Anda di halaman 1dari 35

- PRA KONTRAK PRA RK3K

PROGRAM
KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA

K3

DAFTAR ISI
1. Latar belakang, maksud, tujuan dan ruang lingkup
2. Peraturan perundang undangan yang meliputi :
a. Peraturan perundang undangan yang berlaku
b. Ketentuan lainnya.
3. SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang meliputi :
a. Pengertian SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
b. Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
c. Identifikasi faktor resiko K3 konstruksi
d. Perencanaan
e. Sasaran K3 dan Program K3
f. Prosedur kebijakan, prosedur identifikasi faktor resiko, prosedur
sasaran dan program k3
4. Pengukuran
5. Tanggap Darurat dan Instruksi kerja Kesehatan dalam bekerja.
6. Kesimpulan
7. Penutup

1.1 LATAR BELAKANG


Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan hal yang tidak terpisahkan
dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja sangat penting dalam meningkatkan
jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya akan tetapi jauh dari itu
keselamatan dan kesehatan kerja berdampak positif atas keberlanjutan
produktivitas kerjanya. Oleh sebab itu isu keselamatan dan kesehatan kerja pada
saat ini bukan sekedar kewajiban yang harus diperhatikan oleh para pekerja,
akan tetapi juga harus dipenuhi oleh sebuah sistem pekerjaan. Dengan kata lain
pada saat ini keselamatan dan kesehatan kerja bukan semata sebagai
kewajiban, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan bagi setiap para pekerja dan
bagi setiap bentuk kegiatan pekerjaan.
Secara singkatnya latar belakang Program K3 ini adalah :
Kegiatan Konstruksi merupakan unsur yang penting dalam
pembangunan
Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak
diinginkan antara lain yang menyangkut aspek keselamatan kerja dan
lingkungan.
Kegiatan konstruksi harus dikelola dengan memperhatikan standar dan
ketentuan K3 yang berlaku.

1.2 MAKSUD, Tujuan dan Ruang Lingkup


(1) Maksud Pra rencana K3 Kontrak (Pra-RK3K) ini sebagai acuan bagi
penyelenggaraan sistem manajemen K3 Konstruksi bidang Pekerjaan Umum
yang dapat dilaksanakan secara sistematis, terencana, terpadu dan
terkoordinasi.
(2) Tujuan Pra rencana K3 Kontrak (Pra-RK3K) ini agar semua pemangku
kepentingan mengetahui dan memahami tugas dan kewajibannya dalam
penyelenggaraan sistem manajemen K3 Konstruksi bidang Pekerjaan Umum
khususnya untuk pekerjaan ini. sehingga dapat mencegah terjadinya
kecelakaan kerja konstruksi dan penyakit akibat kerja konstruksi serta
menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman, yang pada akhirnya
akan meningkatkan produktivitas kerja.
(3) Ruang Lingkup Pra rencana K3 Kontrak (Pra-RK3K) ini mengatur
penyelenggaraan sistem manajemen K3 konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
bagi pelaksanaan pekerjaan ini dengan seluruh uraian pekerjaannya
semenjak persiapan hingga penyelesaian pekerjaan, yang telah
diperhitungkan sebagai Proyek dengan Resiko Kecelakaan Tinggi.
Ruang lingkup K3 dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang
di dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat
kerja dan usaha yang dikerjakan.
b. Aspek perlindungan dalam K3 meliputi :
1) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
2) Peralatan dan bahan yang dipergunakan
3) Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.
4) Proses produksi
5) Karakteristik dan sifat pekerjaan
6) Teknologi dan metodologi kerja
3

c. Penerapan K3 dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga


perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.
d. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut
bertanggung jawab atas keberhasilan usaha K3.

II. Peraturan perundang undangan


II.a. Peraturan perundang undangan yang berlaku
NO. UU
UUD 1945
Uu No. 14/1969
Uu No. 1/1970
Uu No. 23/1992
Uu No. 3/1992
Uu No. 18/1999
Uu No. 13/2003

PERATURAN / PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-undang dasar
Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
Tentang Keselamatan Kerja
Tentang Kesehatan
Tentang Jaminan Sosisal Tenaga Kerja
Tentang Jasa Konstruksi
Tentang Ketenagakerjaan

II.b. Ketentuan lainnya.


PERATURAN / KETENTUAN
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi No. Per.O2/Men/L980

PERATURAN / KETENTUAN
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan


Transmigrasi No. Per.Ol/Men/1981

Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.


03/Men/1998

Tata Cara Pelaporan Dan Pemeriksaan


Kecelakaan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan


Transmigrasi No. Per.Ol/Men/1989

Kualifikasi Dan Syarat-Syarat Operator Keran


Angkat

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per


04/Men/1987

Panltla Pembina Keselamatan Dan Kesehatan


Kerja Serta Tata Cara Penunjukkan Ahll
Keselamatan Kerja

Peraturan Menteri Perburuhan No.


7tahun 1964

Syarat Kesehatan, Kebersihan Serta Penerangan


Dalam Tempat Kerja

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.


Kep-186/Men/1999

Unit Penanggulangan Kebakaran Dl Tempat Kerja

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.:


Perm05/Men/1985

Pesawat Angkat Dan Angkut

Kep.Menaker No. Kep. 51/Men/1999

Nllal Ambang Batas Faktor Flslka Dl Tempat Kerja

Surat Edaran No. Seso1/Men/1997

Nllal Ambang Batas Faktor Klmla Dl Udara


Lingkungan Kerja

Surat Edaran Dirjen Binawas No.


05/Bw/1997

Penggunaan Alat Pelindung Dirl

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.


02/Men/1982

Kualifikasi Juru Las

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.


01/Men/1980

K 3 Pada Konstruksi Bangunan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.


