Anda di halaman 1dari 2

Nara sumber :

Direktorat Budidaya Ternak Non Ruminansia


DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN
Penyakit influensa pada unggas (Avian Influenza/AI) disebabkan oleh virus influenza
tipe A dari family Orthomyxoviridae. Virus Avian Influenza dapat menimbulkan
sindrom penyakit pernafasan pada unggas, mulai ringan (low pathogenic) sampai
yang bersifat fatal (highly pathogenic). Pada kasus yang sangat ganas (akut) terjadi
kematian mendadak dalam jumlah besar tanpa disertai gejala awal yang menciri.
Tingkat penyebaran penyakit dan kematian mencapai 90%, dan menyebabkan
kerugian ekonomi bagi peternak, serta dapat menular kepada manusia.
SIFAT VIRUS
- Dalam air virus tahan hidup selarna 4 hari pada suhu 22 0C dan 30 hari pada suhu
0C
- Virus mati dengan desinfektan : ammonium kuatener, Formalin 2-5%, Iodioform
kompleks iodine), senyawa fenol, natrium/ kalium hipoklorit,
- Di kandang ayam- virus Avian influenza bertahan selama 2 minggu setelah
depopulasi ayam
- Virus di feces dalam keadaan basah bertahan selama 32 hari.
GEJALA KLINIS
- Jengger, pial, kulit perut, yang tidak ditumbuhi bulu berwarna biru keunguan
(sianosis)
- Kadang-Kadang ada cairan dari mata dan hidung
- Pembengkakan dl daerah bagian muka dan kepala.
- Pendarahan di bawah kulit (sub kutan)
- Pendarahan titik (plechie) pada daerah dada, kaki dan telapak kaki
- Batuk bersin dan ngorok
- Unggas mengalami diare dan kematian tinggi
CARA PENULARAN
- Cairan/lendir yang berasal dari lubang hidung, mulut mata (cojunctiva) dan lubang
anus (tinja) dan unggas yang sakit ke Iingkungan
- Kontak langsung dengan ayam sakit
- Secara tidak langsung melalui pakan/alr minum pekerja kandang, kandang dan
peralatan peternakan, rak telur keranjang ayam dan alat transfortasi yang tercemar
virus Avian Influenza
- Unggas air berperan sebagai reservoir virus AI melalui virus yang ada dalam
saluran intestinal dan dilepaskan melalui kotoran
LANGKAH PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
* Peningkatan Biosekuriti
- Desinfeksi alat dan fasilitas peternakan
- Dilarang mengeluarkan unggas saklt kotoran dan limbah peternakan
- Membatasi keluar masuk orang ke dalam lokasi
- Mencegah keluar masuknya tikus (rodensia) dan hewan lain ke dalam lokasi
petenakan.

* Dekontaminasi/desinfektan
- Pakan tempat pakan/air minum, semua peralatan
- Pakaian pekerja kandang, alas kaki, kendaraan dan bahan lain, yang tercecer
- Bangunan kandang yang kontak dengan unggas, kandang/tempat penampungan
unggas
- Permukaan jalan menuju peternakan/ kandang tempat penampungan unggas
* Depopulasi/ tindakan pemusnahan Selektif/ terbatas
Pemusnahan selektif (depopulasi) dilakukan terhadap unggas sehat yang
sekandang dengan unggas sakit di peternakan tertular
- Disposal
Dilakukan dengan cara pembakaran dan penguburan dengan kedalaman minimal
15 meter, terhadap :
+ Unggas mati (bangkai), karkas telur terinfeksi
+ Kotoran (feces), bulu, alas kandang (sekam)
+ Pupuk dan pakan ternak yang tercemar.
+ Bahan dan peralatan lain yang terkontaminasi yang tidak dapat dicucihamakan
secara efektif
- Vaksinasi
Vaksinasi yang dapat dilakukan terhadap unggas yang sehat di daerah tertular
sebagai berikut :
+ Ayam pedaging (broiler) divaksinasi urnur 4-7 hari dosis 0,2 ml pemberian di
bawah kulit pada pangkal leher
+ Ayam petelur (layer) dan pembibitan (breeder) divaksin pada :
. Umur 4 -7 hari dosis 0,2 ml pemberian di bawah kulit pada pangkal leher
. Umur 4-7 Minggu, dosis 0.5 ml pemberian di bawah kulit pada pangkal leher
. Umur 12 Minggu, dosis 0.5 ml pemberian di bawah kulit pada pangkal leher atau
pada otot dada.
+ Booster, Pengulangan kembali tiap 3 - 4 bulan, dengan dosis 0 5 ml pada otot
dada
PENGISIAN KEMBALI (RESTOCKING)
- Peternak diperbolehkan untuk mengisi kandang kembali setelah 30 hari setelah
pengosongan kandang
- Sebelumnya harus dipastikan semua tindakan dekontaminasi (desinfektan) dan
disposal (pembakaran/penguburan) yang sesuai prosedur telah dilaksanakan.
Sumber:
http://balitnak.litbang.deptan.go.id

Anda mungkin juga menyukai