PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Puskesmas merupakan institusi dimana fungsi utamaya adalah memberikan pelayanan
kepada pasien sebaik-baiknya itu secara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi. Maka
dengan itu Puskesmas merupakan peran yang paling strategis dalam upaya mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Pusat Kesehatan Masyarakat yang lebih
dikenal dengan sebutan Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas, yakni unit
organisasi di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang melaksanakan tugas teknis
operasional dan bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau
sebagian wilayah kecamatan.
Setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan oleh Puskesmas dan jaringannya, yang
meliputi Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas Keliling, dan Bidan di Desa
merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat, berdasarkan prinsip
nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya
manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan
nasional;
Selain itu Puskesmas dan jaringannya secara langsung juga bertanggungjawab dalam
meningkatkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat dalam lingkungan yang sehat melalui
pendekatan azas pertanggungjawaban wilayah, azas peran serta masyarakat, azas keterpaduan
lintas program dan lintas sektor serta azas rujukan
Puskesmas sebagai salah satu institusi pelayanan umum, dapat dipastikan membutuhkan
keberadaan sistem informasi yang akurat dan handal, serta cukup memadai untuk meningkatkan
pelayanan puskesmas kepada para pengguna (pasien) dan lingkungan terkait. Dengan lingkup
pelayanan yang begitu luas, tentunya banyak sekali permasalahan kompleks yang terjadi dalam
proses pelayanan di puskesmas. Banyaknya variabel di puskemas turut menentukan kecepatan
arus informasi yang dibutuhkan oleh pengguna dan lingkungan puskesmas.
1
Selama ini banyak puskesmas yang masih mengelola data-data kunjungan pasien, datadata arus obat, dan juga membuat pelaporan dengan menggunakan cara-cara yang manual. Selain
membutuhkan waktu yang lama, keakuratan dari pengelolaan data juga kurang dapat diterima,
karena kemungkinan kesalahan sangat besar. Beberapa puskesmas mungkin sudah memakai
komputer sebagai alat bantu untuk pengelolaan data, hanya saja sampai sekarang belum banyak
program komputer yang secara khusus didesain untuk manajemen data di puskesmas.
Sistem Informasi di Puskesmas sangat diperlukan selain mempermudah akses pelayanan
juga pelayanan dapat dijalankan semaksimal mungkin, dimana sistem informasi merupakan
rangkaian atau komponen terdiri dari pengumpulan data yang kemudian diproses menjadi sebuah
informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) bagi suatu rumah sakit merupakan hal yang sangat
penting untuk segera diterapkan. Hal ini mengingat semakin kompleksnya permasalahan yang
ada dalam data medik pasien maupun data-data administrasi yang ada di rumah sakit. Namun
menyediakan SIM bukanlah hal yang mudah, terutama jika dikaitkan dengan biaya pengadaan
SIM yang relatif sangat besar.
Penerapan sistem informasi pada suatu rumah sakit memerlukan suatu perencanaan
yang matang. Bila dilakukan secara tergesa-gesa tanpa melakukan perencanaan terlebih dahulu
dikhawatirkan akan memakan biaya yang mahal, kemungkinan ada biaya baru baik untuk riset
kelayakan dan lain-lain akan menambah biaya selanjutnya. Dalam penerapan sistem informasi
maka masalah finansial merupakan faktor yang sangat penting.
Sistem Informasi Manajemen terdiri dari tiga kata yaitu sistem, informasi
dan manajemen. Sistem adalah suatu himpunan dari unsur, komponen atau variabel-variabel
yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu. Informasi
adalah data yang telah disusun sedemikian rupa, sehingga bermakna dan bermanfaat karena
dapat dikomunikasikan kepada seseorang yang akan menggunkannya untuk membuat keputusan.
Manajemen adalah tindakan memikirkan dan mencapai hasil-hasil yang diinginkan melalui usaha
kelompok yang terdiri dari tindakan mendayagunakan bakat-bakat manusia dan sumber-sumber
daya.Sehingga Sistem Informasi Manajemen berarti suatu sistem yang menyediakan kepada
pengelola organisasi maupun informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas
organisasi. Jika lebih spesifik lagi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah
2
suatu prosedur pemrosesan data-data baik data-data umum Rumah Sakit maupun data-data
medik pasien sehingga dapat mendukung proses pengambilan keputusan manajemen.
Sistem Informasi Manajemen yang dimaksudkan adalah suatu sistem yang telah
berbasiskan komputer untuk mengolah data-data medik pasien maupun data-data administrasi
yang dimiliki rumah sakit.Selama ini jika kita bicara tentang rumah sakit, yang paling mudah
diingat adalah pelayanannya yang tidak memuaskan ketika melakukan administrasi atau waktu
yang terlalu yang dibutuhkan oleh perawat untuk mencari data-data medik pasien.
Beberapa hambatan-hambatan yang sering dialami oleh pihak Rumah Sakit yang disebabkan
oleh system informasi yang belum dikelola dengan baik adalah pencatatan yang berulang yang
menyebabkan penduplikasian data, data yang belum terintegrasi atau masih tersebar, pencatatan
data masih dilakukan secara manual sehingga banyak terdapat kesalahan dan informasi terlambat
disebarkan. Oleh karena system informasi manajemen untuk Rumah Sakit sangat perlu dilakukan
agar dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, dapat menyajikan laporan akurat
sehingga dapat memberikan kemudahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak manajemen.
