Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
1. LATAR BELAKANG .......................................................................
2. TUJUAN PENULISAN .....................................................................
3. MANFAAT PENULISAN ................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................
1. MASYARAKAT ISLAM ...................................................................
2. MODEL MASYARAKAT .................................................................
3. DEFINISI AKUNTANSI SOCIAL EKONOMI (ASE) ..................
4. FAKTOR PENYEBAB MUNCULNYA ASE..................................
5. PERKEMBANGAN AKUTANSI SOAIAL EKONOMI ...............
6. BENTUK LAPORAN ASE ...............................................................
7. AKUNTANSI ISLAM .......................................................................
8. FUNGSI MUHTASIB DAN SIFAT PELAPORAN SOSIAL EKONOMI
9. AKUNTANSI SOSIAL EKONOMI ISLAM DALAM KONTEKS
KEKINIAN .........................................................................................
10. AGENDA MASA DEPAN ...............................................................
BAB III PENUTUP .................................................................................
1. KESIMPULAN ...................................................................................
2. SARAN ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar belakang
Makalah ini mulanya atas permintaan Risaat Karim kepada Trevov

Gambling yang menanyakan apakah ide judul di atas dapat dimasukkan


dalam buku Societal Accounting (Gambling 1974) ataukah memerlukan
revisi bila dikaitkan dengan sikap masyarakat Islam. Buku itu didasarkan
analisis kepribadian seseorang dan tanpa model yang jelas, sebaliknya
hukum Islam (Syariat) berlaku bagi setiap muslim dan membentuk aturan
iasar bagi tiap lembaga keuangan Islam. Seseorang mungkin menganggap
bahwa dalam masyarakat seperti itu unit yang paling dasar adalah
nasyarakat itu sendiri seperti yang diatur oleh hukum agamanya.
Masyarakat yang dimaksudkan di sini adalah masyarakat ideal
kendatipun dapat saja dirusak oleh tingkah laku manusia) sehingga embaga
keuangan dan akuntansinya disahkan melalui pembuktian sendiri esual
landasan agama. Teori dan prinsip akuntansi mungkin dapat tikembangkan
untuk masyarakat seperti itu, tetapi hal itu bisa saja Iianggap oleh sebagian
orang salah karena dianggap sebagai bidah jika licoba mengembangkan
teori atau prinsip Akuntansi Islam.

1.2.

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini ialah :


1. Untuk mengetahui pengertian Akuntasi Islam
2. Untuk mengetahui hubungan antara Akuntansi Sosial Ekonomi dengan
Islam

1.3.

Manfaat Penulisan

Tujuan penelitian dapat dibagi menjadi :


a. Tujuan umum
Tujuan umum merupakan tujuan penelitian secara keseluruhan yang ingin
dicapai melalui penelitian
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus merupakan penjabaran atau pentahapan tujuan umum,
sifatnya lebih operasional dan spesifik yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian Akuntasi Islam
2. Untuk mengetahui hubungan antara Akuntansi Sosial Ekonomi dengan
Islam

BAB II
ISLAM DAN AKUNTANSI SOSIAL

MASYARAKAT ISLAM
Masyarakat lainnya di luar Islam, menganggap bahwa merekalah
sebagai model yang ideal yang dapat membuktikan sendiri teori semacam
itu. Hal mi sejalan dengan isu yang menyangkut masalah penyusunan
prinsip Akuntansi Internasional secara umum. Hal mi muncul dan kasus di
mana penulis pertama yakin bahwa dia dapat melakukan penyesuaian ide
antara Akuntansi Sosial dan Islam. Menggabungkan berbagai individu atau
menghmdarm
merupakan

kesimpangsiuran

bagman

dan

dan

kelompok

masing-masing
atau

individu

masyarakat

yang

berdasarkan

kebudayaannya dan leon Akuntansi, adalah bagian dan individu itu


sehingga merupakan bagian dan kebudayaan. Jika orangnya muslim, maka
kepribadiannya adalah Islam, maka kebudayaannya juga akan Islam.
Sehingga teori Akuntansmnya pun adalah Islam dan akan sesuai dengan
hukum syariah.

