Anda di halaman 1dari 56

DUKUNGAN PERLINDUNGAN

PERKEBUNAN

PEDOMAN TEKNIS
PEMBERDAYAAN PERANGKAT
TAHUN 2014

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN


KEMENTERIAN PERTANIAN
DESEMBER 2013

KATA PENGANTAR
Pedoman Teknis Kegiatan pemberdayaan
perangkat perlindungan perkebunan tahun 2014
disusun dalam rangka memberikan acuan dan
arahan pelaksanaannya kepada Dinas yang
membidangi
Perkebunan
dan
Perangkat
Perlindungan Perkebunan di Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
Sistematika Pedoman Teknis ini terdiri dari
Bab I. Pendahuluan, berisi Latar Belakang, Sasaran
Kegiatan, Tujuan, dan Pengertian Umum; Bab II.
Pendekatan
Pelaksanaan
Kegiatan
memuat
tentang Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan
dan Spesifikasi Teknis; Bab III. Pelaksanaan
Kegiatan, berisi Ruang Lingkup, Pelaksana dan
Penanggung Jawab Kegiatan, Lokasi, Jenis,
Volume, dan Simpul Kritis; Bab IV. Pengadaan
Barang; Bab V. Pembinaan, Pengendalian,
Pengawalan dan Pendampingan;
Bab VI.
Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan; Bab VII.
Pembiayaan; serta Bab VIII. Penutup.
Pedoman Teknis ini sebagai acuan Dinas yang
membidangi Perkebunan di Provinsi/Kabupaten/
Kota dalam menyusun Petunjuk Pelaksanaan dan
Petunjuk Teknis yang lebih spesifik berdasarkan
kondisi daerah setempat.

ii

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...........................
i
DAFTAR ISI ....................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN ..........................
v
I.

II.

PENDAHULUAN ..........................

A.
B.
C.
D.

1
2
3
3

Latar Belakang ......................


Sasaran Kegiatan ...................
Tujuan ...............................
Pengertian Umum ..................

PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN 7


A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan
Kegiatan .............................
B. Spesifikasi Teknis ..................

7
12

PELAKSANAAN KEGIATAN .............

17

A. Ruang Lingkup ......................


B. Pelaksana dan Penanggung Jawab
Kegiatan .............................
C. Lokasi, Jenis dan Volume .........
D. Simpul Kritis .........................

17

IV. PENGADAAN BARANG ...................

26

III.

V.

PEMBINAAN, PENGENDALIAN,
PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN .

19
23
24

27

iii

VI. MONITORING, EVALUASI DAN


PELAPORAN .............................

29

VII. PEMBIAYAAN ............................

33

VIII. PENUTUP .................................

34

LAMPIRAN

iv

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

10.

11.
12.
13.

Lokasi Kegiatan Laboratorium


Lapangan ..
Lokasi Kegiatan LUPH .....................
Lokasi Kegitan Brigade Proteksi
Tanaman ......
Lokasi Kegiatan Sub Lab Hayati .........
Jenis dan Volume Komponen Kegiatan
Operasional Laboratorium
Jenis dan Volume Komponen Kegiatan
Laboratorium
Lapangan
(LL).......................................
Jenis dan Volume Komponen Kegiatan
Operasional
Laboratorium
Utama
Pengendalian Hayati (LUPH) .
Jenis dan Volume Komponen Kegiatan
Operasional Sub.Laboratorium Hayati
Jenis dan Volume Komponen Kegiatan
Brigade Proteksi Tanaman (BPT)
Provinsi
Rawan
Kebakaran...................................
Jenis dan Volume Komponen Kegiatan
Brigade Proteksi Tanaman (BPT)
Provinsi
Non
Rawan
Kebakaran...................................
Out Line Laporan Persiapan Kegiatan.
Format Laporan Pelaksanaan Kegiatan.
Out Line Laporan Akhir...................

35
36
36
37
38
39
40
41

43

45
46
48
49

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perlindungan perkebunan mempunyai
peranan yang penting sebagai jaminan bagi
keberhasilan usaha perkebunan, mulai dari
pembibitan, pertanaman sampai pasca
panen. Dalam rangka mewujudkan peranan
tersebut dituntut partisipasi aktif seluruh
jajaran
dan
perangkat
perlindungan
perkebunan di pusat dan daerah, petani, dan
pemangku kepentingan terkait lainnya.
Sampai dengan tahun 2013, jumlah
perangkat perlindungan sebanyak 571 unit,
yang tersebar di seluruh provinsi berupa
Laboratorium
Lapangan/LL
(26
unit);
Laboratorium Utama Pengendali Hayati/LUPH
(4 unit); Laboratorium Pengendali Hama
Vertebrata/LPHV (1 unit); Laboratorium
Analisa Pestisida/LAP (1 unit); Brigade
Proteksi Tanaman/BPT (26 unit) dan Unit
Pembinaan Proteksi Tanaman/UPPT (500 unit)
dan sub laboratorium hayati (14 unit).
Sebanyak 24 LL telah berubah status menjadi
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
Sejalan
dengan
perkembangan
pembangunan perkebunan, maka kondisi
perangkat yang ada perlu direvitalisasi
fungsinya. Untuk mengoptimalkan kembali
fungsi perangkat yang ada, perlu didukung
1

dengan peningkatan kualitas dan kuantitas


sumber daya manusia (SDM), prasarana dan
sarana serta pendanaan. Melalui APBN tahun
2014 dialokasikan dana untuk pemberdayaan
perangkat, meliputi: operasional LL di 27
provinsi, LUPH di 4 provinsi dan Sub Lab
Hayati di 13 provinsi, dan revitalisasi fungsi
Brigade Proteksi Tanaman (BPT) di 29
Provinsi.
Revitalisasi fungsi BPT dimaksudkan untuk
meningkatkan fungsi dalam penanganan OPT
pada situasi eksplosi atau pada sumbersumber
serangan
yang
berpotensi
menimbulkan eksplosi dan penanganan
kebakaran lahan/kebun di provinsi rawan
kebakaran. Melalui revitalisasi fungsi BPT
diharapkan
penyelesaian
permasalahan
eksplosi serangan OPT dan penanganan
kebakaran dapat dilakukan secara lebih cepat
dan tepat tanpa harus menempuh suatu
mekanisme penanganan yang sangat panjang
dan berbelit-belit.
B. Sasaran Kegiatan
Sasaran
pemberdayaan
perangkat
perlindungan
adalah
terlaksananya
operasional LL di 27 provinsi, LUPH di 4
provinsi, Sub lab Hayati di 13 provinsi dan
Brigade Proteksi Tanaman di 29 Provinsi.

