Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Puskesmas merupakan institusi dimana fungsi utamaya adalah memberikan pelayanan
kepada pasien sebaik-baiknya itu secara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi. Maka
dengan itu Puskesmas merupakan peran yang paling strategis dalam upaya mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Pusat Kesehatan Masyarakat yang lebih
dikenal dengan sebutan Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas, yakni unit
organisasi di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang melaksanakan tugas teknis
operasional dan bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau
sebagian wilayah kecamatan.
Setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan oleh Puskesmas dan jaringannya, yang
meliputi Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas Keliling, dan Bidan di Desa
merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat, berdasarkan prinsip
nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya
manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan
nasional;
Selain itu Puskesmas dan jaringannya secara langsung juga bertanggungjawab dalam
meningkatkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat dalam lingkungan yang sehat melalui
pendekatan azas pertanggungjawaban wilayah, azas peran serta masyarakat, azas keterpaduan
lintas program dan lintas sektor serta azas rujukan
Puskesmas sebagai salah satu institusi pelayanan umum, dapat dipastikan membutuhkan
keberadaan sistem informasi yang akurat dan handal, serta cukup memadai untuk meningkatkan
pelayanan puskesmas kepada para pengguna (pasien) dan lingkungan terkait. Dengan lingkup
pelayanan yang begitu luas, tentunya banyak sekali permasalahan kompleks yang terjadi dalam
proses pelayanan di puskesmas. Banyaknya variabel di puskemas turut menentukan kecepatan
arus informasi yang dibutuhkan oleh pengguna dan lingkungan puskesmas.
1

Selama ini banyak puskesmas yang masih mengelola data-data kunjungan pasien, datadata arus obat, dan juga membuat pelaporan dengan menggunakan cara-cara yang manual. Selain
membutuhkan waktu yang lama, keakuratan dari pengelolaan data juga kurang dapat diterima,
karena kemungkinan kesalahan sangat besar. Beberapa puskesmas mungkin sudah memakai
komputer sebagai alat bantu untuk pengelolaan data, hanya saja sampai sekarang belum banyak
program komputer yang secara khusus didesain untuk manajemen data di puskesmas.
Sistem Informasi di Puskesmas sangat diperlukan selain mempermudah akses pelayanan
juga pelayanan dapat dijalankan semaksimal mungkin, dimana sistem informasi merupakan
rangkaian atau komponen terdiri dari pengumpulan data yang kemudian diproses menjadi sebuah
informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) bagi suatu rumah sakit merupakan hal yang sangat
penting untuk segera diterapkan. Hal ini mengingat semakin kompleksnya permasalahan yang
ada dalam data medik pasien maupun data-data administrasi yang ada di rumah sakit. Namun
menyediakan SIM bukanlah hal yang mudah, terutama jika dikaitkan dengan biaya pengadaan
SIM yang relatif sangat besar.
Penerapan sistem informasi pada suatu rumah sakit memerlukan suatu perencanaan
yang matang. Bila dilakukan secara tergesa-gesa tanpa melakukan perencanaan terlebih dahulu
dikhawatirkan akan memakan biaya yang mahal, kemungkinan ada biaya baru baik untuk riset
kelayakan dan lain-lain akan menambah biaya selanjutnya. Dalam penerapan sistem informasi
maka masalah finansial merupakan faktor yang sangat penting.
Sistem Informasi Manajemen terdiri dari tiga kata yaitu sistem, informasi
dan manajemen. Sistem adalah suatu himpunan dari unsur, komponen atau variabel-variabel
yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu. Informasi
adalah data yang telah disusun sedemikian rupa, sehingga bermakna dan bermanfaat karena
dapat dikomunikasikan kepada seseorang yang akan menggunkannya untuk membuat keputusan.
Manajemen adalah tindakan memikirkan dan mencapai hasil-hasil yang diinginkan melalui usaha
kelompok yang terdiri dari tindakan mendayagunakan bakat-bakat manusia dan sumber-sumber
daya.Sehingga Sistem Informasi Manajemen berarti suatu sistem yang menyediakan kepada
pengelola organisasi maupun informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas
organisasi. Jika lebih spesifik lagi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah
2

suatu prosedur pemrosesan data-data baik data-data umum Rumah Sakit maupun data-data
medik pasien sehingga dapat mendukung proses pengambilan keputusan manajemen.
Sistem Informasi Manajemen yang dimaksudkan adalah suatu sistem yang telah
berbasiskan komputer untuk mengolah data-data medik pasien maupun data-data administrasi
yang dimiliki rumah sakit.Selama ini jika kita bicara tentang rumah sakit, yang paling mudah
diingat adalah pelayanannya yang tidak memuaskan ketika melakukan administrasi atau waktu
yang terlalu yang dibutuhkan oleh perawat untuk mencari data-data medik pasien.
Beberapa hambatan-hambatan yang sering dialami oleh pihak Rumah Sakit yang disebabkan
oleh system informasi yang belum dikelola dengan baik adalah pencatatan yang berulang yang
menyebabkan penduplikasian data, data yang belum terintegrasi atau masih tersebar, pencatatan
data masih dilakukan secara manual sehingga banyak terdapat kesalahan dan informasi terlambat
disebarkan. Oleh karena system informasi manajemen untuk Rumah Sakit sangat perlu dilakukan
agar dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, dapat menyajikan laporan akurat
sehingga dapat memberikan kemudahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak manajemen.
Sebelum menerapkan suatu system informasi manajemen untuk Rumah Sakit, kita harus
mengetahui kelas dan status dari Rumah Sakit tersebut.Dimana masing-masing Rumah Sakit
memiliki kebutuhan system informasi berbeda-beda. Status dan kelas Rumah Sakit dapat dibagi
menjadi empat (4), yaitu :