Sebelum menerapkan suatu system informasi manajemen untuk Rumah Sakit, kita harus
mengetahui kelas dan status dari Rumah Sakit tersebut.Dimana masing-masing Rumah Sakit
memiliki kebutuhan system informasi berbeda-beda. Status dan kelas Rumah Sakit dapat dibagi
menjadi empat (4), yaitu :
biaya yang tidak sedikit jumlahnya. Banyak yang harus benar-benar dipersiapkan agar hasil yang
akan diperoleh seperti apa yang diharapkan. Komponen utama untuk menunjang terlaksananya
penerapan sistem informasi yang benar dan sesuai kebutuhan :
yang terjadi di lapangan, antara lain ketidaksiapan pihak Rumah Sakit dalam menerapkan system
3
informasi yang terintegrasi dan berbasis komputer, sulitnya merubah pola kerja yang telah
terbiasa dengan system manual menjadi komputerisasi, dan penyajian data yang belum semuanya
dalam bentuk elektronik yang akan memudahkan proses migrasi data.
Secara garis besar, ruang lingkup DigIS-RS ini bisa digambarkan sebagai berikut:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Sistem Informasi Manajemen Kesehatan
2.1.1.Definisi
Sistem Informasi manajemen Kesehatan merupakan tatanan berbagai komponen data dan
informasi kesehatan yang saling terkait satu dengan yang lainnya untuk menghasilkan data dan
informasi tentang kondisi kesehatan dan kinerja kesehatan di suatu wilayah. (Tiar : 2009).
Kadang disebut juga sistem informasi kesehatan (SIK) atau health information system (HIS).
Dalam bahasan tentang administrasi atau manajemen secara umum, materi tentang sistem
informasi manajemen jarang dibahas tersendiri secara khusus, karena pada umumnya unsurunsurnya dianggap sudah terintegrasi (build-in) di dalam hampir semua fungsi, unsur atau
komponen dari sistem manajemen organisasi secara keseluruhan, karena dalam setiap tahap
pengambilan keputusan dalam proses manajemen hampir selalu memerlukan dukungan data
informasi.Sistem informasi kesehatan dikembangkan untuk mendukung manajemen kesehatan
yang merupakan bagian dari sistem kesehatan.
Sistem informasi manajemen kesehatan sebagai sub sistem dalam sistem administrasi
kesehatan merupakan kesatuan/rangkaian kegiatan-kegiatan yang mencakup seluruh jajaran
upaya kesehatan diseluruh jenjang administrasi yang mampu memberikan informasi kepada :
1. Pengelola, yaitu para administrator atau manajer kesehatan untuk dasar pertimbangan
menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam menjalankan fungsi-fungsi
administrasinya.
2. Masyarakat, dalam upaya untuk meningkatkan kemampuannya untuk menolong dirinya
sendiri dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya.Sumber daya organisasi antara lain
man, money, macine, method, material, dan juga data/informasi. Peran utama dari
data/informasi pada hakekatnya adalah pada dukungannya terhadap fungsi-fungsi
administrasi/manajemen dalam pengelolaan program kesehatan.
Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita rasakan bagaimana sulitnya menentukan
kebijakan atau pengambilan keputusan yang baik bila data/informasi yang akan dipakai
untuk mendasarinya kurang atau tidak cukup tersedia. Tanpa dukungan data/informasi
yang baik kebijakan yang kita ambil akan kurang tepat atau keliru.
Mengatasi
masalah-masalah
kesehatan
melalui
isyarat
dini
dan
upaya
penanggulangannya
3
Sasaran dalam upaya pemantapan dan pengembangan sistem informasi kesehatan meliputi:
1
Terciptanya pengorganisasian dan tata kerja pengelolaan data/informasi dan atau tersedianya
tenaga fungsional pengelola data/ informasi yang terampil di seluruh tingkat administrasi
Ditetapkannya kebutuhan esensial data/ informasi di tiap tingkat dan pengembangan instrumen
pengumpulan dan pelaporan data
Dihasilkannya berbagai informasi kesehatan di seluruh tingkat administrasi secara teratur, tepat
waktu dan sesuai dengan kebutuhan dan atau atas permintaan dari pengguna data/ informasi
Tersedianya dukungan teknis dan sumber daya yang memadai dalam rangka pemantapan dan
pengembangan otomasi pengolahan data di seluruh tingkat administrasi
Untuk mewujudkan SIKNAS yang diharapkan, sampai saat ini masih dijumpai sejumlah
kelemahan yang bersifat klasik, antara lain:
1
f
2
Masalah nomor 5 bersumber dari masalah pada nomor 4. Biaya untuk teknologi
telematika memang besar, ditambah lagi dengan apresiasi terhadap penggunaan teknologi
telematika yang masih kurang, akibat pengaruh budaya (kultur). Apresiasi yang rendah
ini dikarenakan oleh alasan rasio manfaat biaya, yang kurang memadai. Investasi untuk
teknologi telematika yang besar belum dapat menjamin akan menghasilkan manfaat yang
sepadan.
6
membentuk SIKNAS. Pembagian tugas dan tanggung jawab akan memungkinkan data yang
dikumpulkan memiliki kualitas dan validitas yang baik. Otaritas akan menyebabkan tidak
adanya duplikasi dalam pengumpulan data, sehingga tidak akan terdapat informasi yang
berbeda-beda mengenai suatu hal. Mekanisme saling hubung, khususnya dengan Pusat Data
dan Informasi Departemen Kesehatan akan menjamin dapat dilakukannya pengolahan dan
analisis data secara komprehensif.
Pertimbangan akan perlunya mengkoordinasikan lima jenis pengumpulan data yang masingmasing memiliki kekhasan dan kepentingan yang sangat signifikan, yaitu:
a
Pencatatan dan pelaporan data rutin dari UPT kabupaten/ kota ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota, dari UPT provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota ke Dinas
Kesehatan Provinsi ke Departemen Kesehatan (kegiatan-kegiatan ini memerlukan suatu
sistem pencatatan dan pelaporan yang terintegrasi dan terkoordinasi.