C. Tujuan
Tujuan kegiatan pemberdayaan perangkat
perlindungan perkebunan adalah untuk lebih
meningkatkan peran dan fungsi LL, LUPH,
Sub Lab Hayati dan BPT dalam mendukung
kegiatan perlindungan perkebunan.
D. Pengertian Umum
1. Agens Pengendali Hayati
APH adalah bahan pengendali yang
mampu berkembang dan mencari sendiri
OPT sasaran. APH adalah setiap organism
yang
dapat
merusak,
mengganggu
kehidupan atau menyebabkan organism
pengganggu tanaman (OPT) sakit atau
mati.
APH dapat berupa predator,
parasitoid,
pathogen
dan
agens
antagonis.
2. Uji Efikasi APH
Pengujian efektivitas APH terhadap
organisme sasaran yang didaftarkan
berdasarkan
pada
hasil
percobaan
lapangan atau laboratorium menurut
metode yang berlaku.

3. Uji Mutu APH


Uji Mutu APH adalah : pengujian kualitas
APH meliputi pengujian jumlah spora,
viabilitas, uji antagonisma, atau virulensi.
4. Mitigasi
Mitigasi adalah usaha pengendalian untuk
mengurangi risiko akibat perubahan iklim
melalui kegiatan yang dapat menurunkan
emisi/meningkatkan
penyerapan
gas
rumah kaca dari berbagai sumber emisi.
5. Adaptasi
Bentuk penyesuaian dalam system alam
atau manusia sebagai respon terhadap
rangsangan iklim aktual atau yang akan
terjadi atau efeknya untuk mengurangi
bahayanya
atau
mengeksplotasi
kemungkinan manfaatnya.
6. Regu Pengendali Hama (RPH)
RPH adalah kelengkapan organisasi yang
dimiliki oleh kelompok tani atau
gabungan kelompok tani yang memiliki
tugas
dan
keterampilan
dalam
mengendalikan OPT.
RPH dilengkapi
dengan alat dan sarana serta bahan
pengendalian OPT.

7. Regu Pengendali Api (RPA)


RPA adalah kelengkapan organisasi yang
dimiliki oleh kelompok tani atau
gabungan kelompok tani yang memiliki
tugas
dan
keterampilan
dalam
mengendalikan api.
RPA dilengkapi
dengan alat dan sarana serta bahan
pengendalian api.
8. Eksplosi/Outbreak OPT Perkebunan
Kondisi serangan OPT yang berkembang
secara cepat dan meluas pada tanaman
perkebunan pada satu tempat dan waktu
tertentu, petani/pekebun tidak mampu
mengendalikannya secara sendiri-sendiri
dan
memerlukan
bantuan
dari
pemerintah.
Eksplosi ditandai dengan
kerugian ekonomi yang cukup besar pada
budidaya tanaman perkebunan. Kondisi
eksplosi serangan OPT dinyatakan oleh
pejabat pemerintah yang memiliki tugas
dalam bidang perkebunan.
9. Buffer Stock
Barang yang disimpan secara sengaja
sebagai cadangan.

10. Ground Chek


Kegiatan memverifikasi atau mengecek
data hotspot dari satelit ke kondisi
lapangan.
11. Sumber serangan OPT
Tempat pertanama ditemukan serangan
OPT pada komoditas perkebunan dan
tidak dikendalikan oleh petani/pekebun,
sehingga keberadaannya dapat menjadi
sumber serangan terhadap tanaman
perkebunan yang berada di sekitarnya.
12. Protokol Pengujian APH
Metode standar pengujian efikasi APH
yang telah disetujui oleh Komisi
Pestisida.

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN


A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan
1. Pendekatan Umum
Prinsip pendekatan umum meliputi hal
yang
bersifat
administratif
dan
manajemen kegiatan.
1.1

SK Tim Pelaksana Kegiatan


a. Penetapan SK Tim Pelaksana
Kegiatan oleh Kepala Dinas/KPA
paling lambat 1(satu) minggu
setelah diterimanya penetapan
Satker dari Menteri Pertanian.
b. Penanggung jawab dan pelaksana
kegiatan ditetapkan oleh Kepala
Dinas Provinsi.

1.2 Rencana kerja


Rencana kerja pelaksanaan masingmasing kegiatan disusun paling
lambat 1 (satu) minggu setelah
diterimanya Pedoman Teknis dari
Ditjen Perkebunan.
[

1.3 Juklak, Juknis


Penyelesaian Juklak/Juknis untuk
kegiatan paling lambat 2 (dua)
minggu
setelah
diterimanya
7

pedoman teknis dari


Jenderal Perkebunan.

Direktorat

1.4 Koordinasi dan Sosialisasi


Koordinasi dilakukan oleh satker
pelaksana
kegiatan
dengan
Direktorat Jenderal Perkebunan
melalui Direktorat Perlindungan
Perkebunan, Balai Besar Perbenihan
dan Proteksi Tanaman Perkebunan
(BBPPTP) Medan, Surabaya, Ambon
dan
Balai
Proteksi
Tanaman
Perkebunan
(BPTP)
Pontianak
(sesuai dengan wilayah kerja), dan
Dinas
Kabupaten/Kota
dimana
terdapat
lokasi
kegiatan
dilaksanakan. Sedangkan sosialisasi
dilaksanakan kepada petani calon
lokasi kegiatan pengendalian/pihak
terkait.
1.5

Pelelangan/pengadaan
Pelelangan/pengadaan dilaksanakan
sesuai peraturan perundangan yang
berlaku dan kontrak diupayakan
ditandatangani paling lambat bulan
Maret 2014. Pengadaan sarana
pendukung
perlindungan
tidak
dapat
digabungkan
dengan
pengadaan sarana produksi lainnya.

1.6

Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi dilakukan
oleh satker pelaksana kegiatan
selama
kegiatan
berlangsung
minimal 2 (dua) kali.