Rumah Sakit Vertikal


Rumah Sakit Umum Daerah
Rumah Sakit Umum Swasta
Rumah Sakit specialist
Sedangkan untuk melakukan penerapan sistem informasi rumah sakit dibutuhkan

biaya yang tidak sedikit jumlahnya. Banyak yang harus benar-benar dipersiapkan agar hasil yang
akan diperoleh seperti apa yang diharapkan. Komponen utama untuk menunjang terlaksananya
penerapan sistem informasi yang benar dan sesuai kebutuhan :

Software (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit)


Hardware (seperangkat komputer)
Networking (Jaringan LAN, wireless)
SOP (Standar Operasional Prosedur)
SDM (Sumber Daya Manusia)
Ketika system informasi telah disiap diimplementasikan ternyata ada beberapa kendala

yang terjadi di lapangan, antara lain ketidaksiapan pihak Rumah Sakit dalam menerapkan system
3

informasi yang terintegrasi dan berbasis komputer, sulitnya merubah pola kerja yang telah
terbiasa dengan system manual menjadi komputerisasi, dan penyajian data yang belum semuanya
dalam bentuk elektronik yang akan memudahkan proses migrasi data.
Secara garis besar, ruang lingkup DigIS-RS ini bisa digambarkan sebagai berikut:

Proses registrasi pasien umum dan pasien penjamin selain ASKES


Proses registrasi pasien ASKES
Alur pelayanan perawatan pasien rawat jalan
Alur pelayanan Pasien UGD
Alur pelayanan pasien di unit penunjang

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sistem manajemen informasi Puskesmas?
2. Bagaimana sistem manajemen informasi Rumah Sakit?

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah


1. Untuk mengetahui sistem manajemen informasi Puskesmas.
2. Untuk mengetahui sistem manajemen informasi Rumah Sakit.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Sistem Informasi Manajemen Kesehatan
2.1.1.Definisi
Sistem Informasi manajemen Kesehatan merupakan tatanan berbagai komponen data dan
informasi kesehatan yang saling terkait satu dengan yang lainnya untuk menghasilkan data dan
informasi tentang kondisi kesehatan dan kinerja kesehatan di suatu wilayah. (Tiar : 2009).
Kadang disebut juga sistem informasi kesehatan (SIK) atau health information system (HIS).
Dalam bahasan tentang administrasi atau manajemen secara umum, materi tentang sistem
informasi manajemen jarang dibahas tersendiri secara khusus, karena pada umumnya unsurunsurnya dianggap sudah terintegrasi (build-in) di dalam hampir semua fungsi, unsur atau
komponen dari sistem manajemen organisasi secara keseluruhan, karena dalam setiap tahap
pengambilan keputusan dalam proses manajemen hampir selalu memerlukan dukungan data
informasi.Sistem informasi kesehatan dikembangkan untuk mendukung manajemen kesehatan
yang merupakan bagian dari sistem kesehatan.
Sistem informasi manajemen kesehatan sebagai sub sistem dalam sistem administrasi
kesehatan merupakan kesatuan/rangkaian kegiatan-kegiatan yang mencakup seluruh jajaran
upaya kesehatan diseluruh jenjang administrasi yang mampu memberikan informasi kepada :
1. Pengelola, yaitu para administrator atau manajer kesehatan untuk dasar pertimbangan
menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam menjalankan fungsi-fungsi
administrasinya.
2. Masyarakat, dalam upaya untuk meningkatkan kemampuannya untuk menolong dirinya
sendiri dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya.Sumber daya organisasi antara lain
man, money, macine, method, material, dan juga data/informasi. Peran utama dari
data/informasi pada hakekatnya adalah pada dukungannya terhadap fungsi-fungsi
administrasi/manajemen dalam pengelolaan program kesehatan.
Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita rasakan bagaimana sulitnya menentukan
kebijakan atau pengambilan keputusan yang baik bila data/informasi yang akan dipakai

untuk mendasarinya kurang atau tidak cukup tersedia. Tanpa dukungan data/informasi
yang baik kebijakan yang kita ambil akan kurang tepat atau keliru.

2.1.2.Tujuan dan manfaat


Upaya pemantapan dan pengembangan sistem informasi kesehatan ditujukan ke arah
terbentuknya suatu sistem informasi kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna, yang
mampu memberikan informasi yang akurat, tepat waktu dan dalam bentuk yang sesuai dengan
kebutuhan untuk:
1

Pengambilan keputusan di seluruh tingkat administrasi dalam rangka perencanaan,


penggerakan pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian

Mengatasi

masalah-masalah

kesehatan

melalui

isyarat

dini

dan

upaya

penanggulangannya
3

Meningkatkan peran serta masyarakat dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk


menolong dirinya sendiri

Meningkatkan penggunaan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang


kesehatan

Sasaran dalam upaya pemantapan dan pengembangan sistem informasi kesehatan meliputi:
1

Terciptanya pengorganisasian dan tata kerja pengelolaan data/informasi dan atau tersedianya
tenaga fungsional pengelola data/ informasi yang terampil di seluruh tingkat administrasi

Ditetapkannya kebutuhan esensial data/ informasi di tiap tingkat dan pengembangan instrumen
pengumpulan dan pelaporan data

Dihasilkannya berbagai informasi kesehatan di seluruh tingkat administrasi secara teratur, tepat
waktu dan sesuai dengan kebutuhan dan atau atas permintaan dari pengguna data/ informasi

Tersedianya dukungan teknis dan sumber daya yang memadai dalam rangka pemantapan dan
pengembangan otomasi pengolahan data di seluruh tingkat administrasi

Pengembangan bank data kesehatan, pengembangan jaringan komunikasi komputer dan


informasi
3

Masalah-Masalah dalam Pengembangan SIKNAS dan SIKDA

Untuk mewujudkan SIKNAS yang diharapkan, sampai saat ini masih dijumpai sejumlah
kelemahan yang bersifat klasik, antara lain:
1

