Anda di halaman 1dari 9

Lab/SMF Ilmu Farmasi/Farmako Terapi

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

TUGAS REFERAT FARMAKOLOGI


Melastoma malabathricum L.

Lamtioma RS Gultom
1110015006

Pembimbing:
DR.dr. Sjarif Ismail, M.Kes

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Lab/SMF Ilmu Farmasi/Farmakoterapi
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Maret 2016

DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................3
1.1 Latar belakang.................................................................................3
1.2 Tujuan..............................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..........................................................4
2.1 Taksonomi.......................................................................................4
2.2 Metabolit Sekunder.........................................................................5
2.3 Morfologi........................................................................................6
2.4 Penggunaan Etnobotani...................................................................7
2.5 Hasil Uji Praklinik...........................................................................7

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di kawasan khatulistiwa
dan di kenal sebagai salah satu hutan tropika terluas dengan tingkat keaneka
ragaman yang tinggi. Di hutan tropika terdapat sekitar 30.000 spesies tumbuhan
berbunga, yang memberi manfaat bagi manusia baik ekologis maupun ekonomis.
Kekayaan hutan alam tropis Indonesia, menyimpan berbagai tumbuhan yang
berkhasiat obat. Berdasarkan hasil penelitian, di hutan Indonesia terdapat sekitar
1.300 jenis berkhasiat obat dan sekitar 300-an jenis yang telah dimanfaatkan
secara tradisional, sedangkan menurut WHO (World Health Organization), lebih
dari 20.000 spesies tumbuhan berkhasiat obat digunakan oleh penduduk dunia.
(Pasorong et al., 2015).
Penanggulangan penyakit umumnya dilakukan dengan pemberian obat.
Penggunaan obat yang tidak tepat, seperti kurangnya indikasi penggunaan,
penggunaan bebas oleh masyarakat, serta dosis dan lama pemberian yang tidak
tepat akan menimbulkan masalah baru yaitu meningkatnya resistensi mikroba
terhadap obat. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan upaya
pengembangan obat baru, salah satunya dengan memanfaatkan tumbuhan obat
yang ada disekitar kita.
1.2 Tujuan
Untuk mempelajari mengenai tumbuhan obat yang mudah didapatkan dan
banyak terdapat di daerah tropis yaitu Melastoma malabathricum.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Melastoma malabathricum
Sinonim: Melastoma affine D. Don, Melastoma denticulatum Labill.,
Melastoma polyanthum Blume

Gambar 1. Melastoma malabathricum (Rusyana, 2016)

2.1.1 Taksonomi
Nama umum:
Indonesia: Harendong (sunda), Kemanden (jawa), Senggani (jawa)
Inggris: Straits
Melayu: Senduduk
Klasifikasi:
Kingdom: plantae (tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super divisi: Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub kelas: Rosidae
Ordo: Myrtales
Famili: Melastomataceae
Genus: Melastoma
Spesies: Melastoma malabathricum (Rusyana, 2016)

