DI KOTA KOTAMOBAGU
TAHUN 2012
A.
PENDAHULUAN
Surveillans Epidemiologi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam manajemen
kesehatan untuk memberikan dukungan data dan informasi epidemiologi agar pengelolaan
program kesehatan dapat berdaya guna secara optimal. Informasi epidemiologi yang berkualitas,
cepat dan akurat merupakan evidence atau bukti untuk digunakan dalam proses pengambilan
kebijakan yang tepat dalam pembangunan kesehatan.
Mengingat peran hasil kegiatan surveillans tersebut sangat vital, maka terhadap seluruh
informasi epidemiologi perlu disajikan secara cermat dan komprehensif dalam bentuk sistem
informasi kesehatan. sehingga diharapkan dapat meningkatkan upaya kewaspadaan dini terhadap
berbagai penyakit baik new-emerging disease atau pun re-emerging disease disertai langkahlangkah program pencegahan dan pengendalian penyakit tersebut.
Dalam sistem ini yang dimaksud dengan surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis
secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan
kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalahmasalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan
efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi
kepada penyelenggara program kesehatan.
Data sebagai hasil dari kegiatan surveillans merupakan bagian penting untuk diolah
menjadi informasi yang dapat bermanfaat sebagai dasar pertimbangan untuk pengambilan
kebijakan atau tindakan yang diperlukan dalam penanggulangan masalah kesehatan
Sistem surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans
epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara surveilans dengan laboratorium,
sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program kesehatan,
meliputi tata hubungan surveilans epidemiologi antar wilayah kabupaten/kota, Propinsi dan
Pusat.
Kegiatan surveillans epidemiologi bertujuan agar diketahuinya gambaran epidemiologi
dari beberapa penyakit menular dan tidak menular tertentu yang dilaporkan melalui Surveilans
Terpadu Penyakit (STP) tahun 2012, surveillans khusus penyakit tertentu dan laporan kejadian
luar biasa (KLB) yang terjadi selama tahun 2012.
Wahyunibp_m@yahoo.co.id1
B.
Wahyunibp_m@yahoo.co.id2
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13
Kasus Baru
Jenis Penyakit
Kolera
Diare
Diare berdarah
Tifus perut klinis
TBC Paru BTA (+)
Tersangka TBC Paru
Kusta PB
Kusta MB
Campak
Difteri
Batuk rejan
Tetanus
Hepatitis klinis
No.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
Kasus Baru
Jenis Penyakit
Malaria klinis
Malaria vivax
Malaria palciparum
Malaria mix
Demam Berdarah Dengue
Demam Dengue
Pneumonia
Sifilis
Gonorhoe
Frambusia
Filariasis
ILI
Wahyunibp_m@yahoo.co.id3
Jenis Penyakit
Kasus Baru
No.
Hipertensi
4.
Diabetes mellitus
Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah
Jenis Penyakit
Gangguan akibat kecelakaan dan
cidera
Grafik 4 adalah jenis penyakit yang terbanyak dalam laporan STP di Kota
Kotamobagu pada tahun 2012, dimana kasus terbanyak adalah Hipertensi sebanyak 3677 kasus,
kemudian Diare sebanyak 1972 kasus, Tersangka TBC-Paru 1768 kasus, TBC-Paru BTA (+)
291 kasus, Diabetes mellitus 208 kasus, DBD 168 kasus, Malaria klinis 124 kasus, Tifus Perut
Klinis 44 kasus, Hepatitis klinis 10 kasus, Malaria Palciparum 3 kasus, Malaria Mix 2 kasus,
Malaria Vivax 1 kasus, Campak 1 kasus dan Pneumonia 1 kasus. Penyakit-penyakit tersebut
tersebar di seluruh wilayah kerja Puskesmas yang ada di Kota Kotamobagu.
D.
DIARE
Wahyunibp_m@yahoo.co.id4
Berdasarkan laporan STP Puskesmas Sentinel dan Non Sentinel yang dilaporkan, insiden
kumulatif (per 100.00 penduduk) penyakit Diare pada umumnya cukup tinggi di setiap wilayah
kerja Puskesmas. Artinya Diare masih menjadi masalah kesehatan pada sebagian besar
penduduk di Kota Kotamobagu. Insiden kumulatif di Kota Kotamobagu sebesar 1664,64 kasus
tiap 100.000 penduduk. Insiden kumulatif penyakit Diare tertinggi dijumpai di wilayah kerja
Puskesmas Bilalang (3280,85) dan wilayah kerja Puskesmas Upai (2414,81)
Tabel 3.
