Anda di halaman 1dari 10

10 Kerajinan Tangan Daerah

KERAJINAN DAERAH JAWA TENGAH


WAYANG KULIT
TERBUAT DARI KULIT KERBAU
CARA PEMBUATAN :
Direndam dengan air selama satu hari sampai lunak. Kemudian direntangkan atau dipentangkan
dengan menggunakan tali dan pigura kayu yang kuat. Selanjutnya kulit tersebut dijemur di
bawah terik matahari sampai benar-benar kering. Kulit yang sudah kering segera ditipiskan
dengan cara dikerok. Bagian yang dikerok adalah bagian rambut (bagian luar) dan sisa-sisa
daging yang masih melekat (bagian dalam). Kulit dikerok dengan menggunakan pisau
atau pethel sedikit demi sedikit secara hati-hati. Kulit bagian dalam dikerok terlebih dahulu dan
lebih banyak dikurangi agar diperoleh kulit yang berkualitas. Setelah itu, baru dilanjutkan
pengerokan kulit bagian luar. Pengerokan kulit bagian luar hanya sedikit saja karena bila
dilakukan pengurangan terlalu banyak maka kulit yang dihasilkan akan menjadi mudah patah
bila dilipat. Bila perlu, pada bagian ini hanya dihilangkan rambut-rambutnya saja dan
dibersihkan dengan air. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mempermudah
pengerokan rambut pada kulit, seperti merendam kulit dengan air mendidih, dan dengan
menggunakan air kapur sebelum dipentangkan. Torehan pisau pada proses pengerokan hanya
dilakukan satu arah dari atas ke bawah. Setelah kulit ditipiskan, sisa-sisa kerokan dibersihkan
dengan air dan bagian yang dikerok dihaluskan dengan amplas. Selanjutnya, dijemur di panas
sinar matahari lagi hingga kering secara merata.

KERAJINAN DAERAH SUMATERA UTARA


KAIN ULOS
TERBUAT DARI BEBERAPA HELAI BENANG YANG DI TENUN
CARA PEMBUATAN :
Proses pembuatan Ulos relatif sama dengan kain tenun tradisional pada umumnya. Sehelai Ulos
dibuat dari beberapa helai benang yang ditenun dengan menggunakan alat tenun tradisional. Para
pengrajin tenun seringkali menyebutnya ATBM, Alat Tenun Bukan Mesin. Untuk membuat
sehelai kain Ulos diperlukan waktu yang relatif lama. Itulah mengapa, kesabaran dan ketekunan
sangat diperlukan ketika memproduksi sehelai Ulos.
Untuk memproduksi satu helai Ulos, ada beberapa tahap yang harus dilalui. Pertama, proses
penenunan benang. Proses penenunan ini menentukan motif ataupun jenis Ulos yang akan
diproduksi. Kedua, pewarnaan kain. Biasanya, dominan warna dasar kain Ulos, Merah, Hitam,
dan Putih. Seringkali, mereka menggunakan bahan alami untuk memberi warna dasar benang
ulos. Setelah warna telah siap, barulah kain yang telah ditenun dicelupkan ke dalam cairan
pewarna. Ada yang mengatakan, proses ini memakan waktu yang relatif lama. Untuk membuat
kain dengan beberapa warna, kain tersebut haruslah dicelup ke dalam pewarna berulang. Setelah
penenunan dan pewarnaan, proses selanjutnya adalah pengeringan. Setelah semua tahap tersebut
telah dilalui, barulah Ulos dapat dibuat sedemikian rupa mengikuti bentuk kerajinan yang
diinginkan.

KERAJINAN DAERAH PAPUA


KOTEKA
TERBUAT DARI BUAH LABU
PROSES PEMBUATAN :
Labu yang dijadikan holim adalah labu yang ditanam di atas Uma atau rumah honai perempuan.
Honai sendiri adalah rumah khas masyarakat Papua. Dalam tradisi masyarakat Dani, tiap Uma
wajib memiliki tanaman labu. Tanaman ini akan menjalar hingga kadang memenuhi atap Uma
yang
menyerupai
jamur.
Sebelum dipetik, labu terlebih dahulu dipilih. Tak ada kriteria khusus dalam memilih labu yang
akan dijadikan holim, semua tergantung keinginan sang pemakai. Hari itu, Lasarus memetik
sebuah labu yang menyerupai terompet dari atap sebuah Uma untuk saya.
Labu yang telah dipetik kemudian akan dipotong salah satu ujungnya. Bagian yang dipotong
memudahkan untuk mengeruk isi dalam serta sebagai media untuk memasukkan alat kelamin ke
dalam holim saat telah jadi nantiTujuan dari proses pemanasan ini untuk memudahkan dalam
pengosongan dan membersihkan bagian dalam dari labu. Setelah selesai dibakar selama beberapa
puluh menit, isi labu kemudian dikerok hingga bersih. Menyisakan bagian luar labu yang
kemudian dijemur selama sehari, untuk membuatnya keras dan memberi warna coklat keemasan.