Sistem informasi kesehatan masih terintegrasi


Depkes RI memiliki berbagai sistem informasi kesehatan, tetapi belum terintegrasi.
Sistem informasi kesehatan itu antara lain:
a

Sistem informasi puskesmas

Sistem informasi rumah sakit

Sistem informasi kewaspadaan pangan dan gizi

Sistem informasi obat

Sistem informasi sumber daya manusia kesehatan, yang mencakup:


1
2
3
4

f
2

Sistem informasi kepegawaian kesehatan


Sistem informasi pendidikan tenaga kesehatan
Sistem informasi diklat kesehatan
Sistem informasi tenaga kesehatan

Sistem informasi IPTEK kesehatan/ jaringan litbang kesehatan

Sebagian besar daerah belum memiliki kemampuan memadai


Daerah masih memerlukan fasilitasi. Adanya proyek ADB, HP5 dan lain-lain mendorong
daerah mengembangkan SIK. Akan tetapi setiap proyek cenderung menciptakan sistem
informasi kesehatan sendiri dan kurang memperhatikan kelangsungan sistem.

Pemanfaatan data dan informasi oleh manajemen belum optimal


Era sentralisasi menyebabkan segala sesuatunya serba dari atas menyebabkan para
manajer tidak pernah memikirkan perlunya memanfaatkan data untuk mendukung
pengambilan keputusannya

Pemanfaatan data dan informasi oleh masyarakat kurang dikembangkan


Minat masyarakat memanfaatkan data dan informasi semakin meningkat dengan makin
meluasnya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Namun demikikian
tuntutan masyarakat yang meningkat ini kurang berkembang di bidang kesehatan karena
kurangnya respon.

Pemanfaatan teknologi telematika belum optimal

Masalah nomor 5 bersumber dari masalah pada nomor 4. Biaya untuk teknologi
telematika memang besar, ditambah lagi dengan apresiasi terhadap penggunaan teknologi
telematika yang masih kurang, akibat pengaruh budaya (kultur). Apresiasi yang rendah
ini dikarenakan oleh alasan rasio manfaat biaya, yang kurang memadai. Investasi untuk
teknologi telematika yang besar belum dapat menjamin akan menghasilkan manfaat yang
sepadan.
6

Dana untuk pengembangan sistem informasi kesehatan terbatas


Kelemahan ini berkaitan dengan masalah rasio biaya manfaat yang maasih sangat rendah.
Selain investasi, sistem informasi kesehatan juga memerlukan biaya yang tidak sedikit
untuk pemeliharaannya.

Kurangnya tenaga purna waktu untuk sistem informasi kesehatan


Selama ini di daerah, pengelola data dan informasi umumnya adalah tenaga yang
merangkap tugas atau jabatan lain. Dibeberapa tempat memang dijumpai adanya tenaga
purna waktu. Akan tetapi mereka tidak dapat sepenuhnya bekerja mengelola data dan
informasi karena imbalan yang kurang memadai. Belum lagi ditambah dengan rendahnya
keterampilan dan pengetahuan mereka di bidang informasi, khususnya teknologi
informasi dan manfaatnya.Jabatan fungsional untuk para pengelola data dan informasi
yaitu Pranata Komputer dan Statistisi, memberikan tunjangan jabatan sebagai imbalan,
namun demikian untuk dapat memangku jabatan-jabatan tersebut diperlukan persyaratan
tertentu yang sulit dipenuhi oleh para pengelola data dan informasi.

2.1.4.Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional


Berdasarkan kepada analisis situasi dan kebijakan yang telah ditetapkan maka strategi
pengembangan SIKNAS adalah:
1. Integrasi sistem informasi kesehatan yang ada
Pengertian terintegrasi tidak bermaksud mematikan/ menyatukan semua sistem informasi
yang ada. Sistem-sistem informasi yang lebih efisien bila digabungkan akan disatukan.
Sistem-sistem informasi lainnya, pengintegrasian lebih berupa pengembangan: pembagian
tugas, tanggung jawab dan otoritas-otoritas dan mekanisme saling hubung. Dengan integrasi
ini diharapkan semua sistem informasi yang ada akan bekerja secara terpadu dan sinergis
8

membentuk SIKNAS. Pembagian tugas dan tanggung jawab akan memungkinkan data yang
dikumpulkan memiliki kualitas dan validitas yang baik. Otaritas akan menyebabkan tidak
adanya duplikasi dalam pengumpulan data, sehingga tidak akan terdapat informasi yang
berbeda-beda mengenai suatu hal. Mekanisme saling hubung, khususnya dengan Pusat Data
dan Informasi Departemen Kesehatan akan menjamin dapat dilakukannya pengolahan dan
analisis data secara komprehensif.

Penyelenggaraan pengumpulan dan pemanfaatan bersama (sharing) data dan


Informasi Terintegrasi

Pertimbangan akan perlunya mengkoordinasikan lima jenis pengumpulan data yang masingmasing memiliki kekhasan dan kepentingan yang sangat signifikan, yaitu:
a

Surveilans, yang meliputi surveilans penyakit, gizi, kesehatan lingkungan dan


pemantauan ketersediaan obat

Pencatatan dan pelaporan data rutin dari UPT kabupaten/ kota ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota, dari UPT provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota ke Dinas
Kesehatan Provinsi ke Departemen Kesehatan (kegiatan-kegiatan ini memerlukan suatu
sistem pencatatan dan pelaporan yang terintegrasi dan terkoordinasi.

