MATA KULIAH
: ILMU DAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL
TERNAK (507I1203)
DOSEN
: Prof. Dr. Ir. H. Effendi Abustam, M.Sc
NURWAHIDAH J
AZMI MANGALISU
SANTI
ADE SURYANI PURNAMASARI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daging merupakan sumber protein hewani yang mempunyai peranan
penting bagi perkembangan tubuh khususnya dalam regenerasi sel tubuh, selain
itu daging memiliki palatabitas dan akseptabilitas yang baik. Kandungan nutrisi
yang terdapat dalam daging lengkap dan sangat diperlukan oleh tubuh seperti
protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. berbagai macam olahan daging
yang banyak diterapkan masyarakat. Produk olahan daging dibuat untuk
meningkatkan keanekaragaman jenis olahan daging dan memperpanjang daya
simpan daging.
Salah satu produk olahan daging yang telah berkembang di masyarakat
adalah sosis sapi. Sosis merupakan makanan yang dibuat dari daging yang telah
dicincang kemudian dihaluskan dan diberi bumbu-bumbu, dimasukkan ke dalam
pembungkus atau selongsong, dengan atau tidak dimasak. Sosis sapi banyak
digemari masyarakat karena selain rasanya enak, sosis memiliki bentuk yang
menarik. Sebagai produk olahan daging, sosis mempunyai potensi sebagai media
tumbuhnya mikroba patogen. Kadar air sosis yang tinggi hingga mencapai 60%
sangat menunjang pertumbuhan mikroorganisme.
Berbagai cara pengawetan daging dengan jalan mengolahnya menjadi
produk makanan yang dapat disimpan dalam jangka waktu yang relatif panjang
telah dikenal manusia. Sosis fermentasi merupakan salah satu produk olahan
daging dan sekaligus dapat memperpanjang masa simpan daging olahan.
Ciri khas dari produk fermentasi ini adalah diproses, disimpan dan
dikonsumsi tanpa adanya perlakuan pemanasan ataupun pemasakan. Sosis
fermentasi dapat disimpan lebih lama karena penambahan garam dan bumbu
dengan kombiuasi proses pengasapan, pengeriugan dan proses fermentasi gula
oleh bakteri asam laktat yang dapat menurunkan pH.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui gambaran umum sosis dan
sosis fermentasi dan pengaplikasiannya di kalangan masyarakat agar sosis yang
diproduksi dapat bertahan lama.
PEMBAHASAN
Gambaran Umum Sosis
SNI 01-3020-1995 sosis adalah produk makanan yang diperoleh dari
campuran daging halus (mengandung daging tidak kurang dari 75%) dengan
tepung atau pati dengan atau tanpa penambahan bumbu dan bahan tambahan
makanan lain yang diizinkan dan dimasukan ke dalam selongsong sosis.
Komponen daging yang sangat penting dalam pembuatan sosis adalah protein.
Protein daging berperan dalam peningkatan hancuran daging selama pemasakan
sehingga membentuk struktur produk yang kompak. Syarat mutu sosis dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Syarat Mutu Sosis/SNI 01-3020-1995
d. Garam
Garam merupakan bahan tambahan bukan daging yang paling penting dalam
proses pembuatan sosis, garam mempunyai peranan sebagai pemberi rasa,
pengawet dan melarutkan protein myofibril, garam akan menyelimuti lemak dan
mengikat air sehingga akan terbentuk emulsi yang stabil. Konsentrasi garam yang
digunakan dalam berbagai produk sosis bervariasi tergantung asal pembuatan
sosis tersebut, biasanya untuk sosis segar 1,5 -2%. Jumlah garam yang
ditambahkan tergantung pada jenis sosis terutama kadar lemaknya, biasanya
berkisar antara 1,8-2,2%.