Pencatatan dan pelaporan program-program kesehatan khusus yang ada, seperti program
pemberantasan malaria
Pencatatan dan pelaporan sumber daya dan administrasi kesehatan yang sudah berjalan
seperti ketenaga kesehatan (Sinakes, Sidiklat, dan lain-lain)
Survei dan penelitian untuk melengkapi data dan informasi dari pengumpulan data rutin,
yang meliputi baik yang berskala nasional (seperti Survei Kesehatan Nasional), maupun
yang berskala provinsi dan Kabupaten/ Kota (SI IPTEK Kesehatan / Jaringan Litbang
Kesehatan)
Sistem Informasi Kesehatan Daerah mencakup SIK yang dikembangkan di unit-unit pelayanan
kesehatan (khususnya puskesmas dan rumah sakit), SIK kabupaten/ kota, dan SIK provinsi.
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Puskesmas memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan:
a
Mencatat dan mengumpulkan data baik kegiatan dalam gedung maupun luar gedung
Mengolah data
Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien dan manajemen
unit puskesmas
Mengolah data
Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien dan manajemen
unit rumah sakit
Mengirim laporan berkala/ profil kesehatan kabupaten/ kota ke dinas kesehatan provinsi
setempat dan pemerintah pusat
Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen klien, manajemen unit
dan manajemen sistem kesehatan kabupaten/ kota
Mengolah data dari DKK, unit-unit pelayanan kesehatan milik daerah propinsi dan
sumber-sumber lain
Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen klien, manajemen unit
dan manajemen sistem kesehatan kabupaten/ kota
Fasilitasi pengembangan SIK daerah dilaksanakan dengan terlebih dahulu membantu menata
sistem kesehatannya, membantu pengadaan perangkat keras, perangkat lunak, rekruitmen
dan pelatihan tenaga kesehatan.
7
11
Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk manajemen diawali dengan mengidentifikasi
peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menyajikan data dan informasi kesehatan.
Misalnya dalam rapat dengar pendapat dengan DPRD harus dapat disajikan, kemasan-kemasan
data dan informasi yang menggambarkan kecenderungan masalah-masalah kesehatan rakyat dan
kerugian yang diakibatkannya. Pembahasan rancangan anggaran harus disajikan kemasan data
dan informasi tentang cost benefit dari kegiatan-kegiatan yang diusulkan. Selain itu
dikembangkan pula publikasi berkala cetak atau elektronik atau akses online.
8
Pemanfaatan fasilitas intranet dan internet karena penggunaannya sudah meluas di masyarakat.
Depkes menyelenggarakan pelatihan bagi tenaga-tenaga fungsional pengelola data dan informasi
kesehatan.
2.1.9.Pengembangan teknologi dan sumber daya informasi
Pengembangan teknologi dan sumber daya informasi berlangsung paralel dengan kegiatan 3,4
dan 5. Depkes menyusun Rencana Induk Penataan Kerangka Teknologi Informasi (Information
Technology Framework Rearrangement Master Plan) dan Rencana Induk Pengembangan
Sumber Daya Manusia Informasi (Information Human Resource Development Master Plan).
Depkes juga menerbitkan standar dan pedoman, serta advokasi agar terpenuhi sesuai rencana
induk.
2.2 . Puskesmas
2.2.1.Definisi
Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas, adalah Organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima
dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul
oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan
menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajad kesehatan yang
optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.
2.2.2.Visi dan Misi Puskesmas
12
lingkungan sehat,
perilaku sehat,
Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya
Dalam dokumen tersebut disebutkan puskesmas terdiri atas 3 tipe puskemas (tipe A, tipe B, tipe
C). Kemudian dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional ke III tahun 1970 menetapkan hanya ada
satu tipe puskesmas dengan 6 kegiatan pokok.
Perkembangan selanjutnya lebih mengarah pada penambahan kegiatan pokok seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan pemerintah serta keinginan
program ditingkat pusat, sehingga kegiatan berkembang menjadi 18 kegiatan pokok,bahkan DKI
Jakarta mengembangkan menjadi 21 kegiatan pokok.Melalui rakerkesnas tersebut timbul
gagasan untuk menyatukan semua pelayanan
organiisasi yang dipercaya dan diberi nama
dengan
pendekatan
kelompok
masyarakat,
serta
sebagian
besar
diselenggarakan bersama masyarakat melalui upaya pelayanan dalam dan luar gedung di
wilayah kerja puskesmas.
Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan, kuratif dan rehabilitatif
dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya, melalui upaya rawat jalan dan
rujukan.
15
Pada kondisi tertentu dan bila memungkinkan dapat dipertimbangkan puskesmas dapat
memberikan pelayanan rawat inap sebagai rujukan antara sebelum dirujuk ke Rumah Sakit.
Puskesmas Pembantu adalah Unit Pelayanan Kesehatan yang sederhana dan berfungsi
menunjang serta membantu melaksanakan kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam
masyarakat lingkungan wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan
yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia. Tugas pokok
adalah menyelenggarakan sebagian program kegiatan puskesmas sesuai dengan
kompetensi tenaga dan sumberdaya lain yang tersedia.
Disamping institusi tersebut di atas, ada Bidan di Desa yang mempunyai peran
spesifik.Bidan di Desa adalah tenaga bidan yang ditempatkan di desa dalam rangka
meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan Puskesmas, mempunyai wilayah
kerja satu-dua desa dan bertanggung jawab kepada kepala Puskesmas.Tugas pokok
umum adalah memelihara dan melindungi kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya,
sedangkan secara khusus bertanggung jawab terhadap program kesehatan ibu dan anak
termasuk Keluarga Berencana.
Dalam keadaan tertentu misalkan letak puskesmas jauh dari rumah sakit, sulitnya
keadaan medan puskesmas menuju rumah sakit, sulitnnya sarana transportasi menuju rumah
sakit, daerah rawan kecelakaan/rawan bencana lain-lain, maka puskesmas dapat diberi tambahan
ruangan untuk rawat inap sementara dan fasilitas tindakan operasi terbatas.