04/Men/1980

Syarat-Syarat Pemasangan Dan Pemeliharaan


Aiat Pemadam Api Ringan

3. SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum


a. Pengertian SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dalam Pra RK3K ini
yang dimaksud dengan :
1. K3 adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan pengertian
pemberian perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja,
yang berhubungan dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan
kerja konstruksi, proses produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja.
2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah
bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses
dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang selamat, aman,
efisien dan produktif.
3. SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum adalah SMK3 pada sektor
jasa konstruksi yang berhubungan dengan kepentingan umum (masyarakat)
antara lain pekerjaan konstruksi: jalan, jembatan, bangunan gedung fasilitas
umum, sistem penyediaan air minum dan perpipaannya, sistem pengolahan
air limbah dan perpipaannya, drainase, pengolahan sampah, pengaman
pantai, irigasi, bendungan, bendung, waduk, dan lainnya.
4. Ahli K3 Konstruksi adalah Ahli K3 yang mempunyai kompetensi khusus di
bidang K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi Sistem Manajemen K3 Konstruksi sesuai
pedoman ini di tempat penugasannya yang dibuktikan dengan sertifikat dari
yang berwenang dan sudah berpengalaman sekurang-kurangnya 2 (dua)
tahun dalam pelaksanaan K3 Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum yang dibuktikan dengan referensi pengalaman
kerja.
5. Petugas K3 Konstruksi adalah petugas di dalam organisasi Pengguna
Jasa dan/atau Organisasi Penyedia Jasa yang telah mengikuti
pelatihan/sosialisasi K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
6. P2K3 (Panitia Pembina K3) adalah badan pembantu di perusahaan dan
tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan
pekerja untuk mengembangkan kerja sama saling pengertian dan partisipasi
efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Unsur P2K3
terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota. Ketua P2K3 adalah pimpinan
puncak organisasi Penyedia Jasa dan Sekretaris
P2K3 adalah Ahli K3 Konstruksi.
7. Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau
sumber sumber bahaya baik didarat, di dalam tanah, di permukaan air, di
dalam air maupun di udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia.
5

8. Bahaya K3 adalah suatu keadaan yang belum dikendalikan sampai pada


suatu batas yang memadai.
9. Risiko K3 adalah perpaduan antara peluang dan frekuensi terjadinya
peristiwa K3 dengan akibat yang ditimbulkannya dalam kegiatan konstruksi.
10. Kategori Risiko K3 berupa tinggi, sedang atau kecil. Jika terjadi
perbedaan pendapat tentang penentuan kategori risiko, harus diambil tingkat
risiko yang lebih tinggi.
11. Risiko Tinggi mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya
berisiko sangat membahayakan keselamatan umum, harta benda, jiwa
manusia, dan lingkungan serta terganggunya kegiatan konstruksi.
12. Risiko Sedang mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya
dapat berisiko membahayakan keselamatan umum, harta benda dan jiwa
manusia serta terganggunya kegiatan konstruksi.
13. Risiko Kecil mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya tidak
membahayakan keselamatan umum dan harta benda serta terganggunya
kegiatan konstruksi.
14. Manajemen Risiko adalah proses manajemen terhadap risiko yang
dimulai dari kegiatan mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat risiko dan
mengendalikan risiko. M
15. Pengguna Jasa adalah perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas
atau pemilik pekerjaan / proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi.
16. Satuan Kerja adalah organisasi/lembaga pada Pemerintah yang
bertanggung jawab kepada Menteri yang menyelenggarakan kegiatan yang
dibiayai dari dana APBN Departemen Pekerjaan Umum.
17. Pejabat Pembuat Komitmen adalah pejabat yang melakukan tindakan
yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja.
18. Penyedia barang/jasa adalah orang perseorangan atau badan yang
kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi.
19. Jasa Pemborongan adalah layanan pekerjaan pelaksanaan konstruksi
atau wujud fisik lainnya yang perencanaan teknis dan spesifikasinya
ditetapkan Pejabat Pembuat Komitmen sesuai penugasan Kuasa Pengguna
Anggaran dan proses serta pelaksanaannya diawasi oleh Pejabat Pembuat
Komitmen.
20. Jasa Konsultansi adalah layanan jasa keahlian profesional dalam
berbagai bidang yang meliputi jasa perencanaan konstruksi, jasa
pengawasan konstruksi, dan jasa pelayanan profesi lainnya, dalam rangka
mencapai sasaran tertentu yang keluarannya berbentuk piranti lunak yang
disusun secara sistematis berdasarkan kerangka acuan kerja yang ditetapkan
Pejabat Pembuat Komitmen sesuai penugasan Kuasa Pengguna Anggaran.
21. Kegiatan Swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan,
dikerjakan/ dilaksanakan, dan diawasi sendiri oleh pengguna jasa.
22. Pemangku Kepentingan adalah pihak-pihak yang berinteraksi dalam
kegiatan konstruksi meliputi Pengguna Jasa, Penyedia Jasa dan pihak lain
yang berkepentingan.
23. Audit Internal K3 Kontruksi Bidang Pekerjaan Umum adalah
pemeriksaan secara sistematik dan independen oleh Auditor K3 Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum dalam kerangka pembinaan untuk memberikan
penilaian terhadap efektifitas penyelenggaraan K3 Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum di lingkungan kerja.

24. Audit Internal K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum oleh Penyedia


Jasa adalah Audit K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang dilakukan
oleh auditor internal Penyedia Jasa.
25. Laporan Audit Internal K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
adalah hasil audit K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang dilakukan
oleh auditor yang berisi fakta yang didapatkan pada saat pelaksanaan Audit
K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
26. RK3K (Rencana K3 Kontrak) adalah dokumen rencana
penyelenggaraan K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang dibuat oleh
Penyedia Jasa dan disetujui oleh Pengguna Jasa, untuk selanjutnya dijadikan
sebagai sarana interaksi antara Penyedia Jasa dengan Pengguna Jasa
dalam penyelenggaraan K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
27. Monitoring dan Evaluasi (MONEV) K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum adalah kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap kinerja
Penyelenggaraan K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang meliputi
pengumpulan data, analisa, penilaian, kesimpulan dan rekomendasi tingkat
penerapan K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
28. Tenaga Kerja adalah orang yang bekerja di suatu perusahaan dan/atau di
tempat kerja

B. KEBIJAKAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Kami, CV. RIZKY MANDIRI UTAMA yang bergerak dalam bidang


Kontraktor

berkomitmen

untuk

menerapkan

sistem

manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja dengan cara :


1. Memotivasi dan mendukung usaha pencegahan kecelakaan dan
penyakit yang diakibatkan oleh pekerjaan.
2. Aktif berperan dalam usaha pemenuhan peraturan perundangundangan dan persyaratan lain yang berorientasi pada keselamatan
dan kesehatan kerja.
3. Mengkomunikasikan dan mensosialisasikan kegiatan keselamatan dan
kesehatan kerja kepada pihak terkait.
4. Menetapkan dan melaksanakan tinjauan secara berkala terhadap
sasaran dan program keselamatan dan kesehatan kerja serta
melakukan perbaikan secara berkesinambungan.

