Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Jerawat (Akne Vulgaris )
1.

Definisi
Jerawat (akne vulgaris) adalah suatu gangguan peradangan pada
folikel pilosebaseus yang terutama timbul pada masa remaja ketika
kelenjar sebaseus mulai aktif. (Wilkinson, 1994) Hal ini merupakan reaksi
peradangan dalam folikel sebasea yang pada umumnya dan biasanya
disertai dengan pembentukan papula, pustula, dan abses terutama di
daerah yang banyak mengandung kelenjar sebasea (Wasitaatmadja, 2002).
Daerah-daerah predileksinya terdapat di muka, bahu, bagian atas dari
ekstremitas superior, dada, dan punggung (Harahap, 2000).

2. Klasifikasi Jerawat
Jerawat terbagi menjadi menjadi empat tingkatan yaitu ringan,
sedang, agak berat dan berat. Tingkatan tersebut ditentukan berdasarkan
jumlah jerawat yang ada pada wajah, dada dan punggung, serta ukuran
besar kecil jerawat atau kondisi peradangan jerawat. Selain itu, di bawah
ini juga termasuk dalam perbedaan jenis jerawat:
a. Jerawat pada bayi yang baru lahir (newborn acne): Jerawat jenis ini
menyerang sekitar 20 persen bayi yang baru lahir dan tergolong
jerawat ringan.

6
6

b. Jerawat pada bayi (infantile acne): Bayi berumur 36 bulan juga


ditumbuhi jerawat, dan akan tumbuh kembali pada saat ia beranjak
remaja.
c. Jerawat (Acne vulgaris): Jerawat jenis ini adalah yang paling umum
terjadi pada remaja dan kaum muda yang beranjak dewasa, sekitar
1224 tahun.

3. Faktor resiko dan Etiologi


Umumnya faktor resiko dan penyebab Jerawat sangat banyak yaitu
multifaktorial antara lain :
a. Sebum. Merupakan faktor utama penyebab timbulnya Jerawat.
b. Genetik. Faktor herediter yang sangat berpengaruh pada besar dan
aktivitas kelenjar glandula sebasea. Apabila kedua orang tua
mempunyai parut bekas Jerawat, kemungkinan besar anaknya akan
menderita Jerawat.
c. Usia. Umumnya insiden terjadi pada sekitar umur 14 17 tahun pada
wanita, 16 19 tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang
predominan adalah komeda dan papul dan jarang terlihat lesi beradang
penderita (Djuanda, Hamzah dan Aisyah, 1999).
d. Kebersihan wajah. Meningkatkan perilaku kebersihan diri dapat
mengurangi kejadian Jerawat pada remaja
e. Psikis. Pada beberapa penderita, stres dan gangguan emosi dapat
menyebabkan

eksaserbasi
7

Jerawat.

Kecemasan

menyebabkan

penderita memanipulasi Jerawatnya secara mekanis, sehingga terjadi


kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi yang beradang yang
baru (Goggin et al, 1999).
f. Hormon endokrin:
1) Androgen. Hormon ini memegang peranan yang penting
karena kelenjar palit sangat sensitif terhadap hormon ini.
Hormon androgen berasal dari testes dan kelenjar anak ginjal
(adrenal) hormon ini menyebabkan kelnjar palit bertambah
besar dan produksi sebum meningkat. Pada penyelidikan
Pochi, Forstrom dkk. & Lim james
2) Estrogen. Pada keadaan fisiologi, estrogen tidak berpengaruh
terhadap produksi sebum. Estrogen dapat menurunkan kadar
gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis. Hormon
gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi sebum.
3) Progesteron. Progesteron, dalam jumlah fisiologis tidak
mempunyai efek terhadap efektivitas terhadap kelenjar lemak.
Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi, akan tetapi
kadang-kadang progesteron dapat menyebabkan Jerawat
premenstrual (Suyono, 2002).

g. Diet. Pada penderita yang makan banyak karbohidrat dan zat lemak,
tidak dapat dipastikan akan terjadi perubahan pada pengeluaran sebum
atau komposisinya karena kelenjar lemak bukan alat pengeluaran
lemak yang kita makan.
h. Iklim. Di daerah yang mempunyai empat musim, biasanya Jerawat
bertambah hebat pada musim dingin, sebaliknya kebanyakan membaik
pada musim panas. Bertambah hebatnya Jerawat pada musim panas
tidak disebabkan oleh sinar UV melainkan oleh banyaknya keringat
pada keadaan yang sangat lembab dan panas tersebut.
i. Bakteria. Mikroba yang terlibat pada terbentuknya Jerawat adalah
corynebacterium acnes, Stafilococcus epidermidis, dan pityrosporum
ovale.
j. Kosmetika. Pemakaian bahan-bahan kosmetika tertentu seperti, bedak
dasar (faundation), pelembab (moisturiser), krem penahan sinar
matahari (sunscreen), dan krem malam secara terus menerus dalam
waktu lama dapat menyebabkan suatu bentuk Jerawat ringan yang
terutama terdiri dari komedo tertutup dan beberapa lesi papulopustular
pada pipi dan dagu.