Puskesmas Rawat Inap adalah Puskesmas dengan tambahan ruangan dan fasilitas tempat
perawatan untuk menolong penderita gawat darurat baik berupa tindakan operatif terbatas atau
perawatan sementara.Fungsinya sebagai Pusat Rujukan Antara yang melayani penderita gawat
darurat sebelum dapat dirujuk ke rumah sakit.
2.2.6. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas
Kepala
Wakil Kepala (disesuaikan beban kerja dan kebutuhan puskesmas dan yang menetapkan
ada atau tidak adalah Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota).
Unit fungsional Alternatif lain yang dapat dipertimbangkan satuan organisasi dalam unit tata
usaha, sebagai berikut :
1
Unit Perencanaan
Unit Keuangan
Unit Perlengkapan
Unit Umum
5. Unit III
Melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan tenaga kerja dan manula.
6. Unit IV
18
Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk
penyidikan
sebab
dan
asal
usul
penularan
penyakit
serta
Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan pada saat
terjadi bencana, pemeriksaan specimen jika terjadi keracunan masal,
pemeriksaan air minum penduduk.
20
21
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas
3.3.1.Definisi
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Puskesmasmerupakan sistem informasi di tingkat
puskesmas untuk mengelola data dan menghasilkan informasi bagi pengambil keputusan
manajerial tingkat puskesmas.Sistem informasi kesehatan adalah program sistem informasi
kesehatan daerah yang memberikan informasitentang segala keadaan kesehatan masyarakat di
tingkat Puskesmas mulai dari datadiri orang sakit, ketersediaan obat sampai data penyuluhan
kesehatan masyarakat . (Wayan K : 2009)
Simpus adalah program aplikasi komputer yang merupakan perangkat yang berfungsi
untuk mencatat(input), mengolah(proses), dan melaporkan(output) seluruh data-data di
puskesmas. Pengertian lain SIMPUS adalah suatu perangkat lunak yang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan puskesmas dalam mengelola data-data yang dimiliki.
3.3.2.Tujuan Pengembangan SIK Puskesmas
Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Puskesmas adalah memberikan
pelayanan kepada masyarakat melalui sistem informasi yang terintegrasi di semua unit pelayanan
Puskesmas sehingga dapat meningkatkan kecepatan proses pada pelayanan, mempermudah akses
data, pelaporan dan akurasi data sehingga menjadi lebih baik. Tujuan umum proyek
Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas adalah meningkatkan status kesehatan
khususnya bagi masyarakat kurang mampu, dengan cara meningkatkan cakupan pelayanan
kesehatan, kualitas pelayanan dan penggunaan fasilitas pelayanan.
Tujuan Khusus :
1
2
3
22
Membantu
provinsi
dan
kabupaten/kota
untuk
menyempurnakan
sistem
informasikesehatan yang ada untuk mendukung desentralisasi. Sistem yang baru akan
terdiridari informasi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan, masyarakat
dandata survailans epidemologi.
3.3.3
wilayahsuatu puskesmas.
Memperbaiki pengumpulan data di Puskesmas, guna laporan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten.
Memasuki Era Otonomi Daerah mutlak diperlukan Informasi yang tepat, akurat dan upto
date berkenaan dengan data orang sakit, ketersediaan obat, jumlah ibu hamil,
masalah imunisasi dll.
diolah.
Dengan interface yang disesuaikan dengan kebutuhan sehingga mudah digunakan.
23
Fungsi operasi output dan input dapat dipelajari dengan waktu yang tidak lama.
Sub Sistem Kependudukan, yang berfungsi untuk mengelola data kependudukan terdiri
dari family folder, pencatatan mutasi lahir, mutasi wafat dan mutasi pindah.
Sub Sistem Ketenagaan, yang berfungsi untuk mengelola data ketenagaan. Data yang
diolah adalah data pribadi, anak, riwayat kepangkatan, riwayat jabatan, riwayat
pendidikan, riwayat penjenjangan, riwayat latihan teknis/fungsional, data riwayat
saja yaitu mencakup besar pembiayaan menurut kegiatan dan sumber biaya.
Sub Sistem Pelayanan Kesehatan, yang berfungsi mengelola data pelayanan kesehatan,
terdiri dari pelayanan dalam gedung yaitu sub sistem rawat jalan yang meliputi pelayanan
dasar (BP,GIGI, KIA,Imunisasi, Laboratorium) dan pelayanan puskesmas keliling, rawat
inap, rekam medis dan manajemen obat. Pelayanan luar gedung meliputi sub sistem KIA
dan GIZI, Kesling dan TTU, Pemberantasan Penyakit Menular, PKM, PSM, dan
PERKESMAS.
Sub Sistem Pelaporan, yang berfungsi untuk menyediakan laporan-laporan, meliputi
laporan SP2TP (LB1, LB2, LB3 dan LB4) dan laporan program.
Sub Sistem Penunjang, yang menyediakan layanan penunjang sistem seperti: membuat
backup dan restore data, data recovery, user list and right assignment, user shortcut,
short message over network.( Prayekti : 2008)
3.3.5
Implementasi
Kegiatan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Puskesmas dapat dilakukan
secara bertahap sesuai dengan anggaran yang ada. Kegiatan dalam melaksanakan uji coba
implemetasi SIK Puskesmas terdiri dari :
24
Sosialisasi SIK :
Kegiatan Sosialisasi SIK berupa kegiatan pertemuan antara Dinas Kesehatan Provinsi,
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota,
Puskesmas.Kegiatan
ini
bertujuan
untuk
data, cara komunikasi data, sarana pendukung dan kebijakan pendukung SIK.
