Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kesehatan adalah hak asasi manusia dan modal investasi bangsa, serta merupakan salah satu
dari 3 komponen utama yang mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu
kesehatan perlu dipelihara, ditingkatkan dan diupayakan oleh setiap orang.
Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor, oleh karena itu
diperlukan kepedulian semua pihak terhadap kesehatan. Banyak orang dan banyak pihak yang
belum menyadari pentingnya kesehatan dalam hidupnya. Masalah kesehatan seringkali kalah
prioritas dibanding dengan masalah ekonomi dan kebutuhan pisik lainnya. Oleh karena itu perlu
upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan. Tingkat kesehatan dan
kualitas SDM kita pada umumnya sangat rendah (urutan ke-109 di dunia) sehingga perlu upaya
khusus untuk meningkatkan kesadaran semua pihak terhadap kesehatan ini.
Dengan dicanangkannya paradigma sehat dan ditetapkannya visi Indonesia Sehat 2010,
upaya mengenalkan kesehatan kepada berbagai pihak ini perlu dipacu, agar memperoleh
dukungan dalam pelaksanaannya. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan persuasif, cara-cara
yang komunikatif dan inovatif yang memperhatikan setiap segmen sasaran. Sehubungan dengan
itu semua, perlu dilakukan advokasi kesehatan kepada berbagai pihak, terutama para penentu
kebijakan dan berbagai sektor, termasuk lembaga perwakilan rakya baik di Pusat maupun daerah.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan advokasi?
1.2.2 Bagaimana cara melakukan advokasi?
1.2.3 Bagaimana cara pembuatan perencanaan anggaran biaya ?
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1

Mengetahui pengertin advokasi

1.3.2

Mengetahui cara untuk melakukan advokasi

1.3.3

Mengetahui cara pembuatan perencanaan anggaran biaya

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PEMBIAYAAN KESEHATAN


Pembiayaan kesehatan (WHO, 2002), Merupakan sekumpulan dana dan penggunaan dana
tersebut untuk membiayai kegiatan kesehatan yang dilakukan secara langsung serta memiliki
tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat baik itu dalam lingkup Kabupaten,
Provinsi maupun Negara.
Azwar (1996) mendefinisikan pembiayaan kesehatan yaitu besarnya dana yang harus
disediakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat guna menyediakan dan memanfaatkan
berbagai upaya kesehatan yang diperlukan baik itu oleh perorangan, keluarga. Kelompok
maupun masyarakat.
2.2 SUMBER-SUMBER DANA
Sumber-Sumber Pembiayaan Kesehatan
2.2.1 Sumber-Sumber Pembiayaan Kesehatan (Sebelum Desentralisasi)
Sumber biaya kesehatan tidaklah sama antara satu negara dengan negara lainnya. Dalam
Undang-undang Rl nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan pada bagian ke 5 mengenai
pembiayaan kesehatan pasal 65 ayat 1, menyebutkan bahwa upaya kesehatan dibiayai .oleh
pemerintah dan atau masyarakat. Pada ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintah membantu upaya
kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang bertaku, terutama upaya kesehatan bagi masyarakat rentan.
a. Sumber Dana Pemerintah
Sumber Pembiayaan pemerintah berasal dari : (a) Pendapatan pajak secara umum, (b) Pinjaman
luar negeri/deficit financing, (c) Pendapatan pajak penjualan, (d) Asuransi sosial (Soewondo,
1998). Pemerintah daerah dalam otonomi daerah ini mempunyai empat sumber untuk membiayai
kegiatan, yaitu (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) berupa pendapatan dari hasil pajak daerah,
hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
lainnya. (2) Alokasi pusat kepada daerah dalam bentuk DAU dan DAK, (3) Anggaran

perimbangan atau bagi hasil yang diperolah dari kegiatan pertambangan, hasil hutan dan
perikanan, (4) Pinjaman daerah dalam negeri dan atau luar negeri (Gani, 2001).
b. Sumber Dana Swasta dan Masyarakat
1. Asuransi Kesehatan Swasta
Asuransi kesehatan swasta (asuransi sukarela) merujuk kepada asuransi kesehatan dimana polis
asuransi disediakan oleh perusahaan asuransi swasta dan dapat dibeli oleh konsumen dalam pasar
swasta yang berorientasi laba ataupun nirlaba (Murti, 2000).
2. Pembiayaan Asuransi oleh Perusahaan
Perusahaan secara langsung membiayai keperluan pelayanan kesehatan para pekerjanya.
Masalah yang timbul dalam jenis pembiayaan ini adalah kaitan dengan kualitas pelayanan yang
disediakan, dan kesulitan untuk memberlakukan kewajiban kepada karyawannya (Mills &
Gilson,1990).
3. Pengeluaran Langsung dari Rumah Tangga
Yang tergolong dalam pembayaran ini adalah setiap pembayaran yang dilakukan konsumen
kepada penyedia pelayanan kesehatan kesehatan (Mills & Gillson, 1990).
4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM)
JPKM merupakan pengembangan sistem pembiayaan dan pemeliharaan kesehatan yang
dilaksanakan secara paripurna dan berjenjang dengan pembayaran pra upaya berdasarkan azas
kekeluargaan dan azas gotong royong yang mencerminkan peran serta masyarakat (Depkes Rl,
2000).
c. Pinjaman Luar Negeri
Sumber dana luar negeri saat ini masih diperlukan karena merupakan sumber pendapatan untuk
kegiatan-kegiatan yang tidak menarik bagi sektor swasta seperti pembangunan sumber daya
manusia dan pembangunan prasarana di luar jawa.
2.2.2 Sumber-Sumber Pembiayaan Kesehatan (Setelah Desentralisasi)
Pada masa desentralisasi pembiayaan kesehatan terdiri dari :
1. Pembiayaan pusat dan dana dekonsentrasi
2. Pembiayaan melalui dana propinsi
3. Pembiayaan melalui dana kabupaten/kota

