Anda di halaman 1dari 15

BAB I

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Nn Y

Jenis kelamin

: Perempuan

Usia

: 18 tahun

Agama

: Islam

Alamat

: Kebondowo

Pendidikan terakhir

: SMP

Pekerjaan

: Wiraswasta

No.RM

: 0022XXX

Keluhan Utama
Keluar cairan kuning dari hidung sejak 4 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik THT dengan keluhan keluar cairan kuning dari
hidung sejak 4 hari yang lalu, cairan dirasakan berbau, pasien mengaku sedang
pilek, keluar cairan kuning disertai nyeri di wajah terutama di antara kedua mata.
Pasien mengeluh nyeri kepala dan pusing, juga mengeluh seperti menelan lendir.
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit yang sama


Hipertensi
DM
Alergi

: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga yang sakit sama dengan pasien


Keluarga Hipertensi
Keluarga DM
Keluarga Alergi

: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum

: tampak kesakitan.

Kesadaran

: compos mentis

Vital Sign
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi

: 85 x/menit

RR

: 20 x/menit

Suhu : 36,8OC
Status Generalis
- Kulit : normal sama dengan daerah sekitar, ikterik (-)
- Mata : konjungtiva pucat (-/-), ikterik (-/-)
- Kelenjar dan leher : tidak ada pembesaran kelenjar, tidak ada nyeri tekan
- Jantung
Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat
Palpasi: ictus cordis teraba di ICS V 2 cm medial linea midclavicula
sinistra namun tidak kuat angkat, thrill (-),pulsus epigastrium (-),
pulsus parasternal (-), sternal lift (-)
Perkusi :
Batas atas

: ICS II lin.parasternal sinistra

Pinggang jantung

: ICS III parasternal sinsitra

Batas kanan bawah

: ICS V lin.sternalis dextra

Atas kiri bawah

: ICS V 2 cm ke arah medial midclavicula sinistra

Konfigurasi jantung : Dalam Batas Normal


Auskultasi : Suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler.
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-), SIV (-)
- Paru
Paru

Dextra

Sinistra

Depan
1. Inspeksi

Simetris, statis, dinamis

Simetris, statis, dinamis

2. Palpasi

Nyeri tekan (-)

Nyeri tekan (-)

Pelebaran ICS (-)

Pelebaran ICS (-)


2

Stem

fremitus

dextra

= Stem fremitus dextra =

sinistra
3. Perkusi

sinistra

Sonor di seluruh lapang Sonor di seluruh lapang

4. Auskultasi

paru

paru

Suara dasar vesikuler

Suara dasar vesikuler

Ronki (-)

Ronki (-)

Wheezing (-)

Wheezing (-)

Belakang
1. Inspeksi

Simetris, statis, dinamis

Simetris, statis, dinamis

2. Palpasi

Nyeri tekan (-)

Nyeri tekan (-)

Pelebaran ICS (-)

Pelebaran ICS (-)

Stem

fremitus

dextra

= Stem

fremitus

dextra

sinistra

sinistra

3. Perkusi

Sonor di seluruh lapang paru

Sonor di seluruh lapang paru

4. Auskultasi

Suara dasar vesikuler

Suara dasar vesikuler

Ronki (-)

Ronki (-)

Wheezing (-)

Wheezing (-)

- Abdomen
Inspeksi

: Permukaan datar, warna sama seperti kulit di sekitar, ikterik (-)

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

Perkusi

: Timpani seluruh regio abdomen, ascites (-), pekak hepar (+), tidak
terdapat

Palpasi

nyeri ketok ginjal dextra/sinistra

: Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, ginjal tidak teraba

- Ekstremitas :

Akral dingin

Superior
-/-

Inferior
-/-

Oedem

-/-

-/-

Sianosis

-/-

-/-

Gerakan

+/+

+/+

Tonus

Normotoni

Normotoni

Refleks Fisiologis

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Refleks Patologis

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

- Berat Badan

: 47 Kg

- Tinggi Badan

: 145 Cm

- Status Gizi

: Kesan Cukup

Status Lokalis
Tenggorok
Bibir

: Sianosis (-)

Gigi

: Karies (-), gigi berlubang (-)

Gingiva

: Hiperemis (-), Gingivitis (-), stomatitis (-)

Lidah

: Simetris, Spasme (-), Fasikulasi (-), Kotor (-), Stomatitis (-),

Tonsil

: Membesar (+), Ukuran Tonsil T2-T2 (tenang), Hiperemis (-),

Detritus (-), Granulasi (-), kripte melebar (-)


Uvula

: Simetris, Hiperemis (-), Luka (-).