Pencatatan dan pelaporan program-program kesehatan khusus yang ada, seperti program
pemberantasan malaria

Pencatatan dan pelaporan sumber daya dan administrasi kesehatan yang sudah berjalan
seperti ketenaga kesehatan (Sinakes, Sidiklat, dan lain-lain)

Survei dan penelitian untuk melengkapi data dan informasi dari pengumpulan data rutin,
yang meliputi baik yang berskala nasional (seperti Survei Kesehatan Nasional), maupun
yang berskala provinsi dan Kabupaten/ Kota (SI IPTEK Kesehatan / Jaringan Litbang
Kesehatan)

Fasilitasi pengembangan sistem informasi kesehatan daerah

Sistem Informasi Kesehatan Daerah mencakup SIK yang dikembangkan di unit-unit pelayanan
kesehatan (khususnya puskesmas dan rumah sakit), SIK kabupaten/ kota, dan SIK provinsi.
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Puskesmas memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan:
a

Mencatat dan mengumpulkan data baik kegiatan dalam gedung maupun luar gedung

Mengolah data

Membuat laporan berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota

Memelihara bank data

Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien dan manajemen
unit puskesmas

Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak


berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya.

Sistem Informasi Kesehatan di rumah sakit memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan


kegiatan-kegiatan:
a

Memantau indikator kegiatan-kegiatan penting rumah sakit (penerimaan pasien, lama


rawat, pemakaian tempat tidur, mortalitas, waktu tunggu dan lain-lain)

Memantau kondisi finansial rumah sakit (cost recovery)

Memantau pelaksanaan sistem rujukan

Mengolah data

Mengirim laporan berkala ke Dinas Kesehatan/ Pemerintah setempat

Memelihara bank data

Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien dan manajemen
unit rumah sakit

Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak


berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya

Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten/ Kota memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan


kegiatan-kegiatan:
10

Mengolah data dari unit-unit pelayanan kesehatan dan sumber-sumber lain

Menyelenggarakan survei/ penelitian bilamana diperlukan

Membuat profil kesehatan kabupaten/ kota untuk memantau dan mengevaluasi


pencapaian Kabupaten/ kota untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian Kabupaten/
Kota sehat

Mengirim laporan berkala/ profil kesehatan kabupaten/ kota ke dinas kesehatan provinsi
setempat dan pemerintah pusat

Memelihara bank data

Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen klien, manajemen unit
dan manajemen sistem kesehatan kabupaten/ kota

Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak


berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya

Sistem Informasi Kesehatan propinsi memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan


kegiatan-kegiatan:
a

Mengolah data dari DKK, unit-unit pelayanan kesehatan milik daerah propinsi dan
sumber-sumber lain

Menyelenggarakan survei/ penelitian bilamana diperlukan

Membuat profil kesehatan propinsi untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian


propinsi sehat

Mengirim laporan berkala/ profil kesehatan propinsi ke pemerintah pusat

Memelihara bank data

Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen klien, manajemen unit
dan manajemen sistem kesehatan kabupaten/ kota

Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-pihak


berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya

Fasilitasi pengembangan SIK daerah dilaksanakan dengan terlebih dahulu membantu menata
sistem kesehatannya, membantu pengadaan perangkat keras, perangkat lunak, rekruitmen
dan pelatihan tenaga kesehatan.
7

Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk manajemen

11

Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk manajemen diawali dengan mengidentifikasi
peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menyajikan data dan informasi kesehatan.
Misalnya dalam rapat dengar pendapat dengan DPRD harus dapat disajikan, kemasan-kemasan
data dan informasi yang menggambarkan kecenderungan masalah-masalah kesehatan rakyat dan
kerugian yang diakibatkannya. Pembahasan rancangan anggaran harus disajikan kemasan data
dan informasi tentang cost benefit dari kegiatan-kegiatan yang diusulkan. Selain itu
dikembangkan pula publikasi berkala cetak atau elektronik atau akses online.
8

Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk masyarakat

Pemanfaatan fasilitas intranet dan internet karena penggunaannya sudah meluas di masyarakat.
Depkes menyelenggarakan pelatihan bagi tenaga-tenaga fungsional pengelola data dan informasi
kesehatan.
2.1.9.Pengembangan teknologi dan sumber daya informasi
Pengembangan teknologi dan sumber daya informasi berlangsung paralel dengan kegiatan 3,4
dan 5. Depkes menyusun Rencana Induk Penataan Kerangka Teknologi Informasi (Information
Technology Framework Rearrangement Master Plan) dan Rencana Induk Pengembangan
Sumber Daya Manusia Informasi (Information Human Resource Development Master Plan).
Depkes juga menerbitkan standar dan pedoman, serta advokasi agar terpenuhi sesuai rencana
induk.
2.2 . Puskesmas
2.2.1.Definisi
Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas, adalah Organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima
dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul
oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan
menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajad kesehatan yang
optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.
2.2.2.Visi dan Misi Puskesmas
12

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya


Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat .
Indikator Kecamatan Sehat:
1

lingkungan sehat,

perilaku sehat,

cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu

derajat kesehatan penduduk kecamatan.

Sementara misi puskesmas adalah sebagai berikut :


1

Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya

Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya

Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan


kesehatan yang diselenggarakan

Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta


lingkungannya

2.2.3. Sejarah Perkembangan Puskesmas


Sejarah dan perkembangan puskesmas di Indonesia mulai dari didirikannya berbagai
institusi kesehatan seperti balai pengobatan, balai kesejahteraan ibu dan anak, serta
diselenggarakannya berbagai upaya-upaya kesehatan seperti usaha hygiene dan sanitasi
lingkungan yang masing-masing berjalan sendiri-sendiri.Pada pertemuan Bandung Plan (1951)
dr.J.Leimena mencetuskan pemikiran mengintegrasikan berbagai institusi dan upaya tersebut
dibawah satu pimpinan agar lebih efektif dan efisien.Konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO.
Konsep pelayanan yang terintegrasi lebih berkembang dengan pembentukan team work
dan team approach dalam pelayanan kesehatan (1956). Gagasan ini dirumuskan sebagai konsep
pengembangan sistem pelayanan kesehatan tingkat primer dengan membentuk unit-unit
organisasi fungsional dari Dinas Kesehatan Kabupaten di setiap kecamatan yang mulai
dikembangkan sejak tahun 1969/1970.Penggunaan istilah puskesmas pertama kali dimuat pada
Master Plan of Operation for Strenghtening National Health Service in Indonesia Tahun 1969.
13