4.

Patogenesis
Patogenesis Jerawat sangat kompleks dipengaruhi banyak faktor
dan kadang-kadang masih kontroversial. Ada empat hal penting yang
berhubungan dengan terjadinya Jerawat :
9

a.

Kelenjar minyak menjadi besar yaitu hipertropi dengan peningkatan


penghasilan sebum.

b.

Hiperkeratosis (kulit menjadi tebal) menyebabkan pertumbuhan selsel yang cepat dan mengisi ruang folikel polisebaceous dan
membentuk plug (epitelium folikular).

c.

Pertumbuhan kuman, propionibacterium acnes yang cepat (folikel


polisebaceous) yang tersumbat akan memerangkap nutrient dan
sebum serta menggalakkan pertumbuhan kuman.

d.

Inflamasi (radang) akibat hasil sampingan kuman propionibacterium


acnes.

5.

Gejala dan Tanda


Penderita biasanya mengeluh adanya erupsi kulit pada tempattempat predileksi, yakni di muka, bahu, leher, dada, punggung bagian
atas, dan lengan bagian atas. Dapat disertai rasa gatal. Erupsi kulit berupa
komedo, papul, pustula, nodus, atau kista. Komedo lazim dikenal sebagai
kepala hitam (komedo terbuka) dan kepala putih (komedo tertutup)
(Strauss, 1991). Isi komedo ialah sebum yang kental atau padat. Isi kista
biasanya pus dan darah. Selain itu bisa terlihat nodulus, infiltrasi
granulomatosa dalam peradangan karena asam lemak atau piokokus,
jaringan parut dan keloid.

10

6.

Penatalaksanaan Jerawat
Penatalaksanaan Jerawat meliputi usaha untuk mencegah terjadinya
erupsi (preventif) dan usaha untuk menghilangkan jerawat yang terjadi
(kuratif). Kedua usaha tersebut harus dilakukan bersamaan mengingat
bahwa kelainan ini terjadi akibat pengaruh berbagai faktor, baik faktor
internal dari dalam tubuh sendiri (ras, familial, hormonal), maupun faktor
eksternal (makanan, musim, stres) yang kadang-kadang tidak dapat
dihindari oleh penderita
a. Perawat kulit muka
Pemakain sabun bakteriostatik

dan detergen

tak

di

anjurkan,bahkan pemakaian sabun berlebihan bersifat Jerawatgenik


dan dapat menyebabkan Jerawat bertambah hebat (Jerawat venenata).
Menurut Pelwig dan Kligman tak terbukti bahwa kalau muka
kurang dicuci Jerawat akan bertambah hebat atau terlalu sering
mencuci muka ada gunanya.Mencuci muka hanya menghilangkan
lemak yang ada di permukaan kulit,tetapiu tak mempengaruhi lemak
yang ada di dalam folikel.
b. Perawatan kulit kepala dan rambut
Seperti halnya pembersih muka,perawatan kulit kepala juga
tidak berpengaruh terhadap Jerawat. Walaupun menurut banyak
pengarang ketombe dan dermatitis seboroika lebih banyak terdapat
pada penderita Jerawat, penyelidikan plewig dan kligman gagal
membuktikan hal itu. Pemakain shampoo yang mengandung obat,
untuk penderita Jerawat dengan ketombe,sebaiknya di larang sebab
dapat kumat kembali dalam beberapa minggu.
c. Kosmetika dan bahan-bahan lain
11

Bahan-bahan yang bersifat agnegenik lebih berpengaruh pada


penderita Jerawat. Bahan inidapat membentuk kemedo lebih cepat
dan lebih banyak pada kulit penderita acne. Sebaiknya pasien di
anjurkan untuk menghentikan pemakaian kosmetika yang tebal dan
hanya memakai kosmetika ringan , yang tidak berminyak serta tidak
mengandung obat(nonmedicated).
d. Diet
Menurut teori yang baru, efek makanan terhadap Jerawat
diragukan oleh banyak penyelidik maka diet khusus tak di anjurkan
pada penderita Jerawat.
e. Emosi dan faktor psikosomatik
Pada orang-orang yang mempunyai predisposisi Jerawat, stress
dan emosi dapat menyebabkan eksarserbasasi atau Jerawatnya
bertambah hebat. Perlu pula dianjurkan untuk tidak memegangmegang,memijit,dan menggosok Jerawat,sebab dapat menyebabkan
keadaan yang disebut Jerawat mekanika.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jerawat