Epiglotis

: Simetris, Hiperemis (-), Masa (-), Luka (-)

Palatum

: Simetris, Masa (-), Hiperemis (-)

Telinga
Telinga
Mastoid

Kiri
Nyeri Tekan (-), Masa (-),

Kanan
Nyeri Tekan (-), Masa (-),

Pre-aurikula

Abses (-), fistula (-)


Nyeri Tekan (-), Masa (-),

Abses (-), fistula (-)


Nyeri Tekan (-), Masa (-),

Abses (-), fistula (-),

Abses (-), fistula (-),

Nyeri Tekan (-), Masa (-),

Nyeri Tekan (-), Masa (-),

Abses (-), fistula (-),

Abses (-), fistula (-),

Nyeri Tekan (-), Masa (-),

Nyeri Tekan (-), Masa (-),

Abses (-), fistula (-), nyeri

Abses (-), fistula (-), nyeri

tarik aurikula (-)

tarik aurikula (-)

Benda asing (-), sekret (-),

Benda asing (-), sekret (-),

serumen (-), darah (-), lessi

serumen (-), darah (-), lessi

(-), massa (-), edem (-)

(-), massa (-), edem (-)

Discharge

(-)

(-)

Membran Timpani

Warna Putih mutiara

Warna Putih mutiara

Reflek cahaya Memantulkan

Reflek cahaya Memantulkan

cahaya (mengkilap)

cahaya (mengkilap)

Perforasi (-)

Perforasi (-)

Retro-aurikula

Aurikula

Kanalis Eksternus

Hidung
Pemeriksaan Luar

Kanan

Kiri

Hidung

Deformitas (-), Sianosis (-),

Deformitas (-), Sianosis (-),

Hiperemis (-). Nyeri tekan (+),

Hiperemis (-). Nyeri Tekan (+),

Krepitasi (-)

Krepitasi (-)

Sinus

Nyeri Tekan Sinus (+)

Nyeri Tekan Sinus (+)

Rinoskopi Anterior

Discharge (-), Septum deviasi

Discharge (-), Septum deviasi (-),

(-), Mukosa Hiperemis (+),

Mukosa Hiperemis (+), Konka

Konka

Hiperemis (+), Konka hipertrofi

Hiperemis (+), Konka

(+), Epistaksis (-), Massa (-)

hipertrofi (+), Epistaksis (-),


Massa (-)

Discharge

(-)

(-)

Mukosa

Hiperemis (+), massa (-)

Hiperemis (+), masa (-)

Konka

Hiperemis (+), hipertrofi (+)

Hiperemis (+), hipertrofi (+)

Tumor

(-)

(-)

Septum

Deviasi (-)

Deviasi (-)

Kepala Dan Leher :


Kanan

Kiri

Kepala

Mesosefal

Mesosefal

Wajah

Simetris

Simetris

Leher Anterior

pembesaran tiroid (-),

pembesaran tiroid (-),

deviasi trakhea (-)

deviasi trakhea (-)

Pembesaran limfe (-),

Pembesaran limfe (-),

pembesaran parotis (-)

pembesaran parotis (-)

Leher Lateral

Resume :
Pasien datang ke poliklinik THT dengan keluhan keluar cairan kuning dari
hidung sejak 4 hari yang lalu, cairan dirasakan berbau, pasien mengaku sedang
pilek, keluar cairan kuning disertai nyeri di wajah terutama di antara kedua mata.
Pasien mengeluh nyeri kepala dan pusing, juga mengeluh seperti menelan lendir.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan Tonsil membesar (+), Ukuran Tonsil T2-T2

(tenang), Hiperemis (-), Nyeri Tekan Sinus (+), Mukosa Hiperemis (+), Konka
Hiperemis (+), Konka hipertrofi (+).
Diagnosis Banding : Rhinitis Akut
Rhinitis alergika
Diagnosis : Rhinitis akut
Rencana Pengelolaan
Obyektif : Prick test
Tatalaksana
- Cuci hidung
- Applikator hidung dengan ephederine
- Medikamentosa :

Lapicef 2x1
Lapifed 2x1

Edukasi :