2.3 PENGERTIAN ANGGARAN


Munandar (2000) mengatakan bahwa, anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara
sistimatis meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam kesatuan moneter untuk
periode tertentu yang akan datang. Christina,dkk (2001) menyatakan bahwa anggaran merupakan
suatu rencana yang disusun secara sistimatis dalam bentuk angka dan dinyatakan dalam unit
moneter yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan pada priode tertentu dimasa yang akan
datang.
Menurut Asri dan Adisaputro (1996), anggaran adalah suatu pendekatan yang formal dan
sistimatis dari pelaksanaan tanggungjawab manajemen didalam perencanaan, koordinasi dan
pengawasan. Anggaran merupakan suatu rencana, uraian tentang kegiatan yang dilaksanakan
yang dinyatakan dalam bentuk uang (Azwar, 1996). Sedangkan Munandar (2000) menyatakan
anggaran mempunyai tiga kegunaan pokok, yaitu :
a. Sebagai pedoman kerja dan memberikan arah serta memberikan target-target yang akan
dicapai oleh kegiatan perusahaan di waktu yang akan datang.
b. Sebagai alat pengkoordinasi kerja agar semua bagian-bagian yang terdapat didalam
perusahaan dapat saling menunjang, saliang bekerja sama dengan baik guna mencapai
sasaran yang telah ditetapkan.
c. Sebagai alat pengawasan kerja yaitu alat pembanding guna menilai realisasi kegiatan
perusahaan.
Menurut Nafarin (2004), beberapa hal terkait dengan prilaku pelaksanaan anggaran yang perlu
diperhatikan :
1.

Anggaran harus dibuat serealistis dan secermat mungkin, artinya tidak terlalu rendah
atau tinggi. Anggaran yang terlalu rendah tidak menggambarkan kondisi yang

2.

dinamis, sedangkan anggaran yang terlalu tinggi hanyalah angan-angan belaka.


Untuk memotivasi menejer pelaksana, diperlukan adanya partisipasi dalam

3.

penyusunan anggaran.
Anggaran yang dibuat harus mencerminkan prinsip keadilan, sehingga pelaksana

4.

anggaran tidak merasa tertekan, tetapi termotivasi untuk mencapai tujuan anggaran.
Laporan realisasi anggaran perlu disajikan secara akurat dan tepat waktu, sehingga
bila terdapat penyimpangan yang bersifat merugikan dapat diantisipasi sejak dini.

2.4 PERENCANAAN ANGGARAN


Menurut Mulyadi dan Setiawan (1999), proses perencanaan menyeluruh terdiri dari empat
tahap, yaitu : (1) perumusan strategi, (2) perencanaan stratejik, (3) penyusunan program, (4)
4

penyusunan anggaran. Proses penyusunan anggaran merupakan suatu proses sejak dari tahap
persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data
dan informasi yang perlu, pembagian tugas perencanaan, penyusunan rencana, implementasi
rencana sampai pada tahap evaluasi hasil pelaksanaan rencana tersebut. Menurut Pusat Penelitian
Kesehatan Universitas Indonesia (2000), sebelum desentralisasi, perencanaan dan penganggaran
kesehatan di Indonesia merupakan proses top down dan terkotak-kotak. Dinas kesehatan
kabupaten membuat perencanaan kesehatan berdasarkan arahan dan panduan yang diberikan
pusat. Pelatihan kurang diberikan terhadap kebutuhan daerah. Desentralisasi akan menghasilkan
kebutuhan baru terhadap pelayanan kesehatan kabupaten, khususnya dalam hat administrasi,
manajemen keuangan dan perencanaan kesehatan. Dinas kesehatan kabupaten diharapkan
mampu melakukan kegiatan berikut :
1. Perencanaan dan penganggaran terpadu, mengintegrasikan segala sumber dana dalam bentuk
paket block grant dan menggunakannya untuk memecahan masalah kabupaten.
2. Dalam proses perencanaan, atau analisis situasi, harus berdasarkan hasil survailans, atau data
yang berbasis masyarakat.
3. Menggali sumber dana potensial (pemerintah, swasta dan masyarakat) sehingga mendapatkan
dana yang cukup untuk mengimplementasikan kegiatan.
2.5 LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN
Langkah-langkah yang harus diikuti dalam penganggaran adalah :
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

penetapan tujuan,
mengevaluasi sumber-sumber daya yang tersedia,
negosiasi antara pihak-pihak yang terlibat mengenai angka anggaran,
persetujuan akhir,
pendistribusian anggaran yang disetujui (Slim dan Siegel, 2000).

BAB III
KESIMPULAN

Advokasi merupakan salah satu bentuk komunikasi persuasif, yang bertujuan untuk
mempengaruhi pemangku kepentingan dalam pengambilan kebijakan atau keputusan. Proses
advokasi ini sangat penting bagi para peneliti dalam mengkomunikasikan hasil kajian dan isu-isu
penting, dilakukan dengan perencanaan strategis dengan target utama adalah pengambil
kebijakan dan korporasi. Pembiayaan kesehatan (WHO, 2002). Proses perencanaan menyeluruh
terdiri dari empat tahap, yaitu : (1) perumusan strategi, (2) perencanaan stratejik, (3) penyusunan
program, (4) penyusunan anggaran.

DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19404/4/Chapter%20II.pdf
6

Anda mungkin juga menyukai