1. Stres Psikologis
a. Pengertian
Stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stresor psikososial,
tekanan mental atau beban kehidupan, Menurut vincent Collnelli stres
adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan
dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun
penampilan individu di dalam lingkungan tersebut. ( Sunaryo, 2004)

12

Perilaku manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor


penting, yaitu adanya kebutuhan baik somatik maupun psikologis serta
dorongan untuk memenuhi kebutuhan. Mungkin kita beranggapan bahwa
kehidupan akan terasa enak dan juga mungkin membosankan apabila
segala kebutuhan hidup dapat diperoleh dengan cepat dan mudah
sehingga tidak ada tantangan hidup. Akan tetapi, untuk memenuhi
kebutuhan hidup dalam mencapai tujuan adakalanya dicapai dicapai
dengan

susah

payah,

dihadapakan

berbagai

kendala,

rintangan,

kebimbangan, arar melintang yang menuntut kita untuk dapat


menyesuaikan diri, atau sebaiknya dapat menimbulkan stres pada diri
kita. Stres dapat terjadi apabila tuntutan atau keinginan dari kita tidak
terpenuhi.
Dewasa ini, perubahan tata nilai kehidupan (Perubahan Psikososial)
berjalan begitu cepat karena pengaruh globalisasi, moderenisasi,
informasi, industrialisasi serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal
tersebut berpengaruh terhadap pola hidup, moral dan etika. Perubahan
psikososial dapat merupakan tekanan mental (Stresor psikososial)
sehingga bagi sebagian individu dapat menimbulakan perubahan dalam
kehidupan dan berusaha beradaptasi dan menghadapi stresor akibat
perubahan tersebut sehingga ada yang mengalami stres, gangguan
penyesuain diri amupun sakit (Sunaryo, 2004)
b. Tahapan stres
Menurut Prof. Dadang Hawari (2001) sebagaimana dikemukakan
oleh sunaryo (2004), bahwa tahapan stres sebagi berikut

13

1) Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan
nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan
pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan
penglihatan menjadi tajam.
2) Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun
pagi tidak segar atau letih, lekas capak pada saat menjelang sore,
lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut
tidak nyaman, jantung berdebar, otot tengkuk, dan punggung tegang.
Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.
3) Stres tahap tiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi
tidak teratur (kadang-kadang diare), otot makin tegang, emosional,
insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali (middle insomnia),
bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late insomnia), koordinasi
tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan
4) Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak
mampu berkerja sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit
dan menjenuhkan, respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu,
gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya
ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
5) Stres tahap kelima, yaitu stres yang ditandai dengan kelelahan fisik
dan mental (Physical and psychological exhaustion), ketidakmampuan
menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan
pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan
panik.

14

6) Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tandatanda seperti jantung berdebar keras, sesak nafas, badan gemetar,
dingin, dan banyak keluar keringan, loyo serta pingsan
c. Jenis dan bentuk stres
Menurut pendapat para ahli bahwa tidak semua stres bersifat
negatif, tetapi ada juga yang bersifat positf (Sunaryo, 2004)
1) Eustres
Stres dapat dijadikan motivator yang penting dan dapat dalam
mencapai tujuan atau cita-cita tertentu sehingga kita berusaha keras
untuk mencapainya. Sebagai contoh seseorang yang diberi jabatan
tertentu dan penting disuatu institusi awalnya mungkin ada perasaan
stres, tetapi stres tersebut akan memacu untuk mengatasi tantangan
akibat jabatan yang dipercayakan padanya, apabila ia sukses
mengemban tugas tersebut ia tidak akan mengalami stres tetapi
eustres.
2) Distres
Stres yang mengakibatkan gangguan satu atau lebih organ tubuh
sehingga tidak bisa memungkinkan menjalankan fungsi pekerjaan
dengan baik.
Ada 4 bentuk stres psikologi yaitu :
1) Tekanan
Tekanan dapat datang dari dalam diri atau dari luar. Ambisi
pribadi adalah sumber umum tekanan dari dalam, misalnya cita-cita.
Tekanan yang berasal dari luar diri individu misalnya orang tua
menuntut anaknya agar di sekolah selalu rengking satu atau istri
menuntut uang belanja yang berlebihan kepada suami.
2) Frustasi

15

Frustasi merupakan hasil dari terhambatnya tujuan yang ingin


dicapai. Seseorang yang buru-buru untuk mendapatkan tiket terpaksa
harus terhampat di antrian yang panjang dapat mengalami frustasi.
Frustasi dapat juga terjadi karena objek yang dituju tidak ada,
misalnya seseorang lapar namun tidak ada makanan atau ada makanan
tetapi tidak mampu membeli