CV. RIZKY MANDIRI UTAMA

AMRIH WIBOWO
DIREKTUR

NO
1

JENIS / TIPE PEKERJAAN


Pekerjaan Pengukuran

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA DAN


RISIKO K3
kecelakaan
terjatuh/ tersandung

Pembuatan bangsal kerja

Terkena palu
terkena cangkul
Tertimpa material
tertimpa barang jatuh/balok

jatuh / tersandung debu adukan semen


kesetrum
kecelakaan lalu lintas

Pekerjaan pembongkaran

bising
debu / asap
konflik sosial
4

Pembongkaran /
Penyimpanan material

terlindas, tertabrak
, terjepit, tertimpa drum sling putus terpukul
ayunan besi terjepit tertimpa besi tergores
faktor ergonomis tergores

Pekerjaan perbaikan/
pemotongan pintu dan
jendela

Luka Teriris/terpotong,tertimpa material

Pekerjaan rangka kap atap

Terjatuh dari atap, luka memar, terjepit,


tertimpa material,

Pekerjaan rangka plafond dan

plafond
Pekerjaan lantai

Pekerjaan instalasi listrik

10

Pekerjaan cat-catan

11

Pekerjaan

12

penggantung
Pekerjaan sanitair

13

Pekerjaan pembersihan akhir

kunci

Terjatuh, tertimpa material, luka memar


akibat terbentur/terpukul, tertimpa material
Terkena cangkul, tersandung/terjatuh, sesak
nafas terhirup debu
Terkena strum yang mengakibatkan luka
bakar, terjerat kabel, terjatuh dari ketinggian
Keracunan zat kimia cat, tersiram cat

dan

alat

Tertusuk sekrup/paku, luka memar terpukul


alat kerja
Terkena cangkul, tersandung/terjatuh, sesak
nafas terhirup debu, Tertusuk sekrup/paku,
luka memar terpukul alat kerja
Terlindas kendaraan, tertusuk paku, terhirup
debu sehingga sesak nafat, luka memar
kejatuhan material sisa

D. PERENCANAAN
9

1. Ruang Lingkup
Bagian ini menerangkan tentang identifikasi bahaya, penilaian resiko dan
pengendalian resiko, persyaratan hukum dan persyaratan lainnya,
sasaran dan program keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Referensi
2.1. OHSAS 18001:2007, Clause 4.3.1

Planning

for

Hazard

Identification, Risk Assesment


and Risk Control
2.2. OHSAS 18001:2007, Clause 4.3.2

Legal

and

Other

Requirements
2.3. OHSAS 18001:2007, Clause 4.3.3

: Objectives

2.4. OHSAS 18001:2007, Clause 4.3.4

OH

&

Management

Program(s)
3. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3.1.

CV. RIZKY MANDIRI UTAMA memastikan bahwa perencanaan


sistem

manajemen

keselamatan

dan

kesehatan

kerja

ini

dilaksanakan dalam usaha memenuhi persyaratan yang diperlukan


serta memastikan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja ini tetap terpelihara.
3.2.

CV. RIZKY MANDIRI UTAMA menetapkan dan memelihara


prosedur untuk mengidentifikasi, menilai, mengendalikan resiko
keselamatan kerja, dari kegiatan, jasa dan fasilitas.

3.3.

CV. RIZKY MANDIRI UTAMA memastikan hasil dari penilaian dan


pengaruh dari pengendalian dipertimbangkan dalam menetapkan
sasaran keselamatan dan kesehatan kerja dan memelihara
informasi yang relevan dengan perubahan yang diperlukan,
mencakup aktivitas rutin dan non rutin dan aktivitas dari semua
personil yang memiliki akses ke tempat kerja (termasuk sub
kontraktor dan pengunjung).

10

3.4.

CV. RIZKY MANDIRI UTAMA melakukan proses identifikasi


terhadap resiko keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan
prosedur

yang

telah

ditetapkan

untuk

setiap

rencana

pengembangan atau aktivitas baru atau perubahan aktivitas dan


jasa.
3.5.

CV. RIZKY MANDIRI UTAMA menetapkan, memelihara dan


menerapkan

prosedur

untuk

mengetahui

dan

memenuhi

persyaratan hukum dan persyaratan lainnya yang diikuti oleh


perusahaan

dan

relevan

dengan

resiko

keselamatan

dan

kesehatan kerja dari kegiatan, jasa dan fasilitasnya.


3.6.

Peraturan-peraturan dan persyaratan hukum yang terkait dengan


keselamatan

dan

kesehatan

kerja,

harus

terdaftar

dan

terdokumentasi sehingga memudahkan dalam pelaksanaan sistem


manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
3.7.

CV. RIZKY MANDIRI UTAMA menjaga informasi peraturan


perundang-undangan dan persyaratan lainnya tetap up-to-date dan
dikomunikasikan kepada karyawan dan pihak yang terkait.

3.8.

Departemen terkait harus menyusun program kerja K3 yang


disetujui oleh MR untuk mencapai setiap sasaran K3 yang dibuat
berdasarkan evaluasi kinerja sebelumnya, bahaya dan resiko
keselamatan dan kesehatan kerja.

3.9.

Penetapan dan peninjauan sasaran dan program K3, CV. RIZKY


MANDIRI UTAMA mempertimbangkan :
3.9.1.

Persyaratan hukum dan persyaratan lainnya.

3.9.2.

Bahaya dan resiko keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Dokumen Terkait
4.1. PK3. 4.3.1

Prosedur Identifikasi Bahaya

Potensial, Penilaian

Risiko dan Pengendalian Risiko.


4.2. PK3. 4.3.2

Prosedur

Identifikasi

Perundang-undangan

dan

Persyaratan Lain.
4.3. PK3. 4.3.3

Prosedur Penetapan Tujuan, Sasaran dan Program K3.

