Anda di halaman 1dari 10

Faktor Perubah Pertumbuhan 1, Interleukin 6, Dan Faktor

Pembunuh Tumor Dalam Cairan Bilasan Bronkus Dan


Alveoli: Penanda Berguna Untuk Keganasan Paru-Paru?
Zhongbo Chen, Zhiwei Xu, Shifang Sun, Yiming Yu, Dan Lu, Chao Cao, Zhaichun Deng
2014

Perubahan sitokin pada cairan bilasan bronkus dan alveoli mencerminkan


reaksi imunologik pada paru-paru yang mengalami keganasan pulmoner. Deteksi
penanda biologis pada cairan bilasan bronkus dan alveoli mungkin menyediakan
metode penting untuk mencari diagnosis sampingan keganasan paru-paru. Total 78
pasien yang dirujuk ke rumah sakit kami dengan kecurigaan keganasan paru
digunakan untuk penelitian kami. Contoh cairan bilasan bronkus dan alveoli diambil
dari setiap pasien, kemudian diperiksa untuk konsentrasi faktor perubah pertumbuhan
1, interleukin 6, dan faktor pembunuh tumor menggunakan alat ELISA (enzymelinked immunosorbent assay / pemeriksaan serapan imun terkait enzim) berlapis
komersial yang tersedia. Konsentrasi faktor perubah pertumbuhan 1 pada cairan
bilasan bronkus dan alveoli lebih tinggi secara signifikan pada pasien dengan
keganasan paru-paru dibandingkan dengan pasien berpenyakit jinak / bukan
keganasan (P = 0,003). Meski demikian, tidak ada perbedaan signifikan pada
interleukin 6 (P = 0,61) ataupun faktor pembunuh tumor (P = 0,72) pada cairan
bilasan bronkus dan alveoli yang diperiksa dan dibandingkan antara kelompok
keganasan dan bukan keganasan. Dengan nilai potong di 10,85 g/ml, faktor perubah
pertumbuhan 1 menunjukkan sensitifitas 62,2% dan spesifisitas 60,6% untuk
memprediksi sifat keganasan dari penyakit paru-paru. Data kami menunjukkan bahwa
faktor perubah pertumbuhan 1 pada cairan bilasan bronkus dan alveoli dapat
menjadi penanda biologis yang berharga untuk keganasan paru-paru. Meski

demikian, pengukuran konsentrasi interleukin 6 dan faktor pembunuh tumor pada


cairan bilasan bronkus dan alveoli memiliki nilai diagnostik yang buruk untuk
keganasan paru-paru.

Masalah besar pada kanker paru adalah kurangnya sarana pengujian yang
berguna secara klinis untuk diagnosis penyakit secara cepat dan pemeriksaan saringan
pada pasien dengan prosedur diagnostik yang tidak invasif. Hal ini dilaporkan karena
kira-kira 2/3 pasien keganasan paru-paru sudah dalam kondisi metastasis (menyebar)
pada saat didiagnosis. Pemeriksaan saringan keganasan paru-paru dengan foto
rontgen dada dan sitologi dahak telah terbukti tidak efektif untuk memperbaiki angka
ketahanan hidup pasien, yang mengarah ke pencarian jenis pemeriksaan yang lebih
sensitif

dan

spesifik.

Satu

pendekatan

yang

menjanjikan

adalah

dengan

mengindentifikasi penanda biologis spesifik keganasan paru-paru dan mendeteksinys


sejak dari stadium awal.
Dengan mempertimbangkan bahwa penanda biologis keganasan diproduksi
langsung oleh sel keganasan atau oleh sel bukan keganasan sebagai respon dari
keberadaan sel keganasan, peningkatan penanda biologis keganasan dapat dideteksi
lebih awal daripada kelainan pada hasil foto rontgen. Pemeriksaan spesifik penanda
molekuler dari saluran napas mungkin menyediakan pemeriksaan rutin tambahan
untuk mendiagnosis keganasan. Perlunya pemeriksaan sitokin pada cairan bilasan
bronkus dan alveoli untuk diagnosis sampingan keganasan paru-paru telah dijelaskan
pada beberapa penelitian. Pada laporan kami sebelumnya, kami juga mengamati
bahwa konsentrasi faktor pertumbuhan sel endotel pembuluh darah dan enolase
spesifik saraf adalah lebih tinggi secara signifikan pada cairan bilasan bronkus dan
alveoli pasien keganasan paru-paru dibandingkan dengan pasien dengan penyakit
jinak (bukan keganasan). Akhir-akhir ini, faktor perubah pertumbuhan 1, interleukin
6, dan faktor pembunuh tumor dianjurkan sebagai penanda biologis keganasan

