Pengertian
Gagal jantung kongestif adalah ketidak mampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat
untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif
paling sering kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan. (Smeltzer&Bare, 2001)
Gagal jantung kongestif terjadi sewaktu kontraktilitas jantung berkurang dan ventrikel tidak
mampu memompa keluar darah sebanyak yang masuk selama diastole. (Corwin,2000)
Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kondisi dimana kardiak output tidak mencukupi
kebutuhan metabolik tubuh. (Depkes,1993 dikutip oleh Arif Mutaqqin, 2009)
2.1.2
Etiologi
2.1.3
Klasifikasi gagal jantung yang selama ini telah dikenal adalah klasifikasi menurut New York
Heart Association (NYHA) yang telah dikutip oleh Arif Mutaqqin pada tahun 2009.
Kelas
Defenisi
Istilah
I
Klien dengan kelainan jantung tetapi tanpa pembatasan aktivitas gisik
Disfungsi ventrikel kiri yang asimtomatik
II
Klien dengan kelainan jantung yang menyebabkan sedikit pembatan aktivitas
Gagal jantung ringan
III
Klien dengan kelainan jantung yang menyebabkan banyak pembatasan aktivitas fisik
Gagal jantung sedang
IV
Klien dengan kelainan jantung yang segalah aktivitas fisiknya menyebabkan keluhan
Gagal jantung berat
a.
Jantung
Jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak ditengah toraks dan ia menempati antara
paru dan diafragma. (Smelter & Bare, 2001)
b.
Bentuk jantung
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan disebut
juga basis kordis, disebelah bawah agak runcing yang disebut apeks kordis. (Syaiffudin)
c.
Letak jantung
Letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastium anterior), sebelah kiri
bawah dari pertengahan rongga dada di atas diafragma, dan pangkalnya terdapat di bagian kiri
antara kosta V dan kosta VI dua jari di bawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya
denyutan jantung yang disebut iktus kordis. (Syaiffudin, 2006)
d.
Ukuran jantung
Ukuran jantung lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan besarnya kira-kira 250-300
gram. (Syaiffudin, 2006)
e.
-
Lapisan-lapisan jantung
Endokardim
Merupakan lapisan jantung yang terletak disebelah dalam sekali yang terdiri dari jaringan
endotel atau lapisan selaput lendir, yang melapisi permukaan rongga jantung.
Miokardium
Merupakan lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot-otot jantung. Otot-otot jantung ini
membentuk bundalan-bundalan otot yaitu : bundalan otot atria, yang terdapat dibagian kiri/kanan
dan basis kordis yang membentuk serambi atau airukula kordis. Bundalan otot ventrikel yang
membentuk bilik jantung dimulai dari cincin atrioventrikular sampai di apeks jantung. Bundalan
otot atrioventrikular merupakan dinding pemisah antara serambi dan bilik jantung.
-
Perikardium
Lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkus terdiri dari dua lapisan yaitu
lapisan parietal dan viseral yang bertemu di pangkal jantung membentuk kantung jantung.
(Syaiffudin, 2006)
f.
Bagian-bagian jantung
Atrium kanan : atrium kanan berdinding tipis ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
darah, dan sebagai penyalur darah dari vena-vena sirkulasi sitemik yang mengalir ke ventrikel
kanan.
-
Atrium kiri : atrium kiri menerima darah teroksigenasi dari paru-paru melalui keempat
vena pulmonalis. Atrium kiri mempunyai dinding yang tipis dan mempunyai tekanan rendah.
-
Ventrikel kanan : ventrikel kanan berbentuk bulan sabit yang unik guna menghasilkan
kontraksi bertekanan rendah yang cukup mengalirkan darah kedalam arteria pulmonalis.
-
Ventrikel kiri : ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk
mengatasi tahanan sirkulasi sistemik, dan mempertahankan aliran darah ke jaringan perifer.
(Price & Wilson, 2005)
g.
Katup-katup jantung
Didalam jantung terdapat katup-katup yang sangat penting artinya dalam susunan peredaran
darah dan pergerakan jantung manusia :
1.
Valvula trikuspidalis, terdapat antara atrium dekstra dan ventrikel dekstra yang terdiri dari
tiga katup.
2.
Valvula bikuspidalis, terletak antara atrium sinistra dan ventrikel sinistra yang terdiri dari
dua katup.
