PENDAHULUAN
Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat atau bahan kimia ke
dalam lingkungan udara normal yang mencapai jumlah tertentu sehingga dapat dideteksi oleh
manusia serta dapat memberikan efek pada manusia dan lingkungan. Bahan pencemar udara
atau polutan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu polutan primer dan sekunder. Polutan
primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu, misalnya adalah
senyawa karbon (C), sulfur (S), nitrogen (N), halogen. Polutan sekunder terjadi karena reaksi
dua atau lebih bahan kimia di udara misalny reaksi foto kimia yaitu disosiasi nitrogen
dioksida (NO2) yang menghasilkan nitrogen oksida (NO) dan oksida (O) radikal.
Pencemaran udara dalam ruangan dapat sangat berbahaya karena sumbernya
berdekatan dengan manusia secara langsung. Peningkatan kadar bahan polutan di dalam
ruangan selain berasal dari penetrasi polutan luar ruangan dapat juga dari sumber polutan
dalam ruangan seperti asap rokok, asap yang berasal dari dapur atau pemakaian obat anti
nyamuk. Untuk rokok sendiri Indonesia setiap tahunnya mengkonsumsi 215 milyar batang
rokok, menduduki peringkat ke lima negara pengkonsumsi rokok terbanyak di dunia setelah
Cina, Amerika Serikat, Jepang dan Rusia. Konsumsi rokok tersebut meningkat sejak tahun
1970. Prevalensi perokok berusia 15 tahun ke atas meningkat dari 26,9% pada tahun 1995
menjadi 31,5% pada tahun 2001, hal ini dikaitkan dengan peningkatan prevalensi perokok
pada laki-laki dari 53,4 % menjadi 62,2% selama kurun waktu tersebut sedangkan pada
perempuan tidak ada perubahan berarti. Data WHO menyebutkan 59% laki-laki dan 3,7%
perempuan Indonesia adalah perokok. Secara keseluruhan pada tahun 2001, penduduk
Indonesia yang merokok sekitar 31,5%, berarti terdapat sekitar 60 juta perokok di Indonesia.
Asap rokok merupakan bahan penyebab terbanyak pencemaran udara terutama di dalam
ruangan.
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk lebih memahami tentang bagaiman toksik di dalam asap
rokok dapat menjadi pencemar udara , darimana sumber toksik tersebut dan bagaimana
penyebarannya, serta pengaruhnya bagi keberlangsungan hidup makhluk hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
Kebiasaan merokok merupakan masalah penting dewasa ini. Rokok oleh sebagian
orang sudah menjadi kebutuhan hidup yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sehari-
hari. Masyarakat yang merokok pertama kali adalah suku bangsa Indian di Amerika untuk
keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad ke-16 ketika bangsa Eropa
menemukan benua Amerika, sebagian para penjelajah Eropa itu meniru dengan mencoba
menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa.
Di Indonesia rokok dibedakan berdasarkan bahan pembungkus rokok, bahan baku
atau isi rokok, proses pembuatan rokok dan penggunaan filter pada rokok. Berdasarkan bahan
pembungkus maka rokok dibedakan menjadi : Rokok klobot, Kawung, Sigaret dan Cerutu.
Sedangkan berdasarkan bahan baku atau isi, rokok dibedakan menjadi : Rokok putih, rokok
kretek, dan rokok klembak. Pembagian rokok berdasarkan proses pembuatannya ada : Sigaret
Kretek Tangan dan Sigaret Kretek Mesin. Dan Berdasarkan penggunaan filter pada rokok
maka rokok dibedakan menjadi rokok filter (RF) dan rokok non filter (NRF).
2.2 Sumber dan Jenis Toksik/Racun yang Terdapat dalam Asap Rokok
Komponen dalam rokok dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu fase gas dan fase tar
(fase partikulat). Fase gas adalah berbagai macam gas berbahaya yang dihasilkan oleh asap
rokok; terdiri dari nitrosamin, nitrosopirolidin, hidrasin, vinil klorida, uretan, formaldehid,
hidrogen sianida, akrolein, asetaldehida, nitrogen oksida, amonia piridin, dan karbon
monoksida. Fase tar adalah bahan yang terserap dari penyaringan asap rokok menggunakan
filter cartridge dengan ukuran pori-pori 0,1 μm. Fase ini terdiri dari bensopirin, dibensakridin,
dibensokarbasol, piren, fluoranten, hidrokarbon aromatik, polinuklear, naftalen, nitrosamin
yang tidak mudah menguap, nikel, arsen, nikotin, alkaloid tembakau, fenol dan kresol.
2.3 Nasib Rokok dan Zat Racun
Zat-zat beracun pada rokok ternyata tidak mudah hilang. Zat pada rokok dapat
menempel pada benda dan perabotan. Menurut penelitian Lawrence Berkeley National
Laboratory, California, Amerika Serikat, zat penyebab kanker pada rokok tobacco-spesific
nitrosamines (TSNAs) dapat menempel pada berbagai jenis permukaan yang akhirnya
menjadi debu dan dengan mudah disentuh jari, dan sangat berbahaya jika disentuh oleh bayi
atau anak-anak. Dalam penelitian yang pernah dilakukan oleh RS persahabatan, anak-anak
memiliki kadar nikotin dalam urine sebanyak 4-5 kali lipat lebih tinggi jika memiliki ayah
perokok. Kemudian, rokok yang dibakar akan menghasilkan nikotin dalam bentuk uap air dan
mudah diserap permukaan ruangan, seperti lantai, dinding, sofa, karpet, dan benda furnitur.