Distribusi Kasus Baru dan Insidensi Kumulatif (per 100.000) Kasus Diare
Di Kota Kotamobagu Tahun 2012
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Puskesmas
Gogagoman
Motoboi Kecil
Kotobangon
Bilalang
Upai
Kota Kotamobagu
Jumlah Kasus
680
469
364
223
236
1972
Insidensi Kumulatif
(per 100.000)
1599,24
1561,45
1207,65
3280,85
2414,81
1644,64
Grafik 5.
Distribusi Kasus Diare Berdasarkan Golongan Umur
Di Kota Kotamobagu Tahun 2012
Berdasarkan laporan STP Puskesmas Sentinel dan Non Sentinel, kasus Diare umumnya
dijumpai pada usia > 1 tahun hingga lansia, namun kasus diare terbanyak pada golongan umur 1
4 tahun sebanyak 552. Jumlah yang cukup banyak terlihat pula pada golongan umur 20 44
tahun sebanyak 389 dan pada golongan umur < 1 tahun seperti terlihat pada grafik 5 diatas. Hal
ini menunjukkan diare adalah penyakit yang sering menjangkiti usia Balita dan masih menjadi
masalah kesehataan yang perlu perhatian karena sedikit banyak akan berdampak pada angka
kematian bayi dan balita.
Grafik 6.
Distribusi Kasus Diare Berdasarkan Jenis Kelamin
Wahyunibp_m@yahoo.co.id5
Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus diare lebih banyak terjadi pada perempuan
(51%) dibandingkan laki-laki (49%) seperti terlihat pada grafik 6 diatas.
E.
No.
Puskesmas
1.
Gogagoman
2.
Motoboi Kecil
3.
Kotobangon
4.
Bilalang
5.
Upai
Kota Kotamobagu
Tersangka TB Paru
Insidens
Jlh Kasus Baru
Kumulatif
(per 100.000)
1083
2547,03
542
1804,50
8
26,54
11
112,55
124
1824,33
1768
1474,51
Grafik 7.
Distribusi Kasus Tersangka TB Paru dan TB Paru BTA (+) Berdasarkan Golongan Umur
Di Kota Kotamobagu Tahun 2012
Berdasarkan laporan STP Puskesmas Sentinel dan Non Sentinel yang dilaporkan
didapatkan kasus Tersangka TB Paru maupun TB Paru BTA (+) menyerang pada golongan umur
Wahyunibp_m@yahoo.co.id6
10-14 tahun hingga usia lanjut. Gambaran kasus Tersangka TB Paru dan TB Paru BTA (+) pada
Grafik 7 diatas menunjukkan kasus tertinggi pada golongan umur 20-44 tahun dimana tersangka
TB Paru berjumlah 805 dan TB Paru BTA (+) berjumlah 142 kemudian pada golongan umur 4559 tahun dimana tersangka TB Paru berjumlah 494 dan TB Paru BTA (+) berjumlah 52,
golongan umur 55-59 tersangka TB Paru berjumlah 201 dan TB Paru BTA (+) 38, kemudian
golongan umur 15-19 tersangka TB Paru berjumlah 134 dan TB Paru BTA (+) berjumlah 14,
golongan umur 60-69 tersangka TB Paru berjumlah 104 dan TB Paru BTA (+) berjumlah 28 dan
yang paling rendah pada golongan umur 10-14 tahun dimana tersangka TB Paru berjumlah 24
dan untuk TB Paru BTA (+) tidak ada.
Grafik 8.
Distribusi Kasus Tersangka TB Paru dan TB Paru BTA (+) Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Kota Kotamobagu Tahun 2012
Dari laporan STP Puskesmas Sentinel dan Non Sentinel yang dilaporkan, distribusi kasus
baik Tersangka TB Paru maupun TB Paru BTA (+) didapatkan lebih banyak terjadi pada laki-laki
dibandingkan pada perempuan.
F.
Puskesmas
Gogagoman
Motoboi Kecil
Kotobangon
Bilalang
Upai
Kota Kotamobagu
Jumlah Kasus
59
28
54
6
21
168
Insidensi Kumulatif
(per 100.000)
138,75
93,22
179,15
61,39
308,95
140,11
Grafik 9.