1.7

Laporan

a. Laporan
perkembangan
pelaksanaan
kegiatan
disampaikan oleh penanggung
jawab pelaksana kegiatan.
b. Laporan fisik dan keuangan
disampaikan
oleh
satker
pelaksana kegiatan sesuai form
SIMONEV.
c. Laporan
akhir
kegiatan
disampaikan
oleh
satker
pelaksana kegiatan ke pusat
paling lambat 2 (dua) minggu
setelah kegiatan selesai dan
tidak melewati bulan Desember
2014.
2. Prinsip Pendekatan Teknis
a. Petugas laboratorium diutamakan
petugas
yang
mempunyai
latar
belakang
pendidikan
S2/S1
plus/S1/D3/S01
jurusan
hama
penyakit/
biologi/analis
kimia/
agronomi/ Agroteknologi atau petugas
yang mempunyai keahlian khusus atau

telah dilatih dibidang perlindungan


tanaman.
b. Penetapan SK petugas laboratorium
paling lambat akhir Januari 2014.
c. Pelaksanaan operasional LL, LUPH,
BPT dan Sub Lab. Hayati mengacu
kepada pedoman yang diterbitkan
oleh Direktorat Jenderal Perkebunan.
d. Revitalisasi fungsi BPT dilaksanakan
oleh
LL/UPTD
Perlindungan
Perkebunan.
e. Alat dan bahan yang digunakan untuk
laboratorium,
alat
dan
bahan
pengendalian OPT dialokasikan di 29
provinsi, khusus untuk 9 provinsi
rawan kebakaran dialokasikan juga
alat pemadam kebakaran.
f. Alat dan bahan yang digunakan untuk
laboratorium,
alat
dan
bahan
pengendalian
OPT,
serta
alat
pemadam kebakaran harus memenuhi
standar teknis.
g. Pembinaan kelompok tani alumni SLPHT dilaksanakan di Provinsi yang
telah melaksanakan SL-PHT.
h. Pelatihan
pengamatan
OPT
perkebunan dilaksanakan di Provinsi
yang belum memiliki LL (Kepri, Babel,
Banten, Gorontalo, Sulbar, Papua
Barat).

10

3. Tindak Lanjut
Tindak lanjut yang perlu dilakukan
setelah pelaksanaan kegiatan adalah:
3.1. Data hasil uji mutu dan efikasi
lapangan Agen Pengendali Hayati
(APH) menjadi bahan dalam proses
pendaftaran perizinan APH.
3.2. Hasil kajian teknologi PHT spesifik
lokasi diterapkan sehingga mampu
lebih
mengoptimalkan
kegiatan
pengendalian OPT di wilayah
kerjanya.
3.3. Secara pro-aktif membuat jejaring
dan kerjasama dibidang teknologi
terkini
perlindungan
tanaman
dengan BBP2TP (Medan, Surabaya,
dan
Ambon)/BPTP
Pontianak,
Puslit/ Balit/ Perti/ dan selanjutnya
dikembangkan di wilayah kerja
masing-masing.
3.4. LL, LUPH, BPT dan Sub lab. Hayati
agar mendokumentasikan data dan
informasi seluruh hasil kegiatan
yang dilakukan.
3.5. Menyebarluaskan hasil pengujian
teknologi pengendalian OPT spesifik
lokasi kepada petani dalam bentuk
publikasi/
penyuluhan
dengan
bahasa yang sederhana dan mudah
dipahami.
11

3.6. LL, LUPH, dan Sub lab Hayati agar


membangun jejaring dan kerjasama
dengan BBPPTP (Medan, Surabaya,
dan Ambon)/BPTP Pontianak dalam
hal pengembangan, pendaftaran dan
legalitas produk APH dan pestisida
nabati.
3.7. Menyebarluaskan teknik penanganan
kebakaran lahan dan kebun secara
dini.
3.8. Mendorong
terbentuknya
regu
pengendali hama (RPH) dan regu
pengendali api (RPA).
3.9. BPT menjadi lebih eksis dan
berperan
dalam
pengendalian
eksplosi
/outbreak
OPT
dan
penanganan kebakaran.
B. Spesifikasi Teknis
1. Kriteria
1.1 Uji mutu dan uji efikasi APH
dilaksanakan
dalam
rangka
mendorong proses perizinan agens
pengendali hayati (APH). Uji mutu
dan
uji
efikasi
dilaksanakan
bekerjasama
dengan
lembaga/institusi yang memiliki
legalitas di bidangnya
1.2 Pengembangan PHT merupakan kaji
terap teknologi yang dihasilkan oleh
Puslit/Balit/Perti/Balai.
Teknologi
12

1.3

1.4

1.5

1.6

1.7

pengembangan PHT yang dihasilkan


adalah teknologi yang spesifik lokasi
dan sesuai ekosistem setempat.
Pestisida nabati (Pesnab) dan
starter APH yang dikembangkan dan
diuji disesuaikan dengan kebutuhan
di lapangan, diutamakan untuk
pengendalian
OPT
penting
(dominan) pada komoditas unggulan
di wilayahnya.
Inventarisasi,
eksplorasi,
dan
identifikasi
APH
dan
pesnab
diarahkan pada APH dan pesnab
yang baru dan dilakukan di sentrasentra pengembangan komoditas
perkebunan unggulan daerah.
Identifikasi OPT mengacu pada buku
determinasi dan identifikasi yang
standar antara lain: Buku Kunci dan
Determinasi
Serangga
karangan
Borror dan Karlshoven; CABI; dan
Buku
Identifikasi
OPT
yang
diterbitkan oleh Ditjenbun.
Koleksi OPT, APH dan pesnab dibuat
dalam bentuk koleksi kering, basah
maupun tanaman hidup dengan
menggunakan metode pembuatan
koleksi yang standar.
Bahan pengendali OPT/pestisida
kimia
(fungisida,
insektisida,
herbisida) dirinci berdasarkan data
hasil monitoring serangan OPT.
13

Paket
pestisida
hanya
dapat
digunakan pada kondisi serangan
OPT yang bersifat eksplosi atau pada
sumber-sumber serangan OPT yang
dilaporkan
sangat
cepat
berkembang dan merugikan. Paket
pestisida kimia sekaligus merupakan
buffer stock dalam memenuhi
standar
pelayanan
minimum
pemerintah dalam mengendalikan
OPT.
1.8 Penanganan kebakaran lahan dan
kebun,
meliputi:
pemantauan
hotspot dan ground check kejadian
kebakaran,
sosialisasi/pembinaan
pembukaan lahan tanpa bakar,
koordinasi
dengan
dinas
provinsi/kabupaten/kota
serta
instansi
terkait
lainnya
dan
melakukan pemadaman secara dini
di wilayahnya.
1.9 Alat kebakaran sederhana berupa
pompa
tekanan
tinggi
dan
kelengkapan pemadam kebakaran
(selang, nozzle, bak penampung,
kepyok, sekop, cangkul api, kapak
mata dua, P3K, helm, masker) untuk
pemadaman secara dini.