11

E. SASARAN K3 DAN PROGRAM K3


SASARAN K3
1. ZERO ACCIDENT
i. Meninggal / Cacat Tetap (0%)
ii. Kehilangan Jam Kerja akibat Kecelakaan kerja maksimal 1
%
iii. Kehilangan jam kerja akibat sakit maksimal 5 %
2. PEMENUHAN UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN SMK3
3. PEMAHAMAN DAN KESADARAN K3 SELURUH KARYAWAN
i. Penggunaan APD 95 %
ii. Laporan kerja K3 minimal 1 kali dalam sebulan

PROGRAM K3

Mengidentifikasi dan rnernbuat analisa Bahaya dan Resiko setiap


pekerjaan.
Mengawasi setiap pekerjaan beresiko tinggi dengan dikeluarkannya
Surat Ijin Kerja
Melakukan Safety Briefing di setiap awal bekerja kepada seluruh
pengawas dan pekerja.
Melakukan Safety Patroli dan Inspeksi terhadap Lokasi Kerja, Metode
dan Peralatan
Kerja.
Mernbuat rnetode pengarnanan dan pengawasan terhadap alat selarna
bekerja
khususnya alat angkat, angkut dan rnuat.
Penyediaan alat dan pendukung keselarnatan kerja (Rarnbu-rarnbu,
APD, Pernadarn
kebakaran, P3K).
Mernbatasi kerja lernbur
12

Perneriksaan kesehatan setiap pekerja beresiko tinqgi ( secara periodik )


Menyediakan Alat Pelindung Diri sesuai kebutuhan
Meningkatkan kedisiplinan terhadap pernakaian APD rnelalui inspeksi
dan
punishment (bila diperlukan)
Mensosialisasikan Peurundang-undangan dan Peraturan K3
Mernberikan training / pelatihan internal yang berhubungan dengan
kesadaran K3

13

F. PROSEDUR

III.1 PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA POTENSIAL,


PENILAIAN RISIKO DAN PENGENDALIAN RESIKO
1.

Tujuan
Prosedur ini memberikan pedoman dalam penilaian risiko yang meliputi
risiko kesehatan dan keselamatan kerja secara formal sebelum melakukan
suatu kegiatan melalui identifikasi setiap bahaya dan risiko yang timbul
dari seluruh aktivitas, produk dan jasa yang dilakukan, melakukan
penilaian tingkat risiko serta menentukan pengendalian risiko untuk
diterapkan dalam aktivitas kerja sehari-hari.

2.

Ruang Lingkup
Prosedur ini diaplikasikan diseluruh aktivitas baik rutin maupun non rutin
(baru ataupun modifikasi) dalam penyelenggaraan kegiatan jasa dan
fasilitas pada semua bagian termasuk juga kontraktor, sub kontraktor,
pengunjung yang berada di lingkungan kerja CV. RIZKY MANDIRI
UTAMA.

3.

Uraian Umum
3.1.

Bahaya adalah sesuatu yang memiliki potensi yang dapat


menyebabkan

cidera

atau

sakit

(bagi

pekerja,

kontraktor,

pengunjung atau masyarakat sekitar) atau kerusakan terhadap


properti perusahaan.
3.2.

Risiko adalah kecenderungan untuk terjadi cidera, sakit atau


kerusakan terhadap properti perusahaan yang timbul akibat
paparan bahaya.

3.3.

Penilaian risiko adalah proses penilaian terhadap suatu risiko


dengan menggunakan parameter akibat dan peluang dari bahaya
yang ada.

14

3.4.

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak diinginkan mengakibatkan


kepada kematian, penyakit akibat kerja, cidera, kerusakan atau
kehilangan lainnya.

3.5.

Insiden adalah keadaan yang menimbulkan kecelakaan atau


memiliki potensi untuk terjadi kecelakaan. Sebuah insiden dimana
tidak ada penyakit akibat kerja, cidera, kerusakan atau kerugian
lainnya juga diartikan sebagai sebuah hampir celaka (near-miss).
Pengertian insiden termasuk juga hampir celaka (near-miss).

3.6.

Hirarki pengendalian tersebut adalah pengendalian risiko yang


meliputi:
3.6.1.

Eliminasi merupakan metode yang paling effektif untuk


menghilangkan sumber bahaya (menghilangkan proses).

3.6.2.

Substitusi merupakan metode yang dilakukan apabila


bahaya tidak bisa dieliminasi yaitu dengan
(mengganti

motor

diesel

dengan

penggantian

motor

elektrik,

menggunakan gerinda yang bebas debu).


3.6.3.

Rekayasa engineering misalnya dengan menambahkan


guarding atau penutup, mengisolasi area kerja yang
berbahaya (isolasi area berdebu).

3.6.4.

Pengendalian

secara

administrasi

misalnya,

IK,

pengawasan, pelatihan, rambu-rambu dan rotasi kerja.


3.6.5.

Alat Pelindung Diri/APD (helmet, sepatu safety, sabuk


pengaman, pelindung telinga, sarung tangan, pelindung
mata/muka).

3.7.

Tim K3 adalah tim penilai risiko yang terdiri dari perwakilan dari
masing-masing

unit

kerja

yang

bertugas

untuk

melakukan

identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko.


4.

Prosedur
4.1.

Management Representative
4.1.1. Mengkoordinasikan pelaksanaan identifikasi, penilaian awal
bahaya dan risiko di seluruh area CV. RIZKY MANDIRI
UTAMA.

15

4.1.2. Bersama-sama dengan Tim K3 melakukan evaluasi hasil


identifikasi dan penilaian risiko yang dilakukan.
4.2.

Manager Terkait dan/atau Tim K3


4.2.1. Identifikasi Bahaya
4.2.1.1. Pada

tahap

awal,

Tim

K3

akan

melakukan

identifikasi bahaya dengan mempertimbangkan:


.1

Aktivitas rutin dan non rutin.

.2

Aktivitas terhadap semua orang yang


mempunyai akses ke area kerja baik
kontraktor/pengunjung, termasuk traffic
activity dari Kantor Pusat ke Site atau
sebaliknya baik terhadap orang maupun
terhadap material.

.3

Perilaku manusia, kapabilitas dan faktor


manusia lain, seperti tidak tahu, kurang
hati-hati, ceroboh.

.4

Bahaya-bahaya yang berasal dari luar


area kerja yang dapat memberikan
pengaruh

merugikan

keselamatan

dan

terhadap

kesehatan

kerja

seperti adanya sabotase.


