Apa itu AFTA?, Apa untung ruginya saat dilaksanakan AFTA?, Mengapa kita
menyetujui
perjanjian
AFTA?.
Dan
masih
banyak
lagi
pertanyaan
yang
bahwa industri dalam negeri akan gulung tikar karena produk dalam negeri yang
tidak mampu bersaing dengan produk yang datang dari luar negeri. Dimana harus
kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang konsumtif.
Sebagaimana pada tahun 2012, disebutkan oleh Kepala BPS, Suryamin, bahwa 18
dari 33 provinsi atau 54,55% memiliki nilai indeks tendensi konsumen di atas nilai
nasional.
Padahal seharusnya hal ini dapat kita gunakan sebagai ajang untuk membuktikan
bahwa negara kita adalah negara yang mampu menguasai, bukan dikuasai. Kita
harus dapat menunjukkan pada dunia bahwa kita mampu berkuasa di pasar dalam
negeri bahkan luar negeri. Jalan terbuka lebar bagi para pengusaha untuk
menyiapkan strategi pemasaran global.
Tidak ada yang perlu dikhawatirkan sebenarnya mengenai perindustrian kita asalkan
semua pengusaha dibekali dengan motivasi dan semangat juang tinggi dan tidak
manja, serta nasionalisme masyarakat Indonesia yang tinggi. Kenapa takut
menghadapi produk luar negeri dimana sebenarnya kualitas produk Indonesia itu
bahkan diakui dunia? Contohnya Polygon, tahukah kita bahwa polygon bisa dibilang
100% buatan Indonesia. Polygon merupakan sepeda buatan PT Insera Sena, asli
buatan Sidoarjo, Desa Wadungasih, Bunduran, Jawa Timur yang sudah diekspor ke
paling tidak 30 negara di dunia.
Optimisme persaingan keras SDM
Poin kedua yang dikhawatirkan masyarakat Indonesia terlebih yang awam ialah
bagaimana cara bersaing dengan SDM dari luar negeri yang dianggap lebih baik
daripada SDM dalam negeri. Dimana ditemukan dalam laporan Bank Dunia pada
tahun 2013, kesenjangan besar dalam kualitas SDM Indonesia dapat dilihat dari