Anda di halaman 1dari 5

Toksikologi

Toksikologi ialah ilmu yang mempelajari sumber, sifat serta khasiat racun, gejala-gejala
dan pengobatan pada keracunan, serta kalinan yang didapatkan pada korban yang meninggal.
Racun
Racun ialah zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang dalam dosis
toksik akan menyebabakan gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian.
Faktor yang Mempengaruhi Keracunan
Berbagai factor mempengaruhi paling cepat terjadi keracunan jika masuknya racun secara
inhalasi.
Cara masuk lain, berturut-turut ialah intravena, intramuscular, intraperitional, subkutan,
peroral dan paling lambat ialah bila melalui kulit yang sehat.
Umur. Kecuali untuk beberapa jenis racun tertentu, orang tua, dan anak-anak lebih
sensitif misalnya pada barbiturat. Bayi prematur lebih rentan terhadap obat karena ekskresi
melalui ginjal belum sempurna dan aktifitas mikrosom dalam hati belum cukup.
Kondisi Tubuh. Penderita penyakit ginjal pada umumnya lebih mudah mengalami
keracunan. Pada penderita demam dan penyakit lambung, absorbs dapat terjadi dengan lambat.
Bentuk fisik dan kondisi fisik, misalnya lambung berisi atau kosong.
Kebiasaan. Sangat berpengaruh pada racun golongan alkohol dan morfin, sebab dapat
terjadi toleransi, tetapi toleransi tidak dapat menetap, jika pada suatu ketika dihentikan, maka
toleransi akan menurun lagi.
Idiosinkrasi dan alergi pada vitamin E, penisilin, streptomisin dan prokain.
Pengaruh langsung racun tergantung pada takaran. Makin tinggi takaran akan meakin
cepat (kuat) keracunan. Konsentrasi berpengaruh pada racun yang bekerja secara lokal, misalnya
asam sulfat. Struktur kimia, misalnya calomel (Hg2Cl2) jarang menimbulkan keracunan
sedangkan Hg sendiri dapat menyebabkan kematian. Morfin dan nalorfin yang mempunyai

struktur hampir sama merupakan antagonis. Terjadi addisi antara alkohol dan barbiturate atau
alkohol dan morfin. Dapat pula terjadi sinergisme sangan penting dalam mediko-legal.
Waktu Pemberian. Untuk racun yang ditelah, jika ditelan sebelum makan, absorbs
terjadi lebih baik sehingga efek akan timbul lebih capat. Jangka pemberian untuk waktu lama
(kronik) atau waktu singkat/sesaat.
Keracunan Arsen (As)
Keracunan arsen kadang-kadang dapat terjadi karena kecelakaan dalam industri dan
pertanian akibat memakan/meminum makanan/minuman yang terkontaminasi dengan arsen.
Kematian akibat keracunan arsen sering tidak menimbulkan kecurigaan karena gejala keracunan
akutnya menyerupai gejala gangguan gastrointestinal yang hebat sehingga dapat di diagnose
salah sebagai suatu penyakit.
Sumber

As2O3 (arsenious acid), adalah racun umum yang sekarang telah jarang digunakan lagi,
terdapat dalam warangan (racum tikus).
AsH3 (arsin) merupakan gas tidak berwarna dengan bau seperti bawang, terdapat dalam
industri merupakan yang paling berbahaya dari golongan arsen serta merupakan salah satu racun
industru yang mematikan.
Tanah. Arsen juga terdapat dalam tanah sehingga kita harus berhati-hati dalam
penyimpulan kasus dugaan keracunan arsen yang telah dikuburkan.
Air. Air minum dapat terkontaminasi dengan arsen dari industri atau sumber arsen alami
sehingga dapat menyebabkan keracunan kronik.
Bir. Arsen mungkin terdapat dalam bir, yaitu berasal dari iron pyrites yang digunakan
pada pembuatan glukosa untuk bir.
Kerang. Arsen terdapat dalam kerang, keong, kepiting dan ikan. Kerang (Oyster) dapat
mengandung 3.7 ppm arsen.

