Anda di halaman 1dari 7

BAB II

Isi Makalah

a) Judul artikel yang ditanggapi: Dokter Dibayar Rp 2.000 Per Pasien, Harus Siap 24
Jam

Tanggapan saya:
Dari artikel ini, menurut saya dr.Ridwan Masrun tersebut sudah melaksanakan pengabdiannya
dengan sepenuh hati, jiwa dan raga. Bukan tanpa alasan saya mengatakan demikian. Coba kita
baca pada artikelnya atau dengan melihat judul dari artikel tersebut, kita sudah berdecak kagum
yang seolah menggambarkan rasa tidak percaya kita sekaligus rasa kagum kita terhadap
pengabdian dokter tersebut. Walau beliau sudah pensiun pun, tidak surut semangat beliau untuk
tetap mengabdikan dirinya, bukan semata untuk mata pencarian atau pengumpulan lembaran
rupiah semata.
Hal inilah yang sebenarnya sangat diharapkan para dokter di zaman yang akan datang. Artikel ini
baik menjadi amanah untuk mahasiswa Fakultas Kedokteran yang kelak diharapkan dapat
mengabdikan dirinya demi semua orang yang sangat membutuhkan tangan-tangan dokter.
Namun sebuah pengabdian tidak dapat berjalan mulus tanpa adanya dukungan dari lingkungan,
tidak terlepas dari perhatian pemerintah setempat. Coba kita pikirkan, bagaimana mungkin kita
dapat mengabdi tanpa fasilitas yang memadai? Tentunya dokter pun punya hidup dan kehidupan.
Pada artikel tersebut, pastilah kita sangat tercengang membaca judul yang mengatakan bahwa
dokter dibayar Rp 2000 per pasien dan harus siap 24 jam. Jujur, saya sendiri tidak dapat
membayangkan hal itu. Seandainya hal tersebut terjadi pada diri saya, saya bingung apa yang
harus saya lakukan. Saya sadar dan saya ketahui bahwa memang dokter harus siap sedia 24 jam
dan harus mengabdi untuk kesehatan masyarakat, namun tujuan dokter untuk mensejahterahkan
masyarakat, bagaimana bisa tercapai bila dokternya sendiri pun belum sejahtera?

Inti dari tanggapan saya, saya memohon kiranya ada perhatian khusus dari pemerintah baik
daerah maupun pusat kepada para tenaga kesehatan yang telah mengabdikan dirinya untuk
masyarakat. Daripada anggaran pemerintah habis untuk hal-hal yang tidak terlihat wujudnya dan
berakhir di kantong pejabat-pejabat yang berkuasa, lebih baik anggaran diprioritaskan untuk
orang-orang yang layak mendapatkannya. Setidaknya ada garis lurus seimbang antara
pengabdian dengan penghasilan.

b) Judul artikel yang ditanggapi: Memilih Bunuh Diri sebagai Jalan Pintas dan
Wabah Bisu Pencetus Bunuh Diri

Tanggapan saya:
Dari artikel ini, sungguh tragis dan ironisnya kehidupan zaman sekarang ini. Betapa tidak, karena
depresi yang tak berkesudahan, seorang wanita yang tergolong muda dan masih produktif, nekat
mengakhiri hidupnya dengan cara yang tak layak. Yang lebih membuat saya tercengang saat
membaca artikel ini, adalah bahwa ternyata sejak tahun 2011 upaya pencegahan bunuh diri di
Gunung Kidul memperoleh dana dari WHO.
Kalau boleh jujur, sebenarnya baru setelah membaca artikel ini saya mengetahui bahwa begitu
tingginya angka kematian dengan bunuh diri dan salah satu penyebab dominannya adalah
depresi. Saya tidak menyangka kasus ini sampai menjadi perhatian khusus WHO. Berbagai
alasan orang memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri yang sebenarnya apabila
dirangkum, pada dasarnya adalah karena depresi.
Kalau saya sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran mencoba untuk menelaah fenomena ini,
sebenarnya mungkin kita boleh kembali berbalik melihat bagaimana pemerintah kita menanggapi
kejadian ini? Apakah mereka menganggap bahwa bunuh diri adalah hal yang biasa dan wajar?
Kalau saya pribadi tetap mengatakan bahwa bunuh diri bukan hal yang wajar. Dari artikel ini,
menurut saya terlalu tinggi untuk angka kematian dengan bunuh diri karena depresi. Pada artikel
ini diangkat kasus di sebuah desa di Gunung Kidul yang mengalaminya. Saya coba mengambil
kesimpulan, apabila di pedesaan saja sudah banyak orang yang depresi, bagaimana lagi dengan
mereka yang hidup di kota besar, yang penuh sesak, banyak terjadi persaingan hidup?
Kalau saya mencoba memandang dengan kacamata dunia kesehatan, sepertinya masih sangat
minim lulusan dokter umum yang mau mengambil spesialis kejiwaan, padahal kondisi negara
kita saat ini banyak masyarakatnya yang menyimpan beban hidup sendiri, akhirnya depresi dan
nekat bunuh diri karena sudah tidak sanggup lagi menghadapi kenyataan hidup ini.

