Anda di halaman 1dari 27

Apa Itu Sianida, Racun yang

Mematikan?
News

Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung kelompok siano C≡N, dengan atom
karbon terikat-tiga ke atom nitrogen. Secara alamiah racun sianida diproduksi oleh
beberapa tanaman dan bahkan oleh binatang untuk melindungi diri dari predator.

Racun Sianida kerap digunakan juga dalam beberapa kasus pembunuhan. Wujudnya
pun beragam, beberapa adalah gas, dan lainnya adalah padat atau cair. Beberapa
seperti garam, beberapa kovalen. Beberapa molekular, beberapa ionik, dan banyak
juga polimerik. Senyawa yang dapat melepas ion sianida CN yang sangat beracun.

Baca Juga: Mengejutkan! Ternyata Begini Tingkah Jessica Saat Terekam CCTV

Sianida (CN-) merupakan kelompok senyawa yang tersusun oleh atom karbon (C) dan
nitrogen (N). Kelompok senyawa ini ditemukan dalam bentuk gas Hidrogen sianida
(HCN), maupun dalam bentuk garamnya yakni potasium/kalium sianida (KCN) atau
sodium/natrium sianida (NaCN).

Hidrogen sianida merupakan gas yang tidak berwarna, atau dalam temperatur tertentu
berwarna biru pucat. Sedangkan dalam bentuk garam, racun ini mempunyai wujud
sebagai kristal putih yang larut air. Racun sianida juga bisa dikenali dari baunya yang
khas, yakni bau almond.

Di dalam tubuh, racun sianida menghambat kerja enzim cytochrome-x-oxidase. Enzim


ini berada dalam mitokondria, berfungsi mengikat oksigen untuk memenuhi
kebutuhan pernapasan sel-sel tubuh. Jika enzim tersebut tidak bekerja karena
dihambat racun sianida, sel-sel tubuh akan mengalami kematian.

Baca Juga: Orang Ini Menjelaskan Motif Jessica

Dalam beberapa kasus pembunuhan, racun sianida dipakai karena bisa memicu
kematian dalam hitungan menit. Jantung dan otak adalah 2 organ yang paling cepat
mengalami kematian dalam keracunan sianida, karena keduanya paling banyak
membutuhkan oksigen agar dapat berfungsi.

Keracunan sianida melalui saluran cerna kerap ditandai dengan perdarahan pada
mukosa (lapisan terluar) lambung. Darah berwarna pink atau cherry-red juga bisa
mengindikasikan keracunan sianida. Warna tersebut muncul karena oksigen tidak
terserap oleh sel melainkan menumpuk di darah.

Selain itu, beberapa jenis singkong memproduksi senyawa linamarin yang terdiri dari
gugus glukosa dan sianida. Kematian ternak kambing setelah diberi pakan kulit
singkong biasanya terjadi akibat keracunan sianida.

Baca Juga: Terungkap! Jessica Minta Dicium oleh Mirna di WhatsApp

Sementara itu, racun sianida dalam bentuk gas dihasilkan antara lain dari pembakaran
plastik. Bahkan, sudah bukan rahasia lagi bahwa salah satu dari ratusan jenis racun
yang terkandung dalam asap rokok, adalah racun sianida.

Perlu diketahui pula, bahwa racun sianida juga dikenal sebagai salah satu agen
pencemaran lingkungan yang bisa terakumulasi dalam rantai makanan.
Kemampuannya untuk mengikat logam sering dimanfaatkan oleh para penambang
emas tradisional untuk menggantikan merkuri.

http://www.republikpos.com/2016/01/apa-itu-sianida-racun-yang-mematikan.html

Pertolongan Pertama Jika Terkena


Racun Sianida
Lakukan empat hal ini bila terkena racun sianida.

3266
561
Share
0
Tweet

Feed.id - Kasus meninggalnya Wayan Mirna Salihin setelah meminum Kopi Vietnam
di Oliver Cafe, Rabu, 6 Januari 2016 masih bergulir. Pihak berwenang masih belum
menemukan siapa sebenarnya pelaku pembunuhan tersebut. Mengutip dari
merdeka.com, menurut Kepala Pusat Laboratorium Forensik (Kapuslabfor) Mabes
Polri Brigadir Jenderal Alex Mandalika, dalam kopi yang diminum oleh Mirna
terdapat 15 gram zat sianida.

"Di dalam kopi korban mengandung 15 gram zat sianida," kata Alex saat
dikonfirmasi, Sabtu, 16 januari 2016. Ia juga menambahkan kandungan sianida
sebesar 15 gram pada kopi tersebut sangat tinggi dan sangat mematikan. 90 miligram
saja sudah dapat mematikan manusia.

Orang yang terkena zat korosif ini biasanya akan mengalami gejala pusing, mual,
muntah, kehilangan kesadaran, dan kesulitan bernapas, bahkan meninggal dengan
mulut mengeluarkan busa. Sianida mampu mengacaukan sel dalam menerima oksigen
di dalam tubuh. Racun sianida ini dapat berbentuk gas seperti hidrogen sianida atau
dalam bentuk kristal seperti potasium sianida atau sodium sianida.

Untuk itu perlu Anda ketahui bagaimana memberikan pertolongan pertama bagi orang
yang terkena racun sianida. Mengutip dari webmd.com, Anda harus memastikan
sianida terhirup, tertelan, atau terserap kulit, baru Anda bisa menanganinya.
1. Mengobati sianida yang terhirup atau tertelan
Bila Anda ingin menolong seseorang yang menghirup gas sianida, maka Anda bisa
membawanya ke luar menghirup udara segar. Jika Anda tidak bisa pergi jauh,
usahakan paparan gas yang lebih besar. Ketika orang yang teracuni sesak napas, Anda
bisa melakukan Cardiopulmonary Resuscitation (CPR), tapi ingat untuk tidak
melakukan napas buatan.

2. Mengobati kulit yang terkena sianida


Anda harus menghindari menyentuh orang yang terkena sianida, hanya pihak medis
dengan pakaian khusus yang bisa menyentuhnya. Jika Anda menyentuhnya bisa jadi
racun tersebut akan menular dengan cara terserap kulit Anda.

3. Mengobati mata yang terkena sianida


Jika mata Anda terkena sianida, segera cuci mata dengan air selama sepuluh menit.
Bila Anda menggunakan lensa kontak atau kacamata, segera lepaskan dari mata Anda.
Anda dapat mencuci kacamata dengan sabun dan air lalu buang lensa kontak tersebut.