Penyesuain Input dan Output SIK
Kegiatan ini juga berupa pertemuan yang dilaksankan di Kabupaten/Kota di wilayah
puskesmas yang dipakai uji coba SIK.Tujuan kegiatan ini untuk memperkenalkan SIK
Kabupaten dan Puskemas. Penyesuaian kebutuhan data program antara Dinas Kesehatan
Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta Puskesmas yang dipakai uji coba serta
serta 7 orang dari setiap puskesmas yang dipakai uji coba SIK.
Pendampingan SIK
Kegiatan pendampingan SIK dilaksanakan dengan mengunjungi setiap puskesmas yang
dipakai uji coba SIK oleh Tim Data Mandiri yang didampingi oleh Tim dari Dinas
Kesehatan Provinsi.Tujuan pendampingan SIK adalah untuk menjamin kelancaran
pengoperasian SIK di masing-masing puskemas uji coba serta memberikan bimbingan
teknis pengoperasian SIK. Tim pendamping dari data mandiri akan mendampingi
25
operator SIK secara teratur dari masing masing unit sampai operator SIK dianggap
6
Penyempurnaan SIK
Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan penyempurnaan piranti lunak SIK sesuai hasil
rekomendasi hasil uji coba.Kegiatan ini berupa pertemuan, perbaikan software serta
pendampingan SIK di masing-masing puskemas.
SIK Puskesmas yang dikembangkan memiliki dua tipe atau model yang dapat diterapkan
sesuai dengan ketersediaan komputer pada puskesmas, adapun model tersebut adalah:
1
Model A
Model ini dalam melakukan pelayanan dalam gedung, dilakukan secara online dan
penginputan data dilakukan pada saat tengah berlangsung. Model ini membutuhkan
setidaknya 5 unit komputer yang ditempatkan pada loket, apotek, dan ruang pelayanan
Dalam melakukan evaluasi ada beberapa hal yang dapat dipergunakan yakni :
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dapat dilakukan terhadap pengguna, baik
pengguna langsung ataupun pengguna tidak langsung.Observasi dapat dilakukan dengan
mengamati secara langsung sistem komputerisasi sedangkan dokumentasi dapat dilakukan
dengan melihat dokumen-dokumen yang dihasilkan oleh sistem komputerisasi, apakah lebih
tepat, cepat dan akurat dibandingkan dengan dokumen yang dihasilkan oleh sistem sebelumnya.
Banyak teori yang menjelaskan mengenai model untuk menilai kesuksesan sistem
informasi.Salah satunya adalah teori Technology Acceptance Model (TAM) yang diperkenalkan
oleh Davis tahun 1986. Berdasarkan teori tersebut maka penerapan Sistem Informasi Puskesmas
(SIK) Puskesmas dievaluasi dengan fokus utama pada komponen manfaat/kegunaan yang
dirasakan oleh user, sikap pengguna terhadap penggunaan teknologi dan mengetahui kemudahan
penggunaan oleh user.( Prayekti : 2008)
27
Sehingga akan mendapatkan berbagai kemudahan selama mereka menjalankan operasional kerja
sehari-hari.
3.2.1 Tujuan Umum
a. Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok jasa,
produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.
b. Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian,
pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan.
c. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
Ketiga tujuan tersebut menunjukkan bahwa manajer dan pengguna lainnya perlu
memiliki akses ke informasi akuntansi manajemen dan mengetahui bagaimana cara
28
29
Pengaruh SIM RS yang dirasakan oleh pasien adalah semakin cepat dan akuratnya
pelayanan. Sekarang pasien tidak perlu menunggu lama untuk menyelesaikan
administrasinya, baik rawat inap ataupun rawat jalan. Hal yang sama juga dirasakan
perusahaan pelanggan, dimana tagihan yang dikirim cukup akurat dan detil sehingga
memudahkan analisa mereka.
5. Peningkatan Efisiensi
Bila sebelumnya, beban pekerjaan lebih ke arah klerikal, sekarang beban pekerjaan lebih
ke arah analisa. Sebagai contoh, jika dahulu konsentrasi bagian penagihan adalah
membuat tagihan, sekarang konsentrasinya lebih kepada umur tagihan itu sendiri. Selain
itu, karena kecepatan dan akurasi data meningkat, maka waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan pekerjaanpekerjaan administrasi berkurang jauh, sehingga karyawan dapat
lebih fokus pada pekerjaan utamanya.
Tanpa SIM, perawat harus memasukan data standar asuhan keperawatan secara berulangulang dan sangat memakan waktu, tetapi dengan SIM, perawat hanya tinggal memasukan
data diagnosa penyakit pasien, dan komputer yang akan mencetak laporan SAK untuk
ditanda-tangani perawat.
6. Kemudahan pelaporan Pekerjaan
Pelaporan adalah pekerjaan yang menyita waktu namun sangat penting. Dengan adanya
SIM, proses pelaporan hanya memakan waktu dalam hitungan menit sehingga kita dapat
lebih konsentrasi untuk menganalisa laporan tersebut.
3.2.3 Manfaat Manajerial
1. Kecepatan mengambil keputusan
Dengan sistem manual, manajer seringkali mengambil keputusan berdasarkan informasi
yang mungkin sudah tidak relevan lagi. Belum lagi jika yang dibutuhkan adalah trend
berdasarkan selang waktu tertentu (harian/mingguan/dsb), ini mengakibatkan keputusan
yang diambil belum tentu sesuai dengan kondisi nyata. Namun dengan SIM, informasi
yang disajikan bersifat real time, bahkan kita dapat membuat tabulasi dari informasi
tersebut sehingga informasi yang kita dapat sudah sangat spesifik sesuai dengan
kebutuhan kita. Hal ini tentu saja meningkatkan kualitas keputusan kita, di samping tentu
saja berkurangnya waktu untuk mengambil keputusan.