KERAJINAN DAERAH KALIMANTAN


MANDAU
TERBUAT DARI BESI ATAU BAJA
PROSES PEMBUATAN :
Berikut beberapa langkah membuat mandau.
1. Membuat Bilah
Menyiapkan bahan untuk membuat mandau yang berupa bilah-bilah besi dengan ukuran yang kira-kira sesuai
dengan ukuran mandau yang akan dibuat.
Membakar lempengan besi hingga merah menyala, kemudian menempa besi tersebut menurut bentuk yang
diinginkan. Lalu memasukkan lempengan besi ke dalam air dingin, lalu membakar dan menempanya kembali.
Proses ini dilakukan berulang-ulang.
Menggurinda mandau dengan gurinda mesin atau gurinda tangan sehingga memperoleh bentuk mandau yang
sempurna.
Menyepuh mandau.
Mengikir bentuk mandau tersebut untuk mendapatkan ketajaman.
Mengetam dengan ketam baja untuk menghaluskan mandau dan untuk menghilangkan bekas pukulan dan sepuhan.
Menyelip dengan slip mesin untuk mengkilapkan permukaan mandau.
Mengetok dengan betel baja untuk menera hiasan pada mandau.
2. Membuat Hulu
Setelah pembuatan bilah selesai, langkah berikutnya adalah membuat hulu atau pegangan mandau. Bahan untuk
membuat hulu mandau adalah kayu yang berserat, misalnya kayu jambu biji atau kayu mahar. Detail ukiran pada
hulu biasanya langsung dikerjakan tanpa menggambar pola terlebih dahulu.
Bilah mandau dipasang pada hulu dengan cara menancapkan pangkalnya pada lubang di dataran hulu. Selanjutnya
memberi getah malau pada lubang tersebut di sekeliling besi.
3. Pembuatan Kumpang
Kumpang dibuat dari kayu pantung. Akan lebih bagus lagi jika dibuat dari kayu mahar. Setelah bahan pembuat
kumpang yang berupa bilah-bilah kayu diperoleh, langkah selanjutnya adalah memahat bagian dalam kayu tersebut.
Bila kedua bilah kayu tersebut ditangkupkan akan didapatkan rongga pipih panjang sesuai ukuran bilah mandau.
Setelah kedua bilah kayu tersebut tertangkup baik dan pas, selanjutnya diikat dengan rajutan dari kulit rotan tiga
atau empat bagian. Tahap paling akhir adalah mengukir kumpang dengan ragam hias bentuk binatang seperti buaya
atau ular.

KERAJINAN DAERAH JAWA BARAT


BOBOKO
TERBUAT DARI BAMBU
PROSES PEMBUATAN :
Boboko merupakan kerajinan tangan yang terbuat dari bambu. Di gunakan untuk tempat nasi /
beras atau untuk tempat bahan makanan atau sayuran. Ukurannya bermacam-macam, ada yang
berdiameter 50 cm, 100 cm, bahkan ada yang berukuran besar sekitar 3 meter.
Cara pembuatannya tergolong rumit, perlu keahlian khusus. Pertama kita harus menyiapkan
sebatang pohon bambu yang sudah tua, kemudian dibersihkan sampai halus. Kemudian bambu
dipotong beberapa bagian untuk selanjutnya dibuat kecil-kecil dan tipis. Setelah itu, dibuat
bentuk boboko, jika sudah terbentuk, langkah selanjutnya adalah penganyaman, kemudian
pengikatan dengan rotan. Untuk lebih jelasnya bisa kita liat pada gambar dibawah
ini.Bobokoini ada yang dipakai untuk keperluan sehari-hari, ada juga untuk keperluan pesanan
atau dijual di pasar tradisional.