4. Tindak lanjut
Meski ketiga cara di atas merupakan pertolongan pertama bagi orang yang terkena
sianida, Anda tetap harus melaporkan kejadian ini pada pihak medis untuk diberikan
penawar racun dan tambahan oksigen.

http://www.feed.id/article/pertolongan-pertama-jika-terkena-racun-sianida-160119j.html

Bahaya dari 10 jenis racun yang sangat


mematikan
Aktivis galih
1. Sianida

Sianida

Kalian pasti tidak asing lagi mendengar kata sianida. Senyawa kimia yang
mengandung kelompok siano, dengan atom karbonnya yang terikat ke atom nitrogen
dan dirumuskan dalam ilmu kimia C=N atau CN. Senyawa kimia ini sangat mudah
sekali dikenali melalui bau Almond-nya yang sangat khas (para penggemar cerita
Detektif Conan pasti tahu tentang racun yang satu ini, karena sering sekali muncul
pada tiap-tiap adegan). Kelompok CN dapat diketemukan dalam berbagai macam
senyawa kimia. Beberapa diantaranya berbentuk gas, sedangkan yang lainnya
berbentuk padat atau pun cair. Mengapa racun ini sangat berbahaya? Karena sianida
membunuh korbannya dengan mencegah sel-sel darah merah dalam proses
penyerapan oksigen dan dikenal pula dengan sebutan sebagai proses “Sesak Napas
Internal”. Dapat dibayangkan sungguh sangat tersiksa sekali yang terkontaminasi
racun ini.

Pada waktu Perang Dunia II, para mata-mata menggunakan racun sianida dalam
bentuk kapsul sehingga jika mereka tertangkap oleh pihak musuh mereka terpaksa
menelan kapsul sianida tersebut sebagai tindakan pelarian tercepat untuk menghindari
penyiksaan pihak musuh. Racun sianida termasuk jenis racun paling berbahaya dan
sekaligus terkenal dibandingkan dengan jenis racun yang lain.
2. Strychnine

Strychnine

Penggemar novel Agatha Christie pasti mengenal salah satu jenis racun terkenal ini
yang sangat popular pada awal abad kedua puluh-an. Bahkan pada salah satu karya
Agatha Christie yang berjudul The Mysterious Affair at Styles, strychnine menjadi
senjata pembunuhan dalam cerita novel beliau.Cara kerja racun ini adalah dengan
menyerang sistem saraf pusat yang menyebabkan refleks reaksi yang berlebihan pada
korbannya. Jika dosis yang digunakan tepat maka korban yang terkontaminasi racun
jenis ini dapat meninggal hanya dalam waktu sepuluh hingga dua puluh menit saja.

3. Arsenik

Arsenik

Pada dasarnya dalam jaringan tubuh manusia terdapat senyawa arsenik dan
merupakan salah satu dari dua puluh elemen yang paling sering dijumpai. Senyawa
jenis arsenik ini sangat sering sekali digunakan dalam cerita misteri pembunuhan
sehingga menjadikannya sebagai jenis racun yang terkenal dan mematikan. Karena
ketika senyawa ini digunakan sebagai racun, korban yang menderitanya akan
mengalami gejala seperti muntah-muntah, ketidaknyamanan pada sistem kerja
lambung, dan diare yang disertai dengan darah. Pada Negara Inggris, racun jenis ini
digunakan sebagai penanganan hama tikus sehingga anda dapat dengan mudah
membelinya di tiap-tiap toko obat yang ada disana.

4.Ular Berbisa

Ular Berbisa

Bisa ular yang terkandung dalam jenis ular yang berbisa dikategorikan sebagai jenis
racun yang mematikan tergantung dari variasi dan lamanya waktu yang dibutuhkan
setelah anda tergigit oleh ular berbisa tersebut. Gejala yang sangat umumnya adalah
pembengkakan pada bagian yang terkena gigitan, gagal organ, muntah, pendarahan
dari mata dan hidung dan juga gusi disertai rasa sakit yang teramat pada bagian yang
terkena gigitan tersebut. Menariknya pada Negara Barat lebih dari tiga-perempat laki-
laki kulit putih menjadi korban gigitan ular berbisa. Jenis ular yang paling berbisa
adalah ular beludak (viper), kobra, dan adder.
5.Hemlock

Hemlock

Tumbuhan yang terlihat anggun ini ternyata memiliki kandungan racun yang dapat
menyebabkan kematian. Diyakini pula bahwa seorang filsuf Yunani yang terkenal
pada waktu dahulu, Socrates, menenggak minuman yang mengandung jenis racun
tersebut. Satu gigitan kecil saja pada akar tanaman hemlock dapat menyebabkan
kematian pada orang dewasa, karena larutan hemlock yang terkandung pada tumbuhan
tersebut dapat menyebabkan kegagalan pada otot manusia, kejang-kejang, dan
kemudian meninggal. Akar tanaman hemlock mengandung konsentrasi tertinggi akan
cicutoxin.

6.Heroin

Heroin

Semua orang pasti tidak asing lagi dengan heroin, sebuah serbuk narkotika yang
terbuat dari tumbuhan poppy yang memiliki efek menekan sistem saraf pusat dan
menciptakan efek senang yang berlebihan atau euphoria. Lebih dari 20% angka
kematian yang disebabkan oleh senyawa kimia jenis ini. Gejala yang dirasakan adalah
kejang-kejang, tak sadarkan diri, gangguan penglihatan, tekanan darah menjadi
rendah, koma, dan kematian akibat kegagalan pada sistem pernapasan.

7.Pubberfish

Pubberfish

Kesan lucu dan menggemaskan ketika melihat ikan ini, namun jika anda memakannya
tanpa mengetahui cara pengolahan yang tepat justru kematianlah yang akan anda
temui. Tetraodontoxin adalah kandungan yang terdapat pada bagian tubuh ikan buntal
ini yang menyebabkan kematian bagi yang mengkonsumsinya, namun di Jepang justru
ikan ini menjadi santapan bagi para penduduk disana. “Fugu” adalah sebutan masakan
dari ikan ini, namun hanyalah koki yang benar-benar terlatih dan memiliki lisensi
berkualitas, jika anda ingin menikmati masakan tersebut karena racun ini tidak akan
hancur walaupun telah dimasak. Meskipun demikian dari tahun 1955 hingga 1975
lebih dari 1.500 orang meninggal dikarenakan menyantap makanan “Fugu” yang tidak
layak saji.

8.Laba-laba Beracun

Laba – laba beracun


Fiddleback Spider Venom adalah nama keren dari laba-laba yang satu ini yang
merupakan jenis laba-laba mematikan. Kasus yang tercatat pada dua puluh lima
Negara bagian (terutama pada wilayah selatan dan barat-tengah) orang yang terkena
gigitan dari laba-laba ini tidak akan meraskan nyeri atau sakit setelah delapan jam
berlalu, setelah itu anda akan merasakan gejala muntah, lepuh, delirium dan necrosis.

9. Belladona (Deadly Nightshade)

Belladona

Tanaman yang terkenal pada massa Renaissance yang memberikan efek membesarnya
pupil mata, dan menyebabkan para penggunanya merasakan halusinasi yang
berlebihan akan dirinya sendiri. Ekstrak yang terkandung pada tanaman belladonna
sudah digunakan pada waktu tersebut sebagai produk kecantikan yang sesungguhnya
hanyalah efek dari halusinasi itulah yang membuatnya terlihat lebih menarik.