Dalam dokumen tersebut disebutkan puskesmas terdiri atas 3 tipe puskemas (tipe A, tipe B, tipe
C). Kemudian dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional ke III tahun 1970 menetapkan hanya ada
satu tipe puskesmas dengan 6 kegiatan pokok.
Perkembangan selanjutnya lebih mengarah pada penambahan kegiatan pokok seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan pemerintah serta keinginan
program ditingkat pusat, sehingga kegiatan berkembang menjadi 18 kegiatan pokok,bahkan DKI
Jakarta mengembangkan menjadi 21 kegiatan pokok.Melalui rakerkesnas tersebut timbul
gagasan untuk menyatukan semua pelayanan
organiisasi yang dipercaya dan diberi nama

kesehatan tingkat pertama kedalam suatu


PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

( Puskesmas ) dan puskesmas waktu itu dibedakan menjadi 4 macam :


1

Puskesmas tingkat Desa

Puskesmas tingkat Kecamatan

Puskesmas tingkat Kawedanan

Puskesmas tingkat Kabupaten


Pada rakernas ke II 1969 pembagian puskesmas dibagi menjadi 3 kategori

Puskesmas tipe A dipimpin oleh dokter secara penuh

Puskesmas tipe B dipimpin oleh dokter tidak secara penuh

Puskesmas tipe C dipimpin oles paramedik

2.2.4. Fungsi Puskesmas


Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional, Puskesmas sebagai fasilits pelayanan
kesehatan tingkat pertama mempunyai 3 (tiga) fungsi sebagai berikut :
1

Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan.


Memiliki makna bahwa Puskesmas harus mampu membantu menggerakkan (motivator,
fasilitator) dan turut serta memantau pembangunan yang diselenggarakan di tingkat
kecamatn agar dalam pelaksanaannya mengacu, berorientasi serta dilandasi oleh
kesehatan sebagai faktor pertimbangan utama. Diharapkan setiap pembangunan yang
dilaksanakan seyogyanya yang mendatangkan dampak positif terhadap kesehatan.
14

Pusat Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga.


Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non instruktif guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi
masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi
setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektoral maupun LSM dan tokoh
mayarakat.Pemberdayaan keluarga adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non
instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuyan keluarga agar mampu
mengidentifikasi masalah, merencanakan dan mengambil keputusan untuk melakukan
pemecahannya dengan benar, tanpa atau dengan bantuan pihak.

Upaya Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama


Upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama yang diselenggarakan puskesmas bersifat
holistic, komprehensif/menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.Pelayanan kesehatan
tingkat pertama adalah pelayanan yang bersifat pokok (basic health service), yang sangat
dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.Pelayanan kesehatan tingkat pertama
meliputi pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan medik.Pada umumnya
pelayanan kesehatan tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan (ambulatory/out
patient service).

Sebagai pusat pelayanan tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas merupakan


sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan
secara bermutu,terjangkau, adil dan merata.Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi :

Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan promotif dan


preventif,

dengan

pendekatan

kelompok

masyarakat,

serta

sebagian

besar

diselenggarakan bersama masyarakat melalui upaya pelayanan dalam dan luar gedung di
wilayah kerja puskesmas.

Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan, kuratif dan rehabilitatif
dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya, melalui upaya rawat jalan dan
rujukan.

15

Pada kondisi tertentu dan bila memungkinkan dapat dipertimbangkan puskesmas dapat
memberikan pelayanan rawat inap sebagai rujukan antara sebelum dirujuk ke Rumah Sakit.

2.2.5. Wilayah Kerja Puskesmas


Wilayah kerja adalah batasan wilayah kerja puskesmas dalam melaksanakan tugas dan
fungsi pembangunan kesehatan, yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
berdasarkan keadaan geografis, demografi, sarana transportasi, masalah kesehatan setempat,
keadaan sumberdaya, beban kerja puskesmas dan lain-lain. Selain itu juga harus memperhatikan
dalam upaya untuk meningkatkan koordinasi, memperjelas tanggung jawab pembangunan dalam
wilayah Kecamatan, meningkatkan sinergisme pembangunan dalam wilayah Kecamatan,
meningkatkan sinergisme kegiatan, dan meningkatkan kinerjaApabila dalam satu wilayah
Kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dapat menunjuk salah satu Puskesmas sebagai Koordinator pembangunan kesehatan di
Kecamatan.
Sesuai dengan luas wilayah, keadaan geografis, sulitnya sarana transportasi dan
kepadatan penduduk, dalam upaya untuk memperluas jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan,
Puskesmas ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana dalam bentuk :
1

Puskesmas Pembantu adalah Unit Pelayanan Kesehatan yang sederhana dan berfungsi
menunjang serta membantu melaksanakan kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam
masyarakat lingkungan wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan
yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia. Tugas pokok
adalah menyelenggarakan sebagian program kegiatan puskesmas sesuai dengan
kompetensi tenaga dan sumberdaya lain yang tersedia.