paru-paru yang mungkin bernilai diagnostik pada penelitian-penelitian yang


dipublikasikan karena konsentrasinya yang lebih tinggi pada serum pasien keganasan
paru-paru. Meski demikian, tergantung dari data, penelitian kecil yang melakukan
penelitian mengenai sitokin pada cairan bilasan bronkus dan alveoli pasien dengan
keganasan paru-paru. Pada penelitian ini, kami melakukan penelitian prospektif untuk
memeriksa kemunculan faktor perubah pertumbuhan 1, interleukin 6, dan faktor
pembunuh tumor pada saluran napas dengan membandingkan konsentrasi mereka
pada kelompok penyakit jinak (bukan keganasan) dan kelompok keganasan paruparu.

Hasil
Konsentrasi faktor perubah pertumbuhan 1 pada cairan bilasan bronkus dan
alveoli adalah lebih tinggi secara signifikan pada pasien dengan keganasan paru-paru
dibandingkan dengan pasien dengan penyakit jinak / bukan keganasan (18,2 [8,446,4] g/mL berbanding 8,4 [3,5-17,0] g/mL, P = 0,003; gambar 1A). meski
demikian, tidak ada perbedaan signifikan konsentrasi interleukin 6 pada cairan
bilasan bronkus dan alveoli (4,3 0,4 g/mL pada pasien keganasan paru-paru
berbanding 4,1 0,4 g/mL pada pasien bukan keganasan, P = 0,61; gambar 1B) atau
faktor pembunuh tumor (1,4 0,2 g/mL pada pasien keganasan paru-paru
berbanding 1,2 0,3 g/mL pada pasien bukan keganasan, P = 0,72; gambar 1C)
antara pasien keganasan paru-paru dan pasien bukan keganasan sebagai kontrol.
Meski demikian, tidak ada perbedaan signifikan konsentrasi faktor perubah
pertumbuhan 1, interleukin 6, dan faktor pembunuh tumor pada cairan bilasan
bronkus dan alveoli antara perokok maupun bukan perokok pada kedua kelompok
(data tidak ditampilkan).

Kami menyimpulkan hubungan antara faktor perubah pertumbuhan 1,


interleukin 6, dan faktor pembunuh tumor pada cairan bilasan bronkus dan alveoli
dengan pemeriksaan hubungan Pearson. Hubungan yang signifikan ditemukan antara
faktor perubah pertumbuhan 1 dan interleukin 6 pada cairan bilasan bronkus dan
alveoli (r = 0,337; P = 0,003; gambar 2A). Meski demikian, konsentrasi faktor
perubah pertumbuhan 1 dan faktor pembunuh tumor dalam cairan bilasan bronkus
dan alveoli tidak berhubungan (r = 0,121; P = 0,290 gambar 2B). Hal yang sama,
ditemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi interleukin 6 dan
faktor pembunuh tumor pada cairan bilasan bronkus dan alveoli (r = -0,022; P =
0,847 gambar 2C).
Mempertimbangkan

perbedaan

statistik

konsentrasi

faktor

perubah

pertumbuhan 1 antara pasien dengan keganasan dan bukan keganasan, analisis


karakteristik penerima operasi dilakukan untuk memeriksa lebih jauh kemampuan
diagnostik faktor perubah pertumbuhan 1 dalam memprediksi keganasan paru.
Sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar 3, daerah dibawah garis lengkung
karakteristik penerima operasi adalah 0,695 (P = 0,003). Dengan nilai garis potong
10,85 g/mL, faktor perubah pertumbuhan 1 memiliki sensitifitas 62,2% dan
spesifisitas 60,6%, nilai prediksi positif 67,5%, dan nilai prediksi negatif 52,6%
dalam memprediksi sifat penyakit keganasan paru-paru.