10.Tanaman Jarak (Castor Bean)

Tanaman Jarak

Minyak jarak biasanya digunakan sebagai bahan tambahan makanan pada permen dan
coklat. Namun, hanyalah biji dari tanaman tersebut atau minyak jarak tersebut yang
memiliki racun tingkat tinggi yang mengandung risin atau ricin (hasil ekstrak dari biji
jarak tersebut yang mengandung toxalbumin yang dapat menyebabkan reaksi alergi
dan racun). Namun, menurut American Association of Poison Control Centre (AAPC)
hanya terdapat dua korban jiwa akibat Castor Bean yang tercatat dalam periode 1999-
2004. (jow)
http://jadiberita.com/3352/bahaya-dari-10-jenis-racun-yang-sangat-mematikan.html

Ini Alasan Kenapa Sianida Bisa


Membunuhmu
Maraknya pemberitaan mengenai seorang wanita yang meninggal setelah
mengonsumsi kopi, di salah satu restoran di Jakarta Pusat, membuat sebagian
orang bertanya-tanya apa yang menyebabkan kematiannya. Sudah dipastikan,
kopi yang diminum wanita tersebut mengandung sianida. Lalu, bagaimana
sianida bisa membunuh?

Nah, sebelum mencari tahu kenapa sianida bisa begitu berbahaya, kita kenali lebih
dulu apa itu sebenarnya sianida. Sianida sendiri sebenarnya adalah insektisida dan
pestisida. Namun jika digunakan sebagai racun, sianida termasuk racun yang dapat
bekerja dan menyebar dengan cepat, serta sangat berpotensi mematikan. Dan jika
masuk ke dalam perut seseorang dengan keasaman lambung yang cukup tinggi,
sianida akan bereaksi pada tingkat yang lebih tinggi.

Tidak semua orang dapat mencium bau dari sianida, karena pada dasarnya sianida
tidak selalu mengeluarkan bau. Sekalipun berbau, sianida akan tercium seperti kacang
almond pahit. Bentuk dari sianida ini sendiri juga beragam. Mulai dari sianida
potasium (KCN) dan sianida sodium (NaCN) yang berbentuk kristal, serta berbentuk
gas yang tidak berwarna seperti sianogen klorida (CNCI) dan hidrogen sianida (HCN).
Ada beragam cara sianida dapat masuk ke dalam tubuh dan membahayakan diri kamu.
Antara lain dengan menyentuh tanah yang mengandung sianida, meminum air yang
sudah terkontaminasi sianida, melalui udara, dengan merokok, atau bahkan dengan
mengonsumsi makanan yang mengandung sianida.

Apa yang Terjadi Jika Terkena Sianida?

Jika seseorang terkena sianida dalam jumlah kecil, orang tersebut akan mengalami
beberapa gejala seperti mual, muntah, sakit kepala, pusing, merasa gelisah, pernapasan
cepat, denyut jantung cepat, dan tubuh terasa lemah. Meski begitu, tidak semua orang
yang memiliki beberapa gejala ini berarti mengalami keracunan sianida.

Lain halnya jika seseorang sudah terkena sianida dalam jumlah besar. Ia bisa jadi
mengalami denyut jantung yang melambat, hilang kesadaran, kejang, kerusakan pada
paru-paru, tekanan darah rendah, dan mengalami gagal napas hingga menyebabkan
kematian.

Bagaimana Sianida Bisa Membunuh?

Nah, jika kamu mulai bertanya-tanya kenapa sianida bisa sangat berbahaya, begini
penyebabnya.

 Seberapa besarnya jumlah sianida yang masuk ke dalam tubuh, dan berapa lama
orang tersebut terkena racun sangat memengaruhi efek sianida di dalam tubuh.
Dosis fatal sianida adalah 1,5mg/kg tubuh manusia. Bayangkan jika seseorang
mengonsumsi lebih dari dosis yang mematikan tersebut.
 Saat sianida masuk ke dalam tubuh, sianida akan mencegah sel-sel di dalam tubuh
untuk menggunakan oksigen. Sehingga sel-sel di dalam tubuh akan mati.
 Adapun organ yang akan paling mengalami kerusakan adalah otak dan jantung.
Karena dibandingkan organ tubuh lainnya, kedua organ ini adalah organ yang paling
banyak menggunakan oksigen.

Selain sianida yang masuk ke dalam mulut melalui makanan, gas sianida juga tidak
kalah berbahaya. Bahkan, paling bahaya dibandingkan dengan jenis lainnya. Gas ini
mungkin tidak terlalu berbahaya jika ada di ruangan terbuka, karena dapat menyebar
dan menguap. Namun lain halnya jika gas tersebut ada di dalam ruangan tertutup.

Sebenarnya sianida juga terdapat di dalam makanan yang mungkin kamu temui sehari-
hari. Namun, tentu masih dalam jumlah yang rendah. Misalnya saja di dalam kacang
almond, biji aprikot, biji jeruk, biji apel, ubi kayu, rebung, kacang lima, tapioka, dan
lubang yang terdapat di dalam buah. Selain itu, sianida juga terdapat di dalam asap
kendaraan, asap rokok, beberapa jenis alga, bakteri, dan jamur.

Meski sianida terdapat di dalam beberapa jenis makanan yang mungkin kamu temui
sehari-hari, sebenarnya bisa dikatakan cukup aman asal kamu mengolahnya dengan
tepat. Umumnya, efek mematikan sianida dapat terjadi karena kecelakaan atau karena
disengaja. Efek mematikannya yang cukup cepat tidak jarang dijadikan alat untuk
meneror atau bahkan membunuh seseorang.

http://www.alodokter.com/ini-alasan-kenapa-sianida-bisa-membunuhmu
Bahaya Sianida bagi Manusia dan
Lingkungan
Selasa, 27 Agustus 2013 17:03

kontraonline.com

Ilustrasi Sianida.

Oleh Faisal Maksum, Pemerhati Lingkungan

MARAKNYA kegiatan pertambangan baik industri maupun pertambangan rakyat


yang tersebar di berbagai daerah serta aktivitas penangkapan ikan ilegal dengan racun
potas di wilayah perairan Sulawesi Utara membuat kebutuhan akan Sianida menjadi
semakin tinggi. Hal ini berdampak pada maraknya peredaran bahan kimia berbahaya
ini secara ilegal. Akibatnya, risiko pencemaran dan pengrusakan lingkungan, termasuk
efeknya yang berbahaya terhadap kesehatan manusia menjadi semakin tinggi pula.
Kondisi ini apabila dibiarkan terjadi terus menerus tentu akan mengancam kelestarian
lingkungan dan kelangsungan makhluk hidup di dalamnya.

Sianida merupakan senyawa kimia yang mengandung (C=N) dengan atom karbon
terikat-tiga ke atom nitrogen. Kelompok CN ini dapat ditemukan dalam banyak
senyawa dalam bentuk gas, padat atau cair. Senyawa yang dapat melepas ion sianida
CN− ini sangat beracun. Sianida dapat terbentuk secara alami maupun dengan buatan
manusia, seperti HCN (Hidrogen Sianida)dan KCN (Kalium Sianida).
Sianida populer digunakan untuk kegiatan pertambangan emas. Bahan ini berfungsi
untuk memisahkan kandungan emas dari material lainnya, sehingga unsur emas murni
didapatkan. Penggunaan Sianida dalam proses tersebut umumnya dengan mencampur
cairan Sianida dengan material yang akan disaring. Selain itu, senyawa kimia beracun
ini juga banyak digunakan sebagai bahan racun ikan atau potas serta bahan campuran
untuk pupuk urea.

