Perawat Persepektif Islam
Perawat Persepektif Islam
Sejak manusia lahir maka kepada mereka sudah ditakdirkan untuk merawat
dirinya sendiri. Keperawatan telah berkembang baik sebagai ilmu maupun profesi
sehingga ia telah menjadi bidang studi yang mandiri. Hal ini ditandai dengan adanya
dorongan bagi seorang ibu untuk membagi dirinya kepada bayinya melalui proses
penyusuan. Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
pekerjaan keperawatan tidak hanya berkembang sebatas kegiatan alamiah namun tumbuh
dalam bentuk penalaran sehingga melahirkan berbagai kegiatan seperti observasi,
eksperimen, empiris yang digali akarnya dari pemikiran kefilsafatan maupun budaya.
Akan tetapi penggalian pengetahuan tentang keperawatan mendorong untuk terus
mencari akar yang lebih dalam lagi yaitu tidak sekedar bersumber dari keberadaan
manusia dengan alam semesta akan tetapi dari hakikat keberadaan manusia sebagai
makhluk Allah SWT. Kajian tentang keperawatan yang berdasar pada aliran pemikiran
positivism dan pragmatism disadari semakin menjauhkan manusia dari nilai-nilai etika
universal sehingga pekerjaan keperawatan dilihat hanya sebagai pekerjaan yang bertujuan
jangka pendek. Akibatnya, tugas keperawatan tidak melahirkan suatu rasa cinta dan kasih
sayang terhadap sesame makhluk Allah karena hanya lahir dari motivasi untuk tujuantujuan jangka pendek seperti sekedar melaksanakan kewajiban, motif mencari upah.
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan
tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya dan diperoleh
melalui pendidikan keperawatan. Seorang perawat dikatakan profesional
jika memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan keperawatan professional
serta memiliki sikap profesional sesuai kode etik profesi.Keperawatan
dalam Islam adalah pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan merawat
pasien, individu, keluarga, dan masyarakat sebagai manifestasi cinta
kepada Allah dan Nabi Muhammad. Keperawatan sebagai profesi bukan hal
baru bagi Islam. Pada kenyataannya, itu adalah atributif untuk simpati
dan tanggung jawab terhadap yang bersangkutan membutuhkan. Usaha ini
telah dimulai selama pengembangan Islam sebagai agama, budaya, dan
peradaban.
Allah kaannaka tarahu fa in lam takun tarahu fa innahu yaraka). Atas dasar itu,
seorang muslim dalam segala tindakannya tidak memerlukan kendali eksternal untuk
menjadi orang baik karena di dalam hatinya terdapat potensi fitrah yang selalu
menuntunnya untuk menjadi orang yang takut berbuat maksiat.
Tingkat Kebutuhan Terhadap Keperawatan
Setiap tindakan dalam tugas keperawatan dibagi dalam tiga klasifikasi sesuai
dengan tingkat kepentingannya. Pertama,adalah tingkatan dlaruriyatyaitu suatu
kondisi darurat yang sedang dihadapi oleh orang yang sakit. Apabila derajat kesakitan
seorang klien telah mencapai kondisi darurat sesuai dengan pertimbangan medis,
maka dapat dilakukan tindakan darurat yaitu diperkenankan untuk menyimpang dari
hukum konvensional syariat, dengan ukuran sekedar mengatasi suasana yang
darurat. Demikian pula, petugas kesehatan dapat menunda untuk sementara waktu
kepentingan Allah untuk menyelamatkan situasi darurat yang sedang dihadapi oleh
hambaNya misalnya menunda sementara melaksanakan solat karena membantu
pasien yang sedang kritis. Kedua, adalah tingkatan hajiyat yaitu kondisi manusia
yang sangat membutuhkan untuk menopang terwujudnya hifz al nafssebagaimana
telah diterangkan di atas. Sebagian ulama mempersamakan antara dlaruriyatdengan
hajiyat namun dengan derajat yang bisa berbeda. Oleh karena itu, apabila dalam
dlaruriyat, seorang petugas keperawatan dapat menunda pelaksanaan ibadah atau
melakukan tindakan pemotongan bagian tubuh manusia, maka dalam hajiyat tidak
sampai kepada derajat itu. Ketiga, yaitu tahsiniyat yang bersifat aksesori kehidupan.
Dalam hal ini hukumnya tidak wajib dan tidak haram yaitu berada pada posisi mubah.
Bahkan terkadang, derajat kepentingan tahsiniyatdapat berubah menjadi haram
apabila motivasi yang melandasintya justru bersifat cenderung mubazir atau
bertentangan dengan tujuan syariat.
Oleh karena itu, seorang petugas keperawatan dituntut kearifan guna menentukan pilihan
di antara tiga alternatif kondisi yang dihadapi oleh seorang yang sakit. Hal ini disebabkan
karena kesalahan dalam penetapan alternatif justru akan berakibat fatal yaitu pelanggaran
terhadap syariat.
belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang
bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (Surah Al-AnAm ayat 32)
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main.
Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka
mengetahui. (Surah Al-Ankabut ayat 64)
Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau.
Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala
kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu. (Surah
Muhammad ayat 36)
Dan sesungguhnya akhirat itu lebih baik bagimu daripada kehidupan
sekarang. (Ad-Dhuha: 4)
Mereka hanya mengetahui yang lahir/material saja dari kehidupan dunia;
sedang mereka tentang kehidupan akhirat adalah lalai. (QS Ar-Ruum ayat
7)
CIRI PERAWAT YANG MEMILIKI VISI TRASCEDENTAL :
menghargai keunikan pasiennya, dan adil terhadap pasien yang
berbeda agama.
memulai tindakan keperawatan dengan basmalah
mampu membimbing pasien untuk bersuci dan sholat
mampu membimbing pasien saat sakaratul maut
melindungi pasien dari zat makanan dan minuman yang haram
memaknai hikmah sakit bagi pasien
memperkuat diri dan pasiennya untuk menuju husnul khotimah
mengutamakan kesejahteraan akherat di banding dunianya