14

2. Metode
2.1 LL, LUPH, dan Sub Lab Hayati
- Metode uji mutu APH mengacu
pada protokol uji mutu yang
dibuat
oleh
Balai
Besar
Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan Surabaya.
- Metode uji efikasi APH mengacu
pada protokol pengujian yang
telah disusun oleh Direktorat
Perlindungan
Perkebunan
(terlampir).
- Metode identifikasi, eksplorasi,
perbanyakan dan penyebaran APH
mengacu kepada metode yang
diterbitkan antara lain oleh
BBPPTP (Medan, Surabaya, dan
Ambon)/
BPTP
Pontianak
/Puslit/Balit/Perti/
Direktorat
Perlindungan Perkebunan.
2.2

BPT
- Pemantauan
data
hotspot
dilakukan
dengan
mengakses
informasi dari satelit National
Oceanic
And
Atmospheric
Administration (NOAA-18) ASMC
Singapura.
- Berdasarkan pemantauan data
hotspot dilakukan groundcheck ke
15

lapangan, bila terindikasi terjadi


kebakaran dilakukan pemadaman
secara dini.
- Pengadaan
alat
dan
bahan
pestisida. Alat pengendalian OPT
terdiri
atas
:
alat
untuk
pengkabutan/fogging
(ULV),
handsprayer dan powersprayer
(HV), serta mistblower (LV).
- Penggunaan alat dan bahan
pengendali
didasarkan
atas
kriteria serangan OPT yang
termasuk pada kondisi eksplosi
atau
pusat
serangan
yang
mempunyai potensi peningkatan
serangan yang besar. Kondisi
tersebut dinyatakan oleh pejabat
yang memiliki kewenangan dan
kopetensi dalam perlindungan
tanaman perkebunan.
- Penggunaan pestisida mengacu
kepada jenis pestisida sesuai
dengan izin penggunaannya dari
Menteri Pertanian, dengan tetap
memperhatikan
pada
prinsip
penggunaan pestisida yang baik
dan benar sesuai dengan kaidah
PHT.

16

III. PELAKSANAAN KEGIATAN


A. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Pemberdayaan Perangkat,
meliputi : Pemberian honor petugas
labotatorium, biaya operasional laboratorium
(ATK, alat dan bahan laboratorium), dan
biaya operasional lapangan.
Indikator Kinerja
No
Indikator
1 Input/Masukan

Output/Keluaran

Outcome/hasil

Uraian
- Dana
- SDM
- Data
dan
informasi
- Teknologi
Terfasilitasinya
operasionalisasi 27
LL, 4 LUPH, 29 BPT
dan 14 Sub lab
Hayati
- Tersedianya data
hasil uji mutu
dan uji efikasi
lapangan APH
- Tersedianya
3
(tiga) kelompok
APH (parasitoid,
predator
dan
patogen), serta
17

rakitan teknologi
spesifik lokasi di
27 LL.
- Tersedianya
isolat
APH
kelompok
patogen,
teknologi
perbanyakan dan
penyebarannya
pada 4 LUPH
- Tersedianya alat
dan
bahan
pengendalian
outbreak OPT di
29 provinsi.
- Tersedianya alat
pemadam
kebakaran hasil
monitoring data
hotspot
di
9
Provinsi
rawan
kebakaran
- Tersedianya
stater
APH
kelompok
patogen
yang
siap diperbanyak
oleh petani di 14
Sub Lab Hayati

18

B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan


1. Pelaksana
dan
penanggung
jawab
kegiatan
pemberdayaan
perangkat
perlindungan adalah dinas provinsi yang
membidangi perkebunan.
2. Dinas yang membidangi perkebunan
provinsi dalam melaksanakan kegiatan
agar berkoordinasi dengan BBPPTP
(Medan, Surabaya, dan Ambon)/BPTP
Pontianak
dan
pihak-pihak
terkait
lainnya.
3. Pelaksana kegiatan BPT adalah LL/UPTD
Perlindungan.
4. Kewenangan dan tanggung jawab :
4.1 Direktorat Perlindungan Perkebunan
a. Menyiapkan Terms of Reference
(TOR) dan Pedoman Teknis.
b. Melakukan
pembinaan,
evaluasi.
4.2 Dinas Provinsi
perkebunan

bimbingan,
monitoring
dan
yang

membidangi

a. Menetapkan
tim
pelaksana
kegiatan
pemberdayaan
perangkat perlindungan.
b. Melakukan koordinasi dengan
Direktorat Jenderal Perkebunan,
19

BBPPTP (Medan, Surabaya, dan


Ambon)/BPTP Pontianak, Dinas
kabupaten/Kota
yang
membidangi Perkebunan dan
pihak-pihak terkait lainnya.
c. Membuat Petunjuk Pelaksanaan
kegiatan.
d. Melakukan
pengawalan,
pembinaan,
monitoring
dan
evaluasi, berkoordinasi dengan
Dinas
Kabupaten
yang
membidangi
perkebunan
setempat.
e. Menyampaikan
laporan
akhir
pelaksanaan
kegiatan
Pemberdayaan
Perangkat
Perlindungan
ke
Direktorat
Jenderal
Perkebunan
cq.
Direktorat
Perlindungan
Perkebunan, paling lambat satu
bulan
setelah
pelaksanaan
kegiatan selesai tanpa menunggu
sampai akhir tahun 2014.
4.3 UPT Pusat
Balai Besar Perbenihan dan Proteksi
Tanaman
Perkebunan
Medan,
Surabaya, dan Ambon dan Balai
Proteksi
Tanaman
Perkebunan
Pontianak.
20

a. Melakukan
pembinaan,
monitoring dan evaluasi kegiatan
perlindungan perkebunan pada
wilayah kerjanya, berkoordinasi
dengan
Ditjen.
Perkebunan,
Puslit/Balit/Perti,
UPTD
dan
Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota
yang membidangi perkebunan.
b. Menyediakan
dan
mensosialisasikan
teknologi
pengendalian
hayati
(APH,
pesnab dan musuh alami).
c. Melakukan pengujian
(quality control) APH.

