GAMBAR
10
13
20
22
24
25
vii
INTISARI
Penggunaan minyak jelantah guna penggorengan yang dilakukan berulangulang semakin dibatasi oleh Dinas Kesehatan karena memacu adanya bibit penyakit
kanker dari minyak jelantah tersebut. Padahal di dalam minyak jelantah masih banyak
terkandung senyawa trigliserida dan asam lemak bebas yang dapat dikonversikan
menjadi metil ester. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, banyak penelitian yang
telah mempelajari proses pemanfaatan minyak jelantah menjadi metil ester yang
selanjutnya digunakan sebagai biodiesel. Namun yang terjadi saat ini, industri migas
lebih membutuhkan metil ester sebagai Oil Well Stimulation Agent
dalam proses recovery minyak bumi dengan mengubah metil ester menjadi metil ester
sulfonat (MES).
Penelitian ini dilakukan dengan memvariasi dua variabel yaitu variabel suhu
proses sulfonasi 80oC, 90oC, 100oC, 110oC, dan 120oC serta lama proses sulfonasi
pada 4 jam, 4.5 jam, 5 jam, 5.5 jam, dan 6 jam. Metil ester yang dihasilkan dari
minyak jelantah dicampur dengan natrium bisulfit sebagai bahan pensulfonasi yang
dimasukkan kedalam labu leher tiga kemudian dipisahkan dengan vacuum filter lalu
di lakukan proses pemurnian dan penetralan.
Dari percobaan yang dilakukan tercapai kondisi terbaik pada suhu 100-110 oC
dengan lama reaksi sulfonasi 4-4,5 jam. Pada kondisi terbaik didapatkan nilai angka
asam dan bilangan penyabunan berturut-turut sebesar 2,6215-3,4752 mg KOH/1 g
MES dan 30-40 mg KOH/ 1g MES. Sedangkan kualitas MES ditinjau dari parameter
analisis tegangan antar muka (IFT) sebesar 15,32 mN/m dan 16,82 mN/m hasil ini
sesuai dengan kualitas MES di pasaran.
Kata Kunci: Minyak jelantah, Metil Ester, MES, OWSA
viii
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Dewasa ini penggunaan minyak jelantah guna penggorengan yang
dilakukan berulang-ulang semakin dibatasi oleh Dinas Kesehatan karena
memacu adanya bibit penyakit kanker dari minyak jelantah tersebut. Padahal
di dalam minyak jelantah masih banyak terkandung senyawa trigliserida dan
asam lemak bebas yang dapat dikonversikan menjadi metil ester. Seiring
perkembangan ilmu pengetahuan, banyak penelitian yang telah mempelajari
proses pemanfaatan minyak jelantah menjadi metil ester yang selanjutnya
digunakan sebagai biodiesel. Namun yang terjadi saat ini, industri migas lebih
membutuhkan metil ester sebagai Oil Well Stimulation Agent dalam proses
recovery minyak bumi dengan mengubah metil ester menjadi metil ester
sulfonat (MES). Perlu diketahui bahwa untuk mengubahnya hanya dilakukan
proses sulfonasi terhadap metil ester. Dengan mengubah minyak jelantah
menjadi MES, maka diharapkan mampu memberikan nilai guna dan ekonomi
yang lebih tinggi terhadap minyak jelantah, serta mengurangi jumlah limbah
minyak jelantah yang biasanya hanya dibuang ke lingkungan sekitar.
Metil ester sulfonat (MES) merupakan surfaktan anionik dengan
struktur umum RCH(CO2CH3)SO3Na, dihasilkan melalui proses sulfonasi
metil ester asam lemak (RCH2CO2CH3) yang dapat diperoleh dari minyak
nabati seperti minyak kelapa, minyak sawit, minyak inti sawit, stearin sawit
dan minyak kedelai (Watkins 2001). Metil Ester Sulfonat (MES) ini dapat
menurunkan tegangan permukaan antara air dengan minyak sehingga akan
memudahkan pengambilan minyak bumi. Selama ini industri migas di
Indonesia, mengimpor MES dari negara lain, sehingga maksud dari penelitian
ini adalah untuk mengurangi impor tersebut dengan menginovasi MES dari
bahan limbah minyak jelantah. Surfaktan MES diproduksi melalui proses
sulfonasi metil ester dengan reaktan pensulfonasi seperti: H2SO4, NaHSO3,
oleum, dan gas SO3 (Bernardini 1983 dan Pore 1993). Namun dalam
1
I. 2 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kondisi proses yang dapat digunakan untuk memproduksi
surfaktan MES berbahan baku minyak jelantah menggunakan proses
sulfonasi skala laboratorium.