MODEL MASYARAKAT
Namun, analisis mi menyatakan bahwa pendekatan pada agama
(lebih tepatnya suatu pendekatan dan sifat masyarakat) yang sangat
keinggrisan dan mungkin sangat kebarat-baratan tetapi hal mi jelas tidak

bersifat urnv ersal. Sikap mi menyatakan bahwa seseorang harus setuju


bahwa Tuhan membuat aturan melalui Quran dan Sunnah kepada masingmasing individu baik laki-laki maupun perempuan. Kita dapat menyatakan
bahwa Islam dan Syariah ada dalam masyarakat dan juga di mana-mana
dan di setiap individu. Konsep mi disebut sebagai Personal Model.
Model lain disebut Colonial Model. Model mi dijelaskan sebagai
berikut. Jika pemenintah atau rajanya seorang muslim mungkin akan dapat
mendeknitkan bahwa negara adalah negara Islam. Untuk negara yang
mayoritas Islam maka mestinya para birokrat adalah Islam (tidak berlaku di
Indonesia penyunting) sehingga para penyusun teori Akuntansi juga adalah
Islam. Namun, mungkin dalam masyarakat itu ada bagian yang tidak
sepaham yang mungkin disebut masyarakat Unofficial atau Tribal yang
menggunakan teori Akuntansi yang lain yang disebut Tribal. Contoh yang
menarik.dapat ditemukan di India di mana kadang-kadang pemerintah
Inggris memerintah melalui raja-raja lokal yang menganut agama yang
berbeda. Sistem buku ganda dan Barat dan sistem pembukuan India dan
Mahratta masih ada dan masih digunakan berdampingan. Dalam kondisi mi
dapat disebut bahwa Syariah mengatur rakyat.

DEFINISI AKUNTANSI SOCIAL EKONOMI (ASE)


Akuntansi Social Ekonomi (ASE) menurut Belkaoui (1984) lahir dari
anggapan bahwa akuntansi sebagai alat manusia dalam kehidupannya harus
juga sejalan dengan tujuan social hidup manusia. ASE berfungsi untuk
memberikan informasi social report tentang sejauh mana unit organisasi,
Negara dan dunia memberikan kontribusi yang positive dan negative
terhadap kualitas hidup manusia. ASE sebagai suatu penerapan akuntansi di
bidang ilmu social termasuk bidang sosiologi, politik ekonomi.
Ada juga yang memberikan istilah lain dari ASE yaitu Akuntansi Sosial yang
terdiri dari Akuntansi Mikro Sosial dan Akuntansi Makro Sosial.

FAKTOR PENYEBAB MUNCULNYA ASE


Kesadaran masyarakat akan perlunya dijaga kelestarian lingkungan
untuk kelangsunagn hidup manusia dan penekanan pada kelestarian hidup
dan kesejahteraan social semakin tinggi menjadi pendorong munculnya
ASE.
Faktor pendorong munculnya ASE adalah:
1. Adanya kesadaran dan komitmen terhadap kesejahteraan
social tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi.
2. Adanya paradigma kesadaran lingkungan tidak seperti selama
ini lingkungan diabdikan untuk perusahaan, untuk mengejar
keuntungannya.

3. Munculnya perspektif ecosystem, dimana system global tidak


bisa berjalan sendiri sendiri tanpa memperhatikan system lain.
Sistem ekonomi harus berjalan
4. Munculnya perhatian terhadap perlindungan kepentingan
social. Dengan gencarnya pertumbuhan ekonomi maka sering
melupakan kepentingan social yang merugikan masyarakat,
namun lama kelamaan muncul kesadaran akan pentinganya
diperhatikan kepentingan social tidak hanya kepentingan
ekonomi.