kualitas

d. Supervisi penyelesaian akreditasi


laboratorium bagi UPTD yang
memenuhi syarat.
e. Memfasilitasi pendaftaran
perizinan APH.

dan

f. Memfasilitasi kegiatan perekat


dengan UPTD pada wilayah kerja
Balai.
4.4 UPTD (Perangkat Perlindungan di
Daerah)
a. Melakukan
pembinaan,
monitoring dan evaluasi kegiatan
Pemberdayaan
Perangkat
Perlindungan,
berkoordinasi
dengan
Ditjen.
Perkebunan,
21

BBPPTP (Medan, Surabaya, dan


Ambon)/BPTP Pontianak /Puslit/
Balit, Dinas Kabupaten/Kota yang
membidangi perkebunan.
b. Melakukan kaji terap teknologi
pengendalian
hayati
spesifik
lokasi (APH, pesnab dan musuh
alami).
c. Menyiapkan bahan APH untuk
kegiatan uji mutu dan uji efikasi
lapangan.
d. Malaksanakan
revitalisasi
brigade
tanaman.

kegiatan
proteksi

e. Menyusun dan menyampaikan


laporan pelaksanaan kegiatan
Pemberdayaan
Perangkat
Perlindungan ke Dinas Provinsi
yang membidangi perkebunan
dan
Direktorat
Jenderal
Perkebunan
cq.
Direktorat
Perlindungan Perkebunan.

22

C. Lokasi, Jenis dan Volume


1. Lokasi LL, LUPH, BPT dan Sub Lab
Hayati
1.1. Kegiatan LL dilaksanakan di 27
provinsi.
Data
rincian
lokasi
kegiatan disajikan pada Lampiran 1.
1.2. Kegiatan LUPH dilaksanakan di 4
provinsi. Data rincian lokasi kegiatan
disajikan pada Lampiran 2.
1.3. Kegiatan BPT dilaksanakan di 29
Provinsi.
Data rincian lokasi
kegiatan disajikan pada Lampiran 3.
1.4. Kegiatan
Sub
Lab
Hayati
dilaksanakan di 13 provinsi. Data
rincian lokasi kegiatan disajikan
pada Lampiran 4.
2. Jenis dan Volume Komponen Biaya
Pemberdayaan Perangkat (Operasional
LL, LUPH, BPT dan Sub Lab Hayati)
Komponen biaya kegiatan pemberdayaan
perangkat (operasional LL, LUPH, BPT dan
Sub Lab Hayati) meliputi :Honor petugas,
pelatihan, bahan dan alat, solialisasi,
pembinaan, monitoring dan evaluasi serta
konsultasi.Rincian jenis dan volume
kegiatan disajikan pada Lampiran 5,6,7,
8, 9 dan 10.
23

D. Simpul Kritis
1. LL, LUPH, BPT dan Sub Lab. Hayati
1.1 Dinas Provinsi yang membidangi
perkebunan terlambat menyusun
Juklak pemberdayaan perangkat,
sehingga penyelesaian pekerjaan
menjadi terlambat atau tidak tepat
sasaran. Juklak harus disusun paling
lambat dua minggu setelah Pedoman
Teknis diterima.
1.2 LL, LUPH dan Sub Lab. Hayati
terlambat
menyusun
juknis
pemberdayaan perangkat, sehingga
penyelesaian pekerjaan tidak tepat
waktu dan sasaran. Juknis harus
disusun paling lambat satu minggu
setelah juklak dibuat.
1.3

Belum
dilengkapi
SOP
yang
memenuhi standar sehingga sulit
untuk menelusuri apabila terjadi
kesalahan.
Menyusun
atau
menyempurnakan SOP yang ada
sesuai dengan standar yang baku.

1.4

Terbatasnya
kapasitas
dan
kemampuan untuk memproduksi
APH dalam jumlah yang dibutuhkan,
dengan kualitas yang sesuai standar.
Kerjasama dengan
UPTD/BBP2TP
(Medan,
Surabaya,
dan

24

1.5

1.6

Ambon)/BPTP
Pontianak
untuk
memenuhi APH yang diperlukan.
Pengadaan bahan pengendali berupa
pestisida
kimia
(insektisida,
fungisida, herbisida), tidak tepat
sasaran karena tidak didasarkan
pada data hasil pengamatan dan
laporan OPT yang memiliki potensi
serangan sangat cepat berkembang
dan merusak.
Pengadaan bahan
pengendali berupa pestisida kimia
(insektisida,
fungisida
dan
herbisida) harus didasarkan pada
data
hasil
pengamatan
dan
pelaporan OPT yang memiliki
potensi serangan sangat cepat
berkembang dan merusak.
Informasi
data
hotspot
atau
kebakaran
sering
mengalami
keterlambatan,
karena
petugas
tidak segera melakukan ground
check
ke
lapangan
sehingga
kejadian
kebakaran
sering
terlambat
dalam
hal
penanganan/pemadaman.

25

IV. PENGADAAN BARANG


Pengadaan barang dan jasa mengacu
kepada Perpres No 70 tahun 2012.
Komponen
yang dikontrakkan
adalah
pengadaan
bahan
pengendali
kimia
(fungisida, insektisida dan herbisida), uji
mutu dan uji efikasi APH.