Hindari debu, kalau naik motor gunakan masker


Istirahat yang cukup

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rhinitis

diartikan

sebagai

proses

inflamasi

yang

terjadi

pada

membran mukosa hidung, yang ditandai dengan gejala-gejala hidung seperti


rasa panas di rongga hidung, rinore, dan hidung tersumbat. Secara garis besar,
rhinitis dibagi menjadi 2 bagian, yaitu rhinitis alergik dan non alergik. Gejalagejala hidung yang berlangsung kronis tanpa penyebab alergi disebut rhinitis
nonalergik. Sedangkan bila didapati adanya penyebab alergi (alergen) dikenal
dengan rhinitis alergik. Karektieristik gejala pada rhinitis nonalergik sering
susah dibedakan dengan rhinitis alergik. Oleh karena itu, hasil negative dari

tes sensitivitas yang diperantarai Ig-E terhadap aeroallergen yang releven,


penting untuk menkonfirmasi diagnosis. Dan perlu diketahui bahwa tes kulit
positif pada aeroallergen yang tidak relevan dapat terjadi pada rhinitis nonalergik.
Rhinitis nonalergik sungguh mudah dikenali. Tetapi, walaupun demikian,
insidensi dan terapinya belum diketahui dengan pasti.

Penelitian epidemiologi dan percobaan terapi baru-baru ini meningkatkan


pengetahuan kita dalam

mencermati prekuensi terjadinya penyakit ini dan

modalitas terapi yang efektif. Rhinitis nonalergi ayng dapat juga disebabkan
oleh infeksi dibagi atas dua bagian besar, yaitu rhinitis akut dan rhinitis
kronis. Rhinitis akut terdiri dari rhinitis virus, rhinitis bakteri, dan rhinitis
iritan, sedangkan yang termasuk rhinitis kronis adalah rhinitis simplek kronis,
rhinitis hipertrofi, rhinitis atrofi (ozaena), rhinitis sika, dan rhinitis kaseosa,
hampir setengah dari pasien yang datang dengan gejala-gejala hidung tersebut
diatas, menderita rhinitis akut.
Definisi
Rhinitis akut adalah radang pada mukosa hidung yagn berlangsung
akut, kurang dari 12 minggu, dapat disebaban karena infeksi virus, bakteri,
ataupun iritan, yang sering ditemukan karena menifestasi dari rhinitis
simplek (commen cold), influenza, penyakit eksantem (seperti morbili,
variola, vericela, pertusis), penyakit spesifik, serta sekunder dari iritasi local
atau trauma.

Epidemiologi
Rhinitis

akut

merupakan

penyebab

morbiditas

yang

signifikan

walaupun sering dianggap sepele oleh para prektisi. Gejala-gejala rhinitis


secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup pasien karena gejala-gejala
sistemik yang menyertainya seperti fatigue, sakit kepala, dan gangguan kognitif.
Ada tiga hal yang dipandang dapat mempengaruhi keadaan klinis dari
pasien-pasien dengan rhinitis akut. Hal tersebut termasuk usia, jenis kelamin,
dan variasi musim terjadinya penyakit tersebut. Togias telah meneliti bahwa
70% pasien yang didiagnosa dengan penyakit hidung nonalergik terdapat
pada usia dewasa > 20 tahun. Tetapi belum diketahui penyebab pasti dari
hubungan antara usia dengan rhinitis alergik. Jenis kelamin dapat menjadi faktor
risiko dari rhinitis nonalergik. Settipane dan Klein mengatakan bahwa 58%
dari pasien rhinitis nonalergik adalah wanita. Enberg menemukan 74%
pasien rhinitis nonalergik adalah wanita. National rhinitis Classification Task
Force (NRCTF) menemukan 71% pasien dengan rhinitis nonalergik adalah
wanita.
Klasifikasi dan Etiologi
Rhinitis akut terdiri atas 3 tipe, yaitu
1. Rhinitis virus
Rhinitis virus terbagi 3, yaitu:
a. Rhinitis simplek (pilek, Selesema, Comman Cold, Coryza) Etiologi.
Rhinitis simplek disebabkan oleh virus. Infeksi biasanya terjadi
melalui droplet di udara. Beberapa jenis virus yang berperan antara lain,
adenovirus, picovirus, dan subgrupnya seperti rhinovirus, coxsakievirus, dan
ECHO. Masa inkubasinya 1-4 hari dan berakhir dalam 2-3 minggu. Gambaran
klinis. Pada awalnya terasa panas di daerah belakang hidung, lalu segera
diikuti dengan hidung tersumbat, rinore, dan bersin yang berulang-ulang.
Pasien merasa dingin, dan terdapat demam ringan. Mukosa hidung tampak
merah dan membengkak. Awalnya, secret hidung (ingus) encer dan sangat
banyak. Tetapi bisa jadi mukopurulen bila terdapat invasi sekunder bakteri,
seperti

Streptococcus

Haemolyticus,

pneumococcus,

staphylococcus,

Haemophillus Influenzae, Klebsiella Pneumoniae, dan Mycoplasma Catarrhalis.