2. Memperoleh karakteristik produk surfaktan MES berbahan baku metil ester
minyak jelantah dengan pengaruh suhu dan waktu sehingga dapat dijadikan
tolak ukur apakah MES dapat digunakan dalam skala industri atau tidak.
I. 3 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh setelah penelitian ini terlaksana adalah :
1. Meningkatkan total produksi minyak bumi untuk diolah menjadi berbagai
bahan bakar.
2. Menciptakan sumber daya manusia yang kritis serta perduli akan
keselamatan lingkungan dan terpacu untuk menghasilkan berbagai inovasi
alam terbarukan.
3. Dapat digunakan sebagai acuan untuk lebih mengoptimalkan penelitian
selanjutnya mengenai pembuatan Metil Ester Sulfonat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
akrolein, yaitu sejenis aldehid yang bisa menyebabkan rasa gatal pada
tenggorokan. minyak goreng sisa atau lebih dikenal dengan minyak jelantah
ini sudah alami penguraian molekul-molekul, hingga titik asapnya turun
mencolok. dikarenakan jelantah itu mudah alami oksidasi, maka bila
disimpan dapat cepat berbau tengik. Disamping itu, jelantah juga disukai
jamur aflatoksin sebagai area berkembangbiak. jamur ini membuahkan racun
aflatoksin yang bisa mengakibatkan beragam penyakit, terlebih pada hati atau
liver. Minyak jelantah bila dilihat dari komposisi kimianya, memiliki
kandungan senyawa-senyawa yang berbentuk karsinogenik pemicu kanker.
Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah ini dapat
bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia
dan lingkungan.
II.2 Metil Ester
Berdasarkan proses pembuatannya, Metil ester dapat dihasilkan dengan
dua cara yaitu : (1) esterifikasi asam lemak dan (2) transesterifikasi
trigliserida. Esterifikasi adalah reaksi antara asam lemak dengan alkohol
dengan bantuan katalis untuk membentuk ester. Reaksi tersebut ditunjukkan
pada Gambar 1
RCOOH
Asam lemak
ROH
Alkohol
RCOOR
Ester
H2O
Air
ROH
RCOOR
ROH
Ester
Alkohol
Ester
Alkohol
RCHCOCH3
SO3Na
Gambar 3. Struktur kimia metil ester sulfonat (Watkins, 2001)
Menurut Watkins (2001), jenis minyak yang dapat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan metil ester sulfonat (MES) adalah kelompok minyak
nabati seperti minyak kelapa, minyak sawit, minyak kedelai, atau tallow.
MES berbahan minyak nabati memiliki kinerja yang sangat menarik,
diantaranya adalah karakteristik dispersi dan sifat detergensi yang baik
terutama pada air dengan tingkat kesadahan yang tinggi (hard water), tidak
mengandung ion fosfat, ester asam lemak C14, C16 dan C18 memberikan
menghasilkan
surfaktan
alkanolamida,
dan
proses
sulfonasi
untuk
(SO3, NaHSO3, asam sulfit), waktu netralisasi, PH, dan suhu netralisasi
(Foster, 1996). Reaksi sulfonasi molekul asam lemak dapat terjadi pada tiga
sisi, yaitu (1) rantai tidak jenuh (ikatan rangkap), (2) bagian -atom karbon,
(3) gugus karboksil. Kemungkinan terikatnya grup sulfat disajikan pada
Gambar 4.
10
Gambar 5. Reaksi kimia antara metil ester dan natrium bisulfit untuk
menghasilkan metil ester sulfonat (Pore, 1993)
11
BAB III
METODE PENELITIAN
b. Studi Pustaka
Yaitu penggunaan literature (buku, internet, narasumber, dll)
Metil Ester
12
13
2.
Metanol
3.
NaOH pekat
4.
NaHSO3 teknis
5.
Aquades
14
Keterangan :
1.
2.
3.
Termometer
4.
Penangas Minyak
5.
Pendingin balik
6.
Statif
7.
Klem
15
Padatan NaHSO3
Cairan/ Liquid
16
c.
17
mg KOH/g
MES
yang baik
akan
memiliki
kemampuan
di
atas
sehingga
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Spesifikasi
Hasil Pengukuran
Satuan
Bilangan Penyabunan
210,321
mg KOH/1g MES
FFA
1,5689
Angka asam
1,668
mg KOH/1g MES
18
19
Angka asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas, sedangkan
besarmya bilangan penyabunan adalah menunjukkan banyakanya ikatan rangkap
atau ikatan tidak jenuh. Semakin tinggi angka asam suatu minyak menunjukkan
bahwa minyak tersebut telah mengalami kerusakan dimana trigliserida minyak
terdegradasi membentuk asam lemak bebas dan semakin tinggi bilangan
penyabunan yang diperoleh maka ikatan tidak jenuh atau ikatan rangkap pada
minyak semakin banyak.