Mengingat sifatnya yang beracun, maka semua bentuk penggunaan Sianida berisiko
menyebabkan pencemaran, baik itu oleh limbah dari pertambangan, racun ikan
maupun campuran pada pupuk yang melebihi takaran yang sewajarnya.

Bahaya Racun Sianida

Apapun bentuknya, baik Sodium Sianida ataupun Potassium Sianida, sama-sama


mengandung racun yang berbahaya bagi lingkungan maupun makhluk hidup termasuk
manusia. Kedua racun ini akan menyerang pembuluh darah jantung, kemudian
menutup aliran darah yang mengakibatkan korban kolaps hingga akhirnya mati. Masa
reaksinya sangat cepat, hanya berkisar 3-4 jam saja. Sodium Sianida yang merupakan
turunan Potassium Sianida bahkan diklaim lebih berbahaya dengan masa reaksi yang
lebih cepat.

Pelepasan Sianida bersama dengan limbah beracun lainnya seperti arsenik, timbal,
kadmium dan merkuri pada kegiatan pertambangan bisa mengakibatkan kerusakan
permanen pada lingkungan, selain mengakibatkan deferostasi, erosi, tanah longsor dan
pencemaran air tanah. Di banyak negara, limbah dari pertambangan telah
mengakibatkan kerusakan lingkungan yang luar biasa.

Demikian juga dengan penggunaan racun potas pada bom ikan oleh para nelayan.
Sebab efeknya tidak hanya berakibat kematian ikan-ikan akan tetapi juga
mengakibatkan kerusakan ekosistem di sekitarnya, termasuk terumbu karang.
Bayangkan, setiap kilogram bom ikan dapat merusak terumbu karang seluas 500
meter persegi.

Karena sifatnya yang sangat berbahaya ini, penggunaan racun Sianida bahkan telah
menjadi modus baru para teroris. Tidak saja digunakan sebagai bahan untuk membuat
bom, akan tetapi juga digunakan untuk meracuni targetnya dengan cara
mencampurkannya pada bahan makanan ataupun minuman.

Meningkatkan Pengawasan

Meskipun tergolong senyawa yang dikategorikan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun),


namun faktanya Sianida mudah ditemukan di pasar. Keberadaannya ini sulit untuk
dideteksi apakah melalui jalur yang resmi dan berizin atau ilegal. Penggunaan dan
pemanfaatannya pun sulit untuk diawasi. Padahal penggunaan Sianida ini haruslah
memenuhi kadar batas yang dinyatakan aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Bayangkan ancaman dan risiko yang sedang kita hadapi. Apalagi jika senyawa
mematikan ini jatuh ke tangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Oleh karena itu, sudah selayaknya instansi terkait terus dan lebih meningkatkan
pengawasan terhadap lalu lintas peredaran Sianida, terutama yang tak berizin alias
ilegal, selain tentu saja pengawasan terhadap penggunaannya. Diperlukan komitmen
yang kuat termasuk aspek penegakan hukum, demi keselamatan lingkungan dan
kehidupan umat manusia, terutama di Provinsi Sulawesi Utara yang kita cintai ini.

http://manado.tribunnews.com/2013/08/27/bahaya-sianida-bagi-manusia-dan-
lingkungan?page=2

TRANSPORT DAN EFEK SIANIDA


TERHADAP TUBUH
By Forsi Himmpas Indonesia on July 14, 2013

TRANSPORT DAN EFEK SIANIDA TERHADAP TUBUH

OLEH

AGUNG ABADAI K

Latar Belakang

Keracunan akut terjadi lebih dari sejuta kasus dalam setiap tahun, meskipun hanya
sedikit yang fatal. Keracunan tidak akan menjadi fatal jika korban mendapat
perawatan medis yang cepat dan perawatan suportif yang baik. Pengelolaan yang
tepat, baik dan hati-hati pada korban yang keracunan menjadi titik penting dalam
menangani korban.

Sianida (CN) dikenal sebagai senyawa racun dan mengganggu kesehatan serta
mengurangi bioavailabilitas nutrien di dalam tubuh.. Racun ini menghambat sel tubuh
mendapatkan oksigen sehingga yang paling terpengaruh adalah jantung dan otak
(Utama, 2006). Kadar sianida yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan efek yang
berbahaya, seperti jari tangan dan kaki lemah, susah berjalan, pandangan yang buram,
ketulian, dan gangguan pada kelenjar gondok.

Kelompok CN dapat ditemukan dalam banyak senyawa, bisa dalam bentuk gas,
padat ataupun cair, bisa dalam bentuk garam, senyawa kovalen, molekular, beberapa
ionik, dan ada juga yang berbentuk polimerik. Sianida terdapat pada ketela pohon dan
kacang koro. Sianida juga sering dijumpai pada daun salam, cherry, ubi, dan keluarga
kacang–kacangan lainnya seperti kacang almond. Selain dari makanan, sianida juga
dapat berasal dari rokok, bahan kimia yang digunakan pada proses pertambangan dan
sumber lainnya, seperti pada sisa pembakaran produk sintesis yang mengandung
karbon dan nitrogen misalnya plastik yang akan melepaskan sianida. Pada perokok
pasif dapat ditemukan sianida sekitar 0.06 μg/ml dalam darahnya, sementara pada
perokok aktif ditemukan sekitar 0.17 μg/ml sianida dalam darahnya (Utama, 2006).

Jika sianida yang masuk ke dalam tubuh masih dalam jumlah yang kecil maka sianida
akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman dan diekskresikan melalui urin. Selain
itu, sianida akan berikatan dengan vitamin B12. Tetapi bila jumlah sianida yang
masuk ke dalam tubuh dalam dosis yang besar, tubuh tidak akan mampu untuk
mengubah sianida menjadi tiosianat maupun mengikatnya dengan vitamin B12
(Utama, 2006).

Masuknya sianida ke dalam tubuh tidak hanya melewati saluran pencernaan tetapi
dapat juga melalui saluran pernafasan, kulit dan mata. Masuknya sianida ke dalam
tubuh tidak hanya melewati saluran pencernaan tetapi dapat juga melalui saluran
pernafasan, kulit dan mata. Senyawa sianida yang dapat menyebabkan keracunan
tidak hanya sianida secara langsung tetapi dapat pula dalam bentuk asam dan
garamnya, seperti asam hidrosianik sekitar 2,500–5,000 mg.min/m3 dan sianogen
klorida sekitar 11,000 mg.min/m3 (Utama, 2006).

Hidrogen sianida sangat mudah diabsorpsi oleh paru. Gejala keracunan dapat timbul
dalam hitungan detik sampai menit. Jika gas hidrogen sianida terhirup sebanyak 50 ml
(pada 1.85 mmol/L) dapat berakibat fatal dalam waktu yang singkat Gejala yang
paling cepat muncul setelah keracunan sianida adalah iritasi pada lidah dan membran
mukus serta suara desir darah yang tidak teratur. Gejala yang ditimbulkan oleh zat
kimia sianida ini bermacam-macam, mulai dari rasa nyeri pada kepala, mual muntah,
sesak nafas, dada berdebar, selalu berkeringat sampai korban tidak sadar dan apabila
tidak segera ditangani dengan baik akan mengakibatkan kematian, tetapi gejala dan
tanda awal yang terjadi setelah menghirup HCN atau menelan garam sianida adalah
kecemasan, sakit kepala, mual, bingung, vertigo, dan hypernoea, yang diikuti dengan
dyspnea, sianosis (kebiruan), hipotensi, bradikardi, dan sinus atau aritmea AV nodus.
Tanda terakhir dari toksisitas sianida meliputi hipotensi, aritmia kompleks, gagal
jantung, udem pada paru-paru dan kematian (Utama, 2006).