26

27

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN


DAN PENDAMPINGAN
A. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan
Pendampingan
Kegiatan pembinaan, pengendalian dan
pengawalan dana dekonsentrasi Provinsi
dilakukan secara terencana dan terkoordinasi
dengan unsur penanggung jawab kegiatan di
Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas
Provinsi/Kabupaten/Kota yang membidangi
perkebunan dan BBPPTP (Ambon, Surabaya,
Medan)/BPTP Pontianak.
Pelaksanaan
kegiatan
pembinaan,
pengendalian dan pengawalan diutamakan
pada tahapan yang menjadi simpul-simpul
kritis kegiatan yang telah ditetapkan.
Dalam melaksanakan kegiatan pembinaan,
pengendalian dan pengawalan dilakukan
koordinasi secara berjenjang sesuai dengan
tugas fungsi dan kewenangan masing-masing
unit pelaksana kegiatan.
Sasaran kegiatan pembinaan, pengendalian,
dan pengawalan terhadap pelaksana kegiatan
(Man), pembiayaan (Money), Metode, dan
bahan-bahan yang dipergunakan (Material).
Kegiatan pembinaan, pengendalian dan
pengawalan harus mampu meningkatkan
kualitas pelaksanaan kegiatan melalui
pemberian rekomendasi dan pemecahan
27

masalah terhadap pelaksanaan kegiatan


sehingga dapat mengakselerasi kegiatan
sesuai dengan tujuan dan sasaran kegiatan
yang ditetapkan.
B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian,
Pengawalan dan Pendampingan
Waktu pelaksanaan kegiatan pembinaan,
pengendalian dan pengawalan minimal satu
kali pada setiap jenis kegiatan yang
dilaksanakan.
Pelaksanaan kegiatan hendaknya selalu di
koordinasikan dengan pusat, provinsi dan
kabupaten/kota
sehingga
pembinaan,
pengendalian dan pengawalan efektif dan
efisien.
Direktorat
Perlindungan
Perkebunan
melakukan pembinaan dan pengawalan
kegiatan pemberdayaan perangkat pada
seluruh wilayah pelaksana kegiatan.
Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat
provinsi
melakukan
pembinaan,
pengendalian,
pengawalan
dan
pendampingan
kegiatan
pemberdayaan
perangkat tingkat provinsi.
Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat
kabupaten/kota
melakukan
pembinaan,
pengendalian,
pengawalan
dan
pendampingan
kegiatan
pemberdayaan
perangkat tingkat kabupaten/kota.
28

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN


A. Monitoring
Monitoring ditujukan untuk mengetahui
perkembangan pelaksanaan dan kemajuan
yang telah dicapai pada setiap kegiatan.
Monitoring dilaksanakan oleh petugas Dinas
yang membidangi perkebunan di tingkat
provinsi
dan
Direktorat
Perlindungan
Perkebunan.
Pelaksanaan
monitoring
minimal
satu
kali
selama
kegiatan
berlangsung.
B. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui
ketepatan/kesesuaian pelaksanaan kegiatan
dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan
yang direncanakan serta untuk mengetahui
realisasi/penyerapan
anggaran.
Hasil
evaluasi sebagai umpan balik perbaikan
pelaksanaan selanjutnya.
Evaluasi
dilakukan
oleh
Direktorat
Perlindungan Perkebunan serta Dinas Provinsi
yang membidangi perkebunan.
C. Pelaporan
Setiap kegiatan didokumentasikan dalam
bentuk
laporan
tertulis
sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan.
Laporan pemberdayaan perangkat dibuat
29

oleh pelaksana kegiatan dan dilaporkan


secara berjenjang kepada penanggung
jawab/pembina kegiatan mengacu kepada
pedoman outline penyusunan laporan dan
SIMONEV serta bentuk laporan lainnya sesuai
dengan kebutuhan.
1. Jenis Laporan :
1.1 Laporan Perkembangan
Kegiatan
1.1.1

Pelaksanaan

Persiapan Pelaksanaan Kegiatan


Persiapan meliputi : penetapan tim
pelaksana kegiatan; narasumber;
penyusunan juklak/juknis; jadwal
pelaksanaan;
penetapan
calon
peserta
pelatihan;
persiapan
administrasi; sosialisasi; penyiapan
alat dan bahan.
Dilaporkan
setelah
persiapan
kegiatan selesai dilaksanakan

1.1.2

Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan
meliputi:
laporan
pencapaian
kegiatan
yang
dilaksanakan di laboratorium dan di
lapangan.

30

1.2 Laporan Fisik dan Keuangan


1.2.1 Laporan Mingguan
Laporan Mingguan berisi laporan
kemajuan
(fisik
dan
keuangan)
pelaksanaan kegiatan setiap minggu
berjalan dan disampaikan kepada
Direktorat Perlindungan Perkebunan
setiap minggu hari Jumat.
1.2.2 Laporan Bulanan
Laporan Bulanan berisi laporan
kemajuan
(fisik
dan
keuangan)
pelaksanaan pemberdayaan perangkat
setiap bulan berjalan dan disampaikan
kepada
Direktorat
Jenderal
Perkebunan paling lambat tanggal 5
pada bulan berikutnya.
1.2.3 Laporan Triwulan
Laporan Triwulan berisi laporan
kemajuan
(fisik
dan
keuangan)
pelaksanaan pemberdayaan perangkat
setiap triwulan dan disampaikan
setiap triwulan kepada Direktorat
Jenderal Perkebunan, paling lambat
tanggal 5 pada bulan pertama triwulan
berikutnya.

31

1.3 Laporan Akhir


Laporan
Akhir
merupakan
laporan
keseluruhan
pelaksanaan
kegiatan
pemberdayaan perangkat, setelah seluruh
rangkaian kegiatan selesai dilaksanakan.
Laporan akhir disampaikan kepada
Direktorat Perlindungan Perkebunan,
paling lambat 2 minggu setelah kegiatan
selesai. Laporan disampaikan melalui
surat dan e-mail
2. Format Laporan Perkembangan Persiapan
Kegiatan,
Fisik
dan
Keuangan,
Pelaksanaan Kegiatan dan Out Line
Laporan Akhir seperti pada lampiran 10.

32

LAMPIRAN

Lampiran 1. Lokasi Kegiatan Laboratorium


Lapangan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.

Provinsi
ACEH
SUMBAR
RIAU
JAMBI
BENGKULU
SUMSEL
LAMPUNG
KEP. RIAU
BABEL
JABAR
BANTEN
JATENG
DIY
NTB
KALTENG
KALSEL
KALTIM
SULUT
GORONTALO
PAPUA
SULSEL
SULTENG
SULTRA
SULBAR
BALI
NTT
PAPUA BARAT

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1

Volume
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit

35

Lampiran 2. Lokasi Kegiatan LUPH


No
1.
2.
3.
4.