2.1.2

Kandungan metabolit sekunder hasil oksidasi

Pemeriksaan fitokimia ekstrak daun Melastoma malabathricum memiliki


beberapa metabolit sekunder hasil oksidasi antara lain senyawa alkaloid,
flavonoid, saponin, steroid dan tanin. (Haryadi & Ticktin, 2012)
a) Alkaloid adalah senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih
atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik
yang bentuknya bermacam-macam. Sebagian besar alkaloid merupakan
kristal putih yang agak larut dalam air. Alkaloid sering kali beracun bagi
manusia dengan bahaya yang mempunyai aktivitas fisiologi yang
menonjol sehingga digunakan secara luas dalam pengobatan. Senyawa
alkaloid ini banyak terkandung dalam tumbuhan dan tersebar luas dalam
berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa
sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid (Liana,
2010).
b) Flavonoid selama ini dikenal sebagai suatu antioksidan kuat berdasarkan
cara kerjanya menangkap suatu radikal bebas. Kemampuan flavonoid
dalam menangkap radikal bebas disebabkan karena adanya gugus hidroksi
pada molekulnya. Gugus hidroksil itulah yang mempunyai aktivitas
sebagai penangkap radikal bebas. Beberapa mekanisme kerja senyawa
flavonoid sudah terungkap diantaranya beraksi dalam inaktivasi
karsinogen, antiproliferasi, penghambatan siklus sel, induksi apoptosis dan
diferensiasi, inhibisi angiogenesis, serta pembalikan resistensi multi-obat
atau kombinasi dari mekanisme tersebut (Mulyani, Sofiatun, &
Retnaningtyas, 2010). Kandungan flavonoid yang merupakan senyawa
fenol dapat menghambat sintesis dinding sel bakteri, oleh karena itu
flavonoid merupakan antimikroba yang potensial (Liana, 2010).
c) Saponin merupakan zat hemolitik yang kuat serta memiliki sifat seperti
sabun. Saponin juga bersifat spermisida, antimikroba, antiperadangan dan
memiliki aktivitas sitotoksik (Liana, 2010).
d) Tanin berdasarkan tipe struktur dan aktivitasnya terhadap senyawa
hidroltik terutama asam dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu
tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi, tanin terhidrolisis yang tersebar
banyak dalam tumbuhan. Tanin memiliki sifat pengelat berefek

spasmolitik yang dapat mengerutkan membran sel selain mengganggu


permeabilitas sel. Akibat terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat
melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat atau
bahkan mati. Efek antibakteri tanin antara lain melalui reaksi dengan sel,
inaktivasi enzim dan dekstrusi atau inaktivasi materi genetik (Liana,
2010).

2.1.3

Morfologi (batang, daun, bunga dan buah)

Tanaman senduduk tumbuh liar di ladang atau di tepi rawa-rawa, atau


ditanam di daerah obyek wisata sebagai tanaman hias pada ketinggian sampai
1.650 di atas permukaan laut.
Habitus: Perdu, tinggi +/- 4m
Batang: Berkayu, bulat, bersisik, percabangan simpodial, berwarna coklat
Daun: tunggal, bulat telur, panjang 2-20cm, lebar 1-8cm, berhadapan, ujung dan
pangkal runcing, tepi rata, berbulu, hijau

Gambar 2. Daun Melastoma malabathricum (Rusyana, 2016)

Bunga: majemuk, kelopak berlekatan, berbulu, bagian ujung pendek dari pangkal,
ujung meruncing, daun pelindung bersisik, ungu kemerahan, benang sari 8-12,
panjang +/- 3cm, merah muda, putik satu, kepala putik berbintik hijau, bakal buah
beruang 4-6, mahkota 5, bulat telur, ungu

Gambar 3. Bunga Melastoma malabathricum (Rusyana, 2016)

Buah: buni, bulat telur, merah

Gambar 4. Buah Melastoma malabathricum (Rusyana, 2016)

Biji: kecil, merah

Gambar 5. Biji Melastoma malabathricum (Rusyana, 2016)

Akar: tunggang, coklat (Rusyana, 2016)


2.1.4 Penggunaan secara etnobotani
Masyarakat menggunakan daun senggani sebagai obat batuk (Haryadi &
Ticktin, 2012), obat penurun demam, pereda nyeri, peluruh air seni, mengobati
keputihan, dan dapat mengobati berbagai jenis luka tersayat (Prasetyawan, 2011).
2.1.5

Hasil uji praklinik

Melastoma malabathricum telah beberapa kali dilakukan penelitian mengenai


manfaat kandungan yang terdapat didalamnya, antara lain:
Ektrak metanol fraksi etil asetat dan fraksi air daun senggani mempunyai
aktivitas bakteri terhadap bakteri S. aureus, E. coli dan Bacilus cereus
(Prasetyawan, 2011).
Fraksi etil asetat dan metanol air daun senggani (Melastoma
malabathricum L.) yang mempunyai aktivitas terhadap bakteri
Escherichia coli sedangkan fraksi N-heksan tidak aktif.
Aktivitas anti bakteri fraksi etil asetat mempunyai KHM 250 ug/ml dan
fraksi metanol air KHM 100 ug/ml dari daun senggani terhadap

