com/arsenik-dan-sianida-duo-senjata-pembunuh-rahasia/
Arsenik
Arsenik adalah Unsur logam yang membentuk sejumlah senyawa Beracun. Arsenik
ditemukan di alam pada tingkat rendah. Sebagian besar bersenyawa dengan oksigen, Klorin
dan Belerang.
Terkena Arsenik pada paparan rendah tubuh akan mengalami keracunan Kronis dan
Karsinogenik (Zat Penyebab Kanker). Pada Paparan Tinggi, korban akan mengalami
Kemandulan/Keguguran, gangguan kulit, Gangguan jantung, Kerusakan Otak dan Kematian.
Gejala Arsenik yakni : Diare, Gangguan Pencernaan, Muntah-muntah, Tenggorokan terasa
Kering, Nyeri Hebat atau Rasa terbakar pada Organ Kemih, Kram otot, Kejang, Mengantuk,
Berkeringat, Kebiruan pada tungkai, mata merah, gagal ginjal dan Dehidrasi.
Langkah mengatasi racun Arsenik antara lain : Untuk keracunan akut yang belum
berlangsung 4 jam, Korban diberi pekak (bunga lawang) ntuk merangsangnya muntah. Dapat
juga melakukan bilas lambung Apabila tidak dapat minum. Sedangkan untuk keracunan lebih
lama (termasuk keracunan kronik), sebaiknya diberi anti dotum nya yaitu Suntika
Intramuskuler di merkaprol.
Sianida
Sianida dapat berbentuk cair, padat dan gas. Dia merupakan senyawa kimia ber Atom karbon
yang terikat ke Atom Nitrogen dan mengandung kombinasi kelompok Siano ( CN ). Senyawa
ini melepas Ion Sianida yang sangat beracun.
Jika zat ini masuk ke dalam tubuh bisa mengambat kinerja sel dalam tubuh, mengganggu
penggunaan Oksigen oleh sel dan dapat menyebabkan kematian sel. Pada dosis tertentu, zat
ini dapat menyebakan kematian dalam jangka waktu 15 Menit saja akibat kekurangan
oksigen.
Gejala Sianida yakni Sakit Kepala, Kesulitan bernafas, kecemasan, Banyak keluar keringat,
kulit kemerahan, merasa sangat lelah, Vertigo dan kejang-kejang.
Antisipasinya adalah Mengupayakan agar korban muntah atau membuat muntah dengan
merangsang dinding Faring belakang dengan jari ( Jangan dilakukan bila korban tidak sadar),
memberi minum hangat, memberikan nafas buatan atau menempatkan penderita diruang
terbuka.
Sebagai tambahan, Arsenik adalah Senyawa ampuh yang digunakan untuk mengawetkan
kayu, Sedang Sianida secara alami juga terdapat pada biji Buah apel dan sejumlah Kacang-
kacangan. Karena kadar nya yang sangat rencah duo senyawa tersebut bisa ditoleransi oleh
Tubuh.
http://www.subkhan.xyz/2016/02/apa-itu-racun-sianida-apa-bedanya-dengan-arsenik.html
Sianida dan Arsenik merupakan dua zat beracun berbahaya yang dapat menimbulkan kematian.
Dua zat ini juga sering digunakan untuk membunuh secara diam-diam maupun bunuh diri karena
sangat mematikan. Sebenarnya seperti apakah sianida dan arsenik itu?
Apa itu Sianida?
Sianida adalah senyawa kimia beratom karbon yang terikat ke atom nitrogen dan mengandung
kombinasi kelompok siano (CN). Senyawa ini melepas ion sianida yang sangat beracun. Sianida
dapat berbentuk cair, padat dan gas.
http://hanyakimia.blogspot.co.id/2013/02/arsen-arsenik_10.html
ARSENIK
Pengen bunuh Orang?,,
Arsenik adalah suatu unsur kimia metaloid (semilogam) golongan VA, berwujud
bubuk putih, tanpa warna dan bau (karena itulah arsen sangat dikenal dalam urusan racun-
meracun makanan!). Nama arsenik sendiri pertama kali berasal dari bahasa Persia zarnig dan
bahasa Yunani arsenikon yang artinya kuning. Arsenik dalam kehidupan sehari-hari (di luar
racun-meracun) digunakan untuk bahan pestisida di buah-buahan. Galium arsenid dapat dipakai
sebagai bahan semikonduktor rangkaian listrik. Dalam pengobatan, arsen juga mendapat tempat
khusus. Di zaman dahulu arsenik pernah digunakan sebagai obat sifilis, yaitu Salvarsan. Sampai
sekarang arsenik masih menjadi salah satu alternatif pengobatan tripanosomiasis Afrika (dalam
bentuk melarsoprol). Arsenik juga dipakai dalam industri pewarna dan cat.