3.
Valvula semilunaris arteri pulmonalis, terletak antara ventrikel dekstra arteri pulmonalis
4.
Valvula semilunaris aorta, terletak antara ventrikel sinistra dengan tempat darah mengalir
Arteri koronaria
Arteri koronaria adalah pembuluh darah yang menyuplai otot jantung yang mempunyai
kebutuhan metabolism tinggi terhadap oksigen dan nutrisi. Jantung menggunakan 70 %-80 %
oksigen yang dihantarkan melalui arteri koronaria ; sebagai perbandingan organ lain hanya
menggunakan rata-rata seperempat oksigen yang dihantarkan. Arteri koronaria muncul dari aorta
dekat hulunya di ventrikel kiri. Dinding sisi kiri jantung disuplai dengan bagian yang lebih
banyak melalui arteri koronaria utama kiri yang kemudian terpecah menjadi dua cabang besar
kebawah (arteri desendens anterior sinistra) dan melintang (arteri sirkumfleksa) sisi kiri jantung.
Sisi kanan dipasok sperti itu pula dari arteri koronaria dekstra. Tidak seperti arteri lain, arteri
koronaria di perfusi selama diastolik. (Smeltzer % Bare, 2001)
i.
-
Vena jantung
Vena tebesian : merupakan system terkecil yang menyalurkan darah dari miokardium
Vena kardiaka anterior : mempunyai fungsi yang cukup berarti, mengosongkan sebagian
Sinus koronarius dan cabangnya : merupakan sisten vena paling besar dan paling penting;
berfungsi menyalurkan pengembalian darah vena miokard kedalam atrium kanan melalui ostium
sinus koronarius yang bermuara disamping vena kava inferior. (Price & Wilson, 2005)
j.
Suatu keadaan ketika jantung bagian ventrikel dalam keadaan menguncup, katup bikuspidalis
dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup, katup semilunaris aorta dan semilunaris arteri
pulmonalis terbuka sehingga darah dari ventrikel dekstra mengalir ke arteri pulmonalis masuk ke
paru-paru kiri dan kanan. Sedangkan darah dari ventrikel sinistra mengalir ke aorta kemudian
diedarkan keseluruh tubuh.
2.
Suatu keadaan ketika jantung mengembang. Katup bikuspidalis dan trikuspidalis terbuka
sehingga darah dari atrium sinistra masuk ventrikel sinistra dan darah dari atrium dekstra masuk
kedalam ventrikel dekstra.
3.
Periode istirahat
Waktu antara periode konstriksi dan dilatasi ketika jantung berhenti kira-kira 1/10 detik. Pada
waktu kita beristirahat jantung akan menuncup sebanyak 70-80 x/m. pada tiap-tiap kontraksi
jantung akan memindahkan darah ke aorta sebanyak 60-70 cc. (Syaiffudin, 2006)
k.
Fisiologis jantung
1)
Terdiri dari tiga tipe otot jantung yang utama, yaitu otot atrium, otot ventrikel, dan serat otot
khusus pengantar ransangan. Tipe otot atrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara yang sama
seperti otot rangka dengan kontraksi ototyang lebih lama. Sedangkan serat khusus penghantar
dan pencetus ransangan dengan lemah sekali sebab serat-serat ini hanya mengandung sedikit
serat kontraktif malahan serat ini menghambat berbagai irama dan kecepatan konduksi sehingga
serat ini berfungsi sebagai suatu system pencetus ransangan bagi jantung.
2)
Pada tiap siklus jantung terjadi sistole dan diastole secara beurutan dan teratur dengan adanya
katup jantung yang terbuka dn tertutup. Pada saat itu jantung dapat bekerja sebagai pompa
sehingga darah dapat beredar keseluruh tubuh. Selama satu siklus kerja jantung terjadi perubahan
tekanan didalam rongga jantung sehingga terjadi perbedaan tekanan. Perbedaan ini menyebabkan
darah mengalir dari rongga yang tekananya lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah.
3)
Curah jantung
Pada keadaan normal (fisiologis) jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri dan ventrikel
kanan sama besarnya. Bila tidak demikian akan terjadi penimbunan darah ditempat tertentu.
Misalnya jika jumlah darah yang dipompakan ventrikel kanan lebih besar dari ventrikel kiri,
maka jumlah darah tidak dapat diteruskan oleh ventrikel kiri ke peredaran darah sistemik
sehingga terjadi penimbunan darah di paru-paru.
