Oleh :
Ami Tri Nursasmi
0910312126
Pembimbing
dr. Rahmiyetti, SpA
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) didefinisikan oleh WHO sebagai
bayi yang dilahirkan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang
masa gestasi.1 Dalam kebidanan digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu BBLR dengan
masa gestasi < 37 minggu (prematur), dan BBLR dengan masa gestasi 37
minggu (dismatur). BBLR dapat merupakan akibat masa kehamilan kurang dari
37 minggu dengan berat yang sesuai, bayi yang beratnya kurang dari berat yang
semestinya menurut masa kehamilan kecil masa kehamilan (KMK), atau karena
kombinasi keduanya.1
II. Epidemiologi
Insiden dari BBLR di dunia adalah sekitar 15 %, dengan batasan 3,3%38% dan lebih sering terjadi di negara-negara sedang berkembang atau sosioekonomi rendah. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah
dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9-30%. Jumlah ini juga berbeda pada
tiap populasi.2 Sejumlah 3-5 % dari kejadian BBLR terjadi pada keadaan ibu
yang sehat, dan lebih dari 25 % kejadian terjadi pada keadaan ibu dengan
kehamilan resiko tinggi.3
III. Etiologi
Etiologi BBLR ada yang berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta.
Berikut akan dikelompokkan etiologi BBLR berdasarkan 3 faktor di atas.3
Faktor Ibu :
Toxemia
Hipertensi dan/atau penyakit ginjal
Hipoksemia (misalnya: menderita penyakit jantung atau paru)
Malnutrisi (mikro dan makro)
Menderita penyakit kronis
Anemia sel sabit
Konsumsi obat-obatan,alkohol, rokok.
dsb.
Faktor Janin :
Faktor plasenta :
IV. Patofisiologi
Dari berbagai etiologi di atas, secara garis besar terjadinya BBLR adalah
sebagai berikut4 :
Plasenta
Berat lahir memiliki hubungan yang berarti dengan berat plasenta dan
luas permukaan villus plasenta. Aliran darah uterus, juga transfer oksigan juga
transfer oksifen dan nutrisi plasenta dapat berubah pada berbagai penyakit
vaskular yang diderita ibu. Disfungsi plasenta yang terjadi sering berakibat
gangguan pertumbuhan janin. Dua puluh lima sampai tiga puluh persen kasus
gangguan pertumbuhan janin dianggap sebagai hasil penurunan aliran darah
uteroplasenta pada kehamilan dengan komplikasi penyakit vaskular ibu.
Keadaan klinis yang meliputi aliran darah plasenta yang buruk meliputi
kehamilan ganda, penyalah-gunaan obat, penyakit vaskular (hipertensi dalam
kehamilan atau kronik), penyakit ginjal, penyakit infeksi (TORCH), insersi
plasenta umbilikus yang abnormal, dan tumor vaskular.
Malnutrisi
Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan
janin, yaitu berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat ibu selama hamil.
Ibu dengan berat badan kurang seringkali melahirkan bayi yang berukuran
2
lebih kecil daripada yang dilahirkan ibu dengan berat normal atau berlebihan.
Selama embriogenesis status nutrisi ibu memiliki efek kecil terhadap
pertumbuhan janin. Hal ini karena kebanyakan wanita memiliki cukup
simpanan nutrisi untuk embrio yang tumbuh lambat. Meskipun demikian, pada
fase pertunbuhan trimester ketiga saat hipertrofi seluler janin dimulai,
kebutuhan nutrisi janin dapat melebihi persediaan ibu jika masukan nutrisi ibu
rendah. Data upaya menekan kelahiran BBLR dengan pemberian tambahan
makanan kepada populasi berisiko tinggi (riwayat nutrisi buruk) menunjukkan
bahwa kalori tambahan lebih berpengaruh terhadap peningkatan berat janin
dibanding pernmbahan protein.
Infeksi
Infeksi virus tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan
janin. Wanita-wanita dengan status sosioekonomi rendah diketahui melahirkan
bayi dengan gangguan pertumbuhan maupun bayi kecil di samping memiliki
insidensi infeksi perinatal yang lebih tinggi. Bayi-bayi yang menderita infeksi
rubella kongenital dan sitomegalovirus (CMV) umumnya terjadi gangguan
pertumbuhan janin, tidak tergantung pada umur kehamilan saat mereka
dilahirkan.