Diskusi
Membedakan penyakit paru-paru bukan keganasan dari keganasan paru-paru
melalui pendekatan non-invasif seperti penanda tumor yang berguna adalah sangat
penting untuk menghindarkan pasien untuk menjalani operasi karena kondisi bukan
keganasan. Pada laporan kami yang sebelumnya, kami menemukan konsentrasi
sitokin spesifik keganasan pada cairan bilasan bronkus dan alveoli meningkat sejak

awal dan menunjukkan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang didapat pada darah
perifer. Dengan demikian, pendeteksian penanda biologis pada cairan bilasan bronkus
dan alveoli dapat menjadi metode penting untuk mendiagnosis keganasan paru-paru.
Pada penelitian saat ini, kami melakukan penelitian prospektif untuk memeriksa
apakah konsentrasi faktor perubah pertumbuhan 1, interleukin 6, dan faktor
pembunuh tumor pada cairan bilasan bronkus dan alveoli dapat berguna untuk
membedakan penyakit keganasan paru-paru dari penyakit bukan keganasan.
Secara keseluruhan ada 78 pasien yang dicurigai dengan keganasan paru-paru
dilibatkan dalam penelitian kami. Konsentrasi faktor perubah pertumbuhan 1,
interleukin 6, dan faktor pembunuh tumor ditentukan dengan alat ELISA (enzymelinked immunosorbent assay / pemeriksaan serapan imun terkait enzim) berlapis
komersial yang tersedia. Hasilnya menunjukkan bahwa konsentrasi faktor perubah
pertumbuhan 1 pada cairan bilasan bronkus dan alveoli lebih tinggi pada pasien
dengan keganasan paru-paru dibandingkan pada pasien dengan bukan keganasan.
Sebagai tambahan, ada hubungan antara konsentrasi faktor perubah pertumbuhan 1
dan interleukin 6 pada cairan bilasan bronkus dan alveoli. Meski demikian, tidak ada
perbedaan yang signifikan yang didapatkan pada interleukin 6 dan faktor pembunuh
tumor dalam cairan bilasan bronkus dan alveoli antara pasien keganasan paru-paru
dan pasien bukan keganasan yang dijadikan kontrol.
Kemunculan faktor perubah pertumbuhan 1 yang lebih tinggi secara
signifikan pada pasien keganasan paru-paru yang dibandingkan dengan pasien bukan
keganasan, mengindikasikan faktor perubah pertumbuhan 1 dari cairan bilasan
bronkus dan alveoli mungkin dapat menjadi penanda biologis yang berguna.
Pemeriksaan pada karakteristik penerima operasi dilakukan lebih jauh untuk
mengetahui kemampuan diagnostik dari faktor perubah pertumbuhan 1 untuk
memprediksi keganasan paru-paru. Hasilnya menunjukkan batas konsentrasi
diagnostik pada pemeriksaan karakteristik penerima operasi adalah 10,85 g/mL.

daerah dibawah karakteristik penerima operasi adalah 0,695.

