Konsep Dasar
1. Pengertian
Benigna
Prostat
Hiperplasi ( BPH )
adalah
pembesaran
jinak
progresif
umum pada pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat
obstruksi uretral dan pembatasan
671 ).
2.
Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum
diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada
hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya
penurunan
transforming
growth
factor
beta
growth
factor
menyebabkan
yang
progresif
bisa
merusakkan
kemampuan
ginjal
untuk
lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan
terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam
vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat
detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan
sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase
kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya
akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi,
sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan
disfungsi saluran kemih atas
4. PATHWAY
Peningkatan Sel Sterm
Proses Menua
Ketidakseimbangan hormon
(
Estrogen dan testoteron
Hidro Ureter
Hidronefritis
Penurunanan
Fungsi ginjal
Intermiten
Disuria
Urgensi
Hesistensi
Terminal dribling
b.
Gejala Iritasi
Gejala iritasi antara lain :
1) Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
2) Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi
pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.
3) Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.
1.
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis BPH dilakukan beberapa cara antara lain
1). Anamnesa
Kumpulan gejala pada BPH dikenal dengan LUTS (Lower Urinary Tract
Symptoms) antara lain: hesitansi, pancaran urin lemah, intermittensi,
terminal dribbling, terasa ada sisa setelah miksi disebut gejala obstruksi
dan gejala iritatif dapat berupa urgensi, frekuensi serta disuria.
2) Pemeriksaan Fisik
dehidrasi sampai syok pada retensi urin serta urosepsis sampai syok septik.
Rectal
menentukan
touch / pemeriksaan
colok
dubur
bertujuan
unit vesiko
untuk
uretra
dan
(Prostatik
Spesific
Antigen)
penting diperiksa
sebagai
= obstruktif.
b).
USG
(Ultrasonografi), digunakan
volume dan
untuk
memeriksa
konsistensi,
supra pubik.
c). IVP (Pyelografi Intravena)
Digunakan
untuk
melihat
fungsi
exkresi
ginjal
dan
adanya
hidronefrosis.
d) Pemeriksaan Panendoskop
Untuk
2.
Penatalaksanaan
bulan kemudian
berasal
dari:
b).
c).
d).
e).
b).
c).
Perianal Prostatectomy
d).
sebagai berikut :
Pre Operasi :
1). Obstruksi akut / kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik, pembesaran
5)
6)
B. Perencanaan
1.
Sebelum Operasi
a.
Kriteria hasil :
Berkemih dalam jumlah yang cukup, tidak teraba distensi kandung kemih
4)
Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba
dirasakan.
R/ Meminimalkan retensi urina distensi berlebihan pada kandung kemih
2.
4.
5.
b.
buli,
b)
Pertahankan patensi
kateter
dan
sistem
drainase.
pengubahan
f)
perfusi
jaringan
meningkatkan penyembuhan
9
dan
perbaikan
edema
( pendekatan perineal ).
serta
mengindikasikan
terjadinya
komplikasi misalnya
penurunan
c).
Sesudah operasi
1. Nyeri berhubungan dengan spasmus kandung kemih dan insisi sekunder
pada TUR-P
Tujuan: Nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
- Klien mengatakan nyeri berkurang / hilang.
- Ekspresi wajah klien tenang.
- Klien akan menunjukkan ketrampilan relaksasi.
- Klien akan tidur / istirahat dengan tepat.
- Tanda tanda vital dalam batas normal.
Rencana tindakan :
1.
Jelaskan pada klien tentang gejala dini spasmus kandung
kemih.
R/ Kien dapat mendeteksi gajala dini spasmus kandung kemih.
2.
Pemantauan klien pada interval yang teratur selama 48 jam,
untuk mengenal gejala gejala dini dari spasmus kandung kemih.
R/ Menentukan terdapatnya spasmus sehingga obat obatan bisa diberikan
3.
Jelaskan pada klien bahwa intensitas dan frekuensi akan
berkurang dalam 24 sampai 48 jam.
R/ Memberitahu klien bahwa ketidaknyamanan hanya temporer.
4.
Beri penyuluhan pada klien agar tidak berkemih ke seputar
11
5.
6.
7.
8.
9.
kateter.
R/ Mengurang kemungkinan spasmus.
Anjurkan pada klien untuk tidak duduk dalam waktu yang
lama sesudah tindakan TUR-P.
R / Mengurangi tekanan pada luka insisi
Ajarkan penggunaan teknik relaksasi, termasuk latihan nafas
dalam, visualisasi.
R / Menurunkan tegangan otot, memfokuskan kembali perhatian dan dapat
meningkatkan kemampuan koping.
Jagalah selang drainase urine tetap aman dipaha untuk
mencegah peningkatan tekanan pada kandung kemih. Irigasi kateter jika terlihat
bekuan pada selang.
R/ Sumbatan pada selang kateter oleh bekuan darah dapat menyebabkan distensi
kandung kemih dengan peningkatan spasme.
Observasi tanda tanda vital
R/ Mengetahui perkembangan lebih lanjut.
Kolaborasi dengan dokter untuk memberi obat obatan
(analgesik atau anti spasmodik )
R / Menghilangkan nyeri dan mencegah spasmus kandung kemih.
Rencana tindakan:
1. Beri penjelasan untuk mencegah aktifitas berat selama 3-4 minggu .
R/ Dapat menimbulkan perdarahan .
2. Beri penjelasan untuk mencegah mengedan waktu BAB selama 4-6 minggu; dan
memakai pelumas tinja untuk laksatif sesuai kebutuhan.
R/ Mengedan bisa menimbulkan perdarahan, pelunak tinja bisa mengurangi
kebutuhan mengedan pada waktu BAB
3. Pemasukan cairan sekurangkurangnya 2500-3000 ml/hari.
R/ Mengurangi potensial infeksi dan gumpalan darah .
4. Anjurkan untuk berobat lanjutan pada dokter.
R/. Untuk menjamin tidak ada komplikasi .
5. Kosongkan kandung kemih apabila kandung kemih sudah penuh .
R/ Untuk membantu proses penyembuhan .
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri / efek pembedahan
Tujuan: Kebutuhan tidur dan istirahat terpenuhi.
Kriteria hasil:
- Klien mampu beristirahat / tidur dalam waktu yang cukup.
- Klien mengungkapan sudah bisa tidur .
- Klien mampu menjelaskan faktor penghambat tidur .
Rencana tindakan:
1.
Jelaskan pada klien dan keluarga penyebab gangguan tidur
dan kemungkinan cara untuk menghindari.
R/ meningkatkan pengetahuan klien sehingga mau kooperatif dalam tindakan
perawatan .
2.
Ciptakan suasana yang mendukung, suasana tenang dengan
mengurangi kebisingan .
R/ Suasana tenang akan mendukung istirahat
3.
Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan penyebab
gangguan tidur.
R/ Menentukan rencana mengatasi gangguan
4.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yang dapat
mengurangi nyeri ( analgesik ).
R/ Mengurangi nyeri sehingga klien bisa istirahat dengan cukup .
14
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas
Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.
Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press.
Surabaya
Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.
15