Jumlah darah yang dipompakan ventrikel dalam satu menit di sebut curah jantung , dan jumlah
darah yang dipompakan ventrikel pada setiap kali sistole disebut volume sekuncup dengan
demikian curah jantung = isi sekuncup x frekuensi denyut jantung permenit. Umumnya pada
setiap sistole ventrikel tidak terjadi pengosongan total ventrikel, hanya sebagian dari isi ventrikel
yang dikeluarkan, jumlah darah yang tertinggal dinamakan volume residu. Besar curah jantung
seseorang tidak selalu sama, bergantung pada keaktifan tubuhnya. Curah jantung orang dewasa
pada keadaan istirahatlebih kurang 5 liter dapat turun naik pada berbagai keadaan (meningkat
pada waktu kerja berat, stres, peningkatan suhu lingkungan, dan keadaan hamil ; sedangkan
curah jantung menurun pada waktu tidur) (Syaiffudin, 2006).
l.
Sirkulasi jantung
1)
Sirkulasi sistemik
Darah masuk keatrium kiri dari vena pulmonalis. Darah diatrium kiri mengalir keventrikel kiri
melalui katup atrioventrikel (AV), yang terletak disambungan atrium dan ventrikel, katup ini
disebut katup mitralis. Semua katup jantung membuka ketika tekanan dalamruang jantung atau
pembuluh yang ada diatasnya melebihi tekanan yang ada didalam ruang atau pembuluh yang ada
dibawah.
Aliran keluar darah dari ventrikel kiri adalah menuju kesebuah arteri besar barotot, yang disebut
aorta. Darah mengalir dari ventrikel kiri ke aorta melalui katup aorta. Darah diaorta disalurkan
keseluruh sirkulasi sistemik melalui arteri, arteriol dan kapiler yang kemudian menytu kembali
untuk membentuk vena-vena. Vena-vena dari bagian bawah tubuh mengalirkan darah ke vena
besar, vena kava inferior, vena dari bagian atas tubuh mengembalikan darah kevena kav a
superior. Kedua vena kava bermuara di atrium kanan.
2)
Sirkulasi paru
Darah di atrium kanan mengalir keventrikel kanan melalui katup AV (atrioventrikuler) lainya,
yang disebut katup semilunaris (atau trikuspidalis). Darah dari ventrikel kanan dan mengalir
melalui katup ke-empat katup pilmonalis kedalam arteri pulmonalis. Arteri pulmonalis
bercabang-cabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang masing-masing mengalir ke
paru kanan dan kiri. Di paru arteri-arteri pulmonalis bercabang-cabang berkali-kali menjadi
arteriol dan kemudian membentuk kapiler. Setiap kapiler memberi perfusi kepada satuan
pernapasan, melalui sebuah alveolus. Semua kapiler menyatu kembali untuk menjadi venula
menjadi vena. Vena-vena menyatu untuk membentuk vena pulmonalis yang besar. (Syaiffudin,
2006)
2.1.5
Patofisiologis
Bila cadangan jantung untuk berespon terhadap stress tidak adekuat dalam memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh maka jantung gagal untuk melakukan tugasnya sebagai pompa akibatnya terjadi
gagal jantung. Jika cadangan jantung normal megalami payah dan kegagalan respon fisiologis
tertentu pada penurunan curah jantung adalah penting
Sebagai respon terhadap gagal jantung, ada 3 mekanisme respon primer :
a.
Menurunya curah sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan respon simpatis
kompensatorik. Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatis meransang pengeluaran katekolamin
dari saraf-saraf adrenergik jantung dan medula adrenal. Denyut jantung akan meningkat secara
maksimal untuk mempertahankan curah jantung, Jugika terjadi vasokontriksi arteri perifer.
Kadar katekolamin yang beredar akan meningkat pada gagal jantung. Jantung akan semakin
bergantung pada katekolamin yang beredar dalam sirkulasi untuk mempertahankan kerja
ventrikel.namun akhirnya respon miokardium terhadap ransangan simpatis akan menurun,
katekolamin akan berkurang pengaruhnya terhadap kerja ventrikel.