Dengan batas

konsentrasi 10,85 g/mL, faktor perubah pertumbuhan 1 memiliki sensitifitas 62,2%


spesifisitas 60,6%, nilai prediksi positif 67,5%, dan nilai prediksi negatif 52,6%
dalam memprediksi sifat penyakit keganasan paru-paru. Oleh karena itu, konsentrasi
faktor perubah pertumbuhan 1 yang rendah pada cairan bilasan bronkus dan alveoli
mengindikasikan kemungkinan yang kecil untuk keganasan.
Sejumlah penelitian menyediakan bukti tidak langsung mengenai tautan
fungsional antara faktor perubah pertumbuhan 1 dan interleukin 6 pada berbagai
penyakit pada manusia. Chen dan rekan kerjanya memperlihatkan bahwa jalur faktor
perubah pertumbuhan 1 atau interleukin 6 yang teraktifasi kemungkinan
bertanggung jawab untuk pertumbuhan keganasan yang lebih cepat dan dapat
bertahan dari terapi pada keganasan mulut. Pada laporan lain, Yamada dkk.
menunjukkan bahwa percakapan menyilang antara interleukin 6 dan faktor perubah
pertumbuhan 1 berhubungan dengan gejala khas keganasan. Sangat sedikit bukti
yang menunjukkan konsentrasi interleukin 6 serum adalah penanda biologis yang
baik untuk keganasan paru-paru dan mungkin dapat menjadi penanda biologis untuk
memprediksi kemanjuran terapi yang diberikan. Meski demikian pada penelitian
kami, tidak ada terlihat peningkatan konsentrasi interleukin 6 pada cairan bilasan
bronkus dan alveoli pada pasien keganasan paru-paru, meski terdapat hubungan yang
signifikan antara faktor perubah pertumbuhan 1 dan interleukin 6 pada cairan
bilasan bronkus dan alveoli.
Faktor pembunuh tumor adalah sitokin multifungsional yang berperan
penting dalam penghancuran sel dan ketahanannya sebagaimana dalam peradangan
dan imunitas. Dalaveris dkk. telah meneliti konsentrasi faktor pembunuh tumor
pada embun hembusan napas dan serum pasien dengan keganasan primer paru-paru.
Mereka mendapati bahwa konsentrasi faktor pembunuh tumor lebih tinggi pada
baik serum maupun embun hembusan napas pasien keganasan kalau dibandingkan

dengan kontrol sehat yang sejenis kelamin dan seumuran. Oleh karena itu, kami gagal
mendapatkan perbedaan yang signifikan dalam konsentrasi faktor pembunuh tumor
dari cairan bilasan bronkus dan alveoli antara kelompok keganasan dan bukan
keganasan. Sebagai tambahan, ditemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara
faktor perubah pertumbuhan 1 dan faktor pembunuh tumor pada cairan bilasan
bronkus dan alveoli. Hasil kami menunjukkan bahwa pengukuran konsentrasi faktor
nekrosis tumor pada cairan bilasan bronkus dan alveoli melalui bronkoskopi
fleksibel mungkin tidak berguna untuk mendiagnosis keganasan paru-paru.
Sejumlah batasan pada penelitian kami adalah pantas didiskusikan. Pertama,
ada perbedaan yang signifikan pada status rokok antara pasien dengan keganasan dan
yang bukan keganasan. Merokok telah diketahui sebagai faktor resiko untuk
keganasan paru-paru dan dapat mempengaruhi respon imun manusia. Meski
terdeteksi tidak ada perbedaan konsentrasi sitokin antara perokok dan bukan perokok
pada penelitian kami, faktor lingkungan juga diketahui dapat memicu keganasan
paru-paru. Kedua, nilai prognostik (kecendrungan keluaran klinis pasien) dari faktor
perubah pertumbuhan 1, interleukin 6, dan faktor pembunuh tumor pada cairan
bilasan bronkus dan alveoli tidak dijelaskan dalam penelitian kami. Beberapa sitokin
mungin menyediakan informasi mengenai keluaran klinis pasien. Di sisi lain,
penanda biologis juga dapat membantu klinisi dalam memilih penanganan anti
keganasan yang paling efektif untuk setiap pasien. Dibutuhkan penelitian di
kemudian hari yang disertai dengan kontrol berkarakteristik sama untuk mendeteksi
sitokin-sitokin ini dan nilai prognostiknya (kecendrungan keluaran klinis pasien),
yang mungkin mengarahkan kita untuk lebih mengerti mengenai karakteristik
penanda biologis keganasan paru-paru.