Pengobatan. Tirah baring sangat diperlukan untuk mencegah penyakit
semakin berat. Pasien disarankan minum air lebih dari biasanya. Gejalagejalanya dapat diatasi dengan pemberian antihistamin dan dekongenstan.
Analgesikberguna untuk mengatasi sakit kepala, demam dan myalgia.
Analgesik yang tidak mengandung aspirin lebih dianjurkan karena aspirin
dapat menyebabkan virus semakin berkembang biak. Antibiotik diberikan bila
terdapat infeksi sekunder bakteri.

Komplikasi. Rhinitis akut biasanya dapat

sembuh sendiri (self-limiting) dan membaik

secara

spontan

setelah

2-3

minggu, tetapi kadang-kadang, komplikasi seperti sinusitis, faringitis, tonsiitis,


bronchitis, pneumonia dan otitis media dapat terjadi.
b. Rhinitis Influenza
Virus influenza A,B atau C berperan dalam penyakit ini. Tanda dan
gejalanya mirip denagn common cold. Komplikasi sehubungan dengan
infeksi bakteri sering terjadi.
c. Rhinitis Eksantematous
Morbili, varisela, variola, dan pertusis, sering berhubungan dengan
rhinitis, dimana didahului dengan eksantemanya sekita 2-3 hari. Infeksi
sekunder dan komplikasi lebih sering dijumpai dan lebih berat.

2. Rhinitis Bakteri
Rhinitis bakteri dibagi 2, yaitu:
a. Infeksi Non-spesifik
Infeksi non-spesifik dapat terjadi secara primer ataupun sekunder. Rhinitis
bakteri primer. Tampak pada anak dan biasanya akibat dari infeksi
pneumococcus, streptococcus atau staphylococcus. Membrane putih keabuabuan yang lengket dapat terbentuk di rongga hidung, yang apabila diangkat dapat
menyebabkan pendarahan. Rhinitis bakteri sekunder. Merupakan akibat dari
infeksi bakteri pada rhinitis viral akut
b. Rhinitis difteri

10

Penyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae. Rhinitis


difteri dapat bersifat primer pada hidung atau sekunder pada tenggorokan
dan dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronis. Dugaan adanya rhinitis
difteri harus dipikirkan pada penderita dengan riwayat imunisasi yang tidak
lengkap. Penyakit ini semakin jarang ditemukan karena cakupan program
imunisasi yang semakin meningkat. Gejala rhinitis akut ialah demam,
toksemia, terdapat limfadenitis, dan mungkin ada paralisis otot pernafasan. Pada
hidung ada ingus yang bercampur darah. Membrane keabu-abuan tampak
menutup konka inferior dan kavum nasi bagian bawah, membrannya lengket
dan bila diangkat dapat terjadi perdarahan. Ekskoriasi berupa krusta coklat
pada nares anterior dan bibir bagian atas dapat terlihat. Terapinya meliputi
isolasi pasien, penisilin sistemik, dan antitoksin difteri.
3. Rhinitis Iritan
Tipe rhinitis akut ini disebabkan oleh paparan debu, asap atau gas
yang bersifat iritatifseperti ammonia, formalin, gas asam dan lain-lain. Atau
bisa juga disebabkan oleh trauma yang mengenai mukosa hidung selama
masa manipulasi intranasal,contohnya pada pengangkatan corpus alienum.
Pada rhinitis iritan terdapat reaksi yang terjadi segera yang disebut dengan
immediate catarrhal reaction bersamaan dengan bersin, rinore, dan
hidung tersumbat. Gejalanya dapat sembuh cepat dengan menghilangkan
faktor penyebab atau dapat menetap selama beberapa hari jika epitel hidung
telah rusak. Pemulihan akan bergantung pada kerusakan epitel dan infeksi yang
terjadi karenanya.
Tanda dan Gejala
Rhinitis akut pada dasarnya memiliki tanda dan gejala yang sulit
dibedakan antara tipe yang satu dengan tipe yang lainnya. Rasa panas,
kering dan gatal di dalam hidung, bersin, hidung tersumbat, dan terdapatnya
ingus yang encer hingga mukopurulen. Mukosa hidung dan konka berubah
warna menjadi hiperemis dan edema. Biasanya diikuti juga dengan gejala
sistemik seperti demam, malaise dan sakit kepala.