Kenyamanan masyarakt tidak hanya mengejar keuntungan material


dia juga harus memperhatikan aspek spitritual.

PERKEMBANGAN AKUTANSI SOAIAL EKONOMI


Pemikiran ASE dapat dirujuk ke Pasca Perang Dunia ke II dimana
semakin dituntut kualitas hidup tidak saja pertumbuhan ekonomi. Tahun
1960an sudah muncul beberapa pengembangan indikator social, akutansi
sosial, pengukuran kualitas hidup, monitoring perubahan social, dan
pelaporan social. Pelaporan ASE ini sudah mulai diikuti dan menjadi lazim
bagi beberapa perusahaan besar khususnya di Negara- Negara maju baik
karena kebijakan untuk mengambil hati Publik atau secara sukarela maupun

karena rekomendasi atau saran-saran atau kewajiban dari regulator (SEC,


BAPEPAM).

BENTUK LAPORAN ASE


Pelaporan dalam ASE berarti memuat informasi yang menyangkut
dampak

positif atau negative

yang

ditimbulkan

oleh perusahaan.

Pelaksanaan ASE masih banyak kendala dan keterbatasan terutama dalam


hal pengukuran dan pelaporan.
Dimata Islam pengungkpan aspek social melalui laporan keuangan bukan
hanya berdimensi dunia, investor saja tetapi juga berdimensi akhirat bahkan
harus memperhatikan tanggung-jawabnya kepada komunitas, social,
makhluk alam lainnya serta Allah SWT.

AKUNTANSI ISLAM
Definisi
Akutansi Islam atau Akutansi Syariah pada hakekatnya adalah
penggunaan akutansi dalam menjalankan syariah Islam. Shahata (Harahap,
1997:272) misalnya mendefinisikan Akutansi Islam sebagai berikut:
Postulat, standar, penjelasan dan prinsip akutansi yang menggambarkan semua
halsehingga akutansi Islam secara teoritis memiliki konsep, prinsip, dan tujuan
Islam juga. Semua ini secara serentak berjalan bersama bidang ekonomi, social,

politik, idiologi, etika, kehidupan, keadilan dan hukum Islam. Akutansi dan bidang
lain itu adalah satu paket dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain,.

Sesuai dengan penjelasan Hayashi (1989) Akutansi dalam bahasa


Arab disebut Muhasabah terdapat 48 kali disebut dalam Alquran.
Kata Muhasabah memiliki 8 pengertian Hayashi (1989):
1.

Yahsaba yang berarti menghitung, to compute, atau mengukur

atau to mensure.
2.

Juga berarti pencatatan dan perhitungan perbuatan seseorang

secara terus menerus


3.

Hasaba adalah selesaikan tanggung jawab

4.

Agar supaya bersifat netral

5.

Tahasaba berarti menjaga

6.

Mencoba mendapatkan

7.

Mengharapkan pahala diakhirat.

8.

Menjadikan perhatian atau mempertanggungjawabkan

Dalam merumuskan kerangka sosial reporting dalam perspektif Islam


Haniffa (2002) mengemukakan 3 dimensi: (1) mencari ridho Ilahi (2)
memberikan keuntungan kepada masyarakat, (3) mencari kekayaan untuk
memenuhi kebutuhan. Ketiga dimensi ini dalam Islam dianggap juga
subagai bagiab dari ibadah.