e. Sodium Trifosfat (STPP)
Fungsi fosfat adalah untuk meningkatkan daya mengikat air oleh protein
daging, mereduksi pengerutan daging dan menghambat ketengikan. Jumlah
penambahan fosfat dalam curing tidak boleh lebih dari 5% dan produk akhir harus
mengandung fosfat kurang dari 0.5 % (Soeparno,1994). Penambahan polifosfat
pada produk olahan daging dalam bentuk kering rata-rata 0.3 %. Tujuan utama
penambahan fosfat yaitu untuk mengurangi kehilangan lemak dan air selama
pemasakan, pengalengan, atau penggorengan. Fosfat yang digunakan dalam
sistem pangan menampilkan fungsi-fungsi kimia yaitu mengontrol pH,
meningkatkan kekuatan ionik dan memisahkan ion logam. Fungsi-fungsi tersebut
dipakai dalam produk daging untuk meningkatkan daya mengikat air, emulsifikasi
dan memperlambat oksidasi.
f. Bumbu-bumbu
Bumbu adalah suatu substansi tumbuhan organik yang telah dikeringkan dan
biasanya sudah dalam bentuk serbuk. Bumbu merupakan senyawa nabati yang
tapioka adalah kadar air 12,0% bahan basah, kadar protein 0,15% bahan kering,
lemak 0,3% bahan kering, dan abu 0,3% bahan kering.
h. Selongsong
Selongsong atau casing sosis terdapat dalam dua macam, yaitu selongsong
alami dan buatan. Selongsong alami berasal dari saluran pencernaan ternak seperti
sapi, domba, dan babi. Selongsong alami mudah mengalami kerusakan oleh
mikroorganisme, sehingga perlu dilakukan penggaraman yang diikuti dengan
pembilasan (Hui et al.,2001). Ada lima macam selongsong yang biasa digunakan
dalam pembuatan sosis, yaitu: 1) selongsong yang terbuat dari usus hewan, 2)
selongsong yang terbuat dari kolagen, 3) selongsong yang terbuat dari selulosa,4)
selongsong yang terbuat dari plastik, 5) selongsong yang terbuat dari logam.
Bakteri Asam Laktat
Bakteri asam laktat sering ditemukan secara alamiah dalam bahan pangan.
Bakteri ini hidup pada susu, daging segar dan sayur-sayuran dalam jumlah yang
kecil. Bakteri asam laktat merupakan bakteri gram positif, tidak berspora,
berbentuk batang maupun coccus, tidak memiliki sitokorm dan bersifat anaerobik
tetapi toleran terhadap oksigen (Fardiaz, 1992). Penelitian Misgiyarta dan
Widowati (2002) menyatakan bahwa bakteri asam laktat dapat diisolasi dari kobis
busuk, asinan sawi, sawi busuk, kacang panjang busuk, selada busuk, tomat
busuk, sauerkraut, limbah tahu, feses bayi, feses sapi, susu terkontaminasi, susu
kedelai, pisang busuk, pepaya busuk, nanas busuk, dan sirsak busuk. Bahkan
penelitian Suardana et al. (2007) menunjukkan bahwa dari cairan rumen sapi bali
dapat diisolasi bakteri asam laktat (BAL) dengan kemampuan antimikroba yang
cukup luas, baik terhadap bakteri Gram positif maupun Gram negatif yakni isolat
SR21 (Lactococcus lactis spp lactis) dan isolat SR54 (Lactobacillus brevis).
Bakteri asam laktat tersebut nantinya sangat berpotensi untuk dikembangkan
sebagai sumber biopreservatif.
Penggunaan
bakteri
asam
laktat
sebagai
biopreservatif
tidak
Carnobacterium,
Lactosphaera,
Leuconostoc,
Enterococcus,
Melissococcus,,
Lactobacillus,
Oenococcus,
Lactococcus,
Pediococcus,
L. plantarum berbentuk
batang (0,5-1,5 s/d 1,0 -10 m) dan tidak bergerak (non motil). Bakteri ini
memiliki sifat katalase negatif, aerob atau fakultatif anaerob, mampu mencairkan
gelatin, cepat mencerna protein, tidak mereduksi nitrat, toleran terhadap asam, dan
mampu memproduksi asam laktat. Asam laktat dapat menghasilkan pH yang
rendah pada substrat sehingga menimbulkan suasana asam. Lactobacillus
plantarum mempunyai kemampuan untuk menghambat mikroorganisme patogen
pada bahan pangan dengan daerah penghambatan terbesar dibandingkan dengan
bakteri asam laktat lainnya.