Dengan berkuragnya respon ventrikel yang gagal terhadap ransangan katekolamin, maka respon
terhadap ransangan juga berkurang. Pada keadaan gagal jantung bareseptor di aktivasi sehingga
menyebabkan peningkatan aktivitas simpatis pada jantung, ginjal, dan pembuluh darah perifer.
Agiotensi II dapat menyebabkan makin aktivitas simpatis tersebut.
Aktivitas yang belebihan dari system saraf simpatis menyebabkan peningkatan kadar nora
adrenalin plasma.Sebagai akibatnya terjadi vasokonstriksi,takikardia,serta retensi garam dan
air.Aktivitas simpatis berlebihan juga dapat menyebabkan nekrosis sel otot jantung.Penghambat
ACE menyebabkan penurunan kadar norarenalin plasama dan mengembalikan reflex simpatis ke
keadaan normal.
b.
Aktivasi sistem renin angiostensin aldosteron (SRAA) menyebabkan retensi natrium dan air
oleh ginjal,meningkatkan volume ventrikel serta regangan serabut SRAA bertujuan untuk
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit serta mempertahankan tekanan darah.Renin adalah
enzim yang mengubah angiostensinogen menjadi angiostensin I.
Angiostensin converting enzyme (ACE) yang terikat pada membran plasma endotel akan
memecahkan asam amino dan angiostensin plasma endotel akan memecahkan asam amino dan
angiostensin I membentuk angiostensin II.Angiostensin II memiliki fungsi memelihara
homeostatis sirkulasi,merangsang konstriksi arteriol pada ginjal dan sirkulasi sistemik reabsorbsi
natrium.Renin diekresi pada keadaan menurunnya tekanan darah,kekurangan natrium dan
peningkatan aktivitas simpatis ginjal.Angiostensin II memegang peranan utama dalam SRAA
karena meningkatkan tekanan darah melalui beberapa cara seperti vasokonstriksi,retensi garam
dan cairan,serta takikardia.
Angiostensin II mempunyai pengaruh yang penting terhadap otot jantung dan mempengarui pola
remodeling jantung setelah infark miokard. Aldesteron menyebabkan retensi natrium dan air.
c.
Hipertrrofi ventrikel
Hipertrofi meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel miokardium, bergantung pada jenis
beban hemodinamik yang mengakibatkan gagal jantung. Pola terjadinya hipertrofi ventrikel
secara fungsional merupakan respon secara modeling dimana pada jantung terjadi sebagai respon
berbagai macam ransangan patofisiologis. Ransangan tersebut antara lain disebabkan oleh halhal dibawah ini :
1.
Overload tekanan
Misalnya hipertensi dan stenosis aorta. Remodeling jantung terbentuk pada keadaan ini dengan
tujuan agar ventrikel kiri dapat menghasilkan tekanan tinggi yang dibutuhkan untuk mengatasi
peningkatan impendasi aliran, remodeling dapat tercapai dengan peningkatan jumlah myofibril
paralel, yang kemudian meningkatkan ketebalan dinding ventrikel. Dengan demikian dapat dapat
ditimbulkan ketegangan dinding dan tekanan intraventrikel yang lebih besar oleh tiap miofibril
dengan mengembangkan ketegangan yang sama seperti sebelumnya. Jadi overload tekanan
menyebabkan peningkatan tekanan dinding ventrikel kiri yang biasanya disebut hipertrofi
konsentorik.
2.
Overload volume
Misalnya keadaan curah jantung yang tinggi. Remodeling jantung terjadi agar dapat
menghasilkan isi sekuncup yang besar. Tiap sarkomer mempunyai jarak pemendekan puncak
yang terbatas, sehingga peningkatan isi sekuncup dapat dicapai dengan peningkatan volume
ventrikel. Pelebaran ini membutuhkan ketegangan dinding yang lebih besar agar dapat
menimbulkan ketegangan intraventrikel yang sama, sehingga membutuhkan peningkatan jumlah
myofibril paralel. Sebagai akibatnya terjadi peningkatan ketebalan dinding ventrikel kiri. Jadi
overload volume menyebabkan pelebaran ruang dan hipertrofi ekstrensik. (Mutaqqin, 2009)
Berikut Patoflow Askep Gagal Jantung Kongestif:
Gambaran klinis
Tanda diminan gagal jantung adalah meningkatnya volume intravaskuler. Tetapi manifestasi
kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi.