FUNGSI MUHTASIB DAN SIFAT PELAPORAN SOSIAL EKONOMI


Beberapa tugas Lembaga muhtasab adalah (Harahap, 1992):
1. Mengatur agar muslim melaksanakan kewajiban shalat maka
muhtasib berhak memasukkannya ke penjara.
2. Menegakkan syariat misalnya menghindari sifat benci, bohong,
penipuan. Misalnya mengurangi timbangan, praktik kecurangan
dalam industri, dagang, agama dan lain-lain.
3. Memastikan masyarakat mendapatkan hak atas timbangan dari
ukuran yang benar,
4. Mencek kecurangan bisnis, misalnya menyembunyikan kerusakkan
barang, memberikan informasi yang salah tentang barang.
5. Mengaudit kontrak yang tidak benar, misalnya mencek keberadaan
praktik riba, judi.
6. Menajaga terlaksananya pasar bebas. Menjaga jangan sampai ada
praktik yang merugikan akibat ketiadaan informasi pasar.
7. Mencegah penimbunan barang kebutuhan masyarakat.
8. Memastikan berlakunya harga yang wajar.

10

AKUNTANSI

SOSIAL

EKONOMI

ISLAM

DALAM

KONTEKS

KEKINIAN
Akuntansi Islam dam konteks kekinian diartikan sebagai akuntansi dalam
perspektif Islam yang mampu menjawab bagaimana seharusnya profil
akuntansi Islam dalam situasi saat ini dimana system ekonomi, politik,
ideology, hukum dan etika masih didominasi system lain yaitu system
kapitalis yang dasar filosofinya berbeda bahkan bertolak belakang dengan
system nilai Islam.
Akutansi Islam terpaksa mengadopsi berbagai jargon kapitalis tetapi
secara pelan pelan tapi pasti dikonversi dengan teknik dan prinsip nilai
Islam sibisanya sesuai konteksnya.
Dalam konteks kekinian respons kita terhadap ASE adalah menerima
dan mendorongnya untuk diterapkan sehingga pada suatu saat disadari
keterbatasan akuntansi kapitalis ini dan pada akhirnya kita menerapkan
Akuntansi Islam secara Kaffah atau secara menyeluruh dan terpadu.

AGENDA MASA DEPAN


Situasi pada era masa depan sangat tergantung pada perilaku ummat
kita saat ini. Sebagaimana kita ketahui saat in dunia dihadapkan
pada hidden conflict antara dua konsep sivilisasi besar. Kapitalisme dan
Islam. Dalam situasi ini umat Islam harus lebih cerdas memainkan peranan
terutama dalam menjelaskan berbagai konsep, tata, orde atau system nilai

11

yang dimilikinya untuk menjawab berbagai tantangan masyarakat dunia


yang semakin lama semakin kompleks.
Akutansi Islam masih melalui proses menuju akutansi Islam yang
sebenarnya yang berfungsi membantu penegakkan syariah.

12

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam konteks Islam isu yang diangkat oleh ASE sangat relevan. Hal
ini bisa dilihat dari definisi Muhasabah (akuntansi) dan fungsi lembaga
Muhtasib (Akuntan Pemerintah) yang sangat luas yang mencakup etika dan
kepatuhan terhadap syariah Islam. Akuntansi Islam harus bisa mencakup
aspek sosial, etika, keadilan, lingkungan bahkan ketentuan lain yang
diwajibkan oleh Allah SWT termasuk dimensi akherat.
Namun

dalam

konteks

kekinian,

Akuntansi

Islam

harus

mampu

menyesuaikan diri untuk kepentingan strategi dan taktik. Selama ini dalam
pelaporan masih mengikuti konsep dan nilai kapitalis.

SARAN
Penulis menyadari dalam penulisan maklah ini msih banyak
kesalahan dan kekurangan baik dari segi pengeditan dan penyusunan
kalimatnya dari itu kritik dan saran sangatlah di harapkan demi
kesempurnaan malah ini dimasa yang akan datang.

13

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Sofyan Syafari. 2001. Akuntasi Islam Ed 1. Jakarta: Bumi


Mandala
http://sofyan.syafri.com/index.php/my-articles/5-islamicaccounting/60-akuntansi-sosial-ekonomi-dan-akuntansi-islam.html

14

Anda mungkin juga menyukai