Escherichia coli lebih lemah dibandingkan dengan antibiotik Ciprofloxacin


(Purwanto, 2015).
Senggani mengandung senyawa flavonoid, saponin, glikosida,
steroida/triterpenoida. Zat aktif yang dikandung daun senggani yang
berperan sebagai penyembuh luka:
a) Flavonoid berfungsi sebagai anti inflamasi, anti alergi, anti oksidan
b) Steroid berfungsi sebagai anti inflamasi
c) Saponin memiliki kemampuan sebagai pembersih dan antiseptik yang
berfungsi membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme
d) Tanin berfungsi sebagai adstringen yang menyebabkan penciutan poripori kulit, memperkeras kulit, menghentikan eksudat dan perdarahan
ringan (Hasibuan, 2011)
Daunnya mengandung castalagin, procyanidin B-2, hellichrysoside
(Cheng, Hsu, & Chen, 1993), beberapa flavonoid (kuersitrin,
isokuerstritin, rutin dan kuersetin) (Lee et al., 2001).
Krim esktrak etanol daun seggani memiliki efektifitas yang sama dengan
Moist Exposed Burn Ointment (MEBO) terhadap penyembuhan luka
bakar derajat II deep partial thickness burn pada tikus putih (Rattus
norvegicus), meskipun MEBO memperlihatkan tampilan klinis yang lebih
baik (Purnama, Mastar, & Rahayu, 2013)

DAFTAR PUSTAKA

Cheng, J., Hsu, F., & Chen, H. (1993). Antihipertensive Principle From The
Leaves of Melastoma candidum. In Planta Med (pp. 405-407).
Haryadi, B., & Ticktin, T. (2012). Medicinal and Ritual Plants of Serampas,
Jambi. In Ethnobotany research and application (pp. 10: 133-149).
Hasibuan, D. (2011). Repository usu , repository.usu.ac.id.
Lee, M., Lin, R., Shen, L., Yang, L., Yen, K., & Hou, W. (2001). Monoamin
Oksidase B and Free Radical Scavening Activities of Natural Flavonoids

in Melastoma candidum D.Don J agric food . In J agric food Chem (pp.


49:5551-5555).
Liana, I. (2010). Aktvitas Antimikroba Fraksi Dari Ekstrak Metanol Daun
Senggani Terhadap S.aureus dan S.Typhii Serta Profil Kromatografi
Lapis Tipis Fraksi Teraktif. https: //core.ac.uk /download /files /478 /
12347417.pdf.
Mulyani, S., Sofiatun, & Retnaningtyas, N. (2010). Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Metanol dan Fraksi n-Heksan :Kloroform:Asam Asetat: dari Daun
Melastoma candidum Terhadap Pertumbuhan S.Typhii.
https://core.ac.uk/download/files/478/12346705.pdf.
Pasorong, Y. S., Tambaru, Umar, M., & Masniawati, A. (2015). Identifikasi
Tumbuhan Berkhasiat Obat.
Prasetyawan, A. (2011). eprints.ums.ac.id.
Purnama, D., Mastar, H., & Rahayu, W. (2013). Perbandingan Pemberian Krim
Ekstrak Etanol Daun Senduduk (melastoma malabatrhicum L.) Moist
Exposed Burn Oinment dan Moist Dressing Secara Topikal Terhadap
Penyembuhan Luka Bakar Derajat II Pada Tikus Putih (Rattus
norvegicus). FK UNRI , repository.unri.ac.id.
Purwanto, S. (2015). Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Aktif Ekstrak Daun
Senggani ( Melastoma malabathricum) Terhadap Escherichia coli. 23454972.PB.pdf.
Rusyana, Y. (2016). Melastoma malabathricum. Plant Resources of South-East
Asia , www.warintek. go.id /pangan_kesehatan / tanaman _obat /depkes /
1-183. pdf.

Anda mungkin juga menyukai