Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat atau bahan kimia ke
dalam lingkungan udara normal yang mencapai jumlah tertentu sehingga dapat dideteksi oleh
manusia serta dapat memberikan efek pada manusia dan lingkungan. Bahan pencemar udara
atau polutan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu polutan primer dan sekunder. Polutan
primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu, misalnya adalah
senyawa karbon (C), sulfur (S), nitrogen (N), halogen. Polutan sekunder terjadi karena reaksi
dua atau lebih bahan kimia di udara misalny reaksi foto kimia yaitu disosiasi nitrogen
dioksida (NO2) yang menghasilkan nitrogen oksida (NO) dan oksida (O) radikal.
Pencemaran udara dalam ruangan dapat sangat berbahaya karena sumbernya
berdekatan dengan manusia secara langsung. Peningkatan kadar bahan polutan di dalam
ruangan selain berasal dari penetrasi polutan luar ruangan dapat juga dari sumber polutan
dalam ruangan seperti asap rokok, asap yang berasal dari dapur atau pemakaian obat anti
nyamuk. Untuk rokok sendiri Indonesia setiap tahunnya mengkonsumsi 215 milyar batang
rokok, menduduki peringkat ke lima negara pengkonsumsi rokok terbanyak di dunia setelah
Cina, Amerika Serikat, Jepang dan Rusia. Konsumsi rokok tersebut meningkat sejak tahun
1970. Prevalensi perokok berusia 15 tahun ke atas meningkat dari 26,9% pada tahun 1995
menjadi 31,5% pada tahun 2001, hal ini dikaitkan dengan peningkatan prevalensi perokok
pada laki-laki dari 53,4 % menjadi 62,2% selama kurun waktu tersebut sedangkan pada
perempuan tidak ada perubahan berarti. Data WHO menyebutkan 59% laki-laki dan 3,7%
perempuan Indonesia adalah perokok. Secara keseluruhan pada tahun 2001, penduduk
Indonesia yang merokok sekitar 31,5%, berarti terdapat sekitar 60 juta perokok di Indonesia.
Asap rokok merupakan bahan penyebab terbanyak pencemaran udara terutama di dalam
ruangan.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana asap rokok dapat menjadi pencemar udara dalam ruangan ?


2) Dari mana sumber dan apa saja jenis zat toksik yang terdapat dalam rokok ?
3) Bagaimana penyebaran zat toksik dalam rokok tersebut ?
4) Apa pengaruhnya zat toksik dalam rokok tersebut terhadal tumbuhan, hewan dan
manusia ?

1.3 Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk lebih memahami tentang bagaiman toksik di dalam asap
rokok dapat menjadi pencemar udara , darimana sumber toksik tersebut dan bagaimana
penyebarannya, serta pengaruhnya bagi keberlangsungan hidup makhluk hidup.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asap Rokok sebagai Bahan Pencemar Udara dalam Ruangan

Kebiasaan merokok merupakan masalah penting dewasa ini. Rokok oleh sebagian
orang sudah menjadi kebutuhan hidup yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sehari-
hari. Masyarakat yang merokok pertama kali adalah suku bangsa Indian di Amerika untuk
keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad ke-16 ketika bangsa Eropa
menemukan benua Amerika, sebagian para penjelajah Eropa itu meniru dengan mencoba
menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa.
Di Indonesia rokok dibedakan berdasarkan bahan pembungkus rokok, bahan baku
atau isi rokok, proses pembuatan rokok dan penggunaan filter pada rokok. Berdasarkan bahan
pembungkus maka rokok dibedakan menjadi : Rokok klobot, Kawung, Sigaret dan Cerutu.
Sedangkan berdasarkan bahan baku atau isi, rokok dibedakan menjadi : Rokok putih, rokok
kretek, dan rokok klembak. Pembagian rokok berdasarkan proses pembuatannya ada : Sigaret
Kretek Tangan dan Sigaret Kretek Mesin. Dan Berdasarkan penggunaan filter pada rokok
maka rokok dibedakan menjadi rokok filter (RF) dan rokok non filter (NRF).