Puskesmas Keliling adalah merupakan tim pelayanan kesehatan puskesmas keliling,


terdiri dari : tenaga yang dilengkapi dengan kendaraan bermotor/perahu bermotor,
peralatan kesehatan, peralatan komunikasi yang berasal dari Puskesmas. Puskesmas
Keliling berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan program kegiatan puskesmas
dalam wilayah kerja.yang belum terjangkau atau lokasi yang sulit dijangkau oleh sarana
kesehatan.
16

Disamping institusi tersebut di atas, ada Bidan di Desa yang mempunyai peran
spesifik.Bidan di Desa adalah tenaga bidan yang ditempatkan di desa dalam rangka
meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan Puskesmas, mempunyai wilayah
kerja satu-dua desa dan bertanggung jawab kepada kepala Puskesmas.Tugas pokok
umum adalah memelihara dan melindungi kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya,
sedangkan secara khusus bertanggung jawab terhadap program kesehatan ibu dan anak
termasuk Keluarga Berencana.
Dalam keadaan tertentu misalkan letak puskesmas jauh dari rumah sakit, sulitnya

keadaan medan puskesmas menuju rumah sakit, sulitnnya sarana transportasi menuju rumah
sakit, daerah rawan kecelakaan/rawan bencana lain-lain, maka puskesmas dapat diberi tambahan
ruangan untuk rawat inap sementara dan fasilitas tindakan operasi terbatas.
Puskesmas Rawat Inap adalah Puskesmas dengan tambahan ruangan dan fasilitas tempat
perawatan untuk menolong penderita gawat darurat baik berupa tindakan operatif terbatas atau
perawatan sementara.Fungsinya sebagai Pusat Rujukan Antara yang melayani penderita gawat
darurat sebelum dapat dirujuk ke rumah sakit.
2.2.6. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mempunyai tugas untuk menetapkan struktur organisasi


puskesmas dengan pertimbangan beban kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di
Puskesmas. Pola organisasi puskesmas sebagai berikut :
17

Kepala

Wakil Kepala (disesuaikan beban kerja dan kebutuhan puskesmas dan yang menetapkan
ada atau tidak adalah Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota).

Unit tata usaha

Unit fungsional Alternatif lain yang dapat dipertimbangkan satuan organisasi dalam unit tata
usaha, sebagai berikut :
1

Unit Perencanaan

Unit Keuangan

Unit Perlengkapan

Unit Umum

2.2.6.1. Tugas Pokok


1. Kepala Puskesmas :
Bertugas memimpin, mengawasi dan mengkoordinasikan kegiatan puskesmas yang
dapat dilakukan dalam jabatan structural, dan jabatan fungsional.
2. Kepala urusan tata usaha
Bertugas dibidang kepegawaian, keuangan perlengkapan dan surat menyurat serta
pencatatan dan pelaporan.
3. Unit I
Bertugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga berencana dan
perbaikan gizi.
4. Unit II
Melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular khususnya
imunisasi, kesehatan lingkungan dan laboratorium sederhana.

5. Unit III
Melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan tenaga kerja dan manula.
6. Unit IV
18

Melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat, kesehatan sekolah dan


olahraga, kesehatan jiwa, kesehatan mata dan kesehatan khusus lainnya.
7. Unit V
Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya masyarakat dan
penyuluhankesehatan masyarakat, kesehatan remaja dan dana sehat.
8. Unit VI
Melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawat inap
9. Unit VII
Melaksanakan kegiatan kefarmasian.

2.2.7. Sistem Rujukan


1. Pengertian
Seperti yang telah dirumuskan dalam SK Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 1972
tentang Sistem Rujukan adalah suatu system penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelimpahan tanggungjawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit
atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang
kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang
setingkat kemampuannya.
2. Jenis Rujukan
Rujukan secara konseptual terdiri atas :
a. Rujukan Medik yang pada dasarnya menyangkut masalah pelayanan medik
perorangan yang antara lain meliputi :
1

Rujukan kasus untuk keperluan diagnostic, pengobatan, tindakan operasi dan


lain-lain.

Rujukan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang lengkap.

Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan atau mengirim tenaga


yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan, memberi
pelayanan, alih pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kualitas
pelayanan.
19

b. Rujukan Kesehatan Masyarakat pada dasarnya menyangkut masalah kesehatan


masyarakat luas yang meliputi
1

Rujukan sarana berupa antara lain bantuan laboratorium kesehatan, teknologi


kesehatan.

Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk
penyidikan

sebab

dan

asal

usul

penularan

penyakit

serta

penanggulangannnya pada bencana alam dan gangguan kamtibmas.


3

Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan pada saat
terjadi bencana, pemeriksaan specimen jika terjadi keracunan masal,
pemeriksaan air minum penduduk.

3. Jalur Rujukan Kesehatan


a). Rujukan Pelayanan Medis
1)
2)
3)
4)

Antara masyarakat dengan puskesmas


Antara Puskesmas Pembantu/Bidan di Desa dengan Puskesmas
Intern antara petugas Puskesmas/Puskesmas Rawat Inap
Antara Puskesmas dengan Rumah Sakit, Labratorium atau fasilitas pelayanan
lainnya.

b). Rujukan Pelayanan Kesehatan


1

Dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Dari Puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral


maupun lintas sektoral.

Jika rujukan di Kabupaten/Kota masih belum mampu menanggulangi, dapat


diteruskan ke Provinsi/Pusat.

2.3 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)


SIMRS merupakan himpunan atau kegiatan dan prosedur yang terorganisasikan
dan saling berkaitan serta saling ketergantungan dan dirancang sesuai dengan rencana
dalam usaha menyajikan informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan guna

20

menunjang proses fungsi-fungsi manajemen dan pengambilan keputusan dalam


memberikan pelayanan kesehatan di RumahSakit.
SIMRS saat ini ditujukan untuk menunjang fungsi perencanaan dan evaluasi dari
penampilan kerja RS, antara lain adalah jaminan mutu pelayanan rumah sakit yang
bersangkutan, pengendalian keuangan dan perbaikan hasil kerja RS tersebut, kajian
dalam penggunaan dan penaksiran permintaan pelayanan kesehatan RS oleh
masyarakat, perencanaan dan evaluasi program RS, penyempurnaan laporan RS
sertauntuk kepentingan pendidikan dan penelitian.