11

Pada rhinitis influenza, gejala sistemik umumnya lebih berat disertai


sakit pada otot. Pada rhinitis eksantematous, gejala terjadi sebelum tanda
karekteristik atau ruam muncul. Ingus yang sangat banyak dan bersin dapat
dijumpai pada rhinitis iritan.
Pathofisiologi

Diagnosis
Rhinitis

akut

umumnya

didiagnosis

dari

gambaran

klinisnya.

Walaupun pada dasarnya memiliki tanda dan gejala yang hampir sama,
tetapi terdapat juga beberapa karekteristik yang khas membedakannya. Pada
rhinitis bakteri difteri, diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan kuman
dari secret hidung.
Terapi dan Pencegahan
Rhinitis akut merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri secara
spontan setelah kurang lebih 12

minggu. Karena itu umumnya terapi yang

12

diberikan lebih bersifat


dekongestan

simptomatik,

dan antihistamin

khusus tidak diperlukan kecuali

seperti

analgetik,

antipiretik,

nasal

disertai dengan istirehat yang cukup. Terapi


bila

terdapat

komplikasi

seperti

infeksi

sekunder bakteri, maka antibiotik perlu diberikan. Hal-hal yang perlu dilakukan
untuk mencegah terjadnya rhinitis akut adalah dengan menjaga tubuh selalu
dalam keadaan sehat. Dengan begitu dapat terbentuknya system imuitas yang
optimal yang dapat melindungi tubuh dari serangan za-zat asing. Istirehat
yang cukup, mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat dan olahraga
yang teraturjuga baik untuk menjaga kebugaran tubuh. Selain itu, mengikuti
program imunisasi lengkap juga dianjurkan, seperti vaksinasi MMR untuk
mencegah terjadinya rhinitis eksantematous

BAB III
PENUTUP
Rhinitis akut adalah radang pada mukosa hidung yang berlangsung
kurang dari 12 minggu, dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri ataupun
iritan, yang sering ditemukan akibat dari menifestasi dari rhinitis simplek
(comman cold), influenza, penyakit ekseantema (seperti morbili, variola,
vericela, pertusis), penyakit spesifik serta sekunder dari iritasi local atau trauma.
Rhinitis akut merupakan penyebab morbiditas yang signifikan, walaupun
sering dianggap sepele oleh para prektisi. Gejala-gejala rhinitis akut secara
signifikan mempengaruhi kualitas hidup pasien karena gejala-gejala sistemik yang
turut menyertainya, seperti fatigue, sakit kepala dan gangguan kognitif.

13

Rhinitis akut merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri secara spontan
setelah kurang lebih 12 minggu. Karena itu umumnya terapi yang diberikan
adalah bersifat simptomatik seperti analgesic, antipiretik, nasal dekongenstan
dan antihistamin. Terapi

nonfarmakologi adalah tirah

baring total

untuk

mendapatkan istirahat yang mencukupi. Terapi khusus tidak diperlukan,


kecuali bila terdapat komplikasi seperti infeksi sekunder bakteri, maka antibiotik
perlu diberikan. Tindakan pencegahan yang dapat dilakuakan meliputi istirehat
yang cukup,konsumsi makanan dan minuman yang sehat, olahraga teratur
utuk membina system imunisasi yang optimal. Selain itu dapat juga mengikuti
program

imunisasi

lengkap

yang

dijalankan

oleh

pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA
1. Settipane R.A, Lieberman P. Update on Non-Allergic Rhinitis. Brown
University School of Medicine. Diunduh dari
http://nypollencount.com/Articles/Non-Allergic%20Rhinitis.pdf [diakses tanggal
20 Desember 2011]
2. Acute and Chronic Rhinitis. Dalam Dhingra P.L. Disease of Ear, Nose and
Throat. Edisi 4. New Delhi. Gopson Paper Ltd. 2007. Hal: 145-8
3. Adam G.L. Boeis L.R. Hingler P.A. Rhinitis. Dalam Buku Ajar Penyakit
THT. Edisi 6. Jakarta. ECG. 1997. Hal: 206-8
4. Soepardi E.A. Iskandar N.I. Bashiruddin J. dkk. Infeksi hidung. Dalam

14

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher. Edisi
6. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Hal: 140-2

15

Anda mungkin juga menyukai