Provinsi
LAMPUNG
BALI
SULUT
MALUKU UTARA

Volume
1
1
1
1

Unit
Unit
Unit
Unit

Lampiran 3. Lokasi Kegiatan Brigade Proteksi


Tanaman
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18
19.
20.

Provinsi
ACEH
SUMBAR
SUMUT
RIAU
JAMBI
BENGKULU
SUMSEL
LAMPUNG
KEP. RIAU
BABEL
JABAR
BANTEN
JATENG
DIY
NTB
KALTENG
KALSEL
KALTIM
KALBAR
SULUT

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Volume
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit

36

21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28
29

GORONTALO
PAPUA
SULSEL
SULTENG
SULTRA
SULBAR
BALI
NTT
PAPUA BARAT

1
1
1
1
1
1
1
1
1

Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit

Lampiran 4. Lokasi Kegiatan Sub lab Hayati


No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Provinsi
SUMSEL
RIAU
JAMBI
BABEL
LAMPUNG
JATENG
DIY
NTT
BALI
SULTRA
SULUT
PAPUA BARAT
PAPUA

Volume
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1

Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit

37

Lampiran 5. Jenis dan Volume Komponen Kegiatan


Operasional Laboratorium Lapangan (LL)
No
1

2
3

Jenis kegiatan
Belanja Bahan :
- ATK dan bahan komputer
(pkt)
- Bahan dan peralatan
perlengkapan peserta
pelatihan pengamatan OPT
perkebunan (set)
- Konsumsi dan Akomodasi
(OH)
Honor :
- Honor petugas (OB)
- Honor Panitia (OK)
Belanja Barang Non
Operasional Lainnya :
- Adm, foto copy, pengiriman
surat, dokumentasi, laporan,
dll (pkt)
- Penyusunan dan Pembahasan
laporan (OH)
- Uang saku peserta pelatihan
pengamatan OPT perkebunan
(OH)
Belanja Jasa Profesi :
- Honor Narasumber pelatihan
pengamatan OPT perkebunan
(OJ)
Belanja Perjalanan lainnya :
- Perjalanan peserta pelatihan
(OH)
- Dalam rangka konsultasi ke
pusat (OT)

Volume
1
1

130
40
2

Satuan
Kegiatan
dilaksanakan
6 provinsi
yang belum
memiliki
LL/UPTD :
- Kepri
- Babel
- Banten
- Gorontalo
- Sulbar
- Papua
Barat

1
5
130

64

13
1

38

No

Jenis kegiatan
- Perjalanan Narasumber (OT)

Volume
4

Satuan

Lampiran 6. Jenis dan Volume Komponen Kegiatan


Laboratorium Lapangan (LL)
No
1

2
3

Jenis kegiatan
Belanja Bahan :
- ATK dan bahan computer
(tahun)
- Identifikasi dan eksplorasi
OPT dan APH (set)
- Kajian metode PHT
spesifik lokasi (set)
- Perbanyakan dan
penyebaran APH (set)
- Uji efikasi APH pada
kondisi lapangan (pkt)
- Uji mutu APH (pkt)
Honor:
- Honor petugas (OB)
Belanja Barang Non
Operasional Lainnya :
- Adm, foto copy,
pengiriman surat
dokumentasi, laporan, dll
(tahun)
- Upah Identifikasi dan
eksplorasi OPT dan APH
(HOK)
- Upah Kajian metode PHT
spesifik lokasi (HOK)
- Upah Perbanyakan dan
penyebaran APH (HOK)

Volume
1
1
1

Keterangan
Kegiatan
dilaksanakan di
provinsi
yang sudah
memiliki
LL/UPTD

1
1
1
120
1

20
20
20

39

No
4

Jenis kegiatan
Belanja Perjalanan lainnya :
- Pembinaan petugas teknis
perlinbun (OP)
- Identifikasi dan eksplorasi
OPT dan APH (OT)
- Kajian metode PHT
spesifik lokasi (OT)
- Perbanyakan dan
penyebaran APH (OT)
- Pembinaan petani alumni
SL-PHT (OH)
- Monev pelaksanaan efikasi
APH (OT)
- Konsultasi ke Pusat (OT)

Volume

Keterangan

10
6
6
6
11
1
1

Lampiran 7. Jenis dan Volume Komponen Kegiatan


Operasional Laboratorium Utama
Pengendalian Hayati (LUPH)
No
1
2
3

Jenis kegiatan
Belanja Bahan :
- ATK dan bahan computer
(pkt)
Honor :
- Honor petugas (OB)
Belanja barang non
operasional lainnya :
- Adm, foto copy,
pengiriman surat
dokumentasi, laporan, dll
(pkt)
- Pembuatan dan

Volume

Keterangan

1
120
1

40

No

Jenis kegiatan
perbanyakan APH (pkt)
- Pengujian lapang
penggunaan APH (pkt)
- Ekplorasi dan inventarisasi
APH (pkt)
Belanja Biaya Pemeliharaan
Peralatan dan Mesin Lainnya
:
- Eksploitasi alat dan bahan
laboratorium (pkt)
- Eksploitasi kendaraan roda2 (unit)
Belanja Perjalanan Lainnya :
- Dalam rangka pembuatan
dan perbanyakan APH (OH)
- Dalam rangka pengujian
lapang penggunaan APH
(OH)
- Dalam rangka eksplorasi
dan inventarisasi APH (OH)
- Dalam rangka konsultasi ke
pusat (OT)

Volume

Keterangan

1
1

1
2
15
15
15
1

Lampiran 8. Jenis dan Volume Komponen Kegiatan


Operasional Sub. Laboratorium Hayati
No
1

Jenis kegiatan
Belanja Bahan :