-
Kongesti paru menonjol pada gagal jantung kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu memompa
darah yang dating dari paru, peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru, menyebabkan cairan
terdorong kedalam jaringan paru. Manifestasi klinis yang sering terjadi meliputi : dispnu,
ortopnu, paroximal nocturnal dispnu (PND).
-
Bila jantung kanan gagal yang paling menonjol adalah kongesti visera dan jaringan perifer. Hal
ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat
sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang keluar secara normal kembali
kesirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak meliputi : edema ekstremitas bawah (edema
dependen),
yang
biasanya
merupakan
pitting
edema,
pertambahan
berat
badan,
hepatomegali,distensi vena leher, asites (penimbunan cairan didalam rongga perineum, anoreksia
dan mual, nokturia dan lemah. (Smeltzer&Bare, 2001)
2.1.7
Pemeriksaan penunjang
Pengukuran tekanan diastolik akhir ventrikel dengan sebuah kateter yang dimasukan
kedalam arteri pulmonalis (mencerminkan tekanan ventrikel kiri) atau kedalam vena kava
(mencerminkan tekanan ventrikel kanan) dapat mendiagnosis gagal jantung. Tekanan ventrikel
kiri biasanya mencerminkan volume ventrikel kiri.
-
Elektrokardiografi : pada pemeriksaan EKG untuk klien dengan gagal jantung dapat
ditemukan kelainan EKG seperti : left bundle branch block, kelainan ST/T menunjukan disfungsi
ventrikel kiri kronis. Aritmia : deviasi aksis kekanan right bundle branch block, dan hipertrofi
ventrikel kanan, menunjukan adanya disfungsi ventrikel kanan. (Mutaqqin, 2009)
-
Penatalaksanaan
Diberikan diuretik untuk menurunkan volume plasma sehingga aliran balik vena dan
langsung pada serat-serat otot jantung untuk meningkatkan kekuatan setiap kontraksi tanpa
bergantung pada panjang serat otot. Hal ini akan menyebabkan peningkatan curah jantung
sehingga volume dan peregangan ruang ventrikel berkurang.
-
pembentukan angiotensin II. Hal ini mengurangi afterload (TPR) dan volume plasma (preload).
Nitrat juga diberikan untuk mengurangi afterload dan preload. (Corwin,2000)
-
Inotropik positif : dopamin dapat juga digunakan untuk meningkatkan denyut jantung
(efek beta I) pada keadaan bradikardia disaat atropine tidak menghasilkan kerja yang efektif pada
dosis 5-20 mg/kg/menit.
-
Sedatife, diberikan untuk mengurangi kegelisahan pada keadaan gagal jantung berat,
Diet : mengatur diet sehingga kerja dan ketegangan otot jantung minimal dan status
nutrisi terpelihara sesuai dengan selera dan pola makan klien. (Mutaqqin, 2009)
1.1.9
1.
Komplikasi
Syok kardiogenik
Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kongestif,
terjadi bila ventrikel kiri mengalami gangguan yang sangat luas. Otot jantung kehilangan
kontraktilitasnya, mengakibatkan penurunan curah jantung dengan perfusi jaringan yang tidak
adekuat ke organ vital (jantung, otak, ginjal). Tanda klasik syok kardiogenik adalah tekanan
darah rendah, nadi cepat dan lemah, hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi
dan agitasi, penurunan haluaran urine, serta kulit yang dingin dan lembab.
2.
Episode tromboemboli
Kurangnya mobilitas pasien penyakit jantung dan adanya gangguan sirkulsi yang menyertai
kelainan ini berperan dalam pembentukan thrombus intrakardial dan intravaskuler. Begitu pasien
meningkatkan aktivitasnya setelah waktu yang lama sebuah thrombus akan terlepas dan dapat
terbawa ke otak, ginjal, paru-paru. Episode emboli yang tersering adalah emboi paru, gejalanya
meliputi nyeri dada, sianosis, napas pendek dan cepat, serta hemoptisis. Emboli sistemik dapat
berasal dari ventrikel kiri, sumbatan vaskuler dapat mengakibatkan stroke atau infark ginjal, juga
dapat mengganggu suplai darah ke ekstremitas.
3.