IV.2. Analisis Hasil dan Pembahasan
a. Penelitian dengan variabel suhu proses sulfonasi
Pada variabel pertama, proses sulfonasi dilakukan dengan
memvariasikan suhu proses sulfonasi pada lama proses reaksi yang
sama. Lama proses reaksi sulfonasi ditetapkan berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan oleh Sri Hidayati sebelumnya, dengan judul
Pengaruh rasio mol, suhu, dan lama reaksi terhadap tegangan permukaan
dan stabilitas emulsi metil ester sulfonat dari CPO. Kondisi optimum
didapatkan yaitu pada lama sulfonasi 4,5 jam. Selain itu ada beberapa
variabel tetap lainnya yang ditentukan pada proses sulfonasi ini yaitu
perbandingan mol antara metil ester dengan NaHSO3 sebesar 1,25 : 1
dan kecepatan pengadukan 600 rpm (Sri Hidayati, 2009). Dalam
penelitian dengan variabel suhu proses sulfonasi, diambil 5 taraf/titik
yang digunakan yaitu pada suhu 80 0C, 90 0C, 100 0C, 110 0C, dan 120
0
C.
Pada penelitian ini hasil dari proses sulfonasi berupa metil ester
20
dianalisis
kualitasnya
dengan
parameter
angka
asam,
bilangan
Berat Sampel
Suhu
o
Volume Titrasi
Angka Asam
KOH 0,1 N
gr
Ml
80
1,20
3,8
17,765
90
1,14
3,3
16,2395
100
1,43
3,6
14,1231
110
1,20
3,6
16,8300
120
1,30
4,1
17,6931
B
Berdasarkan tabel diatas dapat dibuat grafik hubungan suhu dengan
angka asam sebagai berikut
21
22
Volume Titrasi
Berat Sampel
HCl 0,5 N
Bilangan Penyabunan
Gram
mL
80
1,23
50,6
165,3354
90
1,02
52,55
145,75
100
52,9
138,8475
110
55,3
71,5275
120
1,02
54,7
103,95
Dari hasil pada tabel di atas, dapat dilihat hubungan jelas antara
suhu sulfonasi dengan bilangan penyabunan, yang ditunjukkan pada grafik
berikut.
23
24
Volume Titrasi
Lama Reaksi
Sampel
KOH 0,1 N
Jam
Ml
mg KOH/1g lemak
1,07
0,5
2,6215
4,5
1,13
0,7
3,4752
1,09
0,8
4,1174
5,5
1,12
1,1
5,5098
1,08
1,35
7,0125
Angka Asam
Dari tabel data diatas dapat diperoleh grafik hubungan antara lama
proses dengan parameter uji angka asam sebagai berikut :
25
Bilangan
HCl 0,5 N
Penyabunan
Berat Sampel
Lama Reaksi
Jam
gr
ml
mg KOH/1g MES
1,39
8,9
38,3417
4,5
1,41
8,8
39,7872
1,28
8,5
50,4023
5,5
1,38
56,9130
1,3
7,8
64,7308
26
Angka Asam
Nilai
Satuan
Bilangan Penyabunan
Nilai
Satuan
2,0 - 7,0
mg KOH/ 1 g MES
< 207,39
mg KOH/ 1 g MES
2,6215-3,4752
mg KOH/ 1 g MES
30-40
mg KOH/ 1 g MES
27
Satuan
Hasil
Metode
mN/m (dyne/cm)
15.32
Plate
mN/m (dyne/cm)
16.82
Plate
Keterangan :
Sampel A : Rasio mol 1:1,5, kecepatan pengadukan 600 rpm, lama reaksi 4,5 jam,
dan suhu proses 105-110 0C (dalam hal ini rasio mol sebagai variabel
tidak tetapnya)
Sampel B : Rasio mol 1:1,5, kecepatan pengadukan 600 rpm, lama reaksi 4,5 jam,
dan suhu proses 105-110 0C (dalam hal ini kecepatan pengadukan
sebagai variabel tidak tetapnya).
Dari uji sampel IFT diatas didapat nilai tegangan permukaannya 15.32
mN/m dan 16.82 mN/m. Standar untuk MES, tingkat penurunan tegangan antar
28
muka berkisar antara 50 dyne/cm hingga kurang dari 10 dyne/cm (Noureddini dan
Zhu,1997). MES yang dihasilkan dapat digunakan sebagai emulsifier karena dapat
menurunkan IFT campuran minyak-air, meningkatkan kestabilan emulsi dan
meningkatkan daya deterjensi.