Air minum yang tercemar arsenik adalah ancaman bahaya di seluruh dunia. Situasi
dramatis ditemukan di Bangladesh. Di sana 30 persen penduduk terpapar arsenik. Berbeda
dengan wilayah lain, arsenik di Bangladesh merembes ke air tanah secara alami.
Pada tanggal 5 Mei 1821, Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte meninggal dunia di
Santa Helena. Napoleon diasingkan ke Santa Helena setelah kekalahannya dalam peperangan
melawan pasukan Inggris di Waterloo. Pada mulanya, kematian Napoleon diyakini akibat kanker
lambung seperti halnya yang dialami orang tuanya. Namun, anggapan itu kemudian berubah
ketika pada sekitar tahun 1960, seorang dokter gigi dari Swedia menyatakan bahwa Napoleon
meninggal karena terkena racun arsenik.
Arsenik diketahui sebagai unsur kimia beracun yang dapat memyebabkan kematian. Meskipun
demikian, arsenik bermanfaat untuk kesehatan dalam jumlah sedikit.
Unsur arsenik ditemukan pada sekitar tahun 1250 oleh Albert Magnus. Dalam bentuk
unsur, arsenik sebenarnya tidak berbahaya. Akan tetapi, jika dalam bentuk senyawa oksidanya,
arsen dioksida (As2O3), unsur ini bersifat racun. Senyawa arsen oksida berbentuk serbuk putih
yang larut dalam air, tidak berasa, dan sukar dideteksi jika telah lama diminum. Dahulu, sifat
inilah yang menyebabkan senyawa arsen oksida dikenal dengan sebutan “bubuk warisan”. Arsen
oksida sering kali ditambahkan anak atau cucu ke dalam minuman anggur bapak atau kakeknya.
Mereka berharap sang bapak atau kakek meninggal dunia karena keracunan arsenik sehingga
harta warisannya akan segera jatuh ke tangan mereka. Keracunan arsenik pada saat itu tidak
dapat dideteksi sehingga kematian sang bapak atau kakek dianggap wajar.
Sebagai racun, paling tidak ia memiliki tiga bentuk senyawa yang terpopuler.
Pertama, arsenik trioksida (As2O3). Senyawa ini sering disebut sebagai arsenikum. Dalam
bahasa sehari-hari ia dikenal sebagai warangan. Eyang-eyang kita dulu sering menggunakannya
untuk mencuci keris. Bentuk aslinya bubuk putih yang mudah larut dalam air, terutama air panas.
“Karena itu arsenik trioksida paling cocok dicampurkan ke dalam kopi,” ujar Dr. dr. Djaja S.
Atmadja, SpF, SH, DFM, ahli forensik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Bentuk kedua, arsenik triklorida (AsCl3). Bentuknya menyerupai minyak berwarna kuning.
Senyawa ini jarang dipakai karena daya peracunannya relatif rendah. Di samping itu,
penggunaannya pun susah karena harus dicampurkan ke dalam sesuatu yang
berminyak. Bentuk ketiga, arsin (AsH3). Ini merupakan bentuk arsenik yang paling beracun.
Wujudnya gas dan sering dipakai sebagai senjata kimia di dalam perang.
Penyebab lainnya, gejala keracunan akibat arsenik sangat mirip dengan gejala
penyakit akut maupun kronis. “Jika tidak waspada, dokter pun bisa salah diagnosis,” kata Djaja.
Biasanya dokter mengira korban meninggal akibat gastritis atau muntaber semata. “Bahkan
sesudah autopsi pun, diagnosisnya bisa tetap keliru,” tambahnya.
Di bidang pertanian, arsenikum sering dipakai untuk membasmi hama dan tikus. Di bidang
industri, ia juga sering dipakai sebagai pengawet kayu, bahan cat, keramik, elektronik serta
pembening kaca. Di bidang homeopati, dulu arsenikum pun sering dipakai untuk pengobatan.
Namun sejak sering dipakai sebagai racun pembunuh, metode ini mulai ditinggalkan.
Menurut Djaja, ada dua modus operasi yang biasa dipakai pelaku dalam menghabisi
korban. Modus pertama, single lethal dose. Korban diracun dengan satu dosis besar yang
mematikan, di atas 200 mg.