2. Akurasi dan kecepatan
30
Manfaat Organisasi
1. Budaya Kerja
Karena SIM RS ini mensyaratkan kedisiplinan dalam pemasukan data, baik ketepatan
waktu maupun kebenaran data, maka budaya kerja yang sebelumnya menangguhkan
hal-hal seperti itu, menjadi berubah. Hal ini dapat terjadi karena integrasi SIM RS
dengan seluruh unit layanan. Sebagai contoh, jika unit registrasi tidak memasukkan data
pasien yang akan berobat, maka unit layanan tidak mungkin dapat memasukkan layanan
kepada pasien tersebut, dan kasir pun tidak mungkin menerima pembayaran dari pasien
tersebut. Katakanlah semua unit sepakat untuk menangguhkan pemasukan datanya,
maka keesokan harinya, manajer akan melihat penurunan trend pasien atau melihat ada
pasien-pasien yang menggantung. Ada juga pengalaman menarik yang kami temukan
dalam implementasi SIM RS di suatu Rumah Sakit, karena dasar perhitungan imbalan
jasa medik untuk dokter dan perawat dihitung berdasarkan data transaksi yang ada di
SIM, maka dokter yang berkepentingan dengan data tersebut menjadi supervisor data
yang dimasukkan tanpa diminta. Implikasinya adalah, sedikit sekali data yang salah
dimasukkan.
2. Transparansi
SIM RS sebaiknya dirancang menganut kebijakan data terpusat, artinya data-data yang
digunakan oleh seluruh rumah sakit berada di bawah satu kendali. Misalnya untuk data
tarif tindakan, unit layanan tidak boleh dan tidak bisa memasukkan atau mengubah tarif
yang ada, data yang mereka masukkan hanya layanan yang diberikan kepada pasien
31
sehingga manipulasi tarif tidak dimungkinkan. Hal lain lagi, pendapatan setiap unit
layanan terlihat dari laporan harian yang selalu dilaporkan kepada direktur. Dengan
demikian setiap orang dapat melihat jalannya proses transaksi di rumah sakit dan secara
tidak langsung juga turut mengawasi proses tersebut.
3. Koordinasi antar unit (Team working)
Karena seringkali data yang digunakan oleh unit layanan tertentu adalah milik unit
layanan yang lain, misalnya kode perusahaan pelanggan adalah milik keuangan yang
digunakan secara intensif oleh medrec, maka ketika terjadi perubahan terhadap data
tersebut, unit yang bersangkutan akan mengkoordinasikannya dengan unit yang
terpengaruh. Apabila hal ini tidak dilakukan maka dengan sendirinya akan terjadi
kekacauan data referensi.
4. Pemahaman sistem
Apabila dulu dengan sistem manual, sedikit sekali personel yang mengetahui atau perduli
dengan proses yang terjadi di unit lain, maka dengan adanya SIMRS hal tersebut terjadi
dengan sendirinya. Ini karena seringkali untuk memahami aliran data sampai datang
kepada unitnya, melibatkan berbagai unit lain. Ketika terjadi kesalahan setiap user
berusaha mencari tempat terjadinya kesalahan tersebut agar bukan unitnya yang
disalahkan. Efeknya adalah mereka menjadi paham bagaimana sistem di rumah sakit
tersebut bekerja.
5. Mengurangi biaya administrasi
Seringkali orang menyatakan bahwa dengan adanya komputerisasi biaya administrasi
meningkat. Padahal dalam jangka panjang yang terjadi adalah sebaliknya, jika dengan
sistem manual kita harus membuat laporan lebih dulu di atas kertas, baru kemudian
dianalisa, maka dengan SIMRS analisa cukup dilakukan di layar komputer, dan jika
sudah benar baru datanya dicetak. Hal ini menjadi penghematan yang cukup signifikan
dalam jangka panjang. Implementasi SIMRS tentunya tidak dapat berjalan dengan baik
tanpa dukungan semua pihak yang terkait serta political will dari pimpinan rumah sakit
maupun pemilik RS / Pemerintah. Apabila pekerjaan pengembangan SIMRS tersebut
akan diserahkan kepada konsultan, maka kewajiban dan tanggung-jawab konsultan
sebagai mitra kerja RS adalah harus secara profesional memberikan data dan analisa yang
obyektif dan berupaya maksimal untuk keberhasilan implementasi SIMRS.
3.2.5 Proses Manajemen
32
systems).
10. Sistem informasi analisis software.
11. Sistem informasi teknik (engineering information systems).
33
yang
terjadi
dilingkungannya;
mereka
tidak
hanya
responsif
2. Strategic planning
Strategic planning adalah process secara periodik dalam mengembangkan satu perangkat
langkah-langkah dalam organisasi untuk mencapai misi dan visinya dengan menggunakan
pola pikir strategis.
Strategic planning menyiapkan proses langkah demi langkah yang berurutan untuk
menciptakan strategi seperti :
melibatkan kegiatan-kegiatan periodic group strategic thinking (brainstorming)
membutuhkan data/informasi
membangun fokus untuk organisasi
memfasilitasi pengambilan keputusan yang konsisten
konsensus akan kebutuhan guna penyesuaian organisasi dengan lingkungan eksternal
hasilnya adalah perencanaan strategis yang terdokumentasi.
3. Strategic momentum
Strategic momentum menyangkut kegiatan sehari-hari untuk mengelola strategi guna
pencapaian sasaran strategis dari organisasi. strategic momentum:
kegiatan nyata untuk mencapai sasaran spesifik menyangkut proses pengambilan
(termasuk informasi sumber daya manusia, material, alat kesehatan, penelitian serta bank
data.
3.4 Proses Bisnis SIMRS
Pertumbuhan teknologi komunikasi dan informasi telah menyentuh banyak lapisan
kehidupan, termasuk dalam bidang kesehatan.Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS) merupakan salah satu bagian penting dalam penyelenggaraan rumah sakit terutama
kaitannya
dalam
melakukan
pencatatan
dan
pelaporan.