Nikotin yang sudah terserap dapat bertahan sampai sebulan.
Sedangkan zat lainnya seperti metana dan karbon dioksida, gas-gas tersebut dapat
menambah polusi di atmosfir secara umum. Merokok secara global memancarkan hampir 2,6
miliar kilogram karbon dioksida dan 5,2 miliar kilogram metana ke atmosfer setiap tahunnya.
Ini memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana merokok sendiri berkontribusi
terhadap perubahan iklim.
Selain zat beracunnya, puntung rokok menjadi salah satu perhatian berkaitan dengan
membuang sampah sembarangan. Sangat sering ditemukan puntung rokok bahkan disekitar
kampus FAPERTA UNPAD dan umum untuk menemukan puntung rokok yang tersebar di
seluruh tanah, dan mereka sering ditemuka di saluran air saat terkena atau terbawa oleh air
hujan. Ocean Conservancy menunjukkan bahwa puntung rokok adalah bahan limbah yang
paling umum dan sejumlah besar berakhir di sistem air internasional yaitu samudra. Pada
tahun 2008 misalnya, program Pembersihan Pesisir Internasional berhasil membersihkan
sekitar 3,2 juta puntung rokok dari saluran air dan pantai. Ini hampir dua kali lipat dari
jumlah sampah lainnya. Setelah mencemari saluran air, mereka secara serius menyakiti
hewan air, tumbuhan dan bahkan mencemari air tanah.
2.4 Efek terhadap Manusia, Hewan, Tanaman, dan Lingkungan
Berdasarkan teorinya, asap rokok memang dapat menimbulkan kelainan atau penyakit
pada hampir semua organ tubuh dan saluran pernapasan, yaitu :
a. Otak : stroke, perubahan kimia otak
i. Kaki: gangren
a. Penyakit paru obstruktif kroni: Merupakan iritasi saluran napas oleh asap rokok
dan bahan toksik lain akan menimbulkan reaksi inflamasi saluran napas sehingga
terjadi deposit sel radang neutrofil maupun makrofag di tempat tersebut.
b. Kanker paru: Telah diketahui perokok merupakan faktor risiko kanker paru. Asap
rokok mengandung bahan toksin dan iritan, mutagenik dan karsinogenik termasuk
reactive organic radicals (RORs) yang memicu kerusakan kromosom, perubahan
formasi DNA dan aktivasi onkogen.
c. Interstitial lung disease (ILD): Merupakan sekelompok penyakit heterogen paru
umumnya ditandai dengan sesak napas, batuk kering, diffuse interstitial infiltrate
yang membatasi fungsi paru dan gangguan pertukaran gas. Interstitial lung disease
dapat berupa sarkoidosis, fibrosis paru idiopatik (IPF), pneumokoniosis dan
penyakit yang berhubungan dengan jaringan ikat.
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Aditama TY. Perokok pasif. In: Andi A. Masalah merokok dan penanggulangannya. Jakarta:
Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia; 2001.p.10-4.
Jaya M. Pembunuh berbahaya itu bernama rokok. Yogyakarta: Rizma; 2009. p.15-8.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1407/Menkes/SK/XI/2002/
tentang pedoman pengendalian dampak pencemaran udara.
Koenig JQ, Mar TF, Allen RW, Jansen K, Lumley T, Sullivan JH, et al. Pulmonary effects
indoor and outdoor generated particle in children with asthma. Environ Health Perspect.
2005; 113:499-503.
Kumar A. Enviromental chemistry. New Delhi: Wiley Eastern Limited:1987.p.26-9.
Lumb AB. Smoking and air polluton. In: Lumb AB. Nunn’s Applied Respiratory Physiology,
5th ed. London: Butterworth-Heinemann; 2000.p.407-14.
Mackay J. Tobacco control now in future. Proc. INGCAT International NGO Mobilisation
Meeting. Geneva; 1999. p.11-4.
Mackay J, Eriksen M. The tobacco atlas 2002. Geneva: WHO;2002.p.30-3.
Mukono HJ. Pencemaran udara dan pengaruhnya terhadap gangguan pernapasan.Surabaya:
Airlangga University Press; 2003.p.1-3.
Pignot J. Quantification and chemical markers of tobacco exposure. Eur J Resp Dis.
1987;70:1-7.
Soerojo W. Mitos dan fakta tentang tembakau di Indonesia. Disampaikan pada Seminar
Parlemen Menyikapi Masalah Rokok, Gedung MPR/DPR RI. Jakarta;2004.p.1-4.
World Health Organization. Health environment in sustainable development. Geneva:
WHO;1997.p.3-6.