.5

Bahaya disekitar area kerja yang terkait


dengan pekerjaan baik fisika (bising,
getaran, suhu, tekanan, listrik), kimia
(bersifat meledak, cairan yang mudah
terbakar,

bahan

beracun,

gas

dan

partikel di udara), biologi (virus, bakteri,


jamur,

serangga

dan

keracunan),

ergonomi (tata letak yang tidak baik,


desain peralatan yang tidak sesuai,
radiasi (paparan sinar X atau sinar UV)
dan psikologis (stress).

16

.6

Infrastruktur,

peralatan/material

yang

berada di dalam area kerja. Bahaya ini


dapat ditentukan dengan melihat apa
saja yang dapat mencelakai personil
atau

menimbulkan

kecelakaan

dan

penyakit akibat kerja.


.7

Identifikasi

bahaya

juga

dilakukan

terhadap

perubahan/pengembangan

yang ada di CV. RIZKY MANDIRI


UTAMA baik terhadap aktivitas maupun
terhadap

alat/mesin/material,

segala

perubahan yang terjadi dikendalikan


melalui dokumen terdokumentasi.
.8

Modifikasi terhadap sistem manajemen


K3 termasuk perubahan yang bersifat
sementara dan dampaknya terhadap
proses dan aktivitas.

.9

Bahaya dan risiko yang timbul dari


peraturan

baru

atau

perubahan

peraturan yang terkait dengan lingkup


sistem

manajemen

K3,

dimasukkan

dalam

identifikasi

bahaya

dengan

memasukkan peraturan perundangan ke


dalam HIRAC.
.10

Perancangan

area

instalasi,

kerja,

proses,

permesinan/peralatan,

prosedur operasi dan pekerjaan dalam


organisasi

termasuk

penyesuaian

terhadap manusia .
.11

Dalam melakukan identifikasi bahaya


didokumentasikan
menggunakan
Bahaya,

dengan
formulir

Penilaian

Identifikasi
Risiko

dan

Pengendalian Risiko.
17

4.2.2. Penilaian Risiko


4.2.2.1. Setelah

semua

bahaya

dapat

diidentifikasi

selanjutnya dilakukan assesment risiko yang dapat


timbul dari tiap bahaya itu dengan memperhatikan
keparahan risiko, kemungkinan terjadi, pengendalian
risiko dan kesadaran risiko.
4.2.2.2. Penilaian

resiko

dilakukan

berdasarkan

kriteria

penilaian risiko.
4.2.2.3. Apabila pengendalian bahaya hasil penilaian resiko
tersebut membutuhkan investasi yang cukup besar
maka

pelaksanaan

pengendalian

tersebut

dimasukkan dalam objective, tujuan dan program


(OTP) diajukan oleh Tim K3 dan disetujui oleh
Direktur.
4.2.2.4. Bila ada aturan yang mengatur, maka bahaya akan
di kendalikan sesuai dengan aturan tersebut.
4.2.2.5. Penyampaian hasil identifikasi bahaya, penilaian
risiko dan pengendalian risiko kepada Ketua Tim K3
untuk mendapatkan persetujuan.
4.3.

Management Representative
4.3.1.

Mengevaluasi hasil identifikasi bahaya, penilaian dan


pengendalian risiko yang telah dilakukan oleh Tim K3.

4.3.2.

Bertanggung

jawab

dalam

pemantauan

tindakan

pengendalian risiko agar dilaksanakan sesuai dengan


ketentuan.
4.3.3.

Melakukan tinjauan tindakan pengendalian risiko untuk


menilai apakah tindakan pengendalian yang ada sudah
efektif. Jika ternyata belum maka perlu ditentukan bentuk
tindakan pengendalian yang baru.

4.3.4.

Jika terjadi kecelakaan harus dilakukan proses review untuk


melihat pengendalian yang sudah ditetapkan dan atau

18

menambahkan kegiatan tersebut sebagai bahan untuk


dilakukan HIRAC.
5.

Lampiran
5.1. Kriteria Pembobotan Risiko.
5.2. Formulir Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian
Risiko.
5.3. Formulir Rencana Tindakan Pengendalian Risiko.

19

III.2 PROSEDUR IDENTIFIKASI PERUNDANG-UNDANGAN


DAN
PERSYARATAN LAIN

1.

Tujuan
Prosedur ini memberikan pedoman dalam identifikasi perundangundangan dan persyaratan lain tentang keselamatan dan kesehatan kerja.

2.

Ruang Lingkup
Prosedur ini berlaku bagi pelaksanaan identifikasi perundang-undangan
dan persyaratan yang relevan untuk dijadikan sebagai acuan dalam
penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

3.

Uraian Umum
3.1.

Perundang-undangan dan persyaratan lain yang dimaksud di


sini mencakup:
3.1.1.

Peraturan Pemerintah.

3.1.2.

Persyaratan Pelanggan.

3.1.3.

Persyaratan Lainnya.

3.2.

Hasil identifikasi perundang-undangan dan persyaratan lain


dijadikan sebagai acuan dalam menyusun tujuan dan program
keselamatan dan kesehatan kerja.

3.3.

Identifikasi

perundang-undangan

dan

persyaratan

lain

dievaluasi dan di up-date sekurang-kurangnya satu tahun sekali,


kecuali yang ditentukan oleh pelanggan.
3.4.

Setiap perubahan perundang-undangan dan persyaratan lain


dikendalikan sesuai dengan revisi yang terbaru.

3.5.

Sumber-sumber untuk identifikasi perundang-undangan dan


persyaratan lain antara lain:
a)

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

b)

Departemen Kesehatan.

c) Pelanggan.
d) Persyaratan lain yang relevan.
4.

Prosedur
20

4.4.

Management Representative
4.4.1. Memilih

dan

menetapkan

perundang-undangan

dan

persyaratan lain yang relevan untuk dijadikan acuan dalam


pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja. Bila diperlukan dapat berkoordinasi dengan Manager
Terkait.
4.4.2. Mendistribusikan hasil penetapan perundang-undangan dan
persyaratan lain beserta lampirannya ke bagian terkait
berdasarkan ketentuan pada prosedur pengendalian dokumen
(PK3. 4.4.5).
4.4.3. Menjelaskan keterkaitan dan hubungan perundang-undangan
dan persyaratan lain yang telah diidentifikasi dengan bahaya
dengan

menggunakan

formulir

Identifikasi

Perundang-

Undangan dan Persyaratan Lainnya (PK3. 4.3.2/L1).