Faktor genetik
Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan
kontribusi genetik ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki
kecendrungan untuk berulang kali melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
atau keil untuk masa kahamilan (tingkat pengulangan 25%-50%), dan
kebanyakan anita tersebut dilahirkan dalam keadaan yang sama. Hubungan
antara berat lahir ibu dan janin berlaku pada semua ras.
V. Diagnosis
Diagnosis BBLR biasanya ditegakkan dari :
1. ANAMNESIS
Dari anamnesa dapat digali mengenai riwayat gestasi, faktor etiologi dan
riwayat pemeriksaan antenatal dari ibu yang bayinya BBLR.
a.
b.
c.
2. PEMERIKSAAN FISIK
1. BBL < 2500.
2. PB kurang atau sama 45 cm.
3. Lingkar kepala < 33 cm.
4. Lingkar dada < 30 cm.
5. Kepala lebih besar dari badan.
6. Kulit tipis transparan , lanugo banyak , lemak subkutan kurang.
7. Pembuluh darah kulit banyak terlihat dan peristaltik usus terlihat.
8. Rambut biasanya tipis .
9. Tulang rawan belum sempurna.
10. Jaringan mammae belum sempurna demikian pula puting susu.
11. Genetelia immatur .
12. Bayi kecil , posisinya masih posisi fetal , yaitu posisi dekubitus lateral ,
pergerakan nya kurang dan masih lemah.
13. Bayi masih banyak tidur daripada bangun, tangis lemah, pernafasan belum
teratur, dan sering terdapat serangan apneu.
14. Otot masuh hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai
abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam keaadaan fleksi dan kepala
menghadap kesatu jurusan.
15. Refleks Moro dapat positif, refleks minghisap dan menelan belum
sempurna, demikiaan juga refleks batuk.
16. Pitting edem, sering ditemukan pada pendarahan antepartum, toxemia
gravidarum dan DM.
17. Nafas tidak teratur, jika >60 x/menit waspada terhadap Hialin Membran
Disease.
3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Biasanya pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan khusus
dilakukan pada bayi dengan BBLR ini ditujukan untuk melihat ada tidaknya
komplikasi atau gangguan yang menyertainya. 4
VI. Penatalaksanaan 7
nutrisi enteral pada BBLR untuk mencapai pertumbuhan yang sesuai adalah
105-130 kkal/hari.
3. Protein
Karbohidrat memasok energi sebesar 40-50% dari kebutuhan per hari atau
setara dengan 10-14 g/kgbb/hari. Kemampuan BBLR untuk mencerna
Iaktosa pada beberapa waktu setelah lahir rendah karena rendahnya aktivitas
enzim laktase; sehingga dapat terjadi keadaan intoleransi laktosa, walaupun
secara di klinik jarang menjadi masalah dan ASI umumnya dapat ditoleransi
dengan baik. Enzim glukosidase untuk glukosa polimer sudah aktif pada
BBLR sehingga pemberian glukosa polimer ditoleransi dengan baik. Selain
itu glukosa polimer tidak menyebabkan beban osmotik pada mukosa usus,
sehingga memungkinkan digunakan pada formula bayi dengan osmolalitas
kurang dari 300 mOsm/kg.air. Formula prematur umumnya mengandung
50% laktosa dan 50% glukosa polimer, rasio yang tidak menyebabkan
gangguan penyerapan
mineral di usus.
Densitas kalori ASI baik ASI-matur maupun ASI prematur adalah 67
kkal/100 ml pada 21 hari pertama laktasi. Formula dengan densitas sama dapat
digunakan untuk BBLR, tetapi formula dengan konsentrasi lebih tinggi yaitu
81 kkal/100 ml (24 kkal/fI.oz) seringkali lebih disukai. Formula ini
memungkinkan pemberian kalori lebih banyak dengan volume lebih kecil,
menguntungkan bila kapasitas lambung terbatas atau bayi memerlukan restriksi
cairan dan juga mensuplai cukup air untuk ekskresi metabolit dan elektrolit
dari formula. Pemilihan jenis nutrisi pada bayi BBLR yang utama adalah ASI.
