Anda di halaman 1dari 4

1 Keracunan Arsen

Arsen (As) merupakan bahan kimia yang secara alami ada di alam. Arsen
Selain dapat ditemukan di udara, air maupun makanan, arsen juga dapat
ditemukan di industri seperti industri pestisida, proses pengecoran logam maupun
pusat tenaga geotermal. Elemen yang mengandung arsen dalam jumlah sedikit
atau komponen arsen organik (biasanya ditemukan pada produk laut seperti ikan
laut) biasanya tidak beracun (tidak toksik). Arsen dapat dalam bentuk inorganik
bervalensi tiga dan bervalensi lima. Bentuk inorganik arsen bervalensi tiga adalah
arsenik trioksid, sodium arsenik, dan arsenik triklorida, sedangkan bentuk
inorganik arsen bervalensi lima adalah arsenik pentosida, asam arsenik, dan
arsenat (Pb arsenat, Ca arsenat). Arsen bervalensi tiga (trioksid) merupakan bahan
kimia yang cukup potensial untuk menimbulkan terjadinya keracunan akut.
Bagian tubuh manusia yang rentan terhadap sifat toksik dari arsen adalah endotel
pembuluh darah. Normal, manusia setiap harinya mengkonsumsi 0,03 mg arsen
6
.
Paparan arsen di tempat kerja terutama dalam bentuk arsenik trioksid dapat
terjadi pada industri pengecoran timbal, tembaga, emas maupun logam non besi
yang lain. Beberapa industri yang juga mempunyai potensi untuk memberi
paparan bahan kimia arsen adalah industri pestisida/ herbisida, industri bahan
pengawet, industri mikro elketronik dan industri farmasi/ obat-obatan. Pada
industri tersebut, arsenik trioksid dapat bercampuran dengan debu, sehingga udara
dan air di industri pestisida dan kegiatan peleburan mempunyai risiko untuk
terpapar kontaminan arsen. Paparan yang berasal dari bukan tempat kerja (non
occupational exposure) adalah air sumur, susu bubuk, saus dan minuman keras
yang terkontaminasi arsen serta asap rokok. Kematian akibat keracunan arsen
sering tidak menimbulkan kecurigaan karena gejala keracunan akutnya
menyerupai gejala gangguan gastrointestinal yang hebat sehingga dapat salah
didiagnosis sebagai suatu penyakit
6
.
2.6.1.1 Tanda dan Gejala Keracunan Arsen
Arsen mempunyai waktu paruh yang singkat (hanya beberapa hari), sehingga
dapat ditemukan dalam darah hanya pada saat terjadinya paparan akut. Untuk
paparan kronis dari arsen tidak lazim dilakukan penilaian
6
.
a. Keracunan akut
Keracunan akut dapat terjadi jika tertelan sejumlah 100 mg arsen. Gejala yang
dapat timbul akibat paparan akut diawali dengan rasa terbakar di daerah
tenggorok dengan rasa logam pada mulut, diikuti mual, muntah hebat, nyeri
perut, diare, kedinginan, kram otot serta edema dibagian muka (facial). Isi
lambung dan duodenum dapat keluar, dan muntahan dapat mengandung
bubuk berwarna putih (As2O3) Kemudian timbul nyeri epigastrium yang
cepat menjalar ke seluruh perut hingga nyeri pada perabaan, dan timbul diare
hebat. Kadang-kadang terlihat bubuk putih pada kotoran yang dapat tampak
seperti air cucian beras yang bercampur darah. Muntah dan diare hebat dapat
berhenti spontan namun kemudian timbul lagi. Hal tersebut dapat
menyebabkan penderita jatuh dalam dehidrasi dan syok. Arsen juga
memperlemah kerja otot jantung dan mempengaruhi endotel kapiler yang
menyebabkan dilatasi kapiler sehingga syok bertambah berat. Paparan dengan
dosis besar dapat menyebabkan koma dan kolapsnya peredaran darah. Dosis
fatal adalah jika sebanyak 200-300 mg arsenik trioksid masuk ke dalam tubuh.
Jika paparan terus berlanjut dapat menimbulkan gejala hemoglobinuria dan
anemia, gagal ginjal dan ikterus (gangguan hati). Kematian dapat terjadi
sebagai akibat dehidrasi berat dan syok hipovolemik
4,6
.
b. Keracunan Arsin
Arsen yang berbentuk gas masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi, yang
selanjutnya akan mencapai darah dan menimbulkan hemolisis hebat serta
penekanan terhadap SSP. Korban menunjukkan gejala menggigil, demam,
muntah, nyeri punggung, ikterik, anemia dan hipoksia, serta kadang-kadang
dapat timbul kerjang. Dapat terjadi hemoglobinuria, dan terdapat eritrosit dan
silinder. Kematian terjadi karena kegagalan system kardio-respirasi. Bila tidak
terjadi kematian dalam waktu singkat, pada ginjal dapat terjadi nekrosis
tubuler dan obstruksi tubuli oleh silinder eritrosit dengan akibat anuri dan
uremia
4
.
c. Keracunan Kronik
Pada keracunan kronik, korban tampak lemah, terdapat melanosis arsenik
berupa pigmentasi kulit yang berwarna kuning coklat, lebih jelas pada daerah
fleksor, putting susu dan perut sebelah bawah serta pada aksila. Rambut
tumbuh jarang. Pigmentasi berbintik-bintik halus berwarna coklat, umumnya
terlihat pada pelipis, kelopak mata dan leher yang menyerupai pigmentasi
pada penyakit Addison, namun mukosa mulut tidak terkena. Dapat juga
menyerupai pitiriasis rosea dalam gambaran dan distribusi, tetapi menetap.
Keratosis dapat ditemukan pada telapak tangan dan kaki (keratosis arsenik).
Gejala neurologik berupa neuritis perifer, mula-mula timbul rasa tebal dan
kesemutan pada tangan dan kaki, kemudian terjadi kelemahan otot dan kejang
otot (kram) terutama pada malam hari. Gejala lain yang tidak khas seperti
malaise, berat badan menurun, mata berair, fotofobi, pilek kronis, mulut
kering, dan pada lidah dapat terlihat adanya bulu-bulu halus berwarna putih
perak di atas jaringan lidah yang berwarna merah
4
.