Bakteri asam laktat Lactobacillus sp (1A5) memiliki nilai pH 3,93 0,05.
Aktivitas asam organik tanpa penambahan buffer pada S. aureus sebanyak
7,081,11, S. typhimurium sebanyak 9,251,17, dan E. coli sebanyak 12,380,74.
teknologi
fermentasi
untuk
mempertahankan
mutu
dan
halnya pada sosis matang. prosedur ini bertujuan untuk mengatur perpindahan air
dari dalam sosis selama pengeringan karena air secara perlahan akan keluar dari
daging disebabkan tekanan osmosis garam yang lebilh tinggi.
Sosis fermentasi mempunyai karakteristik bau yang tajam dan khas serta
bertekstur kenyal. Aroma sosis fermentasi dihasilkan oleh bakteri yang
memproduksi asam laktat dan beberapa komponen lainnya. Mikroba yang
berperan dalam fermentasi ini antara lain Lactobacillus. Bakteri asam laktat
berperan menghasilkan asam laktat dan non-bakteri asam laktat memecah protein
dan lemak sehingga memberikan kontribusi pada tekstur dan cita rasa. Setelah
fermentasi, dilakukan pengasapan yang bertujuan untuk mengawetkan dan
menambah flavor.
Pembuatan sosis fermentasi diawali dengan standardisasi
daging sebanyak 80% dengan mengelompokkan daging utuh dan
daging yang masih mengandung lemak. Lemak sebanyak 20%
distandardisasi dengan memisahkan lemak utuh dengan lemak
yang
masih
mengandung
daging.
Daging
yang
telah
dibekukan.
Daging
digiling
dalam
cutter,
lalu
bumbu
lainnya.
Adonan
yang
telah
terbentuk
Asam-asam organik sebagai hasil produksi bakteri asam laktat sering digunakan
sebagai acidulants (bahan pengasam) yang dapat menurunkan pH, sehingga
pertumbuhan mikroba berbahaya pada produk akan terhambat (Winarno, 1997).
Bakteri Lactobacillus yang diisolasi dari daging segar memiliki
kemampuan mensekresikan substansi tertentu yang bersifat antimikroba.
Substansi tersebut adalah diasetil, hidrogen peroksida, asam-asam organik dan
bakteriosin. Pembentukan asam organik terjadi melalui proses fermentasi glukosa
yang terdiri dari dua tahap yaitu (1) pemecahan rantai karbon dari glukosa dan
pelepasan paling sedikit dua pasang karbon atom hidrogen, menghasilkan
senyawa karbon lainnya yang lebih teroksidasi dibandingkan glukosa. Senyawa
yang teroksidasi tersebut direduksi kembali oleh atom hidrogen yang dilepaskan
dalam tahap pertama sehingga membentuk asam piruvat; (2) tahap kedua, asam
piruvat bertindak sebagai penerima hidrogen, sehingga asam piruvat yang
direduksi oleh NADH2 menghasilkan asam laktat dan senyawa lain seperti asam
asetat, CO2 dan etanol (Fardiaz, 1992). Rendahnya nilai pH tidak dipengaruhi oleh
lamanya penyimpanan, karena lama penyimpanan tidak dapat menambah
kandungan asam organik yang terdapat dalam sosis. Lama penyimpanan tidak
berpengaruh nyata terhadap nilai pH sosis seperti tertera pada Tabel 2. Hal ini
disebabkan sosis disimpan pada suhu ruang yang memiliki temperatur tidak stabil.
Temperatur lingkungan (penyimpanan) mempunyai hubungan yang erat dengan
penurunan pH daging. Selama penyimpanan sosis mengalami kenaikan nilai pH,
hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ruban et al. (2008) yang menyatakan
bahwa lama penyimpanan menyebabkan kenaikan nilai pH pada sosis. Kenaikan
pH sosis diduga karena timbulnya senyawa yang bersifat basa seperti amonia,
H2S, indol dan amin selama penyimpanan (Siagian, 2002).