Distribusi Kasus Demam Berdarah Dengue Berdasarkan Golongan Umur
Wahyunibp_m@yahoo.co.id7
Berdasarkan golongan umur, kasus Demam Berdarah Dengue dapat terjadi pada semua
golongan umur. Pada grafik 9 diatas terlihat bahwa kasus DBD terbanyak pada golongan umur 5
14 tahun berjumlah 57 kasus, kemudian pada golongan umur 25 44 tahun sebanyak 43 kasus,
golongan umur diatas 45 tahun sebanyak 24 kasus, golongan umur 15 19 tahun berjumlah 16
kasus, golongan umur 1 4 tahun 15 kasus, golongan umur 20 24 tahun sebanyak 12 kasus
dan kasus terendah pada golongan umur < 1 tahun 1 kasus, seperti yang terlihat pada grafik 9.
Grafik 10.
Proporsi Kasus Demam Berdarah Dengue Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Kota Kotamobagu Tahun 2012
Berdasarkan grafik 10 proporsi jenis kelamin diatas, jumlah laki-laki pada kasus Demam
Berdarah Dengue sama banyak dengan jumlah kasus pada perempuan yaitu masing-masing
50%. Artinya laki-laki maupun perempuan mempunyai peluang yang sama untuk terinfeksi
penyakit Demam Berdarah Dengue
G.
MALARIA
Surveilans Malaria yang dilakukan meliputi pengamatan terhadap keempat jenis malaria
yaitu malaria klinis, malaria vivax, malaria falciparum dan malaria campuran (gabungan antara
malaria vivax dan malaria falciparum).
Berdasarkan laporan STP Puskesmas Sentinel dan Non Sentinel yang dilaporkan,
didapatkan insidens kumulatif (per 100.000) di Kota Kotamobagu untuk malaria klinis adalah
103,41, malaria vivax sebesar 0,83, malaria palciparum sebesar 2,50 dan malaria mix sebesar
1,66. Insidens terbesar dari kasus malaria ini di dominasi oleh Puskesmas Motoboi Kecil
sedangkan di Puskesmas Kotobangon, Puskesmas Bilalang dan Puskesmas Upai tidak ada kasus.
Tabel 6.
Distribusi Kasus Baru dan Insidensi Kumulatif (per 100.000) Kasus Malaria
Wahyunibp_m@yahoo.co.id8
Puskesmas
Berdasarkan golongan umur pada grafik 11, terlihat bahwa keempat jenis malaria
terbanyak diderita oleh golongan umur produktif (20 44 tahun). Jumlah kasus malaria klinis
yang terbesar juga terjadi pada golongan umur 20 44 tahun sebanyak 37 demikian juga kasus
malaria palciparum yang terbanyak terjadi pada golongan umur 20 44 tahun.
Grafik 12.
Distribusi Kasus Malaria Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Kota Kotamobagu Tahun 2012
Berdasarkan laporan STP Puskesmas Sentinel dan Non Sentinel yang dilaporkan,
didapatkan insidens kumulatif (per 100.000) di Kota Kotamobagu untuk tifus perut klinis adalah
36,69,
Puskesmas Bilalang (10,23) sedangkan pada Puskesmas Gogagoman, Puskesmas Motoboi Kecil
dan Puskesmas Kotobangon tidak ada kasus.
Tabel 7.
Distribusi Kasus Baru dan Insidensi Kumulatif (per 100.000) Kasus Tifus Perut Klinis
Di Kota Kotamobagu Tahun 2012
Insidensi Kumulatif
No.
Puskesmas
Jumlah Kasus
(per 100.000)
1.
Gogagoman
0
0
2.
Motoboi Kecil
0
0
3.
Kotobangon
0
0
4.
Bilalang
1
10,23
5.
Upai
43
6326,63
Kota Kotamobagu
44
36,69
Grafik 13.
Distribusi Kasus Tifus Perut Klinis Berdasarkan Golongan Umur
Di Kota Kotamobagu Tahun 2012
Berdasarkan laporan STP Puskesmas Sentinel dan Non Sentinel, kasus Tifus Perut Klinis
umumnya dijumpai hampir pada semua umur. Kasus terbanyak diderita oleh golongan umur 5
9 tahun dan golongan umur 20 44 tahun masing-masing berjumlah 10, kemudian pada
golongan umur 10 14 tahun sebanyak 9 penderita, golongan umur 1 4 tahun sebanyak 6
kasus, golongan umur 15 19 sebanyak 5 penderita, golongan umur < 1 tahun 2 penderita dan
pada golongan umur 55 59 tahun dan 60-69 tahun masing-masing 1 penderita.