KERAJINAN DAERAH ACEH


TIKAR BECUCUK
TERBUAT DARI DAUN PANDAN
PROSES PEMBUATAN :
Bahan baku anyaman pandan adalah daun pandan yang panjangnya
mencapai 2 (dua) meter. Daun pandan disayat atau dibelah- belah menurut
alur memanjang setelah dibersihkan terlebih dahulu. Daun pandan ini diebus
dalam air panas agar menjadi lunak, serta untuk mematikan hama,
kemudian diangkat dan dikeringkan dengan menjemurnya pada panas
matahari. Setelah kering, diberi warna sesuai keinginan dengan
mencelupkannya kedalam zat cairan zat pewarna yang telah dimasak
dengan air panas,lalu diaduk hingga rata. Setelah warna merata, lalu
diangkat dan dijemur lagi hingga kering. Setelah kering, maka pandan ini
siap untuk dianyam. Bahan baku yang telah siap pakai ini dianyam sesuai
denga kebutuhan, baik dengan motif yang diinginkan maupun dalam bentuk
polos.
Tikar Pandan Simeulue Masyarakat Aceh sudah mengenal anyaman pandan
dari dahulu khususnya masyarakat di pesisir pantai dimana banyak terdapat
pohon pandan (bak seukeu). Khusus bagi masyarakat Simeulue menganyak
tikar pandan sudah menjadi tradisi yang dilakukan secara turun temurun
oleh masyarakat disana dan menjadi kegiatan rutin bagi para\wanitanya. Di
Simeulue Barat, Tikar Pandan ini merupakan bagian dari ritual adat dan
biasanya digunakan pada saat upacara pernikahan, menyambut tamu,
upacara kematian dan ucapan doa selamat untuk anak yang baru lahir dan
sebagainya.

KERAJINAN DAERAH SULAWESI SELATAN


SARUNG SUTERA BUGIS MAKASAR
TERBUAT DARI BENANG SUTERA
PROSES PEMBUATAN :
Proses Pembuatan Kain Sutera Alam Sendiri, Umumnya Memakan Waktu Selama Sebulan,
Mulai Dari Pemintalan Benang Sampai Menjadi Sarung Atau Produk Tenun Lainnya. Benang
Dari Ulat Sutera Setelah Dipintal, Direndam Dalam Air Mendidih Selama 15 Menit Hingga
Warnanya Putih Bersih. Hal Itu Dimaksudkan Agar Bulu-Bulu Benang Menjadi Rapat,
Menghilangkan
Kotoran
Benang
Sekaligus
Membuka
Serat
Benang.
Selanjutnya, Benang Itu Dicelupkan Ke Cairan Pewarna, Sesuai Warna Yang Diinginkan.
Terkadang Proses Pencelupan Harus Dilakukan Berulang-Ulang Dan Mencampur-Campur
Beberapa Warna Untuk Mendapatkan Hasil Pewarnaan Yang Baik. Lalu Benang Yang Sudah
Diwarnai Itu, Diangin-Anginkan Dan Tidak Boleh Terkena Sinar Matahari Secara Langsung.
Proses Tersebut Tidak Berhenti Sampai Di Situ, Karena Masih Ada Proses Lanjutan Yakni
Memberi Kanji Agar Benang Menjadi Licin Dan Tidak Berbulu Saat Ditenun. Belum Lagi Harus
Memasukkan Helai-Helai Benang Pada Alat Serupa Sisir. Pengaturan Ini Biasanya Harus
Dilakukan Sedemikian Rupa Sesuai Corak Dan Warna Kain Yang Diinginkan. Setelah Itu Proses
Menenun Yang Sebenar-Benarnya Barulah Dimulai.

KERAJINAN DAERAH INDRAMAYU


SOUVENIR SISIK IKAN
TERBUAT DARI LIMBAH SISIK IKAN
PROSES PEMBUATAN :

Cara pembuatannya sendiri tidak terlalu sulit. Pertama-tama, sisik ikan kakap yang
berhasil dikumpulkan dibersihkan sebanyak 2 kali dengan menggunakan deterjen.
Setelah itu, sisik ikan diangin-anginkan hingga kering dengan sendirinya.
Selanjutnya, sisik ikan akan direndam larutan pemutih kemudian diberi pewarna
tekstil. Terakhir, sisik ikan kembali dikeringkan. Jika sudah benar-benar kering,
sisik ikan barulah siap dirangkai sesuai selera.

