Anda di halaman 1dari 2

Tugas Forensik IKF 129

Nama: Nadira Danata (1102011188)

Fabrication of sexual assault: A case report


PENDAHULUAN
Kasus pemerkosaan merupakan kasus jumlahnya terus bertambah seiring berjalnnya
waktu. Laporan kasus pemerkosaan tidak sebanding dengan jumlah kasus yang sebenarnya
terjadi di masyarkat. Sering timbul trauma pada korban pemerkosaan baik secara fisik
maupun mental. Korban terkadang tidak mendapat dukungan dari keluarga dan lingkungan
sosial. Namun, kerugian juga dapat ditimbulkan bagi terduga tersangka apabila laporan yang
diajukan merupakan laporan palsu.
LAPORAN KASUS
Pada tanggal 2 Mei 1998, seorang perempuan yang diduga korban pemerkosaan
geng dibawa ke departemen Kedokteran Forensik,S.C.B. Medical College , untuk
pemeriksaan medi-kolegal. Korban adalah seorang gadis, belum menikah, berusia 17 tahun.
Pada 1 Mei 1998 malam sekitar 11:30, segerembolan orang yang membawa senjata secara
paksa masuk ke dalam rumah korban. Mereka membawa ayah dan kakak korban dan
memukuli mereka di depannya. Empat orang secara paksa membawa korban ke taman yang
gelap di depan rumahnya dan memperkosanya berulang kali satu per satu. Mereka juga
memukuli tubuhnya. Kemudian korban tidak sadar. Ayah dan kakanya hilang sejak saat itu.
Menurut korban, dia tidak pernah melakukan hubungan seksual sebelum insiden
permerkosaan tersebut.
Hasil pemeriksaan korban
Korban merupakan gadis berusia 18 tahun, tinggi 155 cm, dan berat 57 kg. Pada pemeriksaan
pakaian yang dikenakan tidak menunjukkan adanya noda mani/ darah, rambut milik orang
lain, atau serat dan segala jenis kerusakan pakaian. Ditemukan sekitar 25 - 30 luka gores
dangkal linear yang terletak paralel di medial atas pada setiap bagian fleksor kedua lengan
dan daerah anterior-medial kedua kaki. Tidak ada tanda perlawanan atau kekerasan yang
dideteksi di seluruh tubuh termasuk daerah payudara. Di pemeriksaan alat genital, rambut
kemaluan tidak mudah dicabut. Labia majora dan labia minora berkembang dengan baik.
Pada posisi litotomi, menunjukkan seluruh interior vagina. Selaput dara bentuk carrunculae,
tidak ada tanda-tanda robekan hiemen yang terjadi baru-baru ini. Orifisium dapat dimasuki
dua jari longgar. Pada pemeriksaan dalam vagina, terlihat adanya bahan yang bersinar. Ketika
ditarik keluar, ditemukan sepotong panjang paket plastik dengan panjang 30 cm yang berisi
sekitar 20 g tanah. Dinding vagina mulus dengan berkurangnya rugae. Leher rahim dan rahim
normal. Pada cuci cairan vagina tidak ditemukan spermatozoa.
DISKUSI
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh White et al, pada 51% korban
pemerkosaan ditemukan luka yang tidak berhubungan dengan luka genital, 32% dari grup
yang sudah tidak perawan ditemukan luka pada genital sedangkan pada korban yang masih
perawan ditemukan 53% korban mempunyai luka genital. Hanya 32% yang ditemukan
dengan luka genital yang dapat menjadi bukti telah terjadi penetrasi. Dari penelitian ini,
penulis menyimpulkan bahwa luka genital maupun luka di tempat lain tidak selalu ditemukan