2.2 Sumber dan Jenis Toksik/Racun yang Terdapat dalam Asap Rokok

Rokok mengandung lebih dari 4000


bahan zat organik berupa gas maupun
partikel yang telah diidentifikasi dari daun
tembakau maupun asap rokok. Bahan
tersebut umumnya bersifat toksik,
karsinogenik di samping beberapa bahan
yang bersifat radioaktif dan adiktif. Misal
Cadmium, logam yang sangat beracun dan
radioaktif. Metanol (alkohol kayu).
Formaldehida, cairan yang sangat beracun
yang digunakan untuk mengawetkan mayat.
Hidrogen sianida, racun yang digunakan
sebagai fumigan untuk membunuh semut.
Dari senyawa kimia yang terkandung didalam satu batang rokok diatas, berikut tiga
senyawa kimia utama pada rokok:
1. Tar: adalah bahan padat halus yang berukuran lebih kecil dari debu yang ikut masuk ke
dalam tubuh saat perokok menghisap asap rokok, dalam bentuk padat tar berwarna cokelat
dan mudah menempel menyebapkan noda kuning kecoklatan pada kuku dan gigi pada
perokok, tar bisa menempel pada jaringan merah halus dari paru-paru dan dapat membuat
flek pada paru-paru.
2. Nikotin: adalah alkaloid parasimpatomimetik poten yang ditemukan tembakau,
merupakan senyawa adiktif yang mempengaruhi peredaran darah dan bersifat karsinogen.
Nikotin merupakan zat adiktif yang lebih kuat menimbulkan efek psikoaktif pada manusia
dari pada kokain, heroin dan morfin. Saat menghirup asap rokok nikotin turut masuk ke
dalam paru-paru, kemudian diabsorbsi secara cepat ke dalam aliran darah dan menyebar ke
seluruh tubuh. Nikotin merangsang reseptor otak untuk melepaskan senyawa yang disebut
dopamin, tetapi efek yang diberi nikotin untuk melepaskan senyawa dopamine di otak
berlangsung singkat, menimbulkan dorongan untuk merokok berkepanjangan. Penghentian
pemakaian nikotin kepada pecandunya dapat menghasilkan banyak gejala yang tidak
menyenagkan yaitu: emosi, stress, hilangnya konsentrasi, mood, ganguan pola tidur, dan
mengidam nikotin.
3. Karbon monoksida: gas yang terdiri dari satu atom karbon (c) dan satu atom oksigen
(o), gas ini tidak berbau, warna, berasa dan tidak mengiritasi. Namun karbon monoksida ini
sangat beracun apabila terhirup oleh manusia, Zat ini dapat berkombinasi dengan
haemoglobin dalam darah, mengurangi kapasitas darah untuk membawa oksigen. Karbon
monoksida dikenal sebagai penyebab utama penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung) pada
perokok.

Komponen dalam rokok dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu fase gas dan fase tar
(fase partikulat). Fase gas adalah berbagai macam gas berbahaya yang dihasilkan oleh asap
rokok; terdiri dari nitrosamin, nitrosopirolidin, hidrasin, vinil klorida, uretan, formaldehid,
hidrogen sianida, akrolein, asetaldehida, nitrogen oksida, amonia piridin, dan karbon
monoksida. Fase tar adalah bahan yang terserap dari penyaringan asap rokok menggunakan
filter cartridge dengan ukuran pori-pori 0,1 μm. Fase ini terdiri dari bensopirin, dibensakridin,
dibensokarbasol, piren, fluoranten, hidrokarbon aromatik, polinuklear, naftalen, nitrosamin
yang tidak mudah menguap, nikel, arsen, nikotin, alkaloid tembakau, fenol dan kresol.
2.3 Nasib Rokok dan Zat Racun