KERAJINAN DAERAH MADURA


BATIK TULIS MADURA
TERBUAT DARI LILIN
PROSES PEMBUATAN :
1. Proses pembuatan batik tulis adalah dengan menggambar pola yang diinginkan dengan
menggunakan pensil pola. Masing-masing wilayah sentra pembuatan batik tulis di Indonesia
memiliki karakter pola yang berbeda di dalam pembuatan batik tulis. Untuk daerah pesisir utara
biasanya menyukai pola bergambar binatang atau tumbuhan dan memiliki ciri khas warna-warna
yang berani. Contohnya batik tulis Pekalongan dan batik tulis Madura. Sedangkan wilayah
tengah hingga ke selatan biasanya menyukai pola batik dengan gambar abstrak statis. Artinya
pola
berulang
di
keseluruhan
kain.
Contohnya
batik
tulis
Yogyakarta.
2. Tehnik selanjutnya adalah proses menutupi pola gambar dengan lilin malam (wax). Tujuan
proses pelapisan lilin pada pola ini adalah agar bagian pola yang terkena lilin malam akan tetap
berwarna putih. Caranya: lilin malam (wax) diproses dengan dipanaskan (direbus) di atas
kompor. Tehnik ini perlu hati-hati dan menggunakan api ukuran kecil karena lilin malam mudah
terbakar jika bersentuhan dengan api. Setelah lilin mencair maka ditaruh ke dalam canting.
Ditiup agar tidak terlalu panas yang dapat merusak kain. Lalu ditorehkan ke kain bagian pola
yang akan dibiarkan tetap putih. Saat melapisi kain baik ini, tiup perlahan-lahan bagian yang
dilapisi lilin malam agar mongering. Setelah proses pelapisan pola kain dengan lilin malam
(wax)
selesai,
biarkan
lilin
mongering
sempurna.
3. Setelah proses pelapisan lilin malam selesai, siapkan bahan pewarna muda yang ingin
dipoleskan kepada kain. Tehnis pemilihan warna muda ini dilakukan agar jika terjadi kesalahan
pewarnaan, maka lebih mudah dihilangkan warnanya dengan warna yang lebih tua. Pewarnaan
ini bisa dilakukan dengan mencelupkan kain mori ke dalam cairan pewarna atau mengkuaskan
warna pada kain mori. Tehnik pencelupan banyak dipakai karena praktis dan cenderung proses
pewarnaan
merata
ke
seluruh
kain.
Lalu
dijemur
hingga
kering.
4. Setelah kering, lakukan proses pelapisan lilin malam (wax) seperti pada point kedua.
Kegunaan pelapisan lilin yang kedua ini untuk menutupi bagian yang berwarna muda untuk tetap
dibiarkan warnanya. Proses kedua hingga proses keempat ini lakukan berulang-ulang untuk
setiap warna yang dikehendaki. Dan yang perlu diperhatikan adalah warna paling tua (gelap)
dilakukan terakhir. Tehnik dan proses ini dilakukan berulang-ulang hingga seluruh warna yang
diharapkan
telah
terpenuhi.
5. Setelah selesai tehnis pewarnaan pada kain dalam pembuatan batik tulis ini, maka bagian
terakhir dengan melakukan tehnis Pelorodan, yaitu tehnik pelepasan lapisan lilin malam (wax)
dari kain mori.

KERAJINAN DAERAH YOGYAKARTA


KALIGRAFI BAMBU
TERBUAT DARI BAMBU
PROSES PEMBUATAN :
Proses pembuatan
Selain unik, kualitas karya seni bambu ini juga tidak kalah bila dibandingkan dengan kerajinan
kayu dan sejenisnya. Bahan dasar bambu yang dipakai adalah bambu wulung, apus,
petungdan jenis-jenis bambu lain yang mempunyai ketebalan yang ideal dengan ukurannya.
Bambu yang dipilih adalah bambu yang benar-benar sudah tua dan pengambilannya dilakukan
pada musim kemarau agar kandungan patinya rendah.
Sebelum diolah menjadi karya seni kaligrafi, bambu harus melalui beberapa proses agar hasil
dan kualitasnya bisa maksimal antara lain, pengawetan,pemotongan, penghalusan, perangkaian,
pengecatan dan penempelan.
1. Pengawetan dimulai dengan perendaman dalam air tergenang selama 2 minggu, diikuti oleh
uap panas(oven) selama 5 jam, perebusan dalam air selama 3 jam dan perebusan dalam larutan
asam klorida 3% selama 4 jam.
2. Pemotongan harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati supaya hasilnya rapi dan kulitnya tidak
terkelupas,
3. Penghalusan bambu dengan cara pengamplasan
4. Perangkaian dilakukan dengan mengikuti serat dan lengkungan bambu sehingga terbentuk
huruf-huruf kaligrafi yang indah dengan kesan tiga dimensi.
5. Pengecatan, ada beberapa pilihan pengecatan yaitu warna natural, solid dan gradasi dengan
kesan glossy atau doff, agar terkesan alami biasanya dipilih cat warna natural doff.
6. Penempelan, rangkaian huruf kaligrafi disusun sesuai desain yang diinginkan dengan
mengikuti lengkungan bambu tanpa menyalahi kaidah kaligrafi islam maupun latin, dan
ditempelkan dengan lem khusus ke background.
7. Proses akhir adalah pemberian bingkai dan kaca.

Anda mungkin juga menyukai