Grafik 14.
Proporsi Kasus Tifus Perut Klinis Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Kota Kotamobagu Tahun 2012
Berdasarkan grafik proporsi jenis kelamin diatas, dapat dilihat bahwa jenis kelamin lakilaki lebih banyak menderita Tifur perut klinis dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan
I.
HEPATITIS KLINIS
Wahyunibp_m@yahoo.co.id10
Berdasarkan laporan STP Puskesmas Sentinel dan Non Sentinel yang dilaporkan
didapatkan insiden kumulatif kasus hepatitis klinis per 100.000 penduduk di tingkat Kota
Kotamobagu adalah 8,34, dimana terlihat pada tabel bahwa kasus hanya terdapat pada
Puskesmas Bilalang sebesar 102,32. Sedangkan di 4 (empat) Puskesmas lainnya tidak terdapat
kasus.
Tabel 8.
Distribusi Kasus Baru dan Insidensi Kumulatif (per 100.000) Kasus Hepatitis Klinis
Di Kota Kotamobagu Tahun 2012
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Puskesmas
Gogagoman
Motoboi Kecil
Kotobangon
Bilalang
Upai
Kota Kotamobagu
Jumlah Kasus
0
0
0
10
0
10
Insidensi Kumulatif
(per 100.000)
0
0
0
102,32
0
8,34
Grafik 15
Distribusi Kasus Hepatitis Klinis Berdasarkan Golongan Umur
Di Kota Kotamobagu Tahun 2012
Berdasarkan golongan umur pada grafik 15, kasus Hepatitis klinis terjadi pada golongan
umur 10 14 tahun hingga 20 44 tahun. Namun kasus tertinggi pada golongan umur 20 44
tahun, kemudian golongan umur 15 19 tahun dan terendah pada golongan umur 10 14 tahun.
Grafik 16
Distribusi Kasus Hepatitis Klinis Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Kota Kotamobagu Tahun 2012
Berdasarkan grafik proporsi jenis kelamin diatas, jumlah laki-laki pada kasus Hepatitis
klinis sama banyak dengan jumlah kasus pada perempuan yaitu masing-masing 50%. Artinya
Wahyunibp_m@yahoo.co.id11
laki-laki maupun perempuan mempunyai peluang yang sama untuk menderita penyakit Hepatitis
Klinis.
J.
CAMPAK KLINIS
Berdasarkan laporan STP Puskesmas Sentinel dan Non Sentinel yang dilaporkan
didapatkan insiden kumulatif kasus campak klinis
Kotamobagu adalah 0,83, dimana terlihat pada tabel bahwa kasus hanya terdapat pada
Puskesmas Bilalang sebesar 102,32. Sedangkan di 4 (empat) Puskesmas lainnya tidak terdapat
kasus
Tabel 9.
Distribusi Kasus Baru dan Insidensi Kumulatif (per 100.000) Kasus Campak Klinis
Di Kota Kotamobagu Tahun 2012
Insidensi Kumulatif
No.
Puskesmas
Jumlah Kasus
(per 100.000)
1.
Gogagoman
0
0
2.
Motoboi Kecil
0
0
3.
Kotobangon
0
0
4.
Bilalang
1
10,23
5.
Upai
0
0
Kota Kotamobagu
1
0,83
Grafik 17.
Distribusi Kasus Campak Berdasarkan Golongan Umur
Di Kota Kotamobagu Tahun 2012
Pada grafik 17 dapat dilihat kasus campak berdasarkan golongan umur, dimana kasus
campak terdapat pada golongan umur 5 7 tahun.
Grafik 18.
Proporsi Kasus Campak Klinis Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Kota Kotamobagu Tahun 2012
Grafik 18 menunjukkan proporsi kasus campak berdasarkan jenis kelamin dimana kasus
campak menyerang padaq jenis kelamin laki-laki.
Wahyunibp_m@yahoo.co.id12
K.
PNEUMONIA
Berdasarkan laporan STP Puskesmas Sentinel dan Non Sentinel yang dilaporkan
didapatkan insiden kumulatif kasus pneumonia
Kotamobagu adalah 0,83, dimana terlihat pada tabel bahwa kasus hanya terdapat pada
Puskesmas Bilalang sebesar 102,32. Sedangkan di 4 (empat) Puskesmas lainnya tidak terdapat
kasus
Tabel 10.