Dalam kasus Munir, para ahli forensik dari National Forensic Institute Belanda menemukan
arsenik 460 mg. Diperkirakan, jumlah yang dicampur di dalam makanan jauh lebih besar lagi.
Modus kedua, multiple smaller dose. Secara terus-menerus dan berkala, korban
dibombardir dengan arsenik dalam dosis di bawah letal. Setelah saatnya tiba, ia dieksekusi
dengan dosis letal. Umunya cara ini dilakukan oleh orang yang punya akses terhadap makanan
dan minuman korban.
Bagi orang awam, modus macam ini sekilas tampak aneh dan buang-buang waktu.
Membunuh kok pakai basa-basi. Tapi bagi para ahli kriminologi, modus seperti ini bisa dipahami.
Ada udang di balik modus. Dengan cara seperti itu, pelaku berharap tidak ada yang curiga
bahwa korban meninggal akibat racun. Dengan begitu pelaku punya alibi.
Penjelasannya sederhana. Saat terpapar arsenik dosis rendah, korban akan menunjukkan gejala
sakit, mual, muntah dan diare. Fungsi lever dan ginjal juga akan terganggu. Ketika pelaku
memberi waktu jeda, korban sehat kembali. Begitu seterusnya, hingga pada saat dieksekusi, ia
akan disangka meninggal karena memang sakit-sakitan.
Dalam kasus Munir, banyak yang keliru persepsi terhadap istilah multiple smaller dose. “Mereka
menyangka ini dosis kecil yang terus-menerus, yang tidak diakhiri dengan dosis letal. Yang ini
namanya keracunan kronis” papar Djaja.
Jadi, menurut Djaja, kasus Munir itu jelas dosis letal. “Masalahnya, apakah peracunan itu telah
terjadi sebelumnya atau tidak. Sebab dari rekam medis, Munir punya riwayat gangguan lever,”
terangnya.
Begitu termakan, arsenik akan mengagetkan sistem fisiologis di dalam tubuh. Saluran cerna
menganggapnya sebagai bahan asing yang perlu diusir. Lambung akan meresops dengan
muntah. Usus merespons dengan diare. Meski demikian, tetap saja ada yang diserap masuk ke
dalam peredaran darah.
Dalam tempo dua belas jam, arsenik sudah terdistribusi ke seluruh jaringan. Di dalam tubuh, ia
memaksa lever berusaha keras untuk memetabolisme. SGPT dan SGOT akan meningkat. Ginjal
pun harus bekerja giat menyaringnya agar keluar dari peredaran darah. Saat keseimbangan
cairan terganggu akibat muntaber, kerja ginjal menjadi semakin berat. Itulah sebabnya, korban
peracunan arsenik akan menunjukkan gejala gangguan lever dan ginjal tanpa sebab yang jelas.
Pada kasus peracunan dosis letal, dalam tempo 30 menit sampai 2 jam, korban bisa mengalami
muntah dan diare hebat. Kematian bisa terjadi dalam hitungan jam hingga empat hari akibat
kegagalan sirkulasi.
Pada kasus keracunan kronis, korban bisa mengalami neuropati perifer (gangguan saraf tepi).
Kaki dan tangannya sering mengalami kesemutan dan rasa kebas atau mengalami kelemahan
motorik, mirip penderita stroke. Bedanya, gangguan motorik pada stroke biasanya terjadi pada
satu sisi, kanan atau kiri. Tapi pada keracunan kronis arsenik, gangguan motorik bersifat
simetris, kanan dan kiri.
Di samping gejala-gejala ini, jejak arsenik juga bisa dilacak dari kuku dan rambut korban. Kita
tahu, sirkulasi darah tidak menjamah kedua organ ini, sehingga sisa arsenik akan ditimbun.
Residu ini tetap bisa dilacak meskipun korban tinggal rangkanya saja. Lewat deposit ini, para ahli
bisa memperkirakan kapan ia diracun dan berapa kira-kira kadarnya.
Dalam penuturan Djaja, kasus seperti ini pernah terjadi pada seorang bos perusahaan di
Jakarta. Kedua kakinya lumpuh simetris. Oleh dokter pertama, ia dikira menderita polio.
Penyebabnya baru diketahui setelah si bos memeriksakan diri ke Singapura.
Dokter mencurigai arsenik karena sifat lumpuhnya yang simetris. Setelah sampel rambutnya
diperiksa, dokter menyimpulkan biang keladinya adalah keracunan arsenik kronis. Belakangan
diketahui, ternyata ia diracun oleh rekan sekantor yang menyediakan pembantu khusus untuk
menyiapkan kopinya.