21

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas
3.3.1.Definisi
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Puskesmasmerupakan sistem informasi di tingkat
puskesmas untuk mengelola data dan menghasilkan informasi bagi pengambil keputusan
manajerial tingkat puskesmas.Sistem informasi kesehatan adalah program sistem informasi
kesehatan daerah yang memberikan informasitentang segala keadaan kesehatan masyarakat di
tingkat Puskesmas mulai dari datadiri orang sakit, ketersediaan obat sampai data penyuluhan
kesehatan masyarakat . (Wayan K : 2009)
Simpus adalah program aplikasi komputer yang merupakan perangkat yang berfungsi
untuk mencatat(input), mengolah(proses), dan melaporkan(output) seluruh data-data di
puskesmas. Pengertian lain SIMPUS adalah suatu perangkat lunak yang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan puskesmas dalam mengelola data-data yang dimiliki.
3.3.2.Tujuan Pengembangan SIK Puskesmas
Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Puskesmas adalah memberikan
pelayanan kepada masyarakat melalui sistem informasi yang terintegrasi di semua unit pelayanan
Puskesmas sehingga dapat meningkatkan kecepatan proses pada pelayanan, mempermudah akses
data, pelaporan dan akurasi data sehingga menjadi lebih baik. Tujuan umum proyek
Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas adalah meningkatkan status kesehatan
khususnya bagi masyarakat kurang mampu, dengan cara meningkatkan cakupan pelayanan
kesehatan, kualitas pelayanan dan penggunaan fasilitas pelayanan.
Tujuan Khusus :
1
2
3

Membantu pemerintah dalam penyelenggaraan proses desentralisasi


Membantu pemerintah dalam pengelolaan dana tambahan bagi kesehatan
Membantu pemerintah dalam advocacy sector Kesehatan

22

Membantu

provinsi

dan

kabupaten/kota

untuk

menyempurnakan

sistem

informasikesehatan yang ada untuk mendukung desentralisasi. Sistem yang baru akan
terdiridari informasi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan, masyarakat
dandata survailans epidemologi.

3.3.3

Latar Belakang penggunaan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Puskesmas


Latar belakang digunakannya system informasi kesehatan di Puskesmas sendiri

dikarenakan oleh hal berikut, yakni :


1 Belum adanya ke-validan data mengenai orang sakit, penyakit, bumil,dll dalam
2

wilayahsuatu puskesmas.
Memperbaiki pengumpulan data di Puskesmas, guna laporan ke Dinas Kesehatan

Kabupaten.
Memasuki Era Otonomi Daerah mutlak diperlukan Informasi yang tepat, akurat dan upto

date berkenaan dengan data orang sakit, ketersediaan obat, jumlah ibu hamil,
masalah imunisasi dll.

3.3.4. Manfaat Pengembangan SIK Puskesmas


Manfaat Pengembangan Sistem Informasi Puskesmas (SIK) Puskesmas adalah dapat
meningkatkan Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat melalui penerapan Sistem informasi
Kesehatan Puskesmas yang terintegrasi dari semua unit pelayanan. Demikian pula dapat
menyajikan informasi secara cepat, tepat dan dapat dipercaya sehingga informasi yang disajikan
puskesmas dapat dipakai untuk pengambilan keputusan di berbagai tingkat sistem kesehatan dan
berbagai jenis manajemen kesehatan baik untuk manajemen pasien, unit dan sistem kesehatan
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan Dinas Kesehatan kepada masyarakat. (Prayekti :
2008)
Alasan mengapa harus membangun SIMPUS :
1
2
3

Bisa digunakan untuk mencari data pasien.


Dapat menghasilkan laporan sesuai dengan kebutuhan.
Dapat mendukung keputusan dengan melihat hasil laporan maupun data yang telah

diolah.
Dengan interface yang disesuaikan dengan kebutuhan sehingga mudah digunakan.
23

Fungsi operasi output dan input dapat dipelajari dengan waktu yang tidak lama.

Gambaran Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Puskesmas


SIK Puskesmas terdiri dari tujuh Sub Sistem yaitu :
1

Sub Sistem Kependudukan, yang berfungsi untuk mengelola data kependudukan terdiri

dari family folder, pencatatan mutasi lahir, mutasi wafat dan mutasi pindah.
Sub Sistem Ketenagaan, yang berfungsi untuk mengelola data ketenagaan. Data yang
diolah adalah data pribadi, anak, riwayat kepangkatan, riwayat jabatan, riwayat
pendidikan, riwayat penjenjangan, riwayat latihan teknis/fungsional, data riwayat

penghargaan serta data penugasan pegawai.


Sub Sistem Sarana dan Prasarana, yang berfungsi mengelola data sarana dan prasarana,

seperti peralatan medis, kendaraan, gedung, tanah dan peralatan lainnya.


Sub Sistem keuangan, yang berfungsi untuk mengelola data keuangan secara garis besar

saja yaitu mencakup besar pembiayaan menurut kegiatan dan sumber biaya.
Sub Sistem Pelayanan Kesehatan, yang berfungsi mengelola data pelayanan kesehatan,
terdiri dari pelayanan dalam gedung yaitu sub sistem rawat jalan yang meliputi pelayanan
dasar (BP,GIGI, KIA,Imunisasi, Laboratorium) dan pelayanan puskesmas keliling, rawat
inap, rekam medis dan manajemen obat. Pelayanan luar gedung meliputi sub sistem KIA
dan GIZI, Kesling dan TTU, Pemberantasan Penyakit Menular, PKM, PSM, dan

PERKESMAS.
Sub Sistem Pelaporan, yang berfungsi untuk menyediakan laporan-laporan, meliputi

laporan SP2TP (LB1, LB2, LB3 dan LB4) dan laporan program.
Sub Sistem Penunjang, yang menyediakan layanan penunjang sistem seperti: membuat
backup dan restore data, data recovery, user list and right assignment, user shortcut,
short message over network.( Prayekti : 2008)