Zat-zat beracun pada rokok ternyata tidak mudah hilang. Zat pada rokok dapat
menempel pada benda dan perabotan. Menurut penelitian Lawrence Berkeley National
Laboratory, California, Amerika Serikat, zat penyebab kanker pada rokok tobacco-spesific
nitrosamines (TSNAs) dapat menempel pada berbagai jenis permukaan yang akhirnya
menjadi debu dan dengan mudah disentuh jari, dan sangat berbahaya jika disentuh oleh bayi
atau anak-anak. Dalam penelitian yang pernah dilakukan oleh RS persahabatan, anak-anak
memiliki kadar nikotin dalam urine sebanyak 4-5 kali lipat lebih tinggi jika memiliki ayah
perokok. Kemudian, rokok yang dibakar akan menghasilkan nikotin dalam bentuk uap air dan
mudah diserap permukaan ruangan, seperti lantai, dinding, sofa, karpet, dan benda furnitur.
Nikotin yang sudah terserap dapat bertahan sampai sebulan.

Sedangkan zat lainnya seperti metana dan karbon dioksida, gas-gas tersebut dapat
menambah polusi di atmosfir secara umum. Merokok secara global memancarkan hampir 2,6
miliar kilogram karbon dioksida dan 5,2 miliar kilogram metana ke atmosfer setiap tahunnya.
Ini memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana merokok sendiri berkontribusi
terhadap perubahan iklim.

Selain zat beracunnya, puntung rokok menjadi salah satu perhatian berkaitan dengan
membuang sampah sembarangan. Sangat sering ditemukan puntung rokok bahkan disekitar
kampus FAPERTA UNPAD dan umum untuk menemukan puntung rokok yang tersebar di
seluruh tanah, dan mereka sering ditemuka di saluran air saat terkena atau terbawa oleh air
hujan. Ocean Conservancy menunjukkan bahwa puntung rokok adalah bahan limbah yang
paling umum dan sejumlah besar berakhir di sistem air internasional yaitu samudra. Pada
tahun 2008 misalnya, program Pembersihan Pesisir Internasional berhasil membersihkan
sekitar 3,2 juta puntung rokok dari saluran air dan pantai. Ini hampir dua kali lipat dari
jumlah sampah lainnya. Setelah mencemari saluran air, mereka secara serius menyakiti
hewan air, tumbuhan dan bahkan mencemari air tanah.
2.4 Efek terhadap Manusia, Hewan, Tanaman, dan Lingkungan

2.4.1Pengaruh Rokok pada Manusia


Terdapat 20 orang yang kelompok kami tanyakan, bagaimana pengaruh rokok
yang mereka rasakan. Terdapat beberapa jawaban yakni:

Berdasarkan teorinya, asap rokok memang dapat menimbulkan kelainan atau penyakit
pada hampir semua organ tubuh dan saluran pernapasan, yaitu :
a. Otak : stroke, perubahan kimia otak

b. Mulut dan tenggorokan : kanker bibir, mulut, tenggorokan dan laring

c. Jantung : kelemahan arteri, meningkatkan serangan jantung

d. Paru : penyakit paru obstruktif kronik, kanker paru, asma

e. Hati : kanker hati

f. Abdomen : kanker lambung, pankreas dan usus besar

g. Ginjal dan kandung kemih : kanker

h. Reproduksi : impotensi, kanker leher rahim, mandul

i. Kaki: gangren

Pengaruh asap rokok pada saluran pernapasan:

a. Penyakit paru obstruktif kroni: Merupakan iritasi saluran napas oleh asap rokok
dan bahan toksik lain akan menimbulkan reaksi inflamasi saluran napas sehingga
terjadi deposit sel radang neutrofil maupun makrofag di tempat tersebut.
b. Kanker paru: Telah diketahui perokok merupakan faktor risiko kanker paru. Asap
rokok mengandung bahan toksin dan iritan, mutagenik dan karsinogenik termasuk
reactive organic radicals (RORs) yang memicu kerusakan kromosom, perubahan
formasi DNA dan aktivasi onkogen.
c. Interstitial lung disease (ILD): Merupakan sekelompok penyakit heterogen paru
umumnya ditandai dengan sesak napas, batuk kering, diffuse interstitial infiltrate
yang membatasi fungsi paru dan gangguan pertukaran gas. Interstitial lung disease
dapat berupa sarkoidosis, fibrosis paru idiopatik (IPF), pneumokoniosis dan
penyakit yang berhubungan dengan jaringan ikat.