Metode
Subyek penelitian. Satu penelitian prospektif yang dilakukan di rumah sakit
cabang dari universitas Ningbo di Cina dari bulan Februari 2011 hingga bulan juli
2013. Protokol penelitian telah disetujui oleh institusi pemeriksa di bidang penelitian
manusia dari rumah sakit cabang fakultas kedokteran universitas Ningbo. Surat
persetujuan tertulis didapatkan dari setiap pasien yang dilibatkan dalam penelitian.
Percobaan dilakukan berdasarkan panduan praktik universitas kedokteran dada
amerika berdasarkan bukti klinis. 78 pasien yang dirujuk ke rumah sakit ini dengan
kecurigaan keganasan paru-paru dimasukkan dalam penelitian. Informasi klinis
berdasarkan karakteristik pasien didasarkan pada catatan pemeriksaan dan catatan
indentitas pasien. Semua pasien menjalani pemeriksaan histology dan dikeluarkan
dari penelitian apabila mereka menerima terapi radiasi atau terapi kimia sebelum
operasi. Karakter dasar pasien dirangkum pada tabel 1. Ada 45 pasien keganasan
(60,8 1,2 tahun) dan 33 pasien bukan keganasan (58,2 1,7 tahun). Jenis patologi
meliputi 18 pasien dengan keganasan sel skuamosa, 11 pasien dengan keganasan sel
kelenjar, 10 pasien dengan keganasan sel kecil, dan 6 pasien dengan keganasan jenis
lain. Ada 31 pasien dengan pneumonia, 2 pasien dengan tuberculosis, 1 pasien dengan
sarkoidosis pada kelompok kontrol. Kebiasaan merokok ditentukan 1 tahun sebelum
diagnosis untuk pasien keganasan atau 1 tahun sebelum wawancara untuk kelompok
kontrol.
Bilasan bronkus dan alveoli. Cairan bilasan bronkus dan alveoli
dikumpulkan dan metodenya didasarkan pada penelitian sebelumnya. Bilasan
dilakukan untuk pembersihan atau biopsi untuk menghindari pencemaran oleh darah.
Bronkus di sisi yang sakit dibilas dengan dua kali 50 mL NaCl 0,9% steril. Kemudian
cairan dihisap keluar secara perlahan ke wadah silicon daan ditempatkan di air
sedingin es. Hasil cairan bilasan bronkus dan alveoli diatas 60 mL dianggap cukup
untuk memberi kualitas yang baik. Cairan bilasan yang didinginkan disaring di

penyaring nilon untuk menyingkirkan lender saluran napas dan di sentrifus selama 10
menit dengan kecepatan 3000 putaran per menit. Endapan sel dipisahkan dari
cairannya dan disimpan pada temperatur -80C
Pengukuran konsentrasi faktor perubah pertumbuhan 1, interleukin 6,
dan faktor pembunuh tumor . Konsentrasi faktor perubah pertumbuhan 1,
interleukin 6, dan faktor pembunuh tumor (g/mL) diukur dengan alat ELISA
(enzyme-linked immunosorbent assay / pemeriksaan serapan imun terkait enzim)
berlapis komersial yang tersedia. Semua reagen yang digunakan dalam pemeriksaan
adalah bahan kimia dengan standar kualitas tinggi dari perusahaan internasional
(faktor perubah pertumbuhan 1: sistem R&D, Mineapolis, amerika serikat;
interleukin 6 dan faktor pembunuh tumor : eBiologi sains, San Diego, amerika
tengah, Amerika Serikat). Pemeriksaan dilakukan berdasarkan tuntunan pabrik.
Sampel diperiksa secara berkelompok untuk meminimalisir perbedaan antar
pemeriksaan.
Pemeriksaan statistik. Data ditampilkan dalam bentuk rerata kesalahan
rerata standar. Konsentrasi faktor perubah pertumbuhan 1 tidak tersebar secara
normal dan ditunjukkan dalam bentuk median dan jarak per seperempat. Kalau
distribusi data normal, perbandingan antar kelompok yang berbeda dilakukan
menggunakan uji T siswa; sebaliknya, uji U bukan parametric Mann-Whitney yang
digunakan. Hubungan antara penanda yang berbeda ditentukan dengan menggunakan
hubungan Pearson. Sensitifitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan nilai prediksi
negatif dihitung untuk merangkum kekuatan diagnostik dari faktor perubah
pertumbuhan 1. Pemeriksaan karakteristik penerima operasi dilakukan untuk
memeriksa kemampuan diagnostik dari faktor perubah pertumbuhan 1 untuk
memprediksi keganasan paru-paru. Semua uji dugaan teori dilakukan secara dua sisi,
dengan hasil signifikan secara statistik ditentukan dengan mendapatkan nilai P kurang
dari 0,05. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan GraphPad Prism 5,0

(program GraphPad, San Diego, Amerika tengah, Amerika Serikat) atau SPSS untuk
Windows (versi 13, SPSS, Chicago).

Anda mungkin juga menyukai