Efusi perikardial mengacu pada masuknya cairan kedalam kantung perikardium. Kejadian ini
biasanya disertai dengan perikarditis, gagal jantung atau bedah jantung.cairan perikardium akan
terakumulasi secara lambat tanpa menyebabkan gejala yang nyata. Namun demikian
perkembangan efusi yang cepat dapat meregangkan pericardium sampai ukuran maksimal dan
menyebabkan penurunan curah jantung serta aliran balik vena ke jantung, tanda dan gejala yang
tampak adalah klien mungkin mengeluh dada terasa penuh atau sangat nyeri, napas pendek,
tekanan darah menurun dan berfluktuasi, bunyi jantung terdengar lemah, disertai dengan
pembesaran vena dileher. (Smeltzer & Bare, 2001)
2.2
Pada lokakarya nasional, tentang perawatan yang dilaksanakan di Jakarta pada tahun 1983, telah
disepakati pengertian keperawatan sebagai berikut:
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,berbentuk pelayanan bio-psikososio-spiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu keluarga dan masyarakat baik sehat
maupun sakit maupun sehat mencakup seluruh proses kehidupan manusia. (Nursalam, 2004)
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan
yang langsung diberikan kepada klien/pasien, pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan,
dengan menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan,
dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang dan tanggung jawab keperawatan
.(Kusnanto, 2004)
Proses keperawatan terdiri dari :
2.2.1
Pengkajian keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistemtis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaliasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam
memberikan asuhan keperawatan, sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu pengkajian
yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam
merumuskan suatu diagnose keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai
dengan respon individu sebagaimana yang telah itentukan dalam standar praktik keperawatan
dari ANA (Amerikan Nursing Asociation ). (Nursalam, 2004)
Dasar data pengkajian penyakit gagal jantung kongestif menurut Doengoes adalah :
a.
Aktivitas/istirahat
Gejala
: gelisah, perubahan status mental, misalnya letargi, tanda vital berubah pada saat
aktivitas
b.
Sirkulasi
Gejala
Kongestif) sebelumya, penyskit jsntung, bedah jantung, endokarditis, SLE (Sistemik Lupus
Eritematosus), anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
Tanda
: Tekanan darah mungkin rendah (gagal pemompaan) ; normal (gagal jantung kongestif
ringan atau kronis) ; atau tinggi (kelebihan beban cairan/ peningkatan tahanan vakuler sistemik).
Tekanan nadi, mungkin sempit menunjukan penurnan volume sekuncup, frekuensi jantung :
disritmia, misalnya fibrilasi atrium, kontraksi ventrikel premature / takikardia, blok jantung. Nadi
apical : titik denyut jantung maksimal mungkin menyebar dan berubah posisi secara inferior
kekiri. Bunyi jantung S3 (gallop) adalah diagnostik ; S4 dapat terjadi ; S1 dan S2 mungkin
melemah. Murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan adanya stenosis katup atau
insufisiensi. Nadi : nadi perifer berkurang, kekuatan dalam denyutan dapat terjadi : nadi sentral
mungkin kuat misalnya : nadi jugularis, karotis, abdominal terlihat . warna kulit ; pucat,
kebiruan, abu-abu, sianotik. Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler
lambat. Hepar ; pembesaran dapat teraba, reflex hepatojugularis. Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
Edema mungkin dependen, umum atau pitting, khusunya pada ekstremitas ; DVJ (Distensi Vena
Jugularis)
c.
Integritas ego
Gejala
: ansietas, kuatir dan takut. Stress yang berhubungan dengan penyakit atu keprihatinan
Tanda
tersinggung.
d.
Eliminasi
Gejala
diare/konstipasi.
e.
Gejala
pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaina/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/ makan
yang telah dip roses lemak, gula dan kafein. Penggunan diur etik.
Tanda
: penambahan berat badan cepat, distensi abdomen (asites); edema (umum, dependen,
tekanan, pitting)
f.
Hygiene
Gejala
Tanda
g.
Neorosensori
Gejal
Tanda
h.
Nyeri/kenyamana
Gejala
: nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas (AkaA), sakit pada otot
Tanda
: tidak tenang, gelisah, focus menyempit (menarik diri), perilaku melindungi diri.
i.
Pernapasan
Gejala
: dispnu saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal, batuk dengan /
tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit paru kronis, pengguanaan bantuan pernapasan,
misalnya oksigen atau medikasi.