Komponen utama substrat antimikroba yang berperan adalah asam
organik, hal ini ditunjukkan oleh nilai pH substrat yang rendah yaitu sebesar 4,16.
Kandungan asam organik dipengaruhi oleh jumlah dan jenis asam laktat yang
digunakan. Hasil penelitian Nur (2005) menunjukkan bahwa isolat L. casei
mampu membentuk asam laktat, asam asetat, asam butirat, dan asam propionat,
sedangkan isolat L. fersantum hanya membentuk asam laktat dan asam asetat.
Efektivitas asam organik tergantung pada tipe asam yang digunakan, konsentrasi
dan metode penerapannya. Efisiensi juga dipengaruhi oleh temperatur, pH, aw, O 2,
garam dan antimikroba lain (Roller, 2003).
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas mengenai sosis fermentasi bahwa sosis
adalah produk olahan daging yang terbuat dari bahan dan bumbu bumbu tertentu
dan adonannya dimasukkan ke dalam selongsong yang terbuat dari berbagai jenis.
Sosis fermentasi mempakan salah satu jenis sosis mentah (Rohwurst) yang
menggunakan
teknologi
fermentasi
untuk
mempertahankan
mutu
dan
keawetannya. Sosis fermentasi mempunyai karakteristik bau yang tajam dan khas
serta bertekstur kenyal. Aroma sosis fermentasi dihasilkan oleh bakteri yang
memproduksi asam laktat dan beberapa komponen lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aberle, E. D., J. C. Forrest, D. E. Gerrard, E. W. Mills, H. B. Hedrick, M. D.
Judge dan R. A. Markel. 2001. Pronciples of Meat Science. 4thEdition.
Kendall/Hutt Publishing Co, Iowa,
Astawan, M. 2008. Susu Berkadar Laktosa Rendah untuk Pederita Lactose
Intolerance. Majalah Pertiwi. No. 125.
Dewan Standarisasi Nasional (DSN). 1995. SNI 01-3020-1995. Sosis. Standar
Nasional Indonesia, Jakarta.
Essien, E. 2007. Sausage Manufacture Principles and Practice. Woodhead
Publishing Limited, Cambridge: England. CRC Press, Boca Raton
Boston New York Washington, DC.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hui, Y.H., W.K. Nip, R.W. Rogers and O.A. Young. 2001. Meat Science and
Application. Marcel Dekker, Inc.,New York.
Mala, L. 2009. Aplikasi substrat antimikroba lactobacillus plantarum (1A5)
sebagai biopreservatif terhadap kualitas fisik, kimia dan organoleptik
sosis sapi pada Penyimpanan suhu ruang. Skripsi. Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nur, H.S. 2005. Pembentukan asam organik oleh isolat bakteri asam laktat pada
media ekstrak daging buah durian (Durio zibethinus Murr.). Bioscientiae.
2(1): 15-24.
Permanasari, R. 2008. Karakteristik substrat antimikroba bakteri asam laktat hasil
isolasi dari daging sapi dan aktivitas antagonistiknya terhadap bakteri
patogen. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ridwanto, I. 2003. Kandungan gizi dan palatabilitas sosis daging sapi dengan
subtitusi tepung tulang rawan ayam pedaging sebagai bahan pengisi.
Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor,
Roller, S. 2003. Natural Antimicrobial for the Minimal Processing of Foods.
Woodhead Publishing, Ltd. Cambridge, London.
Ruban, S. W. 2008. Effect of tapioca starch and potato flour on physic-chemical,
sensory and microbial characteristics of pork sausage during refrigerated
storage (41C). Journal. Global Veterinaria 2 (5): 219-24,2008 ISSN
1992-6197. IDOSI Publications,
Smith, D.M. 2001. Fuctional properties of muscle proteins in processed poultry
products. Dalam:A.R. Sams (Editor). Poultry Meat Processing. CRC
Press. Washington,
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia, Jakarta.