BAB V
PENUTUP
V.I. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh beberapa
kesimpulan antara lain yaitu :
1. Kondisi terbaik pada proses pembuatan Metil Ester Sulfonat (MES)
berbahan baku minyak jelantah tercapai pada suhu proses 100-110 oC dan
lama waktu reaksi 4-4,5 jam
2. Pada kondisi terbaik didapatkan nilai angka asam dan bilangan
penyabunan sebesar 2,6215-3,4752 mg KOH/1 g lemak MES dan 30-40
mg KOH/ 1g lemak MES. Hasil tersebut sesuai dengan kualitas MES
yang ada di pasaran.
3. Kualitas MES ditinjau dari parameter analisis tegangan antar muka (IFT),
sebesar 15.32 mN/m dan 16.82 mN/m. Hasil ini sesuai dengan MES di
pasaran sebesar 10-50 Dyne/cm.S
V.2 Saran
Dari kesimpulan tersebut dapat disarankan bahwa sebaiknya
dilakukan analisis lebih lanjut terhadap metil ester sulfonat berbahan baku
minyak jelantah mengenai analisa tegangan antar muka (IFT) secara detail
pada tiap variabel proses, Bilangan Iodium, dan analisa pendukung lainnya
guna mengetahui lebih detail kualitas MES yang berasal dari minyak jelantah
ini.
29
DAFTAR PUSTAKA
Bernardini E. 1983. Vegetable Oils and Fats Processing. Volume II. Rome:
Interstampa.
Bird T. 1993. Kimia Fisik untuk Universitas [terjemahan]. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Edison, R. 2009. Optimasi pembuatan surfaktan metil ester sulfonat (MES)
dari minyak jarak pagar (Jatropha Curcas L). Tesis. Bandar Lampung:
Universitas Lampung.
Foster, N.C. 1996. Sulfonation and Sulfation Processes In Soap and
Detergents: A Theoretical and Practical Review. Spitz, L. (Ed). AOCS
Pres, Champaign, Illinois.
Hakim, L. 2005. Kajian Proses Produksi Surfaktan Dietanolamida dari Asam
Lemak C12 Minyak Inti Sawit (Palm Kernel Oil). Tesis. Bogor:
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Hidayati, S. 2006. Perancangan proses produksi metil ester sulfonat dari
miyak kelapa sawit dan uji efektivitasnya pada pendesakan minyak
bumi. Disertasi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Hidayati,Sri.dkk. 2008. Optimasi Proses Sulfonasi Untuk Memproduksi Metil
Ester Sulfonat Dari Minyak Sawit Kasar. Prosiding Seminar
Nasional.Lampung : Universitas Lampung.
Hovda, K. 2004. The Challenge of methyl ester sulfonates. Diakses 18 Mei
2014. http://www.chemithon.com
Perry RH dan Green D. 1985. Chemical Engineers Handbook. Ed ke-6.
Singapore: McGraw-Hill Book Co.
Petrucci, RH. 1992. Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Modern
[terjemahan].
Jakarta: Erlangga.
Pore, J. 1993. Oil and Fat Manual. New York : Intercept Ltd.
Sheats, W.B dan B.W Mac Arthur. 2002. Methyl ester sulfonate products.
Diakses 03 Juni 2014. http://www.chemithon.com
30
31
Sherry, A.E, B.E. Chapman, M.T. Creedon, J.M. Jordan, dan R.L. Moese.
1995. Nonbleach Process for the Purification of Palm C16-18 Methyl
Ester Sulfonates. J. Am. Oil Chem. Soc. 72 (7). Hlm 835-841
Sudarmadji, dkk. 1984. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty
Sutanto, Ari I. 2007. Sintesa Metil Ester Sulfonat Dari Metil Ester Berbahan
Baku PKO Pada Skala Pilot Plant. Tesis. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Watkins,C. 1999. Laundry detergent Tablets. INFORM 10 (11) : 1008-1013.
[terhubung berkala]. http://www.chemithon.com [15 Mei 2011]
Watkins, C. 2001. All Eyes are on Texas. INFORM 12 : 1152-1159.
[terhubung berkala]. http://www.chemithon.com [17 Mei 2011]
http://simscience.org/membranes/advanced/essay/surfactants.html. [1 April
2011]
LAMPIRAN
1.
= 17,765
1.
= 2,6215
2.
= 16,2395
2.
= 3,4752
3.
= 14,1231
3.
= 4,1174
4.
= 16,83
4.
= 5,5098
5.
= 17,6931
5.
= 7,0125
1.
= 165,3354
1.
= 38,3417
2.
= 145,75
2.
= 39,7872
3.
= 138,8475
3.
= 50,4023
4.
= 71,5275
4.
= 56,9130
5.
= 103,95
5.
= 64,7308
B. DOKUMENTASI PENELITIAN
Pengamatan terhadap
variabel proses
Penambahan indikator PP
Titrasi
(analisa bil.penyabunan)
Sampel MES
Sampel MES