Distribusi Kasus Baru dan Insidensi Kumulatif (per 100.000) Kasus Pneumonia
Di Kota Kotamobagu Tahun 2012
Insidensi Kumulatif
No.
Puskesmas
Jumlah Kasus
(per 100.000)
1.
Gogagoman
0
0
2.
Motoboi Kecil
0
0
3.
Kotobangon
0
0
4.
Bilalang
1
10,23
5.
Upai
0
0
Kota Kotamobagu
1
0,83
Grafik 19.
Distribusi Kasus Pneumonia Berdasarkan Golongan Umur
Di Kota Kotamobagu Tahun 2012
Berdasarkan golongan umur pada grafik 19, kasus Pnumonia terjadi pada golongan umur
1 - 4 tahun.
Grafik 20.
Distribusi Kasus Pneumonia Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Kota Kotamobagu Tahun 2012
HIPERTENSI
Berdasarkan laporan STP Puskesmas Sentinel dan Non Sentinel yang dilaporkan
didapatkan insiden kumulatif kasus Hipertensi
Puskesmas
Gogagoman
Motoboi Kecil
Kotobangon
Bilalang
Upai
Kota Kotamobagu
Jumlah Kasus
1928
187
1263
167
265
3677
Insidensi Kumulatif
(per 100.000)
4534,33
622,58
4190,30
1708,78
3898,77
3066,61
Grafik 21.
Distribusi Kasus Hipertensi Berdasarkan Golongan Umur
Di Kota Kotamobagu Tahun 2012
Dari grafik 21 distribusi kasus hipertensi berdasarkan golongan umur, kasus ini diderita
oleh golongan umur 20 44 tahun hingga golongan umur diatas 70 tahun. Kasus tertinggi pada
golongan umur 60 69 tahun sebanyak 872, kemudian golongan umur 45 54 tahun sebanyak
856, golongan umur 20 44 tahun sebanyak 617 tahun dan golongan umur 55 59 tahun
sebanyak 518 sedangkan untuk golongan umur 0 7 hari hingga golongan umur 15 19 tahun
tidak terdapat kasus.
Grafik 22.
Proporsi Kasus Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Kota Kotamobagu Tahun 2012
M.
DIABETES MELITUS
Berdasarkan laporan STP Puskesmas Sentinel dan Non Sentinel yang dilaporkan
didapatkan insiden kumulatif kasus diabetes melitus per 100.000 penduduk di tingkat Kota
Kotamobagu adalah 173,47. Insiden terbesar terdapat di Puskesmas Gogagoman (406,86) dan di
Puskesmas Upai (382,52)
Tabel 12.
Distribusi Kasus Baru dan Insidensi Kumulatif (per 100.000) Kasus Diabetes Melitus
Di Kota Kotamobagu Tahun 2012
Insidensi Kumulatif
No.
Puskesmas
Jumlah Kasus
(per 100.000)
1.
Gogagoman
173
406,86
2.
Motoboi Kecil
4
13,31
3.
Kotobangon
0
0
4.
Bilalang
18
184,18
5.
Upai
26
382,52
Kota Kotamobagu
208
173,47
Grafik 23.
Distribusi Kasus Diabetes Melitus Berdasarkan Golongan Umur
Di Kota Kotamobagu Tahun 2012
Sesuai grafik 23 diatas, kasus diabetes melitus ini diderita oleh golongan umur 20 44
sampai usia lanjut, tampak menonjol pada golongan umur 45 54 tahun, kemudian pada
golongan umur 60 69 tahun, dan yang terendah pada golongan umur 70 tahun keatas
Grafik 24.
Proporsi Kasus Diabetes Melitus Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Kota Kotamobagu Tahun 2012
Grafik 24 menunjukkan bahwa kasus diabetes melitus lebih banyak diderita oleh laki-laki
dibandingkan oleh perempuan.
N.
Grafik 25 menunjukkan bahwa kasus kecelakaan lalu lintas dan cedera lainnya lebih
banyak di alami oleh jenis kelamin laki-laki dibandingkan jenis kelamin perempuan.
Demikian analisis data program Surveilans epidemiologi kami buat, kiranya dapat memberi manfaat
bagi kita semua guna melakukan penanggulangan penyakit menular secara terpadu dan terus
menerus.
Wahyunibp_m@yahoo.co.id16