Melihat kasus–kasus yang telah terjadi dan penjelasan mengenai bahaya sianida bagi
manusia maka besar kemungkinan seseorang mengalami keracunan sianida, untuk
itulah diperlukan tindakan untuk mengatasi keracunan sianida, yang salah satunya
adalah dengan menggunakan antidotum (Meredith, 1993). Dari literatur yang didapat,
antidotum yang dapat digunakan pada keracunan sianida adalah natrium nitrit dan juga
natrium tiosulfat tetapi selama ini berapa besar dosis efektifnya dan bagaimana cara
penggunaannya belum diketahui dengan pasti. Berdasarkan latar belakang di atas
maka dipandang perlu untuk mengetahui dan mempelajari mekanisme transport
sianida dan efek sianida terhadap tubuh.

Keracunan Sianida

Bahan kimia beracun didefinisikan sebagai bahan kimia yang dalam


jumlah kecil menimbulkan keracunan pada manusia atau mahluk hidup
lainnya. Umumnya zat-zat toksik masuk lewat pernapasan atau kulit,
kemudian beredar ke seluruh tubuh atau ke organ-organ tertentu. Bahan
kimia tersebut dapat langsung mengganggu organ-organ tubuh tertentu,
seperti paru-paru, hati, dan lain-lain.
Untuk menentukan klasifikasi racun berdasarkan tingkat daya racunnya
ditentukan dengan besarnya LD50 (Lethal Dose 50). LD50 adalah besarnya
dosis racun yang diberikan kepada binatang percobaan yang
mengakibatkan ½ (50%) dari binatang tersebut mati. Berdasarkan LD50
klasifikasi racun dapat dibagi (mg/kg) sebagai berikut (ILO, 1991):
* Tingkat I
(Supertoxic) > 1
* Tingkat II (Extremely
oxic) 1 - 5
* Tingkat III (Highly
toxic) 5 - 50
* Tingkat IV (Moderately toxic)
50 - 500
* Tingkat V (Slighly toxic)
500 - 5000
* Tingkat VI (Practically non toxic)
5000 - 15000

Secara ringkas klasifikasi keracunan dibedakan sebagai berikut (Purwandari, 2006) :

 Menurut cara terjadinya

1. a. Self poisoning

Pada keadaan ini pasien makan obat dengan dosis berlebihan tetapi dengan
pengetahuan bahwa dosis ini tidak membahayakan. Self poisoning biasanya terjadi
karena kekurang hati-hatian dalam penggunaan. Kasus ini bisa terjadi pada remaja
yang ingin coba-coba menggunakan obat, tanpa disadari bahwa tindakan ini dapat
membahayakan dirinya.

1. b. Attempted poisoning

Dalam kasus ini, pasien memang ingin bunuh diri, tetapi bisa berakhir dengan
kematian atau pasien sembuh kembali karena salah tafsir dalam penggunaan dosis.

1. c. Accidental poisoning

Kondisi ini jelas merupakan suatu kecelakaan tanpa adanya unsur kesengajaan sama
sekali. Kasus ini banyak terjadi pada anak di bawah 5 tahun, karena kebiasaannya
memasukkan segala benda ke dalam mulut.

1. d. Homicidal piosoning

Keracunan ini terjadi akibat tindak kriminal yaitu seseorang dengan sengaja meracuni
seseorang.

 Menurut waktu terjadinya keracunan

1. Keracunan kronis

Diagnosis keracunan ini sulit dibuat, karena gejala timbul perlahan dan lama sesudah
pajanan. Gejala dapat timbul secara akut setelah pemajanan berkali-kali dalam dosis
yang relatif kecil.

1. Keracunan akut
Keracunan jenis ini lebih mudah dipahami, karena biasanya terjadi secara mendadak
setelah makan atau terkena sesuatu. Selain itu keracunan jenis ini biasanya terjadi
pada banyak orang (misal keracunan makanan, dapat mengenai seluruh anggota
keluarga atau bahkan seluruh warga kampung). Pada keracunan akut biasanya
mempunyai gejala hampir sama dengan sindrom penyakit, oleh karena itu harus
diingat adanya kemungkinan keracunan pada sakit mendadak.

 Menurut alat tubuh yang terkena

1. Keracunan digolongkan menurut organ tubuh yang terkena, misal racun pada SSP,
racun jantung, racun hati, racun ginjal dan sebagainya. Suatu organ cenderung
dipengaruhi oleh banyak obat, sebaliknya jarang terdapat obat yang mempengaruhi
/mengenai satu organ saja.

Senyawa Beracun Sianida

Hidrogen sianida merupakan senyawa racun yang dapat mengganggu kesehatan serta
mengurangi bioavailabilitas nutrien di dalam tubuh. Sianida sering dijumpai di dalam
kacang almond (Nio, 1989). Sianida yang berasal dari alam (amigdalin dan glikosida
sinogenik lainnya) dapat ditemukan dalam biji aprikot, singkong, dan banyak tanaman
lainnya, beberapa diantaranya dapat berguna, tergantung pada keperluan
ethnobotanikal. Acetonitrile, sebuah komponen pada perekat besi, dapat menyebabkan
kematian pada anak-anak (Olson, 2007). Keracunan hidrogen sianida dapat
menyebabkan kematian, dan pemaparan secara sengaja dari sianida (termasuk garam
sianida) dapat menjadi alat untuk melakukan pembunuhan ataupun bunuh diri (Olson,
2007).

Akibat racun sianida tergantung pada jumlah paparan dan cara masuk tubuh, lewat
pernapasan atau pencernaan. Racun ini menghambat sel tubuh mendapatkan oksigen
sehingga yang paling terpengaruh adalah jantung dan otak. Paparan dalam jumlah
kecil mengakibatkan napas cepat, gelisah, pusing, lemah, sakit kepala, mual dan
muntah serta detak jantung meningkat. Paparan dalam jumlah besar menyebabkan
kejang, tekanan darah rendah, detak jantung melambat, kehilangan kesadaran,
gangguan paru serta gagal napas hingga korban meninggal (Utama, 2006).