Tanda
pernapasan, nasal faring. Batuk : kering/nyaring/nonproduktif atau mungkin batuk terus menerus
dengan atau tanpa pembentukan sputum. Sputum: mungkin bersemuh darah, merah
mudah/berbuih (edema pulmonal). Bunyi napas : mungkin tidak terdengar dengan krekels basilar
dan mengi. Fungsi mental : mungkin menurun, letargi, kegelisahan, warna kulit: pucat atau
sianosis.
j.
Keamanan
Gejala
k.
Interaksi sosial
Gejala
l.
Gejala
Tanda
2.2.2
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (carpenito dan nursalam, 2001).
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan gangguan system kardiovaskuler
gagal jantung kongestif menurut Doengoes adalah :
1.
Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler-
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama,
2.2.3
Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penentuan tujuan dan rencana perawatan yang disusun untuk
membantu klien mengatasi masalah yang sudah didiagnosa. (Smeltzer & Bare, 2001)
Dalam penentuan tujuan terdapat hasil yang diperkirakan dapat dicapai klien yang meliputi :
1.
spesifik
2.
Dapat diukur
3.
Dapat dicapai
4.
5.
Mempunyai tujuan
Perencanaan keperawatan untuk klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler gagal jantung
kongestif yang disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul menurut doenges :
1.
Rasional
ventrikel.
b.
Rasional : S1 dan S2 mungkin melemah karena menurunya kerja pompa, irama gallop (S3 dan
S4) dihasilkan sebagai aliran darah kedalam serambi yang distensi.
c.
Rasional
: penurunan curah jantung dapat menunjukan menurunya nadi radial, nadi mungkin
Rasional
: pada gagal jantung kongestif dini, sedang atau kronis TD dapat meningkat
sehubungan dengan tahanan vaskuler sistemik, tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi dan
hipotensi tak dapat normal.
e.
Rasional
Rasional
: ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung dengan menahan cairan dan
nutrium.
g.
Kaji perubahan pada sensori misalnya letargi, bingung, disorientasi, cemas dan depresi
Rasional
curah jantung.
h.
Berikan istirahat semi rekumben pada tempat tidur atau kursi, kaji dengan pemeriksaan
Rasional
Tinggikan kaki, hindari tekanan pada bawah lutut. Tingkatkan ambulasi/aktivitas sesuai
toleransi.
Rasional
embolus.
k.
Periksa nyeri tekan betis, menurunya nadi pedal, pembengkakan, kemerahan lokal atau
: menurunya curah jantung, bendungan atau statis vena dan tirah baring lama
Kolaborasi
a.
Rasional
Rasional : diuretik blok reabsorbsi diuretik, sehingga mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air.
c.
Rasional
2.
Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien
: hipotensi ortostatik dapat trjadi dengan aktivitas karena efek obat, perpindahan
Rasional
sekuncup selama aktivitas dapat menyebabkan peningkatan segera pada frekuensi jantung dan
kebutuhan oksigen, juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
c.
Rasional
: kelemahan adalah efek samping dari beberapa obat (beta bloker, traquillizer, dan
sedative). Nyeri dan stres juga memerlukan energi dan menyebabkan kelemahan.
d.
Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi. Selingi periode aktivitas
Rasional
oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stres, bila disfungsi
jantung tidak dapat membaik kembali.
3.
pengeluaran, bunyi napas bersih atau jelas tanda vital, dalam rentang yang dapat diterima, berat
badan stabil dan tidak edema.
Mandiri
a.
Pantau haluaran urine, catat jumlah dan warna saat hari dimana dieresis terjadi.
Rasional
: haluaran urine mungkin sedikit dan pekat (khususnya selama sehari) karena
Rasional
: terapi diuretik dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba atau berlebihan
Kaji distensi leher dan pembuluh perifer lihat area tubuh dependen untuk edema dengan
pembentukan edema.
d.
Ubah posisi dengan sering tinggikan kaki bila duduk, pertahankan permukaaan kulit tetap
kering.
Rasional : pembentukan edema sirkulasi melambat gangguan pemasukan nutrisi dan imobilisasi
atau tirai baring lama merupakan kumpulan stressor yang mempengaruhi integritas kulit dan
memerlukan intervensi keparawatan ketat.
e.
Rasional
: kelebihan volume cairan sering mengakibatkan kongesti paru. Gejala edema paru
Selidiki kebutuhan dispnu tiba-tiba, kebutuhan untuk bangun dari duduk, sensasi sulit
h.