Bahkan
kewajiban
menyelenggarakan SIMRS ini telah tercantum dalam UU Nomor 44 tahun tentang Rumah
Sakit dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 82 tahun 2013 tentang SIMRS.
Namun saat ini masih banyak rumah sakit yang belum menerapkan SIMRS secara
optimal.Permasalahan yang masih terjadi saat ini adalah antrian calon pasien yang
mengantri berjam-jam untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan
pengantrian data dilakukan 2 kali untuk menerbitkan Surat Elegibitas Peserta (SEP) dan
Pendaftaran Rumah Sakit, ungkap Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan Dr. dr.
Nurshanty Sapada. M.Kes dalam sambutannya pada acara Pertemuan Monitoring dan
Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Open Source (SIMRS GOS) di Bali,
Senin (1/9).
Pertemuan ini membahas berbagai perkembangan sistem informasi manajemen RS,
terutama kaitannya dengan SIMRS GOS dan integrasi sistem informasi JKN (Bridging
System). Saat ini, tim IT Kementerian Kesehatan mengembangkan Sistem Informasi Rumah
Sakit Generik Open Source (SIMRS GOS). Dengan menggunakan SIMRS GOS ini didapat
berbagai manfaat, salah satunya membantu dalam hal bisnis proses Manajemen Rumah
Sakit.
Selain itu, aplikasi ini dapat diperoleh secara gratis tanpa perlu membayar lisensi dan
dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan pihak Rumah Sakit, Baik secara
mandiri, bersama pusat dan atau pihak ke-3, jelasnya dihadapan para peserta yang terdiri
dari Tim IT Rumah Sakit Vertikal, Tim IT Rumah Sakit Pilot Project SIMRS GOS dan Tim
IT Rumah Sakit yang telah mengajukan permohonan ke Kementerian Kesehatan.
Untuk mendapatkan SIMRS GOS ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh
Pihak Rumah Sakit yaitu mempunyai Infrastruktur IT (Jaringan LAN, Komputer Client dan
Server), dan memiliki minimal 1 (satu) orang SDM IT yang akan dilatih dan yang memiliki
kompetensi dalam bidang pemograman.
37
prosedur yang tepat, sehingga menimbulkan kerugian pada pihak rumah sakit.
Terlambatnya Informasi, dikarenakan dalam penyusunan informasi harus direkap secara
manual maka penyajian informasi menjadi terlambat dan kurang dapat dipercaya
kebenarannya.
satu langkah strategis dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan memenangkan
persaingan bisnis
1. Pelayanan Utama (Front Office)
Setiap Rumah Sakit memiliki prosedur yang unik (berbeda satu dengan lainnya), tetapi
secara umum/generik memiliki prosedur pelayanan terintegrasi yang sama yaitu proses
pendaftaran, proses rawat (jalan atau inap) dan proses pulang.
Data yang dimasukan pada proses rawat akan digunakan pada proses rawat dan pulang.
Selama proses perawatan, pasien akan menggunakan sumber daya, mendapat layanan dan
tindakan dari unit-unit seperti farmasi, laboratorium, radiologi, gizi, bedah, invasive,
diagnostic, non invasive dan lainnya. Unit tersebut mendapat order/pesanan dari dokter
(mialnya berupa resep untuk farmasi, formulir lab dan sejenisnya) dan perawat. Jadi dokter
dan perawat sebagai aktor/SDM inti pada proses bisnis Rumah Sakit (seluruh order berasal
dari mereka). Karena itu kami menyebutkan inti sistem ini sebagai order communication
system.
2. Pelayanan Administratif (Back Office)
Proses umum Back Office diantaraya perencanaan, pembelian/pengadaan, pemelihaaraan
stok/inventory, pengelolaan aset, pengelolaan SDM, pengelolaan uang (hutang, piutang, kas,
buku besar, dan lainnya). Proses Back Office ini berhubungan dengan proses pada Front
Office.
Rumah Sakit merupakan unit yang mengelola sumber daya fisik (manusia, uang, mesin/alat
kesehatan/aset, material seperti obat, reagen, alat tulis kantor, barang habis pakai dan
sejenisnya). Walaupun proses bisnis setiap Rumah Sakit unik tapi tetap terdapat proses
umum, diantaranya perencanaan, pembelian/pengadaan, pemeliharaan stok/inventory,
pengelolaan Aset, pengelolaan SDM, pengelolaan uang (hutang, piutang, kas, buku besar
dan lainnya). Proses back office ini berhubungan/link dengan proses pada front office,
digambarkan berikut ini. Proses bisnis data tidak terstruktur. Proses-proses bisnis tersebut di
atas yang melibatkan data-data terstruktur, yang dapat dikelola dengan relational database
management system, selain itu terdapat proses bisnis yang melibatkan data yang tidak
terstruktur seperti alur kerja, surat diposisi, email, manajemen proyek, kolaborasi, team
work, manajemen dokumen dan sejenisnya.
39
Arsitektur Data untuk menghasilkan informasi yang baik, diperlukan data yang
homogen.Agar dapat dihasilkan data homogen maka perlu dibuat arsitektur data yang baik.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam membangun arsitektur data: Kodefikasi
Kodefikasi selain keharusan utk otomatisasi/ komputerisasi, juga diperlukan untuk integrasi dan
penglolaan lebih lanjut seperti statistik. Mapping Karena sering berbeda keperluan kode- fikasi
data, maka diperlukan mapping data untuk integrasi dan pengelolaan lebih lanjut, misalnya
mapping kodefikasi antara tarif dengan kode perkiraan/chart of account, mapping kode
kabupaten/kota dengan provinsi dan sejenisnya.
dari
unit-unit
seperti
farmasi,
laboratorium,
radiologi,
gizi,
bedah,
invasive, diagnostic non invasive dan lainnya. Unit tersebut mendapat order/pesanan dari
dokter (misalnya berupa resep untuk farmasi, formulir lab dan sejenisnya) dan perawat.