Banyak orang yang memandang remeh ilmu kejiwaan yang sebenarnya jauh lebih penting untuk
dipertahankan kesehatan jiwanya. Orang yang sakit fisiknya saja, pasti akan diperjuangkan agar
dapat memiliki fisik pada normalnya, walau susah. Nah, sedangkan untuk membantu
menyembuhkan gangguan kejiwaan dari orang-orang yang mengalami sakit jwanya, sedikit
orang-orang yang memberi perhatian untuk itu.
Saya kaget ketika WHO telah memberikan perhatian serius untuk fenomena ini, sedangkan untuk
pemerintah di negara ini dan daerah, saya belum pernah mendengar adanya perhatian serius
untuk kesehatan jiwa dari masyarakatnya. Semua memang berawal dari lingkup yang kecil,
mulai dari perhatian pemerintah sekitar tempat tinggal, pemerintah daerah atau kota, dan
pemerintah negara.
Kita harus ingat, didalam jiwa yang sehat, terdapat badan yang sehat.
Tidak hanya kesehatan badan yang perlu diperhatikan serius, tapi juga kesehatan jiwa. Jangan
sampai karena tingginya angka ini, bangsa kita di cap sebagai bangsa yang sakit jiwa.
Saya setuju dengan isi artikel yang mengatakan bahwa, mungkinkah bunuh diri di Gunung Kidul
dan tempat lain di Indonesia bisa ditekan jika masyarakat dan pemerintah tidak lalai terhadap
pencetus utamanya, yakni depresi. Jangan kita memandang sebelah mata ungkapan depresi ini,
karena satu kata itu, dapat mencabut jutaan nyawa di dunia ini.
Tapi peran tenaga medis juga sangat diperlukan. Tenaga medis diharapkan tidak hanya mampu
menyembuhkan kesakitan badan saja, tapi alangkah baiknya apabila kesakitan jiwa juga dapat
ditekan. Terutama para dokter yang sangat diharapkan dapat memperbaiki angka yang terlalu
tinggi untuk point yang negatif ini.
Pada dasarnya tanggapan saya adalah lebih kepada himbauan untuk para dokter dan mahasiswa
Fakultas Kedokteran khususnya, untuk lebih memberi hati dan pikiran untuk sama-sama dan
bekerja sama dalam menekan tingginya angka yang berpoint negatif ini. Harapannya kelak jiwa
masyarakat kita dan jiwa bangsa kita dapat semakin sehat dan mempunyai semangat hidup yang
tinggi terutama untuk berkarya, untuk bersama-sama berdiri membangunn bumi pertiwi ini.

c) Judul artikel yang ditanggapi: Nilai Luhur Pancasila Harus Dijaga

Tanggapan saya:
Setelah membaca artikel tersebut, saya sangat setuju dengan isi artikel tersebut. Alasannya
karena, memang benar bahwa pancasila adalah kekayaan nilai yang harus dijaga dan yang akan
membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kokoh, bersatu, dan sejahtera.
Tapi apakah memang demikian tingginya kasta pancasila hingga masyarakat Indonesia benarbenar menghargai dan menghormati pancasila sebagai ideologi negara ini? Banyak masyarakat
yang tidak peduli dengan pancasila. Lebih khususnya para generasi muda. Contoh kecilnya,
apakah semua generasi muda hapal isi pancasila? Apakah semua generasi muda tahu isi butirbutir pancasila? Apakah semua generasi muda telah menerapkan konsep berpikir pancasila?
Terlihat ringan pertanyaan-pertanyaan tersebut, tapi sadar atau tidak, jawabannya sangat berat.
Saya setuju dengan pernyataan artikel yang mengatkan bahwa, potensi alam, sosial, budaya,
politik di Indonesia sangat berlimpah. Semua menjadi modal utama untuk membangun masa
depan Indonesia yang lebih baik. Tapi menurut saya, Indonesia tidak mempunyai atau kurang
mempunyai sumber daya manusia yang dapat mempergunakan sumber daya yang berlimpah
yang ada di Indonesia. Padahal semua bergantung pada sumber daya manusianya, karena yang
memainkan peran adalah sumber daya manusia, sumber daya yang lain hanyalah sebagai
aksesoris yang digunakan sumber daya manusia untuk menghasilkan karya-karya terbaik untuk
kemajuan bangsa.
Saya juga setuju dengan isi artikel yang mengatakan bahwa, rasa percaya terhadap Indonesia
merupakan potensi untuk mengembangkan hubungan antara Indonesia dengan negara-negara
lainnya. Saya sebagai warga negara Indonesia memang melihat hal tersebut. Indonesia kurang
mendapat kepercayaan untuk dijadikan lahan bagi para investor asing, karena kondisi Indonesia
yang masih labil dan tidak dapat diprediksi. Sempat saya dengar bahwa investor asing sudah
malas dan takut untuk menanam saham di Indonesia karena kondisi Indonesia yang tidak
menentu.

Kalau masalah bencana alam, memang suatu hal yang tidak dapat diprediksi, tapi kalau bencana
dalam negri yang sengaja dibuat oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk membuat
sensasi dan mencari perhatian semata. Ingin terlihat hebat, anggar jago, adu otot.
Nilai luhur pancasila harus dijaga, karena kemajemukan yang ada di Indonesia sebenarnya yang
dapat membangun masa depan yang lebih baik lagi. Didalam kemajemukan banyak perbedaan
yang hendaknya dapat kita satukan segala perbedaannya dan membangun suatu bangsa yang
kaya, damai, kondusif dan dapat dipercaya.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari semua artikel yang ada, sebenarnya adalah untuk membuka mata kita, hati kita dan pikiran
kita untuk melihat lingkungan sekitar kita. Kita mencoba mempelajari apa yang tidak kita
pahami dan kita sangka selama ini.
Melihat semua kenyataan yang terjadi harapannya membuat kita memperbaiki kekurangan kita
juga kekurangan masyarakat kita saat ini. Semakin membuka diri untuk bersama membangun
suatu bangsa yang kuat, besar, satu dan makmur.

Anda mungkin juga menyukai