Anda di halaman 1dari 8

BAHAN AJAR PELATIHAN DASAR CPNS

MATA AJAR: WHOLE OF GOVERMENT

KARHUTLA/MACET/ROKOK/NARKOBA:

KEGAGALAN
OUTCOME TAK
BERTUAN

DISUSUN OLEH
MUSTOFA KAMAL
Maret 2018
2

Whole of Goverment (WoG) merupakan sebuah pendekatan penyelenggaraan


pemerintah yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintah dari
keseluruhan sektor dalam ruang lingkup yang lebih luas guna mencapai tujuan
pembangunan, kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. Penerapan
WoG sangat mendesak di Indonesia untuk mengatasi beberapa permasalahan
bangsa. Salah satu permasalahan yang pernah dimuat di
http://www.republika.co.id/berita/kolom/resonansi/16/09/02/ocvt25319-
menghitung-penghasilan-dan-pendapatan-pemborosan-anak-bangsa tentang fakta
pemborosan yang terjadi akibat dari karhutla/macet/rokok/narkoba.
Informasi permasalahan di situs tersebut implisit mengungkap ada
kegagalan pencapaian tujuan atau oucome. Hal ini menjadi aneh karena tidak ada
satu pun instansi pemerintah yang berani mengklaim/menyatakan bahwa masalah
tersebut merupakan tanggung jawabnya.
Tugas Kelompok Anda:
1. Baca dan cermati informasi tersebut
2. Identifikasi instansi yang terkait untuk setiap permasalahan tersebut
3. Bagaimana bentuk WoG yang perlu diterapkan oleh intansi terkait per tema
permasalahan tersebut?
4. Tantangan apa saja yang akan dihadapi untuk penerapan WoG di setiap instansi
terkait untuk setiap permasalahan
ters++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ebut?
5. Identifikasi saran-saran yang dapat diberikan kepada setiap instansi agar syarat-
syarat penerapan WoG dapat terpenuhi
Catatan:
 Kerjakan dengan laptop, soft file diberi nama kelompok (misal: 1_kelompok 1)
 Ketik nama anggota kelompok, nomor daftar hadir, NIP dan alamat email
masing-masing anggota kelompok.
 Khusus untuk mengerjakan nomor 2, Anda dapat gunakan “contoh tabel” di
halaman belakang sebagai dukungan dokumentasi kertas kerja
 Pengembangan dari “contoh tabel” sangat diperlukan dan menjadi poin
kreativitas kelompok.
3

Menghitung Penghasilan dan Pendapatan (:pemborosan)


Anak Bangsa
Oleh : Asma Nadia

REPUBLIKA.CO.ID, Di sebuah desa yang subur, tinggal sebuah keluarga yang sedang
berjuang mempertahankan kehidupan ekonominya. Untuk menopang finansial,
selain kedua orang tua, anak-anak pun turut bekerja. Sementara untuk menutupi
kekurangan, mereka meminjam pada tetangga yang kaya, dan sejauh ini setiap
tahun hanya sanggup membayar bunganya.
Ketika kebutuhan meningkat, mereka bekerja lebih keras. Anak-anak diwajibkan
memberi kontribusi lebih banyak. Belakangan mereka sadar, ada tabungan ananda
yang disimpan di luar kampung dengan jumlah cukup menggiurkan. Sayang tidak
mudah mengambilnya, karena putra putri mereka merasa lebih aman jika uangnya
berada di kampung sebelah.
Sebenarnya kebutuhan keluarga tidak perlu membengkak seperti itu seandainya
setiap anggotanya mampu menata kondisi secara tertib. Misal, tak perlu membuang-
buang uang dengan membeli rokok, seperti yang dilakukan putra pertama, atau
yang lebih parah menjerumuskan diri dalam narkoba, seperti yang menimpa si
bungsu. Atau tertib mengatur kendaraan hingga tak mengganggu aktivitas yang lain.
Atau tidak dengan seenaknya membakar sampah tanpa menghiraukan seisi kebun
jadi ikut terbakar, dan membahayakan diri dan orang lain, seperti yang kerap
terjadi. Seandainya saja mereka menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk
tersebut, keluarga ini sebenarnya tak perlu mengalami devisit dalam hal keuangan.