Namun, jika ASI tidak ada, maka susu formula merupakan pilihan. Formula
prematur kini terus disempurnakan agar makin menyerupai komposisi nutrien
ASI.8
Tabel Cara pemberian nutrisi8
Cara/metode
Menyusu / botol
Dasar Pertimbangan
Cara yang paling fisiologis
Masa gestasi minimal 32-34 minggu
Secara medis bayi dalam keadaan
stabil
6
Transpilorik
Gastrostomi
Interval
Tiap 2 jam
Tiap 2-3 jam
Tiap 3 jam
Waktu yang
diperlukan
(hari)
16
10-7
7-5
<1.000
1.000-1500
1.501-1800
sakit
1.501-1800
sehat
>1800 sakit
Tiap 3 jam
20-40
30-50
5-3
Tiap 3 jam
20-40
30-75
5-2
PMK yang dapat dilakukan saat bayi belum stabil (masih mendapatkan
sokongan medis)
2. PMK kontinu
PMK yang dilakukan saat bayi sudah dalam keadaan stabil (tidak ada
penyakit akut)
Waktu: ibu dan bayi bersama dalam 24 jam
Tempat : ruangan rawat khusus PMK kontinu
Posisi kanguru sangat ideal bagi proses menyusui. PMK membuat proses
menyusui menjadi lebih berhasil, proses menyusui menjadi lebih lama dan
dapat meningkatkan volume ASI. Pemberian nutrisi pada saat melakukan
PMK dapat ASI atau formula baik oral maupun melalui pipa lambung. Cara
dan waktu pemberian nutrisi sesuai protokol untuk BBLR/neonatus kurang
bulan.9
3. Kangaroo support (dukungan)
Bentuk dukungan pada PMK dapat berupa dukungan fisik maupun
emosional. Dukungan dapat diperoleh dari petugas kesehatan, seluruh
anggota keluarga, ibu dan masyarakat.9
4. Kangaroo discharge (pemulangan) dan pemantauan
PMK dapat dipulangkan dari rumah sakit ketika telah memenuhi kriteria
dibawah ini:
Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada apnea
atau infeksi
Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk melakukan
follow-up
VII. Komplikasi 6
Masalah yang sering dijumpai pada BBLR kurang bulan antara lain adalah
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Ketidakstabilan suhu
Kesulitan pernapasan
Kelainan gastrointestinal dan nutrisi
Imaturitas hati
Imaturitas ginjal
Imaturitas imunologis
Kelainan neurologis
Kelainan kardiovaskuler
10
9. Kelainan hematologis
10. Metabolisme
VIII. Prognosis 5
Angka kematian pada BBLR berkisar antara 0,2 % - 1 %. Pada
kebanyakan kasus, bayi dengan berat lahir rendah dengan cepat mengejar
ketertinggalan pertumbuhannya dalam tiga bulan pertama, dan mencapai kurva
pertumbuhan normal pada usia satu tahun. Menurut SDKI tahun 2003, 30% angka
kematian bayi disebabkan oleh BBLR. Neonatus dengan BBLR berisiko angka
kematian bayi 6,5 kali lebih besar dibandingkan dengan neonatus dengan berat
badan lahir normal.
IX. Pencegahan
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah bayi
lahir dengan berat badan rendah, diantaranya memperbaiki asupan nutrisi pada ibu
hamil dan dengan kontrol antenatal secara teratur.
11
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN :
Nama Anak
: By. Y
Umur
: 2 hari
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku Bangsa
: Minang
Alamat
: Kampung Pisang
ANAMNESA :
Seorang neonatus baru lahir, tanggal 24 Juni 2014 jam 17.5 WIB dengan :
KELUHAN UTAMA:
Neonatus berat badan lahir 2350 gram, PB 46 cm.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
1. Neonatus berat badan lahir 2350 gram, PB 46 cm, cukup bulan, spontan,
ditolong oleh dokter.
2. Ibu baik, ketuban jernih, tidak berbau, tidak kental
3. Demam tidak ada
4. Sesak nafas tidak ada
5. Kebiruan tidak ada
6. Mekonium sudah keluar
7. Buang air kecil sudah keluar
8. Injeksi vitamin K sudah diberikan
9. Faktor resiko ibu :
12
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Perkawinan ke
Penghasilan
Ibu
31
Tamat SD
Ibu Rumah Tangga
I
-
13
Ayah
35
Tamat SMP
Wiraswasta
I
Rp 1.000.000
Makanan
: Kualitas
Kuantitas
Obat- obatan
: Tidak ada
Merokok
: Tidak ada
: cukup, (2 porsi/hari) .