4.4.4. Mengendalikan perundang-undangan dan persyaratan lain
yang berlaku.
4.4.5. Melakukan evaluasi terhadap hasil identifikasi perundangundangan dan persyaratan lain yang telah ditetapkan minimal
setiap 1 (satu) tahun sekali atau setiap waktu bila diperlukan.
4.4.6. Memperbaharui perundang-undangan dan persyaratan lain,
jika

terdapat

perubahan,

perkembangan/penambahan

berdasarkan hasil update.


5.

Lampiran
5.4. PK3. 4.3.2/L1

Formulir

Identifikasi

Perundang-Undangan

dan

Persyaratan Lain.

21

III.3 PROSEDUR PENETAPAN

TUJUAN, SASARAN

DAN

PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


1.

Tujuan
Prosedur ini memberikan pedoman dalam penetapan tujuan, sasaran dan
program manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

2.

Ruang Lingkup
Prosedur ini berlaku bagi penetapan tujuan, sasaran dan penyusunan
program manajemen keselamatan dan kesehatan kerja CV. RIZKY
MANDIRI

UTAMA

yang

akan

dicapai

sejalan

dengan

kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja.


3.

Uraian Umum
3.6.

Input dalam menetapkan sasaran keselamatan dan kesehatan


kerja adalah:
3.6.1.

Kebijakan K3, mencakup komitmen untuk melakukan


perbaikan berkelanjutan.

3.6.2.

Hasil dari identifikasi bahaya potensial, penilaian resiko


dan pengendalian resiko.

3.6.3.

Persyaratan hukum dan perundang-perundangan.

3.6.4.

Pilihan teknologi.

3.6.5.

Persyaratan keuangan, operasional dan bisnis.

3.6.6.

Pandangan dari pekerja dan pihak terkait.

3.6.7.

Analisis kinerja yang dicapai terhadap sasaran yang


ditetapkan sebelumnya.

3.6.8.

Rekaman-rekaman terdahulu terhadap ketidaksesuaian


K3, kecelakaan, insiden dan kerusakan fasilitas/sarana kerja.

3.6.9.

Hasil dari tinjauan manajemen.

3.6.10.

Komunikasi bersama antara pihak manajemen dengan


karyawan.

3.7.

Dalam menetapkan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja


sebaiknya memiliki nilai-nlai SMART, yaitu :
22

3.8.

Spesific (bukan bersifat umum)

Measurable (dapat diukur)

Achievable (dapat dicapai)

Realistic (realistis)

Time frame (jangka waktu)


Input program manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

adalah:
3.8.1.

Kebijakan dan sasaran keselamatan dan kesehatan


kerja.

3.8.2.

Tinjauan peraturan dan perundang-undangan.

3.8.3.

Hasil dari identifikasi bahaya potensial, penilaian dan


pengendalian resiko.

3.8.4.

Detail proses dari jasa yang dihasilkan.

3.8.5.

Tinjauan dari perubahan teknologi yang sesuai.

3.8.6.

Aktivitas tindakan perubahan.

3.8.7.

Ketersediaan sumber daya

yang

diperlukan untuk

mencapai sasaran K3.


4.

Prosedur
3.1.

DIREKTUR
4.1.1. Menetapkan dan menyetujui tujuan, sasaran dan program
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan
menggunakan formulir PK3. 4.3.3/L1.

3.2.

Management Representative
4.2.1. Meninjau dan menetapkan tujuan, sasaran dan program
manajemen

keselamatan

dan

kesehatan

kerja

setelah

berkoordinasi dengan Tim K3, dengan menggunakan formulir


PK3. 4.3.3/L1.
4.2.2. Menyerahkan sasaran dan program manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja ke DIREKTUR untuk mendapatkan
persetujuan.
23

3.3.

Manager / Tim K3
4.3.1.

Membuat

tujuan,

sasaran

dan

program

manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja dari masing-masing bagian


dengan menggunakan formulir Penetapan Tujuan, Sasaran
dan

Program

Keselamatan

dan

Kesehatan

Kerja

menggunakan formulir formulir PK3. 4.3.3/L1.


4.3.2.

Menyerahkan tujuan, sasaran dan program manajemen


keselamatan

dan

kesehatan

kerja

ke

Management

Representative.
3.4.

Manager / Tim K3 / Management Representative


4.4.1. Mengkoordinir pelaksanaan program manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditetapkan.
4.4.2. Memonitor pelaksanaan program manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja.
4.4.3. Melaporkan

hasil

perkembangan

program

manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja kepada DIREKTUR, dengan


menggunakan formulir PK3. 4.3.3/L2 beserta lampiran lainnya
(jika ada).
4.4.4. Mengevaluasi

hasil

pelaksanaan

program

manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja.


4.4.5. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan program manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja.
5.

Lampiran
5.1. PK3. 4.3.3/L1

Formulir Penetapan Tujuan, Sasaran dan Program


Manajemen K3.

5.2. PK3. 4.3.3/L2

Formuir

Laporan

Perkembangan

Penetapan

Tujuan, Sasaran dan Program Manajemen K3.

24

IV. KESIAGAAN DAN KETANGGAPAN DARURAT


1.

Tujuan
Prosedur ini memberikan pedoman dalam menghadapi keadaan darurat,
menyelamatkan tenaga kerja, asset perusahaan dan lingkungan kerja.

2.

Ruang Lingkup
Prosedur ini berlaku bagi pelaksanaan kesiagaan dan ketanggapan
darurat penanganan kebakaran, penanganan kecelakaan kerja atau
darurat medis (PPPK).

3.

Uraian Umum
3.1.

Keadaan darurat adalah suatu kondisi dimana terjadi kebakaran,


kecelakaan kerja, darurat medis dan kejadian lain yang memerlukan
penanganan segera dan terpadu.

3.2.

Kebakaran adalah kobaran api yang membesar yang tidak


terkendali yang dapat menimbulkan kerugian pada manusia, barang
dan lingkungan.

3.3.