3) Konflik
Konflik psikologis muncul ketika seseorang berada di bawah
tekanan untuk memberikan respon pada saat yang bersamaan dua atau
lebih dorongan yang tidak cocok.
4) Kecemasan
Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang
sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar atau bersifat konflik
(Sunaryo, 2004)
Pada beberapa penderita, stres dan gangguan emosi dapat menyebabkan
eksaserbasi Jerawat, eksaserbasi ini disebabkan oleh meningkatnya produksi
hormon androgen dari kelanjar anak ginjal dan sebum, bahkan asam lemak
dalam sebum pun meningkat. Teori lain menyebutkan kecemasan dapat
menyebabkan penderita memanipulasi Jerawatnya secara mekanik, sehingga
terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi beradang yang baru,
(Harahap, 2000)
2. Herediter/ Genetik
Terdapat berbagai

faktor

yang

mempengaruhi

patogenesis

pertumbuhan jerawat, faktor utama adalah faktor genetik (Goulden et al,

16

1999). Jika kedua orang tua mengalami masalah jerawat, 3 dari 4 anak akan
mengalami masalah jerawat. Jika satu dari orang tua mempunyai jerawat,
maka 1 dari 4 anak akan mempunyai jerawat. Walaupun demikian, tidak
semua keluarga akan mengalami pola yang sama, jerawat boleh melompat
generasi. Yang diwariskan adalah kecenderungan untuk hiperproliferasi
folikel epidermal dengan sumbatan folikel
Faktor herediter sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar
palit (grandula sebasea) Mereka yang orang tuanya berjerawat selagi muda,
maka anaknya akan lebih mudah terkena jerawat dibandingkan mereka yang
tidak memiliki genetik berjerawat, dan biasanya penderita keadaannya cukup
parah (bernanah). Mereka yang tidak memiliki genetik berjerawat meskipun
pola hidupnya tidak baik, mereka tidak mudah terkena jerawat. (Harahap,
2000).
3. Kebersihan Kulit
Jerawat ini menyerang dan mengenai appendages kulit yaitu kelenjar
lemak kulit sehingga daerah kulit yang lebih sering terkena adalah bagian
kulit yang yang banyak mengandung kelenjar lemak yaitu muka, leher, dada,
bahu punggung dan lengan atas bagian atas. (Efendy, 2003)
Sudah terdapat banyak jenis pencuci wajah yang dihasilkan untuk
menangani masalah jerawat. Peran utama pencuci wajah adalah untuk
membersihkan dan menanggalkan kotoran pada wajah seperti kulit mati,
sebum yang berlebihan, debu-debu yang melekat pada wajah dan
mikroorganisme pada wajah. Selama beberapa generasi, dokter dan pasien
17

percaya penanganan yang tepat tergantung pada cara mencuci wajah dimana
sebum pada kulit tertanggal sehingga terlihat kupasan kulit yang kering
(Winnefeld et al, 2000). Sekitar tahun 1980an, perusahaan farmaseutik
menyarankan bahawa tidak perlu mencuci wajah sehingga kulit terkupas.
Faktor luar yang dapat menyebabkan iritasi kulit seperti pencuci wajah yang
kasar, dan cara mencuci wajah yang keras dapat memparahkan pertumbuhan
jerawat (Aziz 2010).
4. Kosmetika
Penggunaan kosmetika yang melekat pada kulit dan menutupi poripori, jika tidak segera dibersihkan akan menyumbat saluran kelenjar palit dan
menimbulkan jerawat yang disebut komedo. Kosmetik yang paling umum
menjadi penyebab timbulnya jerawat yaitu kosmetik pelembab yang langsung
menempel pada kulit
Pemakaian bahan-bahan kosmetika tertentu, secara terus menerus
dalam waktu lama, dapat menyebabkan suatu bentuk Jerawat ringan yang
terutama terdiri dari komedo tertutup dan beberapa lesi papulopustular pada
pipi dan dagu. Bahan yang sering menyebabkan Jerawat ini terdapat pada
berbagai

krem

muka

seperti

bedak

dasar

(faundation),

pelembab

(moisturiser), krem penahan sinar matahari (sunscreen), dan krem malam.


Yang mengandung bahan-bahan, seperti lanolin, pektrolatum, minyak
tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan kimia murni (butil stearat, lauril alcohol,
dan bahn pewarna merah D &C dan asam oleic).
Jenis kosmetika yang dapat menimbulkan Jerawat tak tergantung pada harga,
merk, dan kemurnian bahannya. Suatu kosmetika dapat bersifat lebih

18

komedogenik tanpa mengandung suatu bahan istimewa, tetapi karena


kosmetika tersebut memang mengandung campuran bahan yang bersifat
komedogenik atau bahan dengan konsentrasi yang lebih besar. (harahap,
2000)

19

Anda mungkin juga menyukai