2.4.2Pengaruh Rokok pada Lingkungan


a. Filter pada puntung rokok yang terbuat dari selulosa asetat, bersumber dari
plastik, yang dapat direkodegradable atau dapat dipecah dengan sinar UV
namun masih memerlukan waktu lama untuk mengurainya. Bahan dalam filter
atau saringan rokok tetap berada di dalam tanah untuk jangka waktu yang
lama, sampai 10 tahun seperti yang diperkirakan oleh para periset. Selama
mereka berada di dalam tanah, tanah akan tetap tercemar dan membuat tanah
menjadi tidak subur. Dan pencemaran air karena sekitar 3,2 juta puntung
rokok terdapat pada saluran air dan pantai.
b. Limbah beracun lainnya yang dihasilkan dari produksi rokok meliputi dithane
DF, imidacloprid, 1, 3 - dichloropropene, chlorpyrifos dan methyl bromide
yang dapat membahayakan tanaman, manusia dan hewan.
c. Penelitian di AS juga menemukan bahwa dari satu batang rokok bisa
membunuh ikan dalam 1 liter toples air. Dan jika manusia menelan bahan
kimia dengan mengkonsumsi ikan yang tercemar zat racun dari rokok akan
menimbulkan bahaya.
d. Kebakaran hutan dimulai dengan membakar puntung rokok di seluruh dunia
yang tak terhitung jumlahnya. Sekitar 17.000 orang di seluruh dunia
meninggal setiap tahun karena kebakaran dimulai oleh rokok bekas yang
dibuang sembarang tetapi masih dapat terbakar.
e. Satu jam unit manufaktur rokok membutuhkan sekitar 4 mil kertas untuk
digulir dan dikemas, yang berarti penghancuran satu pohon untuk setiap 300
batang rokok yang dibuat. Selain itu, banyak negara penghasil rokok harus
membakar banyak kayu yang digunakan untuk membuat api untuk
mengeringkan daun tembakau.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Aditama TY. Perokok pasif. In: Andi A. Masalah merokok dan penanggulangannya. Jakarta:
Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia; 2001.p.10-4.
Jaya M. Pembunuh berbahaya itu bernama rokok. Yogyakarta: Rizma; 2009. p.15-8.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1407/Menkes/SK/XI/2002/
tentang pedoman pengendalian dampak pencemaran udara.
Koenig JQ, Mar TF, Allen RW, Jansen K, Lumley T, Sullivan JH, et al. Pulmonary effects
indoor and outdoor generated particle in children with asthma. Environ Health Perspect.
2005; 113:499-503.
Kumar A. Enviromental chemistry. New Delhi: Wiley Eastern Limited:1987.p.26-9.
Lumb AB. Smoking and air polluton. In: Lumb AB. Nunn’s Applied Respiratory Physiology,
5th ed. London: Butterworth-Heinemann; 2000.p.407-14.
Mackay J. Tobacco control now in future. Proc. INGCAT International NGO Mobilisation
Meeting. Geneva; 1999. p.11-4.
Mackay J, Eriksen M. The tobacco atlas 2002. Geneva: WHO;2002.p.30-3.
Mukono HJ. Pencemaran udara dan pengaruhnya terhadap gangguan pernapasan.Surabaya:
Airlangga University Press; 2003.p.1-3.
Pignot J. Quantification and chemical markers of tobacco exposure. Eur J Resp Dis.
1987;70:1-7.
Soerojo W. Mitos dan fakta tentang tembakau di Indonesia. Disampaikan pada Seminar
Parlemen Menyikapi Masalah Rokok, Gedung MPR/DPR RI. Jakarta;2004.p.1-4.
World Health Organization. Health environment in sustainable development. Geneva:
WHO;1997.p.3-6.

Anda mungkin juga menyukai