Anda di halaman 1dari 3

Polonium

Menurut laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), seperti dilansir Al-Jazeera,
polonium adalah serbuk besi lembut berwarna perak yang ditemukan di bijih uranium. Isotop
polonium-210 yang ditemukan ditubuh Arafat memiliki partikel alfa radioaktif yang sangat
tinggi. Namun daya jangkau racun ini di udara sangat sempit, hanya beberapa centimeter.
Polonium juga sangat mudah dihentikan, bahkan oleh secarik kertas ataupun kulit, jika
terbang. Namun ceritanya akan jika benda ini akan masuk ke dalam tubuh. Dosis kecil
polonium-210 atau 0,1 mikrogram, seperti sebutir debu, bisa menyebabkan kematian jika
masuk ke tubuh, baik melalui makanan atau cairan lainnya. Disebutkan polonium-210, 250
miliar kali lebih beracun ketimbang sianida (Armandhanu, 2013).
Polonium adalah hasil turunan dari proses pengayaan nuklir. Zat ini tercipta dengan
memborbardir isotop Bismuth-209 dengan neutron di reaktor nuklir. Hanya sekitar 100 gram
diproduksi tiap tahunnya, hampir semuanya di Rusia. Pada awal pengembangan senjata
nuklir, zat ini digunakan sebagai pemicu ledakan bom atom. Belakangan, polonium
digunakan untuk sumber energi satelit dan pesawat ulang-alik. Itulah sebabnya polonium
sangat langka, karena biasanya dimiliki hanya oleh negara pengembang senjata nuklir. Israel
diduga salah satunya. Polonium sulit didapatkan seseorang tanpa memiliki akses ke fasilitas
reaktor. Selain itu, penanganan zat ini tidak sembarangan. Gejala orang yang terkena
polonium mirip seperti paparan racun radiasi, sangat menyakitkan. Selain Arafat, hanya
segelintir orang yang dilaporkan tewas karena racun ini. Salah satu kasus yang terkenal
adalah tewasnya Alexander Litvinenko, mantan agen KGB Uni Soviet yang membelot dan
mencari suaka di Inggris. Dia tewas pada November 2006, tiga minggu setelah bertemu
beberapa orang Rusia di hotel Millenium London. Menurut penyidik di Inggris, Litvinenko
dibunuh dengan racun polonium yang dimasukkan ke dalam cangkir tehnya. Polonium-210
adalah racun paling aneh, ajaib namun paling kejam (Armandhanu, 2013).

Curare
Curare adalah campuran dari berbagai sumber daya alam Amerika Selatan yang
digunakan untuk racun panah dan sumpitan. Salah satu bahan utama adalah ekstrak tanaman
Chondrodendron tomentosum. Curare digunakan untuk tujuan pengobatan dalam bentuk yang
sangat encer. Racun utama adalah alkaloid, yang menyebabkan kelumpuhan dan kematian
banyak cara yang sama seperti strychine dan hemlock. Namun setelah sistem pernafasan
menjadi lumpuh, jantung berdetak dapat terus untuk beberapa waktu. Kematian oleh Curare
lebih lambat dan mengerikan, sebagai korban terjaga dan sadar namun tidak bisa bergerak
atau bahkan berbicara. Namun jika pernafasan buatan dilakukan sampai racun mereda,
korban akan bertahan. Suku-suku asli dari Amazon digunakan curare-sarat panah untuk
berburu makanan. Curare tidak mempengaruhi orang-orang yang makan binatang yang
dibunuh oleh racun itu (Megha, 2012).

Ricin
Berasal dari tanaman Ricinus communis. Daun dan getah jarak banyak digunakan untuk
pengobatan tradisional, tapi siapa sangka biji jarak adalah pembunuh yang mematikan.
Memakan dua biji jarak sudah dapat membunuh. Pada April 2013, Gedung Putih dihebohkan
dengan sebuah surat yang ditujukan untuk Presiden AS, Barack Obama, dalam surat tersebut
terlampir racun ricin. Ricin, merupakan senyawa sampingan yang dihasilkan dari pengolahan
biji tanaman jarak. Senyawa ini dapat mengakibatkan orang tewas karena menyebabkan
gangguan sistem peredaran darah dan pernafasan. Saat ricin masuk dalam tubuh, satu
molekul ricin akan membunuh satu sel. Jika senyawa ini terhirup, disuntikkan atau tertelan,
kurang dari titik kecil ricin dapat membunuh seseorang dalam waktu 36-48 jam (Raz, 2016).
Para ahli medis mengatakan, ricin merupakan pembunuh ganas sekuat virus anthrax. Dan
bahaya lagi, sampai saat ini belum ditemukan penawarnya. Jarak pagar (Jatropha curcas)
juga tak kalah beracun. Sebuah penelitian komparasi (perbandingan) efektivitas racun antara
Ricinus communis dengan Jatropha curcas dengan cara memberi makan biji keduanya pada
ayam, menunjukkan ayam yang memakan biji Ricinus communis dan Jatropha curcas mati,
namun reaksi racun Ricinus communis lebih tepat (Raz, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Armandhanu, D. (2013). Mengenal Polonium, Racun Paling Kejam Pembunuh Arafat. Viva
News .
Megha. (2012). Racun-Racun Paling Berbahaya di Dunia. Kesehatan Dunia .
Raz. (2016). 5 Tanaman Pembunuh yang Tumbuh di Indonesia. Postshare .

Anda mungkin juga menyukai