Darurat medis adalah situasi yang mengancam jiwa seseorang dan


perlu penanganan yang serius. Pada umumnya keadaan ini
disebabkan karena keletihan, pingsan, sakit, keracunan dan lain-lain.

3.4.

Emergency plan harus disiapkan untuk kondisi darurat yang


mungkin terjadi dan mencakup :
3.4.1.

Identifikasi potensial kecelakaan dan kejadian darurat.

3.4.2.

Identifikasi

personel

yang

melakukan

penanggulangan

selama kejadian darurat.


3.4.3.

Kewajiban semua personel selama kejadian darurat.

3.4.4.

Tanggung jawab, wewenang dan tugas-tugas personel


dengan tanggung jawab khusus selama kejadian darurat
(seperti pemadaman kebakaran, P3K dan sebagainya).

3.4.5.

Proses evakuasi.

3.4.6.

Identifikasi dan lokasi material berbahaya dan tindakan


darurat yang dipersyaratkan.

25

3.4.7.

Hubungan dengan jasa pihak eksternal terkait dengan


kejadian darurat.

3.4.8.

Komunikasi dengan badan pemerintah.

3.4.9.

Komunikasi dengan publik.

3.4.10. Pengamanan catatan dan perlatan penting.


3.4.11. Informasi yang dibutuhkan selama kejadian darurat seperti
denah lokasi perusahaan/proyek, data material berbahaya,
instruksi kerja dan nomor telepon penting.
3.5.

Peralatan darurat untuk penanggulangan jika terjadi kondisi darurat


yang harus ada dilokasi kerja (bila dapat diterapkan) harus
disesuaikan

dengan

aktivitas

potensi

kondisi

darurat,

diuji

kelayakannya dalam waktu yang terancana diantaranya :

3.6.

3.5.1.

Sistem alarm

3.5.2.

Lampu dan tenaga listrik darurat

3.5.3.

Peralatan pemadam kebakaran

3.5.4.

Fasilitas komunikasi

3.5.5.

Tempat perlindungan

3.5.6.

Hydrant

3.5.7.

Stasiun pencuci mata

3.5.8.

Alat perlolongan pertama pada kecelakaan (P3K)

Setiap lokasi kegiatan kerja perusahaan harus menentukan tempat


yang aman (assembly point) yang berfungsi sebagai tempat
berkumpul selama kegiatan evakuasi. Khusus untuk area project,
disesuaikan dengan customer dan kondisi lapangan.

26

INSTRUKSI KERJA KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA
1. KESEHATAN DALAM BEKERJA
Tahapan
Buanglah sampah pada tempat-tempat yang sudah disediakan.
Jagalah alat-alat, material-material dan peralatan tersimpan secara teratur
pada tempat-tempat yang sudah disediakan.
Jika terdapat paku-paku yang menonjol keluar pada kayu yang masih
akan dipakai, maka paku-paku tersebut harus dicabut. Paku-paku yang
menonjol keluar pada potongan kayu yang tidak akan dipakai lagi, maka
paku-paku harus dibengkokkan atau kayu dibuang ditempat pembuagan
sampah.
Setiap luka koyak, luka lecet, atau luka tusuk memerlukan pengobatan
segera dan harus dijaga agar tetap bersih. Luka-luka tusuk merupakan
tempat-tempat berbahaya bagi infeksi tetanus, karena itu jagalah agar
tetap bersih dan tertutup.
Cucilah selalu tangan-tangan anda sebelum merokok atau memegang
makanan dan sesudah memegang bahan-bahan beracun.
2. MENGANGKAT DENGAN AMAN

Angkatlah dengan santai pilihlah posisi yang dirasakan baik, dengan tidak
membungkukkan tulang punggung.
Hindari usaha yang tak perlu, jangan tempatkan barang-barang yang
mana kemudian harus diangkat kembali.
Hindari meliukkan badan yang tak perlu, putar kaki anda bukan pinggul
atau pundak anda. Sisakan ruang yang cukup guna menggeser kaki anda
sehingga tidak harus meliukkan tubuh anda.
Hindari mengulurkan badan, kendalikan barang-barang yang berada di
dekat badan. Hindari mengulur yang panjang untuk mengankat suatu
barang.
Hindari bobot yang berlebihan, jika muatan terlalu berat bantulah atau
gunakan suatu alat mekanis jika alat itu tersedia.
Angkat secara perlahan, lancar dan dengan tidak menghentakkannya.
Jangan angkat jika batuan mekanis memungkinkan.

3. MENYALAKAN DAN MENGGUNAKAN MESIN BOR DAN


GERINDA

Dalam persiapan penggunakan mesin gerinda, pastikan sirkulasi udara


berjalan dengan baik.
Pastikan memakai masker untuk menghindari uap/debu dari sisa
bor/gerinda dan kaca mata untuk menghindari percikan/debu bor/gerinda.
Nyalakan/tekan tombol on pada mesin bor/gerinda.
27

Pegang dengan hati-hati dan benar object kerja yang akan dibor atau
digerinda.
Bila memungkinkan gunakan ragum untuk memegang object kerja pada
saat mengebor.
Pada saat benda kerja di bor/gerinda, konsentrasilah pada benda kerja.
Matikan/tekan tombol off pada mesin bor/gerinda.
Setelah bekerja segera bersihkan area kerja dan buang sampah bekas
hasil bor/gerinda pada tempat yang telah disediakan.

4. PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI

Pekerja wajib menggunakan alat pelidung diri dengan benar sesuai


dengan kegiatan pekerjaannya.
Pekerja wajib memelihara alat pelindung diri sebaik-baiknya.
Sebelum dan sesudah pemakaian alat pelindung diri pekerja harus
melakukan pengecheckan dan pembersihan secara menyeluruh terhadap
kondisi masing-masing alat pelindung diri.
Tidak boleh menyalahgunakan atau pelanggaran dalam penggunaan alat
pelindung diri, diantaranya :
a.
Kegagalan untuk memelihara alat pelindung diri yang
disediakan.
b.
Penolakan dengan sengaja untuk memakai alat pelindung
diri yang dibutuhkan.
c.
Mendapatkan kecelakaan karena kegagalan memakai alat
pelindung diri.
Uraian

Penjelasan

28

1. Aspek penting yang dikendalikan :


Gangguan kesehatan karena aspek
lingkungan debu, kebauan, kebisingan,
limbah cair dan padat, percikan api las,
tumpahan bahan kimia.
2. Alat pelindung diri yang digunakan :

Masker

Ear plug, ear muff

Sarung tangan

Kaca mata

Safety shoes
3.