Volume

Keterangan

1
- ATK dan bahan komputer
(thn)
- Bahan dan Alat

41

No
2

Jenis kegiatan
Laboratorium (pkt)
Honor :
- Honor Kepala Sub Lab.
Hayati (OB)
- Honor staf sub lab hayati
(OB)
Belanja barang Non
Operasional lainnya :
- Adm, fotocopy dan
pelaporan (thn)
- Penyusunan dan
pembahasan laporan (OH)
- Uji adaptasi agens hayati
dengan kondisi lingkungan
perkebunan (set)
- Pengumpulan/pemeliharaa
n dan perbanyakan Agens
Hayati (set)
- Perbanyakan starter agens
hayati (set)
- Koordinasi pengembangan
dan penggunaan agens
pengendali hayati (OH)
Belanja perjalanan lainnya :
- Pemeliharaan,
perbanyakan, penyebaran
agens pengendalian hayati
(OT)
- Uji adaptasi Agens
Pengendali Hayati dengan
kondisi lingkungan
perkebunan (OP)
- Konsultasi ke instansi

Volume

Keterangan

12
36

1
10
1
1
1
12

42

No

Jenis kegiatan
terkait (OT)
- Bimbingan teknis
perbanyakan dan
penyebaran agens
pengendali hayati (OT)
- Monitoring dan Evaluasi
Hasil penyebaran agens
pengendali hayati (OT)

Volume

Keterangan

Lampiran 9. Jenis dan Volume Komponen Kegiatan


Brigade Proteksi Tanaman (BPT)
Provinsi Rawan Kebakaran
No
1

Jenis kegiatan
Honor :
- Insentif petugas LL/UPTD
(OB)
- Pengamatan dan
pengendalian (HOK)
Belanja Barang Non
Operasional Lainnya :
- Adm, dokumentasi, foto
copy, laporan, dll (thn)
- Penyusunan dan
pembahasan laporan (OH)
- Penggandaan laporan
(Ekspl)
- Monitoring data hotspot
dan updating data
kebakaran lahan dan kebun
(thn)
Belanja Perjalanan Lainnya :

Volume

Keterangan

20
30

1
20
5
1

43

No

Jenis kegiatan
- Dalam rangka pengamatan
dan pengendalian OPT (OT)
- Dalam rangka pemantauan
kebakaran, dampak
perubahan iklim dan
bencana alam ke lokasi
(OT)
- Dalam rangka sosialisasi
pengendalian OPT;
pencegahan, penanganan
dan pasca kebakaran lahan
dan kebun ke lokasi (OT)
- Koordinasi/konsultasi ke
Pusat (OT)
Belanja Bahan :
- Mist Blower (unit)
- Power Sprayer (unit)
- Pompa pemadam/pompa
jinjing (pompa pemadam
kebakaran) (unit)
- Swing Fogg (unit)
- Knapsack Sprayer (unit)
- Pestisida (pkt)

Volume
5

Keterangan

40

40

2
1
2
2
1
5
1

44

Lampiran 10. Jenis dan Volume Komponen


Kegiatan
Brigade Proteksi Tanaman (BPT)
Provinsi Non Rawan Kebakaran
No
1

Jenis kegiatan
Belanja Bahan :
- Power Sprayer (unit)
- Swing Fogg (unit)
- Knapsack Sprayer (unit)
- Pompa pemadam/pompa
jinjing (pompa pemadam
kebakaran) (unit)
- Pestisida (pkt)
- Mist Blower (unit)
Honor :
- Insentif petugas LL/UPTD
(OB)
- Pengamatan dan
pengendalian (HOK)
Belanja Barang Non
Opersional Lainnya :
- Adm, dokumentasi, foto
copy, laporan, dll (thn)
- Penyusunan dan
pembahasan laporan (OH)
- Penggandaan laporan
(Ekspl)
Belanja Perjalanan Lainnya
- Dalam rangka pengamatan
dan pengendalian (OH)

Volume

Keterangan

2
1
5
1
1
1
20
30

1
5
5
4

45

32

Lampiran 11. Out Line Laporan Persiapan Kegiatan


Laporan Persiapan kegiatan dibuat sesuai format sebagai berikut:

No

Kegiatan

1
A

2
Operasional LL

Operasional
LUPH
Oprasional Sub
Lab Hayati
Brigade
Proteksi
Tanaman

C
D

Penetapan
tim
pelaksana
kegiatan *)
3

Nara
sumber

Capaian
Penyusunan
juklak/
juknis

Persiapan Kegiatan
Jadwal
Penetapan
Pelakcalon
sanaan
peserta
kegiatan
pelatihan
6
7

Persia
pan
adminstrasi
8

Penyiapan
alat
&
bahan
9

Keterangan: kolom disii dengan tanda V, dengan tambahan lampiran berikut:


- Kolom 3 dilampirkan dengan SK penetapan tim
- Kolom 4 dilampirkan dengan SK penetapan narasumber

46

Kolom 5 dilampirkan dengan juknis/juklak yang telah disusun


Kolom 6 dilampirkan dengan jadwal pelaksanaan kegiatan
Kolom 7 dilampirkan dengan calon peserta pelatihan
Kolom 8 dilampirkan dengan SK panitia pengadaan barang dan jasa (uji mutu dan
uji efikasi APH, pengadaan pestisida kimia)
Kolom 9 dilampirkan dengan daftar alat dan bahan serta dokumentasi

47

Lamppiran12. Format Laporan Pelaksanaan Kegiatan


Laporan Pelaksanaan kegiatan dibuat sesuai format sebagai berikut:
No
1
A
B
C
D

Kegiatan
2
Operasional LL
Operasional LUPH
Oprasional Sub Lab Hayati
Brigade Proteksi Tanaman

Capaian Kegiatan
Laboratorium
Lapangan
3
4

Keterangan
5

Catatan: kolom 3 dan 4 diisi dengan realisasi pelaksanaan kegiatan

48

Lampiran 13. Out Line Laporan Akhir

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL (jika ada)
DAFTAR GAMBAR (jika ada)
DAFTAR LAMPIRAN (jika ada)
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan dan Sasaran
C. Ruang Lingkup Kegiatan
D. Indikator Kinerja
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Waktu dan Lokasi
B. Alat dan Bahan
C. Metode
D. Tahap Aktivitas/Kegiatan/ Pelaksanaan
E. Simpul Kritis Kegiatan
F. Pelaksana
G. Pembiayaan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran/rekomendasi
C. Rencana Tindak Lanjut
VI. DAFTAR PUSTAKA
VII. LAMPIRAN
49

Anda mungkin juga menyukai