: cukup
: 130/70 mmHg
Suhu
: 39 C
Leukosit
: 10.500 mm3
RIWAYAT PERSALINAN:
Persalinan
: Spontan
Ketuban
: Jernih
Komplikasi persalinan
: Tidak ada
: Perempuan
Kelahiran
: Tunggal
: Hidup
Nilai APGAR
: 5/6
Riwayat Resusitasi
Pemberian oksigen L
: 26
14
: 24
Total : 50
- Taksiran Masa Kehamilan : 38-39 minggu.
Klasifikasi bayi baru lahir berdasarkan berat badan lahir dan taksiran masa
kehamilan : Kecil untuk usia kehamilan (KMK).
PEMERIKSAAN FISIK :
Keadaan Umum : Kurang aktif
Frekuensi Jantung
: 140 x/menit
Frekuensi Nafas
: 41 x/menit
Suhu
: 36,4oC
Kepala
:
Ubun-ubun besar : 2 x 2cm
Ubunubun kecil : 0,5 x 0,5 cm
Jejas persalinan : tidak ada
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
Thorak
: Bentuk Normochest
Paru
Jantung
Abdomen
15
Hepar
: 1/4 1/4
Limpa
: S0
Tali pusat
Umbilikus
Genitalia
Ekstremitas
Kulit
Anus
: Ada
Tulang
Refleks Neonatal
Ukuran
: Lingkaran kepala
: 32,5 cm
Lingkaran dada
: 28 cm
Lingkaran Perut
: 23 cm
Simfisis kaki
: 19 cm
Panjang lengan
: 14 cm
Panjang kaki
: 20 cm
Kepala simpisis
: 27 cm
RESUME :
Neonatus berat badan lahir rendah 2350 gram, PB 46 cm
Lahir Spontan, cukup bulan, ditolong oleh dokter
Keadaan ibu baik, ketuban jernih
Apgar Skor
: 5/6
Taksiran maturitas
16
Jejas persalinan
: Tidak ada
Kelainan kongenital
: Tidak ada
DIAGNOSIS KERJA :
BBLR 2350 gram dengan resiko infeksi
TERAPI :
Oksigen 0,5 L/menit
Dihangatkan dengan infant warmer
FOLLOW UP :
25/06/2014 Jam 07.00 WIB
S/
O/
Keadaan umum
: sakit sedang
Nadi
: 135 x/menit
Nafas
: 48x/menit
Suhu
: 36,8oC
Berat
: 2350 gram
17
GDR
: 87 gr/dl
Paru
Extremitas
18
BAB III
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang neonatus laki-laki umur 0 hari yang dirawat di
perinatologi IKA RSAM Bukittinggi, dengan diagnosa kerja bayi berat badan
lahir rendah ( BBLR ).
Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Persalinan dilakukan di RSAM Bukittinggi ditolong oleh dokter. Pada anamnesa
didapatkan bahwa : bayi lahir spontan, cukup bulan, apgar skor 5/6. Ibu bayi
dalam keadaan baik setelah persalinan, saat persalinan ibu bayi demam dengan
suhu 39oC. Tindakan resusitasi yang dilakukan pembersihan jalan nafas dan
pemberian oksigen 0,5 L/menit. Dari pemeriksaan fisik ditemukan :berat badan
lahir 2350 gram, panjang badan 46 cm, keadaan umum sakit sedang, gerakan bayi
kurang aktif. Ekstremitas hangat, perfusi baik. Nilai APGAR 5/6.
Tindakan awal yang telah dilakukan pada pasien ini adalah perawatan
dengan menggunakan infant warmer dengan tujuan mencegah hipotermi karena
neonatus terutama BBLR rentan terhadap hipotermi. Pemberian vitamin K
diberikan untuk mencegah perdarahan. Setelah dilakukan observasi selama satu
hari, pasien direncanakan rawat gabung dengan ibu untuk diberikan ASI dan
perawatan metode kangguru. Diharapkan dengan penatalaksanaan yang tepat,
berat badan akan segera bertambah.
19
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
Dalmanik, Sylvia M. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi.
Dalam : Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI 2008 ; hal.
11-30.
5.
6.
7.
8.
Nasar SS. Tata laksana Nutrisi pada Bayi Berat Lahir Rendah. Sari Pediatri,
Vol. 5, No. 4, Maret 2004: 165 170
9.
HTA Indonesia. Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit.
2010
20