Kondisi yang nyaris sama juga dialami Tanah Air Tercinta. Pemerintah saat ini
sedang gencar mensosialisasikan tax amnesty dalam rangka menambah pemasukan
negara, sementara banyak faktor yang juga menyedot anggaran, yang apabila
ditangani dengan tepat akan menyelamatkan keuangan negara dalam jumlah besar.
Deret pemborosan yang dilakukan baik oleh pihak swasta, publik, ataupun negara.
1. Sebut saja kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang pada Juni hingga Oktober
2015 menyebabkan kerugian finansial sekitar Rp 221 triliun. Jumlah tersebut
di luar penghitungan kerugian sektor kesehatan, pendidikan, plasma nutfah,
emisi karbon, dan lainnya.
4

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengeluarkan Rp 720 miliar


guna memadamkan kebakaran. Belum termasuk dana yang dikeluarkan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera), serta Kementerian Kesehatan.
Jika Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tahun 2016 adalah 271 triliun,
maka semua penghasilan migas dan nonmigas bukan pajak- habis hanya untuk
membiayai kerugian di atas. Dan tahun ini, kebakaran hutan mulai merebak
kembali.
Penegakkan hukum terhadap pelanggaran dan pembebanan swasta atas
kebakaran tersebut tentu saja akan menghemat banyak pengeluaran negara.
Apalagi kebakaran hutan dan lahan tidak dapat dianggap sebagai bencana,
melainkan kelalaian, karena sifatnya terukur dan terjadi setiap tahun--sangat
memungkinkan diantisipasi, alias bisa dicegah.

2. Lihat juga kemacetan. Sekalipun seperti sudah menjadi bagian dari keseharian,
kerugian akibat hal ini di Jakarta saja luar biasa jumlahnya. Kepala Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Arie Setiadi Moerwanto mengungkap bahwa kerugian karena macet bisa
mencapai Rp 65 triliun per tahun. Belum termasuk dari sisi nonekonomi:
kondisi psikologi pemakai jalan maupun efek domino lain seperti berkurangnya
produktivitas masyarakat dan hilangnya waktu berkualitas bersama keluarga.

3. Bagaimana dengan rokok? Wakil Kepala Bidang Penelitian Lembaga Demografi


Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Abdillah Ahsan mengatakan, sebagian
dari biaya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) digunakan untuk membayar
pengobatan penyakit akibat rokok. Hal ini mengakibatkan negara harus
menanggung biaya kerugian makro ekonomi akibat merokok yang mencapai Rp
44 triliun per tahun.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
Soewarta Kosen, mengungkap angka yang lebih tinggi. Kerugian total akibat
konsumsi rokok mencapai Rp 378,75 triliun, berkali lipat dibanding cukai
tembakau yang diperoleh negara.
5

4. Jangan lupakan juga kerugian akibat narkoba. Badan Narkotika Nasional (BNN)
mengungkap estimasi kerugian ekonomi akibat narkoba mencapai Rp 72
triliun--jumlah yang sangat fantastis! Angka tersebut terus meningkat dari
tahun-tahun sebelumnya.
Berbagai kenyataan di atas sungguh mengenaskan. Angka-angka pemborosan
setiap tahun mungkin masih jauh lebih tinggi dari banyaknya uang yang bisa
didatangkan dari luar negeri. Di satu sisi, pemerintah bersusah payah
mengumpulkan anggaran untuk menyehatkan keuangan, di sisi lain banyak pihak
yang merupakan elemen bangsa justru memboroskan pendapatan negara untuk
sesuatu yang sebenarnya tidak memberi manfaat, bahkan membawa kemudharatan
besar.
Meski begitu, sebagai anak bangsa tentu harus tetap optimistis. Karenanya, mari
sama-sama tetap menggenggam harapan, akan datangnya hari di mana anak cucu
kita bisa menikmati peningkatan penghasilan negara seiring dengan penghematan
anggaran, tentu setelah dengan tegas menekan angka kerugian yang fenomenal,
yang semestinya tidak perlu ada.
No. Masalah / manajemen SKPD/K/L/Organisasi SKPD/K/L/Organisasi SKPD/K/L/Organisasi SKPD/K/L/Organisasi
Balitbangkes KEMENKEU Kemenkes ......................
1 Karhutla
a. Manajemen Keuangan
b. Manajemen SDM
c. Manajemen Aset
d. Manajemen IT
2 Kemacetan
a. Manajemen Keuangan
b. Manajemen SDM
c. Manajemen Aset
d. Manajemen IT
3 Rokok / biaya JKN
a. Manajemen Keuangan Menaikkan Cukai Rokok
dan m
b. Manajemen SDM Menerbitkan Peraturan
tentang penanggulangan
roqoq
c. Manajemen Aset
d. Manajemen IT
4 Narkoba
a. Manajemen Keuangan
b. Manajemen SDM
c. Manajemen Aset
7

d. Manajemen IT

1. Aneka harus merasuk ke ASN


2. Akuntabilitas seluruh proses
3. Nasionalisme harga mati
4. Etika publik terlihat cantik pada publik
5. Komitmen mutu selalu
6. Anti korupsi di semua lini
8

Anda mungkin juga menyukai