Jadi dokter dan perawat sebagai aktor/SDM inti pada proses bisnis Rumah Sakit
(seluruh order berasal dari mereka). Karena itu kami menyebutkan inti sistem ini
sebagai order communation system. Front Office SIMRS meliputi:
Antrian registrasi
Modul appointment
Registrasi
Pelayanan informasi
Pengaduan
Pelayanan informasi
Publik
41
2. Back office
Rumah Sakit merupakan unit yang mengelola sumber daya fisik (manusia, uang, mesin/alat
kesehatan/aset, material seperti obat, reagen, alat tulis kantor, barang habis pakai dan
sejenisnya). Walaupun proses bisnis setiap Rumah Sakit unik tapi tetap terdapat proses
umum, diantaranya perencanaan, pembelian/pengadaan, pemeliharaan stok/inventory,
pengelolaan Aset, pengelolaan SDM, pengelolaan uang (hutang, piutang, kas, buku besar
dan lainnya). Proses back office ini berhubungan/link dengan proses pada front office,
digambarkan berikut ini.
a. Komuniasi dan Kolaborasi
Komunikasi
One Medic One Solutions for Health Information System merupakan suatu
aplikasi piranti lunak yang telah dikembangkan sejak tahun 2008. Protocol komunikasi
yang tersedia telah dilengkapi dengan system keamanan sehingga dapat menekan
berbagai tindakan cyber crime oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Desain aplikasi SIMRS One Medic berbasis Web dimana pengguna
melakukan integrasi dengan
dapat
dan
data
yang
diperbolehkan untuk diakses baik oleh pihak internal maupun eksternal. Pengaturan
tersebut dilakukan selain untuk melindungi kerahasiaan data pasien juga untuk
menghindari penyalahgunaan informasi penting lainnya oleh pihak-pihak yang
Pihak Penjamin.
Billing records system: seluruh data tindakan medik dan obat-obatan yang diberikan
pada pasien otomatis terekam secara online dan dapat diatur sesuai dengan format
42
penagihan yang ditetapkan oleh Pihak Penjamin. Feature ini dapat mempersingkat
proses pekerjaan administrasi penagihan sehingga dapat menekan angka piutang.
Untuk media komunikasi informasi antara unit dapat digunakan media komputer yang
sudah terintegrasi dengan jaringan LAN dengan menggunakan aplikasi Messenger atau
chating, selain itu juga sudah ada nya telepon lokal yang membantu hubungan
komunikasi antar unit.Sedangkan untuk akses komunikasi ke luar instansi menggunakan
akses internet yang terintegrasi melalui jaringan Pemerintah Kota.
Kolaborasi
Salah satu kolaborasi untuk
mengembangkan
SIMRS
adalah
dalam bentuk
proses
pendampingan/transfer
knowledge
SIMRS,sehingga
akan
keseluruhan baik modul aplikasi, source code maupun blue print sistem pada masa
akhir kerjasama sehingga RS diharapkan akan menjadi mandiri dalam mengelola
SIMRSpasca masa KSO tanpa ketergantungan dari pihak konsultan dan bisa
menjadi revenuecenter karena bisa mengembangkan sistem yang ada ke RS yang
lain.
Berdasarkan definisi di atas, maka kita dapat membagi SIMRS menjadi 6 komponen
utama guna menunjang terlaksananya penerapan SIMRS yang benar dan sesuai
kebutuhan:
sama mejalankan sistem karena sistem tidak akan berjalan tanpa di-input)
SDM (sumberdaya manusia adalah faktor utama suksesnya sebuah sistem dimana
data di-input dan diproses melalui tenaga SDM tersebut)
44
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem informasi kesehatan yang digunakan di puskesmas simpang timbangan masih secara
manual, belum komputerisasi. Sehingga lebih banyak memiliki kekurangan atau kendala
dari pada kelebihannya. Kekurangan system informasi kesehatan di puskesmas timbangan:
Sistem informasi kesehatan di puskesmas Simpang Timbangan masih bersifat
Salah satu cara yang dilakukan oleh petugas kesehatan di puskesmas simpang Timbangan
untuk meminimalisir kekurangan dari system informasi kesehatan yang masih bersifat
manual, seperti kehilangan data adalah dengan merekap setiap data baik LB1, laporan
kematian, laporan apotek dan sebagainya, sebanyak tiga lembar, yang mana satu lembar
untuk laporan ke dinas kesehatan, satu lembar untuk puskesmas dan satu lembar untuk arsip
petugas yang bersangkutan.
Sistem informasi manajemen (SIM) (bahasa Inggris: management information system, MIS)
adalah bagian dari pengendalian internal suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia,
dokumen, teknologi, dan prosedur oleh akuntansi manajemen untuk memecahkan masalah
bisnis seperti biaya produk, layanan, atau suatu strategi bisnis.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit adalah sebuah program aplikasi yang dirancang
untuk meningkatkan kinerja para :
a. Dokter dan Asisten Dokter
b. Bidan dan Perawat
c. Staff Administrasi dan Personalia
d. Apoteker
e. Logistik
f. TOP Manajerial
Sehingga akan mendapatkan berbagai kemudahan selama mereka menjalankan operasional
kerja sehari-hari.
45
4.2 Saran
6 Menggunakan sistem informasi kesehatan yang berbasis komputer dan teknologi sehingga
7
pelatihan
Mengadakan pelatihan tentang penggunaan dan pemanfaatan sistem informasi berbasis
komputerisasi
Pemerintah daerah kabupaten Ogan Ilir menganggarkan dana untuk penyediaan sistem
informasi kesehatan yang berbasis komputer dan multimedia pada puskesmas di wilayah
46