2.6.1.2 Pemeriksaan Forensik
4

a. Korban Mati Keracunan Akut
Pada pemeriksaan luar ditemukan tanda-tanda dehidrasi.
Pada pemeriksaan dalam ditemukan tanda-tanda iritasi lambung, mukosa
berwarna merah, kadang-kadang dengan perdarahan (flea bitten
appearance). Iritasi lambung dapat menyebabkan produksi mucin yang
menutupi mukosa dengan akibat partikel-partikel arsen dapat tertahan.
Orpimen terlihat sebagai partikel-partikel arsen berwarna kuning
sedangkan As2O3 tampak sebagai partikel berwarna putih.
Pada jantung ditemukan perdarahan sub-endokard pada septum.
Histopatologik jantung menunjukkan infiltrasi sel-sel radang bulat pada
miokard. Sedangkan organ lain parenkimnya dapat mengalami degenerasi
dan bengkak keruh.
Pada korban meninggal perlu diambil semua sample organ, darah, urin, isi
usus, isi lambung, rambut, kuku, kulit dan tulang. Sedangkan bahan-bahan
yang perlu diambil untuk pemeriksaan toksikologi pada korban hidup
adalah muntahan, urin, tinja, bilas lambung, darah, rambut, dan kuku.
b. Korban Mati akibat Keracunan Arsin
Bila korban cepat meninggal setelah menghirup arsin, akan terlihat tanda-
tanda kegagalan kardio-respirasi akut.
Bila meninggalnya lambat, dapat ditemukan ikterus dengan anemia
hemolitik, tanda-tanda kerusakan ginjal berupa degenerasi lemak dengan
nekrosis fokal serta nekrosis tubuli.
c. Korban Mati akibat Keracunan Kronik
Pada pemeriksaan luar tampak keadaan gizi buruk.
Pada kulit terdapat pigmentasi coklat (melanosis arsenik), keratosis
telapak tangan dan kaki (keratosis arsenik).
Kuku memperlihatkan garis-garis putih (Mees lines) pada bagian kuku
yang tumbuh dan pada dasar kuku.
Temuan pada pemeriksaan dalam tidak khas.

Pada kasus keracunan arsen, kadar dalam darah, urin, rambut dan kuku
meningkat. Nilai normal kadar arsen dalam rambut kepala adalah 0,5
mg/kg, nilai 0,75 mg/kg menimbulkan kecurigaan adanya keracunan, nilai 30
mg/kg menunjukkan adanya keracunan akut. Nilai normal kadar arsen
dalam kuku adalah sampai dengan 1 mg/kg. Nilai 1 mg/kg menumbulkan
kecurigaan adanya keracunan, dan pada keracunan akut dapat dijumpai
kadar arsen pada kuku sebanyak 80 mg/kg. Dalam urin, arsen dapat
ditemukan dalam waktu 5 jam setelah diminum, dan dapat terus ditemukan
hingga 10-12 hari
4
.
Pada keracunan kronik, arsen diekskresikan secara intermiten
tergantung intake. Titik-titik basofil pada eritrosit dan leukosit muda
mungkin ditemukan pada darah tepi, menunjukkan beban sumsum tulang
yang meningkat. Uji kopro-porfirin urin akan memberikan hasil positif
4
.

Anda mungkin juga menyukai