Di Amerika Serikat, arsenik pernah dipakai dalam kasus pembunuhan berantai. Secara cerdik
(dan licik), seorang wanita membunuh suaminya untuk menguasai harta warisan. Sesudah itu ia
pindah ke kota lain, menikah dengan pria lain lalu meracunnya.
Berkali-kali ia lempar arsenik sembunyi tangan. Tak seorang pun yang curiga atas kematian
suaminya. Baru setelah korban yang keempat, seorang keluarga korban curiga. Setelah melalui
penyelidikan rumit atas bantuan helai rambut dan ujung kuku, misteri kematian berantai itu bisa
dipecahkan.
Ada di Makanan
Meski namanya menyeramkan, sesungguhnya arsenik adalah unsur normal yang ada di dalam
makanan kita sehari-hari. Hanya, jumlahnya sangat kecil. Unsur ini memang secara normal ada
di dalam tanah. Bersama air, arsenik diisap oleh tetumbuhan. Selanjutnya, ia masuk ke dalam
tubuh hewan. Kadar arsenik paling besar dijumpai pada kerang-kerangan.
Tapi jangan keliru, tidak semua arsenik adalah racun. Untuk membedakannya, para ilmuwan
membagi senyawa arsenik menjadi dua: organik dan anorganik. Warangan dan komplotannya
adalah contoh arsenik anorganik yang bersifat racun. Sedangkan arsenik yang ada secara
normal di dalam sayuran maupun daging hewan termasuk golongan organik yang tidak bersifat
toksik.
“Kalau kita periksa makanan kita, semuanya pasti mengadung arsenik,” tandas Djaja. Karena
itulah, jika bicara arsenik sebagai racun, kita tak cukup hanya berbekal data kualitatif (ada atau
tidaknya), tapi harus dilengkapi data kuantitatif (berapa kadarnya).
Data kuantitatif ini hanya bisa didapatkan melalui pemeriksaan kimiawi dengan alat-alat modern
seperti spektrofotometer serapan atom (AAS) atau GC/ MS. Belum semua laboratorium mampu
melakukannya. (Bisa dicek di Lab AKA Bogor, InsyaAllah atau hubungi saya aja).
Arsenik tanah hanya akan menjadi masalah jika kadarnya terlalu tinggi. Biasanya ini dijumpai di
daerah sekitar penambangan, misalnya Buyat. Melalui air minum, penduduk sekitar daerah
penambangan terpapar arsenik dalam kadar kecil secara kronis.
Menurut penelitian World Health Organization (WHO), kadar 0,5 – 1 mg dalam makanan masih
dianggap normal. Atas dasar ini Anda bisa mengambil kesimpulan mengenai kasus arsenik di
dalam soto Wakil Presiden yang dulu pernah diributkan.
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, kuah soto tersebut mengadung arsenik 0,09 ppm (mg/
liter). Dengan asumsi soto mengandung kuah 200 ml (1/5 liter), berarti kadar arsenik di
dalamnya adalah 0,018 mg. Tukang soto pun bisa menyimpulkan!
Uji Marsh
Pada tahun 1832, James Marsh menemukan cara mendeteksi adanya arsenik dalam suatu
sampel. Sejak itu, penipuan merebut harta warisan menggunakan racun arsenik sulit dilakukan.
Untuk menghargai jasa James Marsh, uji deteksi arsenik ini dinamakan Uji Marsh. Berikut
gambar alat Uji Marsh dan prosedur kerjanya.
Dalam Uji Marsh ini diperlukan larutan asam sulfat (H2SO4) dan padatan seng (Zn). Campuran
antara larutan asam sulfat dan padatan logam seng akan menghasilkan gas hidrogen (H2). Jika
arsen oksida terdapat dalam sampel, arsen oksida akan bereaksi dengan gas hidrogen
membentuk suatu gas beracun yang bernama gas arsin (AsH3). Ketika dipanaskan, gas arsin
akan terurai menjadi uap arsenik dan gas hidrogen. Ketika uap arsenik menyentuh “cincin
logam” pada daerah dingin di tabung, akan timbul kilauan cahaya khas logam arsenik. Kilauan
khas tersebut dikenal dengan cermin arsenik (arsenic mirror).