Tembakau. Asap tembakau mengandung 8.3-50 ppm arsen, asap sigaret 3.3-10.5 ug/L dan
asap cerutu 0.2-3.0 ug/L.
Lain-lain. Lewisite (klorvinil dikloro-arsin), merupakan gas racun yang digunakan dalam
peperangan.
Umumnya yang digunakan sebafai racun untuk membunuh adalah As2O3 (warangan,
racun tikus).
As2O3 terbentuk dalam bentuk bubuk berwarna putih atau kristal, jernih, tidak
mempunyai rasa dan tidak berbau. Dalam larutan juga tidak berwarna sehingga dapat diberikan
tanpa menimbulkan kecurigaan korban. Bentuk bubuk dikenal sebagai arsen putih.
Farmakokinetik
Arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut, inhalasi (pada debu arsen dan arsin)
dan melalui kulit.
Setelah diabsorbsi melalui mukosa usus, arsen kemudian ditimbun di dalam ginjal, hati,
kulit dan tulang.
Pada keracunan kronik, arsen juga ditimbun dalam jaringan-jaringan lain, misalnya kuku
dan rambut yang banyak mengandung kerating yang mengandung disulfide.
Ekskresi terjadi dengan lambat melalui feses dan urin sehingga dapat terjadi akumulasi
dalam tubuh.
Tanda dan Gejala Keracunan
Keracunan akut. Timbul gejala gastro-intestinal hebat. Mula-mula rasa terbakar di daerah
tenggorok dan rasa logam pada mulut, diikuti mual dan muntah-muntah hebat. Isi lambung dan
bahkan isi duodenum dapat keluar, muntahan dapat mengandung bubuk berwarna putih (As2O3),
kadang-kadang sedkit berdarah.
Kemudian terjadi nyeri epigastrium yang cepat menjalar ke seluruh perut hingga nyeri
pada perabaan, diare hebat. Kadang-kadang terlihat bubuk putih pada kotoran yang dapat tampak

seperti air cucian beras dengan jalur darah. Muntah dan berak hebat dapat berhenti spontan
kemudian timbul lagi. Akhirnya terjadi dehidrasi dan syok. Arsen juga memperlemak kerja otot
jantung dan mempengaruhi endoter kapiler yang mengakibatkan dilatasi kapiler sehingga
menyebabkan syok bertambah berat.
Kematian dapat terjadi sebagai akibat dehidrasi jaringan dan syok hipovolemik.
Keracunan Arsin. Arsin yang berbentuk gas ini masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi,
yang selanjutnya akan mecapai darah dan menimbulkan hemolysis hebat dan penekanan
terhadap SSP. Korban menunjukan gejala menggigil, demam, muntah, nyeri punggung, ikteris,
anemia dan hipoksia, kadang-kadang disertai kejang. Urin dapat mengandung hemoglobin,
eritrosit dan silinder. Kematian terjadi karena kegagalan kardio-respirasi.
Bila tidak segera meninggal, pada ginjal dapat terjadi nekrosis tubuler dan obstruksi
tubuli oleh silinder eritrosit dengan akibat anuri dan uremia.
Keracunan kronik. Pada keracunan kronik, korban tampak lemah, melanosis arsenic
berupa pigmentasi kulit yang berwarna kuning coklat, lebih jelas pada daerah fleksor, puting
susu dan perut sebelah bawah serta aksila. Rambut tumbuh jarang.
Pigmentasi berbintik-bintik halus berwarna coklat, umumnya terlihat pada pelipis,
kelopak mata dan leher yang menyerupai pigmentasi pada penyakit Addison tetapi mukosa mulut
tidak terjena. Dapat pula menyerupai pitiriasis rosea dalam gambaran dan distribusi, tetapi
menetap. Keratosis dapat ditemukan pada telapak tangan dan kaki (keratosis arsenik).
Gejala-gejala lain yang tidak khas seperti malaise, berat badan menurun, mata berair,
fotofobi, pilek kronis, mulut kering, lidah menunjukan bulu-bulu halus berwarna putih perak
diatas jaringan berwarna merah.
Gejala neurologik berupa neuritis perifer, mula-mula rasa tebal dan kesemutan pada
tangan dan kaki, kemudian terjadi kelemahan otot, tidak stabil, kejang otot (kram) terutama pada
malam hari.
Pemeriksaan Kedokteran Forensik
Korban mati keracunan akut

Pada pemeriksaan luar ditemukan tanda-tanda dehidrasi.


Pada pembedahan jenazah ditemukan tanda-tanda iritasi lambung, mukosa berwarna
merah, kadang dengan perdarahan (flea bitten appearance). Orpimen terlihat sebagai partikelpertikel arsen berwarna kuning sedangkan As2O3 tampak sebagai partiker berwarna putih.
Pada jantung ditemukan perdarahan sub-endokard pada septum. Histopatologik jantung
menunjukan infiltrasi sel-sel radang bulat pada miokard. Sedangkan organ lain parenkimnya
dapat mengalami degenerasi bengkak keruh.
Pada korban meninggal perlu diambil semua organ, darah, urin, isi usus, isi lambung,
rambut, kuku, kulit dan tulang.
Bahan-bahan yang perlu diambil untuk pemeriksaan toksikologik pada korban hidup
adalah muntahan, urin, tinja, bilas lambung, darah, rambut dan kuku.

Anda mungkin juga menyukai