Rasional
Makanan sedikit dan sering meningkatkan digesti atau mencegah ketidaknyamanan abdomen.
i.
Palpasi hepatomegali. Catat keluhan nyeri abdomen kuadran kanan atas atau nyeri tekan.
Rasional
Rasional : tanda defisit kalium dan natrium yang dapat terjadi sehubungan dengan perpindahan
cairan dan terapi diuretik
Kolaborasi
a.
Rasional
: laju aliran urine dapat menghambat reabsorbsi natrim atau khlorida pada tubulus
ginjal.
b.
Rasional : memberikan diet yang dapat diterima pasien yang memenuhi kebutuhan kalori dalam
pembatasan natrium.
c.
4.
Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler-
GDA (gas darah arteri)/ oksimetri dalam batas rentang normal dan bebas gejala distres
pernapasan
Mandiri
a.
Pertahankan duduk dikursi/tirah baring dengan kepala tempat tidur tinggi 20-30 derajat,
maksimal.
Kolaborasi
a.
Rasional
hipoksemia jaringan
b.
Rasional
5.
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama,
a.
Ubah posisi dengan sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak aktif/pasif
Rasional : memperbaiki sirkulasi/menurunkan waktu satu area yang mengganggu aliran darah
d.
Rasional : terlalu kering atau lembab merusak kulit dan mempercepat kerusakan
Kolaborasi
Berikan tekanan alternatif/ kasur, perlindungan siku atau tumit.
Rasional
6.
mencegah komplikasi, mengidentifikasi stres pribadi dan tekhnik untuk menangani, melakukan
perubahan pola hidup/perilaku yang perlu
Mandiri
1.
Diskusikan fungsi jantung normal, jelaskan perbedaan antara serangan jantung dengan
program pengobatan.
2.
Rasional
: pemahaman program, obat dan pembahasan dapat meningkatkan kerja sama untuk
mengontrol gejala
3.
Diskusikan pentingnya menjadi seaktif mungkin tanpa menjadi kelelahan dan istirahat
diantara aktivitas.
Rasional
kegagalan.
4.
Diskusikan obat dan efek samping, berikan instruksi secara verbal atau tertulis.
Rasional
koping.
6.
Jelaskan dan diskusikan peran pasien dalam mengontrol factor resiko (misalnya, merokok)
dan factor pencetus atau pemberat (diet tinggi garam, tidak aktif/terlalu aktif, terpajan pada suhu
ekstrem)
Rasional
membuat keputusan berdasarkan informasi sehubungan dengan control kondisi dan mencegah
berulang atau komplikasi.
2.2.4
Implementasi keperawatan
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik, tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien (Nursalam, 2001)
Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawata secara
professional sebagaimana terdapat dalam standar praktek keperawatan yaitu :
1.
Independen
Adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa perintah dan petunjuk dari dokter, atau
tenaga kesehatan lainya.
2.
Interdependen
Adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan kerja sama
dengan tenaga kesehatan lainya, misalnya tenaga social, ahli gizi, fisioterapi dan dokter.
3.
Dependen
Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Tindakan tersebut
menandakan suatu cara dimana tindakan medis dilaksanakan. (Nursalam, 2001)
2.2.5
Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
berapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah tercapai. Melalui
evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap
pengkajian, analisa. (Nursalam, 2001)
Ada dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu :
1.
Proses
Fokus tipe evaluasi ini adalah aktivitas proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan
keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan
dilaksanakan untuk membantu keefektifitasan terhadap tindakan. Evaluasi formatif terus
menerus dilaksanakan sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai. Metode pengumpulan data
dalam evaluasi formatif terdiri dari analisa rencana tindakan keperawatan, open chart audit,
pertemuan kelompok, interview dan observasi dengan klien, dan menggunakan format evaluasi.
2.
Hasil
Fokus tipe evaluasi ini adalah perubahan perilaku atau status kesehatan pasien pada akhir
tindakan perawatan klien, tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan perawatan klien.
2.2.6
Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah bagian integral proses, bukan sesuatu yang berbeda dari metode problem
solving. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi masalah,
perencanaan, tindakan. Perawat kemudian mengobservasi dan mengevaluasi respon klien
terhadap tindakan yang diberikan dan mengkomunikasikan informasi kepada tenaga kesehatan
lainya.