APD : Alat pelindung diri,


yaitu alat yang digunakan untuk
memberikan perlindungan dan
keselamatan personal pribadi.

Adapun
tujuan
penggunaan alat pelindung diri
(APD) ini sebagai pengendalian
dampak ling-kungan yang terjadi
pada kegiatan pekerjaan.

Langkah kerja :
a.
Pastikan sebelum melakukan
kegiatan pekerjaan pergunakan alat
pelindung diri (APD) sesuai dengan
aspek lingkungan yang terjadi di area
pekerjaan.
b.
Pakaialah secara benar alat
pelindung
diri
(APD)
tersebut,
sehingga dalam upaya pencegahan
gangguan kesehatan dapat secara
efektif.
c.
Laporkan segera apabila alat
pelindung diri (APD) rusak atau tidak
berfungsi dengan baik ke bagian
terkait untuk dimintakan penggantian.
d.
Selesai.

SLOGAN K3
1. Mulailah keselamatan dan kesehatan kerja dari lingkungan
terdekat.
2. Pikirkanlah keselamatan dan kesehatan kerja sebelum bekerja.
3. Kecerobohan dan kelalaian sebab utama kecelakaan kerja.
4. Pastikan pekerjaan anda benar.
5. Periksalah alat-alat sebelum digunakan.

29

WAJIB BACA
1. Pakailah alat pelindung diri.
2. Mulailah pekerjaan dengan semangat dan akhirilah dengan
selamat.
3. Selain petugas dilarang masuk area proyek.
4. Hindarilah kecelakaan dalam bekerja keluarga anda
menunggu di rumah.
5. Kecerobohan dan kelalaian sebab utama kecelakaan.

30

GUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


SESUAI DENGAN KEGIATAN
PEKERJAANNYA

GUNAKAN
PELINDUNG
TANGAN

GUNAKAN
PELINDUNG
MATA

GUNAKAN
MASKER
PELINDUNG

GUNAKAN
PELINDUNG
TELINGA

GUNAKAN
HELM
KESELAMATAN

GUNAKAN
PELINDUNG
KAKI

31

5. PENGOPERASIAN PERALATAN BERGERAK (MOBILE


EQUIPMENT)

Mengoperasikan dengan aman dan menjaga peralatan bergerak sesuai


dengan perintah yang diberikan.
Segera melaporkan kepada Tim K3 keadaan dan pengoperasian yang
tidak sesuai.
Segera melaporkan bila terjadi kecelakaan ataupun kejadian yang
berhubungan dengan peralatan bergerak.
Pada setiap awal dan sesudah mengoperasikan peralatan bergerak
operator mengechek kondisi.

6. PENGGUNAAN ALAT PEMADAM API RINGAN


Tujuan

: Memberikan petunjuk untuk penggunaan alat pemadam api


ringan (APAR).
Cakupan : Petunjuk ini berlaku untuk semua bagian dalam
mengendalikan dan mencegah dampak lingkungan dari
bahaya kebakaran.
Uraian
Penjelasan
1. Aspek penting yang
Apar adalah alat pemadam api
dikendalikan:
berbentuk tabung (berat maksimal
Bahaya kebakaran.
16 Kg) yang mudah dioperasikan
2.
oleh satu orang.
Langkah kerja :
a.
Turunkan
alat
pemadam api ringan (APAR)
dari
tempatnya
(dinding
tembok atau bracket).
b.
Cabut
pen
pengaman dan bebaskan
selang.
c.
Uji
di
tempat
dengan
mengarahkan
semburan ke atas agar tidak
Gambar 2
Gambar 1
membahayakan orang lain.
Langkah ini tidak perlu
dilakukan bila Anda sudah
dekat sekali dengan lokasi
kebakaran.
d.
Menuju
lokasi
kebakaran.
Ambil
posisi
Gambar 3
Gambar 4
dengan jarak sekitar 3 meter
dari api.
e.
Sikap posisi kudakuda. Arahkan nozzle pad
pangkal api. Tekan tuas
penyemprot
(handle),
32

semprotkan alat pemadam


api ringan (APAR) dengan
cara dikibas-kibas sampai api
bisa
dimatikan
atau
minimalisasi.
f.
Selesai.

33

6. KESIMPULAN

Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan hal yang tidak terpisahkan
dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja sangat penting dalam meningkatkan
jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya akan tetapi jauh dari itu
keselamatan dan kesehatan kerja berdampak positif atas keberlanjutan
produktivitas kerjanya. Oleh sebab itu isu keselamatan dan kesehatan kerja pada
saat ini bukan sekedar kewajiban yang harus diperhatikan oleh para pekerja,
akan tetapi juga harus dipenuhi oleh sebuah sistem pekerjaan. Dengan kata lain
pada saat ini keselamatan dan kesehatan kerja bukan semata sebagai
kewajiban, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan bagi setiap para pekerja dan
bagi setiap bentuk kegiatan pekerjaan. Pra rencana K3 Kontrak (PraRK3K) ini
sebagai acuan bagi penyelenggaraan sistem manajemen K3 Konstruksi bidang
Pekerjaan Umum yang dapat dilaksanakan secara sistematis, terencana, terpadu
dan terkoordinasi (agar semua pemangku kepentingan mengetahui dan
memahami tugas dan kewajibannya dalam penyelenggaraan sistem manajemen
K3 Konstruksi bidang Pekerjaan Umum khususnya untuk pekerjaan ini sehingga
dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja konstruksi dan penyakit akibat kerja
konstruksi serta menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman, yang
pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas kerja.

34

7.

PENUTUP

Demikian PRA RK3K ini dibuat secara umum dan garis besarnya saja,
sedangkan RK3K yang lebih detail akan dibuat pada saat awal pelaksanaan
nanti dan akan diajukan kepada Pengguna Jasa.
Diharapkan pada perencanaan RK3K nanti dapat lebih jelas dan mendetail
dan dapat mencakup seluruh pencapaian sasaran dan program K3.

CV. RIZKY MANDIRI UTAMA

AMRIH WIBOWO
DIREKTUR

35

Anda mungkin juga menyukai