Anda di halaman 1dari 2

Candida albicans - Genetics; HIV-positive persons - Complications; Candidiasis; Thrush (Mouth disease)

Sari

Infeksi C.albicans pada epitel permukaan mukosa rongga mulut adalah rekuren dan
persisten pada penderita HIV/AIDS. Sekitar 90% dari populasi penderita HIV/AIDS di
jumpai adanya Oral Candidiasis. Keadaan ini merupakan problem klinis yang hingga
saat ini masih belum dapat di atasi dengan baik. C. albicans adalah organisme
komensal dalam rongga mulut, merupakan jamur dimorfik yaitu patogen oportunistik
dan merupakan flora normal di rongga mulut. Di dalam rongga mulut terdapat
berbagai strain C.albicans dengan karakteristik fenotipe tertentu yang menentukan
sifatnya sebagai komensal atau pathogen dan diduga bahwa virulensi C.albicans
pada berbagai strain dipengaruhi oleh variabilitas genetik. Pengetahuan tentang data
genetik seperti adanya variasi genetik pada C.albicans yang mengkolonisasi mukosa
rongga mulut penderita HIV/AIDS berdasar tingkat keparahan, perlu diketahui untuk
tujuan memperbaiki tatalaksana terapi pada infeksi C.albicans yang virulen. Oral
Candidiasis sering dijumpai kapan saja dalam perjalanan infeksi HIV, hal ini terjadi
karena kondisi immunocompromise yang lazim menyertai penderita HIV/AIDS dan
merupakan salah satu komplikasi yang paling tinggi angka kejadiannya di rongga
mulut. Pada kondisi immunocompromise tersebut C.albicans akan mudah
mengadakan perlekatan dengan mukosa rongga mulut, kemudian mengadakan
kolonisasi dan terjadilah infeksi. Pada proses selanjutnya dapat terjadi invasi ke
jaringan yang lebih dalam melalui perlekatan dengan endotel vaskuler. Pada kondisi
sistemik inilah diperoleh data bahwa 60% infeksi C.albicans dapat menimbulkan
kematian, dimana tingginya angka kematian yang dilaporkan ini akibat infeksi
sistemik daristrain C.albicans yang resisten terhadap obat. Dari penelitian ini
diperoleh data bahwa pada mukosa rongga mulut sebenarnya terdapat berbagai
spesies candida dengan berbagai strain yang berbeda, meskipun demikian spesies
yang paling dorninan adalah C.albicans dibanding spesies candida yang lain pada
penderitaHIV/AIDS. Keberhasilan C.albicans mengadakan perlekatan dan kolonisasi
di mukosa rongga mulut merupakan awal terjadinya infeksi, ini adalah tahap kritis dari
kejadian infeksi oleh C.albicans di mukosa rongga mulut. Pengetahuan tentang datadata genetik seperti adanya variasi genetik pada C.albicans yang mengkolonisasi
mukosa rongga mulut penderita HIV/AIDS perlu diketahui untuk tujuan menentukan
virulensi, baik secara kualitas maupun kuantitas. Pengetahuan variasi genetik dapat
digunakan sebagai pijakan dalam upaya perbaikan penatalaksanaan untuk
menangani berbagai kasus infeksi yang disebabkan oleh C.albicans pada penderita
HIV/AIDS. Penampakan dari suatu karakter fenotipe) C.albicans ditentukan oleh
faktor genetik dan faktor lingkungan. Keadaan ini yang mengakibatkan adanya
perbedaan genotipe di antara berbagai strain C.albicans yang ada di dunia. Hasil
Dendogram melalui analisis pengklasteran kekerabatan atau keragaman genetik
C.albicans yang mengkolonisasi pada penderita HIV/AIDS dengan ARV, Non-ARV
dan non-HIV/AIDS dengan primer NT diperoleh gambaran mempunyai
kecenderungan hubungan nilai kekerabatan yang lebih dekat (gatubar 5.8) yaitu jarak
genetik 0,705 (70,5%). Akan tetapi dari analisis dendogram antara penderita HIV
dengan ARV dan non-ARV, C.albicans yang mengkolonisasi mukosa rongga mulut
mempunyai kecenderungan hubungan nilai kekerabatan dengan jarak genetik
0,681(68,1%). Hasil analisis Dendogram dengan primer AT primer menunjukkan
bahwa C.albicans yang mengkolonisasi mukosa rongga mulut penderita HIV/AIDS
dengan ARV dan non-ARV mempunyai kecenderungan hubungan nilai kekerabatan
yang juga relatif dekat (jarak genetik 0,634). Dari hasil penelitian terlihat bahwa
C.albicans yang di isolasi dari penderita HIV/AIDS dengan MV dan nonARV baik
menggunakan primer AT dan NT mempunyai kecenderungan jarak genetik yang
homogen yaitu pada kisaran 0,634-0,681. Hal ini berarti C.albicans yang
mengkolonisasi penderita HIV/AIDS dengan ARV dan non-ARV baik menggunakan
NT dan AT primer, tidak menunjukkan pola polimorfisme yang bervariasi. Dari hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat perubahan jarak genetik C.albicans
yang mengkolonisasi penderita HIV dengan terapi ARV, keadaan ini karena terjadi
pergeseran jarak genetik dari 0,705 menjadi 0,681. Perbedaan ini sangat menarik:,
hal ini kemungkinan terapi ARV pada penderita HIV dapat mempengaruhi genotipe
C.albicans, dimana kondisi ini juga didukung adanya pengaruh dari kondisi
lingkungan rongga mulut antara lain kualitas dan kuantitas saliva, pola makan dan

status gizi serta respons imun inang. Kondisi tersebut kemungkinan disebabkan
karena adanya pengaruh dari kondisi lingkungan rongga mulut yang lebih
memfasilitasi strain tertentu dari C.albicans. Dari penelitian ini didapatkan bahwa
C.albicans isolat Surabaya bukan hanya berasal dari satu genotipe tapi terdiri dari
beberapa genotipe yang merupakan eksistensi keragaman genetik. Dari beberapa
genotipe yang merupakan eksistensi keragaman genetik. C.albicans, dilaporkan
serotipe A mempunyai kecenderungan nilai rata-rata polimorfisme lebih tinggi
dibanding polimorfisme pada serotipe B. Hal ini kemungkinan karena serotipe A
mempunyai virulensi dan kemampuan perlekatan yang lebih tinggi dibanding serotipe
B melalui reseptor glikomanoprotein yang ada pada dinding sel C.albicans. Dengan
demikian maka Polimorfismeinilah yang menyebabkan adanya keragaman dari
karakteristik sifat pada C.albicans yang berpengaruh dalam penatalaksanaan infeksi
C.albicans di mukosa rongga.

Anda mungkin juga menyukai