Pada sekitar tahun 1960-an, Hamilton Smith mempublikasikan cara baru mendeteksi arsenik
dalam sampel rambut menggunakan teknik neutron activation analysis (NAA). Penemuan yang
dimuat dalam Journal Analytical Chemistry itu merupakan awal terungkapnya kematian
Napoleon. Bekerja sama dengan Sten Forshufvud, seorang dokter gigi dari Swedia yang telah
lama menyelidiki kematian Napoleon, Smith menganalisis sampel rambut Napoleon. Hasilnya
mencengangkan dunia karena hasil analisis menunjukkan bahwa dalam sampel rambut
Napoleon terdapat arsenik dalam jumlah di atas batas normal.
NAA ditemukan pada tahun 1936 ketika Hevesy dan Levi menemukan bahwa sampel yang
mengandung unsur tanah jarang menjadi sangat radioaktif setelah terkena sinar neutron. NAA
mengukur karakter sinar gamma yang dipancarkan oleh isotop pada sampel melalui iradiasi
termal. Setelah iradiasi dan peluruhan radioaktif, spektrum sinar gamma dideteksi. Setiap unsur
mempunyai spektrum sinar gamma yang khas sehingga dapat diketahui jenis unsur dalam
sample beserta kadarnya.
Uji Marsh dan NAA cukup efektif untuk membuktikan adanya arsenik sehingga muncul dugaan
penyebab kematian Napoleon. Meskipun penyebab dan pelaku kematian Napoleon hingga saat
ini masih menjadi polemik, namun, Uji Marsh dan NAA memberikan contoh yang mengagumkan
tentang penggunaan analisis kimia dalam kehidupan. Tidak hanya dalam ilmu forensik, analisis
kimia ini memegang peranan penting dari penelitian murni sampai ke aplikasi terapan seperti
pengontrolan kualitas bahan (Quality Control), produk kesehatan, dan diagnosis kesehatan.
Senyawa kimia bernomor atom 33 ini sejatinya sudah lama dipakai sebagai alat pembunuhan
yang efektif. Soalnya, ia tak berbau dan tak punya rasa sehingga mudah dicampurkan dalam
makanan calon korban.Mulanya banyak dipakai oleh kalangan anggota kerajaan ataupun
bangsawan untuk memperebutkan tahta dan juga warisan.
Arsen adalah racun yang bekerja dalam sel secara umum.Hal tersebut terjadi apabila arsen
terikat dengan gugus sulfhidril (-SH), terutama yang berada dalam enzim.Salah satu system
enzim tersebut ialah kompleks.piruvat dehidrogenase yang berfungsi untuk oksidasi
dekarboksilasi piruvat menjadi Co-A dan CO2 sebelummasuk dalam siklus TOA (tricarbocyclic
acid). Dimana enzim tersebut terdiri dari beberapa enzim dan kofaktor.Reaksi tersebut
melibatkan transasetilasi yang mengikat koenzim A(CoA-SH) untuk membentuk asetil CoA dan
dihidrolipoil-enzim, yang mengandung dua gugus sulfhidril.Kelompok sulfhidril sangat berperan
mengikat arsen trivial yang membentuk kelat.kelat dari dihidrofil-arsenat dapat menghambat
reoksidasi dari kelompok akibatnya bila arsen terikat dengan system enzim, akan terjadi
akumulasi asam piruvat dalam darah.
Arsenat juga memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase kedua dariglikolosis dengan jalan
berkompetisi dengan fosfat dalama reaksi gliseraldehid dehidrogenase.Dengan adanya
pengikatan arsenat reaksi gliseraldehid-3-fosfat, akibatnya tidak terjadi proses enzimatik
hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan tidak memproduksi ATP.Selama Arsen bergabung dengan
gugus –SH,maupun gugus –SH yang terdapat dalam enzim,maka akan banyak ikatan As dalam
hati yang terikat sebagai enzim metabolic.Karena adanya protein yang juga mengandung gugus
–SH terikat dengan As, maka hal inilah yang meneyebbkan As juga ditemukan dalam rambut,
kuku dan tulang.Karena eratnya As bergabung dengan gugus –SH, maka arsen masih dapat
terdeteksi dalam rambut dan tulang bebrapa tahun kemudian.
Nb:
Daftar Pusaka:
http://tralalaikrima.blogspot.com/2012/04/makalah-toksikologi-arsen-as.html
http://webdocs.dw.de/arsenic/indonesian
http://indonesiaindonesia.com/f/84149-racun-arsenik/
http://terselubung.blogspot.com/2009/06/mengenal-arsenik_03.html
http://www.adipedia.com/2010/12/arsen-arsenik-racun-yang-sangat.html
https://klinikanakonline.com/2016/01/11/gejala-dan-penanganan-keracunan-sianida/