Takaran atau dosis sianida (Olson 2007 & Meredith 1993) :

a) Dosis letal dari sianida adalah : asam hidrosianik sekitar 2,500–5,000 mg.min/m3,
dan untuk sianogen klorida sekitar 11,000 mg.min/m3.

b) Terpapar hidrogen sianida meskipun dalam tingkat rendah (150-200 ppm) dapat
berakibat fatal. Tingkat udara yang diperkirakan dapat membahyakan hidup atau
kesehatan adalah 50 ppm. Batasan HCN yang direkomendasikan pada daerah kerja
adalah 4.7 ppm (5 mg/m3 untuk garam sianida). HCN juga dapat diabsorpsi melalui
kulit.

c) Ingesti pada orang dewasa sebanyak 200 mg sodium atau potassium sianida dapat
berakibat fatal. Larutan dari garam sianida dapat diabsorpsi melalui kulit.
Masuknya Senyawa Sianida ke Tubuh

Jalur masuk sianida atau bahan kimia umumnya ke dalam tubuh berbeda menurut
situasi paparan. Metode kontak dengan racun secara umum melalui cara berikut:

a. Melalui mulut karena tertelan (ingesti).

Sebagian keracunan terjadi melalui jalur ini anak-anak sering menelan racun secara
tidak sengaja dan orang dewasa terkadang bunuh diri dengan menelan racun. Saat
racun tertelan dan mulai mencapai lambung, racun dapat melewati dinding usus dan
masuk

kedalam pembuluh darah, semakin lama racun tinggal di dalam usus maka jumlah
yang masuk ke pembuluh darah juga semakin besar dan keracunan yan terjadi
semakin parah (Henry, 1997).

b. Melalui paru-paru karena terhirup melalui mulut atau hidung (inhalasi).

Racun yang berbentuk gas, uap, debu, asap atau spray dapat terhirup melalui mulut
dan hidung dan masuk ke paru-paru. Hanya partikel-partikel yang sangat kecil yang
dapat melewati paru-paru. Partikel-partikel yang lebih besar akan tertahan dimulut,
tenggorokan dan hidung dan mungkin dapat tertelan. (Henry, 1997).

c. Melalui kulit yang terkena cairan atau spray.

Orang yang bekerja dengan zatzat kimia seperti pestisida dapat teracuni jika zat kimia
tersemprot atau terciprat ke kulit mereka atau jika pakaian yang mereka pakai terkena
pestisida. Kulit merupakan barier yang melindungi tubuh dari racun, meskipun
beberapa racun dapat masuk melalui kulit (Henry, 1997).

Mekanisme dalam tubuh

Sianida bereaksi melalui hubungan dengan atom besi ferri dari sitokrom oksidase
sehingga mencegah pengambilan oksigen untuk pernafasan sel. Sianida tidak dapat
disatukan langsung dengan hemoglobin, tapi dapat disatukan oleh intermediary
compound methemoglobin.

Apabila methemoglobin tidak dapat mengangkut cukup oksigen maka molekul


hemoglobin menjadi tidak berfungsi. Produksi methemoglobinemia lebih dari 50%
dapat berpotensi fatal. Methemoglobinemia yang berlebih dapat dibalikkan dengan
metilen biru, terapi yang digunakan pada methemoglobinemia, dapat menyebabkan
terlepasnya kembali ion sianida mengakibatkan keracunan sianida (Gambar 1).
Sianida bergabung dengan methemoglobin membentuk sianmethemoglobin.
Sianmethemoglobin berwarna merah cerah, berlawanan dengan methemoglobin yang
berwarna coklat (Meredith, 1993).
Sianida merupakan inhibitor nonspesifik enzim, meliputi asam suksinat
dehidrogenase, superoksida dismutase, karbonat anhidrase, sitokrom oksidase, dan
lain sebagainya. Oksidase merupakan enzim yang berperan mengkatalisis Hidrogen
yang ada dalam substrat dengan hasil berupa H2O dan H2O2. Enzim ini berfungsi
sebagai akseptor ion Hidrogen, banyak terdapat dalam mioglobin, hemoglobin, dan
sitokrom lain.

Enzim dehidrogenase berperan sebagai pemindah ion Hidrogen dari substrat satu ke
substrat berikutnya dalam reaksi redoks couple. Contoh lainnyanya ialah penggunaan
enzim dehidrogenase dalam pemindahan electron di membrane dalam mitokondria,
siklus Kreb, dan glikolisis fase anaerob. Enzim ini tidak menggunakan Oksigen
sebagai akseptor ion Hidrogen.

Sianida memiliki afinitas tinggi terhadap ion besi pada sitokrom oksidase,
metalloenzim respirasi oksidatif akhir pada mitokondria. Fungsinya dalam rantai
transport elektron dalam mitokondria, mengubah produk katabolisme glukosa menjadi
ATP. Enzim ini merupakan katalis utama yang berperan pada penggunaan oksigen di
jaringan. Sianida menyebabkan hipoksida seluler dengan menghambat sitokrom
oksidase pada bagan sitokrom a3 dari rantai transport elektron. Ion hidrogen yang
secara normal akan bergabung dengan oksigen pada ujung rantai tidak lagi tergabung
(incorporated). Hasilnya, selain persediaan oksigen kurang, oksigen tidak bisa
digunakan, dan molekul ATP tidak lagi dibentuk. Ion hidrogen incorporated
terakumulasi sehingga menyebabkan acidemia (Meredith, 1993). Berikut skema
pengmabilan elektron, misalnya hidrogen (electron robbing) dan kerusakan oleh
radikal bebasnya.

Sianida dapat menyebabkan sesak pada bagian dada, mekanismenya yaitu


berikatan dengan sitokrom oksidase, dan kemudian memblok penggunaan oksigen
secara aerob. Sianida yang tidak berikatan akan didetoksifikasi melalui metabolisme
menjadi tiosianat yang merupakan senyawa yang lebih nontoksik yang akan
diekskresikan melalui urin (Olson, 2007). Hiperlaktamia terjadi pada keracunan
sianida karena kegagalan metabolisme energi aerob. Selama kondisi aerob, ketika
rantai transport elektron berfungsi, laktat diubah menjadi piruvat oleh laktat
dehidrogenase mitokondria. Fungsi utama mitokondria adalah memproduksi energi
kimia dalam bentuk molekul ATP yang akan dipergunakan sel-sel tubuh.

Bila komponen kunci rantai respirasi dalam mitokondria hilang atau rusak maka akan
terjadi proses berkelanjutan yang tidak terkendali. Beberapa sindrom mitokondrial
dapat disebabkan oleh berbagai perubahan tingkat molekuler yang dapat berupa
mutasi dan delesi dari DNA mitokondria.

Pada proses ini, laktat menyumbangkan gugus hidrogen yang akan mereduksi
nikotinamid adenin dinukleotida (NAD) menjadi NADH. Piruvat kemudian masuk
dalam siklus asam trikarboksilat dengan menghasilkan ATP. Ketika sitokrom a3 dalam
rantai transport elektron dihambat oleh sianida, terdapat kekurangan relatif NAD dan
dominasi NADH, menunjukkan reaksi balik, sebagai contoh : piruvat dirubah menjadi
laktat (Meredith, 1993).

Gejala-gejala Keracunan
Ketika kita kontak dengan racun, maka kita disebut terpejani racun. Efek dari suatu
pemejanan, sebagian tergantung pada berapa lama kontak dan berapa banyak racun
yang masuk dalam tubuh, sebagian lagi tergantug pada berapa banyak racun dalam
tubuh yang dapat dikeluarkan. Selama waktu tertentu pemejanan dapat terjadi hanya
sekali atau beberapa kali (Henry, 1997).

