Botani Tanaman
Menurut sistematika tananaman, bawang merah termasuk dalam
Kingdom
Plantae,
Divisio
Spermatophyta,
Subdivisio
Angiospermae,
antara lapisan kelopak daun dan dapat tumbuh menjadi tanaman baru disebut
tunas lateral. Setiap umbi bawang dapat dijumpai banyak tunas lateral, yaitu
mencapai 3-20 tunas (Brewster, 2008).
buah
duduk
di
atas
membentuk
suatu
bangun
seperti
kubah
digunakan untuk penanaman bawang merah. Jenis tanah yang cocok untuk
budidayanya adalah tanah Alluvial, Latosol atau Andosol ber-pH antara 5,15 7,0
(Deptan, 2005).
Bawang merah dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi
(1 -1000 m dpl). Namun pertumbuhan tanaman maupun umbi yang optimal pada
ketinggian 0 400 m dpl. Walaupun demikian tanaman ini masih dapat tumbuh
dan berumbi di ketinggian 800 900 m dpl, tetapi umbinya lebih kecil dan
berwarna kurang mengkilat. Selain itu umurnya lebih panjang dibanding umur
tanaman di dataran rendah karena suhunya di
(Deptan, 2005),
Tanaman ini dapat ditanam di tanah datar hingga berbukit dan pada tanah
datar harus dibuatkan saluran drainase dan di daerah berbukit sebaiknya dibuatkan
teras. Lahan untuk tanaman bawang merah sebaiknya bukan bekas bawang merah,
tetapi telah dirotasi dengan tanaman lain, seperti bekas padi atau tanaman lain.
Tujuannya supaya rantai siklus hama penyakit yang ada di tanah terputus
(Suryani, 2012).
Pembungaan, Pembuahan dan Pembentukan Biji Bawang Merah
Induksi bunga merupakan suatu peristiwa penting dalam proses
pembungaan yang menandai terjadinya perubahan pola pertumbuhan dan
perkembangan dari fase vegetatif menuju fase generatif (produktif). Pada fase ini
terjadi perubahan fisiologis dan biokimia pada mata tunas sedangkan secara
morfologi belum terjadi perubahan secara visual. Pembungaan juga merupakan
interaksi dari pengaruh dua faktor yaitu faktor eksternal/lingkungan dan faktor
internal (genetik dan fitohormon) (Gardner et al., 1991).
proses terjadi yang melibatkan interaksi antara bagian-bagian bunga jantan dan
bunga betina (Herrero et al., 1988).
Buah dan biji terbentuk dari hasil penyerbukan dan pembuahan yang
terjadi pada ovul/bakal biji. Jumlah buah dan biji masak yang terbentuk pada
tanaman dipengaruhi oleh (1) Jumlah bunga yang dihasilkan, (2) Persentase bunga
yang mengalami pembuahan, (3) Persentase buah muda yang dapat terus tumbuh
hingga menjadi buah masak dan (4) Umur buah. Sedangkan kualitas dan kuantitas
biji pada buah salah satunya ditentukan oleh kuantitas polen viabel yang berhasil
membuahi ovul. Perkembangan buah dan biji sangat dipengaruhi oleh suhu dan
lingkungan penyinaran matahari (Goldsworthy, 1992).
Inisiasi pembungaan juga dikendalikan oleh zat pengatur tumbuh giberelin
yang dapat merangsang pembungaan. Hasil percobaan menyimpulkan bahwa hasil
biji paling tinggi diperoleh dengan perlakuan vernalisasi dan aplikasi 200 ppm
GA3 + 50 ppm NAA, yaitu sebesar 17,92 kg/ha. Namun hasil biji yang diperoleh
dengan perlakuan vernalisasi dan aplikasi 100 ppm GA3 juga cukup tinggi dan
lebih efisien dilihat dari penggunaan zat pengatur tumbuh, yaitu sebesar
13,42 kg/ha (Sumarni dan Sumiati, 2001).
Giberelin (GA3)
Asam giberelat (GA3) merupakan senyawa tetrasiklik diterpenoid dengan
sistem
cincin
ent-giberelan
yang
ditemukan
pada
tahun
1926
oleh
E. Kurosawa, ilmuwan Jepang. GA3 ini merupakan salah satu ZPT yang diketahui
dapat mendorong terjadinya pembungaan. Giberelin dapat menggantikan kondisi
lingkungan
spesifik
guna
mengendalikan
pembentukan
bunga.
Inisiasi
panjang
dan
menginduksi
pembungaan
pada
tanaman
hari
pendek
(Sponsel, 1995).
potensial air sel dalam waktu singkat lebih negatif sehingga air akan
masuk lebih cepat dan mengakibatkan perluasan sel.
-
hebat
daripada
bagian
yang
tidak
diberi
perlakuan
bunga bukan karena jumlah buku bertambah, melainkan oleh pembesaran dan
pembelahan sel (Wilkins, 1992).
Ada berbagai macam teknik aplikasi yang digunakan untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman, salah satunya adalah perendaman. Perendaman yang
dilakukan pada umbi bibit bawang merah pada larutan GA3 dapat merangsang
pembungaan dan dapat menggantikan sebagian atau seluruh fungsi temperatur
rendah untuk stimulasi pembungaan. Hasil percobaan Fahrianty (2012)
menyimpulkan bahwa perlakuan GA3 dan vernalisasi mempercepat munculnya
kuncup bunga 15 hari, waktu bunga mekar 13 hari serta waktu panen biji 8 hari
dengan produksi TSS sebesar 4,80 gram (48 kg/ha) dengan daya kecambah
sebesar 87% lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan kontrol.
Proses giberelin dalam merangsang pembungaan yaitu pada awalnya
dengan menstimulasi sistem molekul mRNA dan DNA templat oleh giberelin
yang terbentuk. Kemudian terjadi transkripsi sintesis asam amino, protein, dan
enzim de novo. Protein/enzim yang baru terbentuk diperlukan untuk mendukung
peningkatan pembelahan dan pembentukan sel-sel baru yang mengarah pada
inisiasi
primordia
bunga
pada
meristem
apeks
berperan
dalam
pembentukan
dinding
sel
= kontrol
G1
= 25 ppm
G2
= 50 ppm
G3
= 75 ppm
G4
= 100 ppm
= kontrol
P1
P2
P3
G1P0
G2P0
G3P0
G4P0
G0P1
G1P1
G2P1
G3P1
G4P1
G0P2
G1P2
G2P2
G3P2
G4P2
G0P3
G1P3
G2P3
G3P3
G4P3
Jumlah ulangan
: 3 ulangan
: 60 plot
: 30 cm
: 50 cm
Ukuran plot
: 120 cm x 100 cm
Jarak tanam
: 20 cm x 15 cm
: 25 tanaman
: 5 tanaman
: 300 tanaman
: 1500 tanaman
j = 1,2,3,4
k = 1,2,3
Dimana:
Yijk
: Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan perlakuan GA3 taraf ke-j dan
pemberian pupuk fosfor pada taraf ke-k
: Nilai tengah
()jk : Interaksi antara perlakuan GA3 taraf ke-j dan pemberian pemberian
pupuk fosfor taraf ke-k
ijk
: Galat dari blok ke-i, yaitu GA3 pada taraf ke-j dan pemberian pupuk
fosfor pada taraf ke-k
Perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan
berdasarkan
Uji
Jarak
Duncan
(DMRT)
pada
taraf