pada korban pemerkosaanatau kekerasan seksual, walaupun kekerasan tersebut telah


dilakukan berkali-kali dan dalam jangka waktu yang panjang. Tidak adanya luka tidak dapat
menyingkirkan kemungkinan hubungan seksual, dengan atau tanpa persetujuan. Dalam kasus
ini, meskipun korban mengaku masih perawan pada saat pemeriksaan, baik luka genital
maupuun non-genital tidak ditemukan. Namun, ditemukannya robekan hiemen dan temuan
luka genital lain yang berhubungan dengan hubungan seksual sebelum kejadian, menjadi
boomerang bagi laporan yang dituduhkan korban.
Worm et al. (1997) mengumpulkan data dari 133 korban kekerasan seksual,
dilaporkan bahwa kontrasepsi tidak digunakan di 87 (65%) kasus. Dalam 102 kasus, serangan
dilakukan dengan kekerasan fisik dan dalam 24 kasus, di bawah ancaman senjata. Pada kasus
ini, korban mengatakan beberapa pelaku menggunakan kondom.
Beberapa orang mengaku menjadi korban kekerasan seksual dan menyalah gunakan
sistem peradilan dengan mengajukan laporan palsu. Cedera dan temuan lainnya sering
menunjukkan pola yang dapat diakui sebagai bukti penipuan atau tanda-tanda cidera yang
dibuat oleh orang medis. Bukti medis dan temuan fisik yang rinci adalah salah satu
komponen dalam investigasi kekerasan seksual dan dokter tidak sendiri untuk menentukan
kebenaran dugaan (Rogers, 1996). Karena peningkatan tuduhan pelecehan seksual yang
dilakukan oleh anak muda dan sanksi hukum berat sering diberikan kepada pelaku dewasa,
sudah seharusnya lebih tuduhan palsu atau keliru mendapat perhatian (de Young, 1986).
Kanin (1994) melakukan studi pada 45 kasus tuduhan pemerkosaan palsu dalam
periode 9 tahun. Ditemukan tuduhan pemerkosaan palsu merupakan 41% dari total kasus
pemerkosaan yang dilaporkan selama periode itu. Tuduhan-tuduhan palsu biasanya ditujukan
untuk alibi, balas dendam, memperoleh simpati/ perhatian, mengatasi masalah personal, dan
sosial. Tuduhan palsu bisa dilakukan untuk menutupi perselingkuhan atau hubungan seksual
pertama yang ditutupi sebagai tindakan kekerasan seksual.
Benar tidaknya suatu tuduhan bisa dibedakan sampai batas tertentu. Namun, alat
ilmiah yang dirancang untuk menilai kredibilitasnya terbatas dan mungkin gagal untuk
mendeteksi pernyataan tidak masuk akal. Taupin (2000) dan Daly et al. (2009) melaporkan
bahwa analisa kerusakan pakaian di Laboratorium Ilmu Forensik dapat membantu dalam
penyelesaian kasus kekerasan seksual palsu. Saat mengevaluasi cedera tubuh, kemungkinan
cedera yang dibuat diri sendiri harus dikesampingkan. Sebagian besar cidera yang dibuat
sendiri untuk tuduhan palsu berbentuk luka sayat dangkal, multipel, berkelompok, sejajar satu
sama lain, terletak di bagian yang mudah diakses oleh korban dan sering tanpa kerusakan
pakaian (Payne-James, 2003; Nandy, 2010; Mathiharan et al., 2006). Dalam kasus ini,
menurut korban, dia tidak memberikan terlalu banyak perlawanan karena kalah jumlah
dengan pelaku. Tidak ada kerusakan pakaian. Adanya cidera yang dibuat sendiri pada bagian
tubuhnya dapat mematahkan tuduhannya. Korban mengakui bahwa dia mencoba untuk
menolong keluarganya.
KESIMPULAN
Pemeriksaan medis-kolegal korban memiliki arti besar dalam kasus kekerasan
seksual. Namun, setiap usaha harus dilakukan untuk membedakan tuduhan yang benar dari
yang salah tuduhan sehingga hukuman dapat dijatuhkan ke pelaku yang tepat. Kehadiran luka
yang dibuat korban sendiri dan adanya temuan yang sangat tidak biasa mungkin
menunjukkan ke arah kekerasan seksual yang dibuat-buat.
Naik, S.K et al. 2010. Fabrication of sexual assault: A case report. Journal of Clinical
Pathology and Forensic Medicine Vol. 1(3), pp. 35 - 37

Anda mungkin juga menyukai