Setelah terpejan sianida, gejala yang paling cepat muncul adalah iritasi pada lidah dan
membran mukus serta suara desir darah yang tidak teratur. Gejala dan tanda awal yang
terjadi setelah menghirup HCN atau menelan garam sianida adalah kecemasan, sakit
kepala, mual, bingung, vertigo, dan hypernoea, yang diikuti dengan dyspnoea,
sianosis, hipotensi, bradikardi, dan sinus atau aritmea AV nodus (Meredith, 1993).
Onset yang terjadi secara tiba-tiba dari efek toksik yang pendek setelah pemaparan
sianida merupakan tanda awal dari keracunan sianida. Symptomnya termasuk sakit
kepala, mual, dyspnea, dan kebingungan. Syncope, koma, respirasi agonal, dan
gangguan kardiovaskular terjadi dengan

cepat setelah pemaparan yang berat (Olson, 2007).

Dalam keracunan stadium kedua, tampak kecemasan berlebihan, koma, dan terjadi
konvulsi, kejang, nafas tersengal-sengal, kolaps kardiovaskular, kulit menjadi dingin,
berkeringat, dan lembab. Nadi menjadi lemah dan lebih cepat. Tanda terakhr dari
toksisitas sianida meliputi hipotensi, aritmia kompleks, gagal jantung, udem pada
paru-paru dan kematian (Meredith, 1993).

Warna merah terang pada kulit atau tidak terjadinya sianosis, jarang terjadi dalam
keracunan sianida. Secara teoritis tanda ini dapat dijelaskan dengan adanya kandungan
yang tinggi dari oksihemoglobin, dalam venus return, tetapi dalam keracunan berat,
gagal jantung dapat dicegah. Kadang-kadang sianosis dapat dikenali apabila pasien
memiliki bintik merah muda terang (Meredith, 1993).

Sifat Efek Racun

Pada dasarnya hanya terdapat dua jenis sifat efek toksik zat beracun, yakni terbalikkan
atau tak terbalkkan. Ciri khas dari wujud efek toksik yang terbalikkan yaitu : (1) bila
kadar racun yang ada pada tempat aksi atau reseptor tertentu telah habis, maka
reseptor tersebut akan kembali ke kedudukan semula (2) efek toksik yang ditimbulkan
akan cepat kembali normal, dan (3) ketoksikan racun bergantung pada takaran serta
kecepatan absorpsi, distribusi, dan eliminasi racunnya. Ciri khas dari wujud efek
toksik yang tak terbalikkan yaitu : (1) kerusakan yang terjadi sifatnya menetap (2)
pemejanan berikutnya dengan racun akan menimbulkan kerusakan yang sifatnya sama
sehingga memungkinkan terjadinya penumpukan efek toksik dan (3) pemejanan
dengan takaran yang sangat kecil dalam jangka panjang akan menimbulkan efek
toksik yang seefektif dengan yang ditimbulkan oleh pemejanan racun dengan takaran
besar dalam jangka pendek (Donatus, 1990).

Efek Sianida Bagi Tubuh Dan Pengobatan


Sebenarnya asam sianida yang kadang disebut asam biru. Walaupun sianida dapat
mengikat dan menginaktifkan beberapa enzim, tetapi yang mengakibatkan timbulnya
kematian atau timbulnya histotoxic anoxia adalah karena sianida mengikat bagian
aktif dari enzim sitokrom oksidase sehingga akan mengakibatkan terhentinya
metabolisme sel secara aerobik. Sebagai akibatnya hanya dalam waktu beberapa menit
akan mengganggu transmisi neuronal, tetapi kematian yang disebabkan oleh sianida
jarang ditemukan pada orang-orang yang bekerja dalam laboratorium kimia yang
memiliki akses dengan potassium atau sodium sianida. Dosis minimum yang dapat
menyebabkan kematian berkisar 200 mg dari potasium atau sodum sianida.

Gas hidrogen sianida adalah berada dalam keadaan fatal secara berkala pada keadaaan
konsentrasi atmosfer 270 ppm. Sianida secara normal ditemukan dalam tekanan
darah yang rendah, yaitu 0,016 mg/L bagi yang tidak merokok dan 0,041 mg/L bagi
perokok. Tes darah untuk memeriksa kadar sianida harus dilakukan sesegera
mungkin ketika tingkat sianida meningkat atau menurun tergantung pada metode
reserpasi dan atau penyimpanan dan waktu pengumpulannya (Nita dkk, 2005)

Inhalasi

Sisa pembakaran produk sintesis yang mengandung karbon dan nitrogen seperti
plastik akan melepaskan sianida. Rokok juga mengandung sianida, pada perokok pasif
dapat ditemukan sekitar 0.06µg/mL sianida dalam darahnya, sementara pada perokok
aktif ditemukan sekitar 0.17 µg/mL sianida dalam darahnya. Hidrogen sianida sangat
mudah diabsorbsi oleh paru, gejala keracunan dapat timbul dalam hitungan detik
sampai menit. Ambang batas minimal hydrogen sianida di udara adalah 2-10 ppm,
tetapi angka ini belum dapat memastikan konsentrasi sianida yang berbahaya bagi
orang disekitarnya. Selain itu, gangguan dari saraf-saraf sensoris pernafasan juga
sangat terganggu.

Mata

Paparan hidrogen sianida dapat menimbulkan iritasi pada mata dan kulit. Muncul
segera setelah paparan atau paling lambat 30 sampai 60 menit. Kebanyakan kasus
disebabkan kecelakaan pada saat bekerja sehingga cairan sianida kontak dengan kulit
dan meninggalkan luka bakar.

Saluran pencernaan

Tertelan dari hidrogen sianida sangat fatal. Karena sianida sangat mudah masuk ke
dalam saluran pencernaan. Tidak perlu melakukan atau merangsang korban untuk
muntah, karena sianida sangat cepat berdifusi dengan jaringan dalam saluran
pencernaan.
3.2 Antidotum Sianida

Diklasifikasikan menjadi 3 kelompok utama sesuai dengan mekanisme aksi utamanya,


yaitu : detoksifikasi dengan sulfur untuk membentuk ion tiosianat yang lebih tidak
toksik, pembentukan methemoglobin dan kombinasi langsung

Pembentukan methemoglobin

Methemoglobin sengaja diproduksi untuk bersaing dengan sianida di tempat ikatan


pada sistem sitokrom oksidase. Sianida mempunyai ikatan khusus dengan ion besi
pada sistem sitrokrom oksidase, sianida dalam jumlah yang cukup besar akan
berikatan dengan ion besi pada senyawa lain, seperti methemoglobin. Jika produksi
methemoglobin cukup maka gejala keracunan sianida dapat teratasi.
Methemoglobinemia dapat diproduksi dengan pemberian amil nitrit secara inhalasi
dan kemudian pemberian natrium nitrit secara intravena. Kira-kira 30%
methemoglobinemia dianggap optimum dan jumlahnya dijaga agar tetap di bawah
40% senyawa lain seperti 4-DMAP dapat memproduksi methemoglobin secara lebih
cepat (Meredith, 1993).

Natrium nitrit. Merupakan obat yang paling sering digunakan untuk keracunan
sianida.Nitrit menyebabkan methemoglobin dengan sianida membentuk substansi
nontoksik sianmethemoglobin. Methemoglobin tidak mempunyai afinitas lebih tinggi
pada sianida daripada sitokrom oksidase, tetapi lebih potensial menyebabkan
methemoglobin daripada sitokrom oksidase (Meredith, 1993).

Sodium nitrit injeksi dan amil nitrit dalam bentuk ampul untuk inhalasi merupakan
komponen dari antidot sianida. Kegunaan nitrit sebagai antidot sianida bekerja dalam
dua cara, yaitu : nitrit mengoksidasi hemoglobin, yang kemudian akan mengikat
sianida bebas, dan cara yang kedua yaitu meningkatkan detoksifikasi sianida
endothelial dengan menghasilkan vasodilasi. Inhalasi dari satu ampul amil nitrit
menghasilkan tingkat methemoglobin sekitar 5% (Olson, 2007).

b. Detoksifikasi sulfur

Setelah methemoglobin dapat mengurangi gejala yang ditimbulkan pada keracunan


sianida, sianida dapat diubah menjadi tiosianat dengan menggunakan natrium
tiosulfat. Pada proses kedua membutuhkan donor sulfur agar rodanase dapat
mengubah sianmethemoglobin menjadi tiosianat karena donor sulfur endogen
biasanya terbatas. Ion tiosianat kemudian diekskresikan melalui ginjal (Meredith,
1993).

Sodium tiosulfat merupakan donor sulfur yang mengkonversi sianida menjadi bentuk
yang lebih nontoksik, tiosianat, dengan enzyme sulfurtransferase, yaitu rhodanase.
Tidak seperti nitrit, tiosianat merupakan senyawa nontoksik, dan dapat diberikan
secara empiris pada keracunan sianida. Penelitian dengan hewan uji menunjukkan
kemampuan sebagai antidot yang lebih baik bila dikombinasikan dengan
hidroksokobalamin (Olson, 2007).

Rute utama detoksifikasi sianida dalam tubuh adalah mengubahnya menjadi tiosianat
oleh rhodanase, walaupun sulfurtransferase yang lain, seperti beta-merkaptopiruvat
sulfurtransferase, dapat juga digunakan. Reaksi ini memerlukan sumber sulfan sulfur,
tetapi penyedia substansi ini tebatas. Keracunan sianida merupakan proses
mitokondrial dan penyaluran intravena sulfur hanya akan masuk ke mitokondria
secara perlahan. Natrium tiosulfat diasumsikan secara intrinsik nontoksik tetapi
produk detoksifikasi yang dibentuk dari sianida, tiosianat dapat menyebabkan
toksisitas pada pasien dengan kerusakan ginjal. Pemberian natrium tiosulfat 12.5 g i.v.
biasanya diberikan secara empirik jika diagnosis tidak jelas (Meredith, 1993).

c. Kombinasi langsung

Ada 2 macam mekanisme yang berbeda dari kombinasi langsung dengan sianida yang
sering digunakan, yaitu kombinasi dengan senyawa kobalt dan kombinasi dengan
hidroksobalamin (Meredith, 1993).

Hidroksikobalamin (vitamin B12a). Merupakan prekursor dari sianokobalamin


(vitamin B12). Penggunaan hidroksikobalamin sebagai pencegahan pada pemberian
natrium nitroprusid jangka panjang sama efektifnya untuk pengobatan pada keracunan
sianida akut selama lebih dari 40 tahun. Senyawa ini bereaksi langsung dengan sianida
dan tidak bereaksi dengan hemoglobin untuk membentuk methemoglobin (Meredith,
1993). Hidroksikobalamin bekerja baik pada celah intravaskular maupun di dalam sel
untuk menyerang sianida. Hal ini berlawanan dengan methemoglobin yang hanya
bekerja sebagai antidot pada celah vaskular. Pemberian natrium tiosulfat
meningkatkan kemampuan hidroksikobalamin untuk mendetoksifikasi keracunan
sianida (Meredith, 1993).

Sianokobalamin adalah kombinasi hidrosikobalamin dan sianida. Dosis minimal


sebesar 2.5 gram pada dewasa diperlukan untuk menetralkan dosis letal sianida.
Hidroksikobalamin tidak menimbulkan komplikasi yang serius. Beberapa pasien dapat
mengalami urtikaria, tapi sangat jarang.

Dikobalt-EDTA. Bentuk garam dari kobalt bersifat efektif untuk mengikat sianida.
Kobalt-EDTA lebih efektif sebagai antidot sianida dibandingkan dengan kombinasi
nitrat-tiosulfat. Senyawa ini mengkelat sianida menjadi kobaltisianida. Efek samping
dari dikobalt-EDTA adalah reaksi anafilaksis, yang dapat muncul sebagai urtikaria,
angiodema pada wajah, leher, dan saluran nafas, dispnea, dan hipotensi. Dikobalt-
EDTA juga dapat menyebabkan hipertensi dan dapat menyebabkan disritmia jika
tidak ada sianida saat pemberian dikobalt-EDTA. Pemberian obat ini dapat
menyebabkan kematian dan toksisitas berat dari kobalt terlihat setelah pasien sembuh
dari keracunan sianida (Meredith, 1993).

NB: untuk artikel yang lengkap silakan download disini

DAFTAR PUSTAKA
Henry, J.A., H.M., Wiseman, 1997, Management of Poisoning : A handbook for
health care workers, World Health Organization, Geneva

Meredith, T.J., 1993, Antidots for Poisoning by Cyanide, http://www.inchem.org/,


diakses pada 28 September 2007

Olson, K. R., 2007, Poisoning and Drug Overdose, 2nd edition, 145-147, Prentice-
Hall International Inc., USA

Utama, Harry Wahyudhy, 2006, Keracunan Sianida,


http://klikharry.wordpress.com/about/, diakses pada 28 September 2007

Nio, 1989, Zat-zat Toksik yang Secara Alamiah Ada pada Bahan Makanan Nabati,
Cermin Dunia Kedokteran,

Donatus, I.A., 1997, Makalah Penanganan dan Pertolongan Pertama Keracunan


Bahan Berbahaya, Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

www.quest4health.com.au/documents/Acidemia.htm

Nita dkk, Michael, Irma, Erni, Mulyati, Ridwan, 2005, Toksikologi Forensik
http://www.freewebs.com/toksikologiforensik/obat.htm, diakses pada 10 Desember
2008.

Purwandari R, 2006, Farmakologi-Toksikologi,

ILO (1991) "Fundamentals of Chemical Safety and Major Hazard


Control".

About these ads

Share this:

 Twitter
 Facebook64

Related

Dirgahayu Himmpas IPB ke-11In "Agenda"

Dokumentasi Seminar IPBIn "Agenda"

Efek Divorced pada AnakIn "Artikel Ilmiah"

Posted in: Artikel Ilmiah | Tagged: efek, sianida, transport, tubuh

Post navigation
← Older

Newer →

Leave a Reply

https://forsihimmpas.wordpress.com/2013/07/14/transport-dan-efek-sianida-terhadap-
tubuh/

Anda mungkin juga menyukai