3.3.5

Implementasi
Kegiatan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Puskesmas dapat dilakukan

secara bertahap sesuai dengan anggaran yang ada. Kegiatan dalam melaksanakan uji coba
implemetasi SIK Puskesmas terdiri dari :

24

Sosialisasi SIK :
Kegiatan Sosialisasi SIK berupa kegiatan pertemuan antara Dinas Kesehatan Provinsi,
Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota,

Puskesmas.Kegiatan

ini

bertujuan

untuk

memperkenalkan SIK Kabupaten/Kota kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan


Puskesmas menyangkut latar belakang pengembangan SIK, arsitektur komputer, cakupan
2

data, cara komunikasi data, sarana pendukung dan kebijakan pendukung SIK.
Penyesuain Input dan Output SIK
Kegiatan ini juga berupa pertemuan yang dilaksankan di Kabupaten/Kota di wilayah
puskesmas yang dipakai uji coba SIK.Tujuan kegiatan ini untuk memperkenalkan SIK
Kabupaten dan Puskemas. Penyesuaian kebutuhan data program antara Dinas Kesehatan
Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta Puskesmas yang dipakai uji coba serta

membahas format pelaporan.


Instalasi SIK
Kegiatan ini dilakukan Tim dari Data Mandiri yang didampingi Tim dari Dinas
Kesehatan Provinsi ke tempat lokasi puskesmas yang dipakai uji coba SIK berupa
menginstal SIK Puskesmas, Instal anti virus, mensetting jaringan serta kegiatan lain
sesuai kebutuhan puskesmas yang diuji coba. Kegiatan ini bertujuan agar komputer
jaringan dan piranti lunak SIK di masing masing puskesmas yang dipakai uji coba di

Provinsi Bali terpasang dan terhubung.


Pelatihan Manajer dan Operator SIK
Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk melatih petugas manajer dan operator SIK di
setiap puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota agar memiliki skill untuk
mengoperasikan SIK. Peserta untuk pelatihan manajer SIK terdiri dari 1 orang petugas
dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta 2 orang dari setiap puskesmas yang dipakai
untuk uji coba SIK, sedangkan untuk peserta pelatihan operator SIK semua peserta
pelatihan manajer SIK, ditambah 1 orang petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

serta 7 orang dari setiap puskesmas yang dipakai uji coba SIK.
Pendampingan SIK
Kegiatan pendampingan SIK dilaksanakan dengan mengunjungi setiap puskesmas yang
dipakai uji coba SIK oleh Tim Data Mandiri yang didampingi oleh Tim dari Dinas
Kesehatan Provinsi.Tujuan pendampingan SIK adalah untuk menjamin kelancaran
pengoperasian SIK di masing-masing puskemas uji coba serta memberikan bimbingan
teknis pengoperasian SIK. Tim pendamping dari data mandiri akan mendampingi

25

operator SIK secara teratur dari masing masing unit sampai operator SIK dianggap
6

mampu mengoperasikan SIK.


Monitoring SIK
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi hasil perkembangan hasil
program SIK Puskesmas.

Penyempurnaan SIK
Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan penyempurnaan piranti lunak SIK sesuai hasil
rekomendasi hasil uji coba.Kegiatan ini berupa pertemuan, perbaikan software serta
pendampingan SIK di masing-masing puskemas.
SIK Puskesmas yang dikembangkan memiliki dua tipe atau model yang dapat diterapkan

sesuai dengan ketersediaan komputer pada puskesmas, adapun model tersebut adalah:
1

Model A
Model ini dalam melakukan pelayanan dalam gedung, dilakukan secara online dan
penginputan data dilakukan pada saat tengah berlangsung. Model ini membutuhkan
setidaknya 5 unit komputer yang ditempatkan pada loket, apotek, dan ruang pelayanan

( BP, KIA, GIGI, dll).


Model B
Komputer yang dibutuhkan pada model ini hanya 2 unit, yang dapat diletakkkan pada
loket dan ruang pelayanan (BP). Pada model data pelayanan BP diinputkan pada saat
pelayanan dan data pelayanan yang lain diinputkan setelah pelayanan. Hal ini menuntut
petugas khusus entry data setelah pelayanan untuk ruang pelayanan yang tidak tersedia
komputer.( Prayekti : 2008)

3.3.6. Paska Implementasi


Penerapan Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas (SIK) Puskesmaas yang telah
dilaksanakan perlu dilakukan suatu evaluasi sistem.Evaluasi sistem informasi perlu dilakukan
untuk memastikan bahwa pelaksanaan pengembangan system informasi sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan baik dari segi waktu, biaya maupun teknis.Evaluasi sistem dilakukan juga
untuk mengetahui efektifitas implementasi dan dampak positif pelayanan kesehatan yang
diberikan.
26

Dalam melakukan evaluasi ada beberapa hal yang dapat dipergunakan yakni :
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dapat dilakukan terhadap pengguna, baik
pengguna langsung ataupun pengguna tidak langsung.Observasi dapat dilakukan dengan
mengamati secara langsung sistem komputerisasi sedangkan dokumentasi dapat dilakukan
dengan melihat dokumen-dokumen yang dihasilkan oleh sistem komputerisasi, apakah lebih
tepat, cepat dan akurat dibandingkan dengan dokumen yang dihasilkan oleh sistem sebelumnya.
Banyak teori yang menjelaskan mengenai model untuk menilai kesuksesan sistem
informasi.Salah satunya adalah teori Technology Acceptance Model (TAM) yang diperkenalkan
oleh Davis tahun 1986. Berdasarkan teori tersebut maka penerapan Sistem Informasi Puskesmas
(SIK) Puskesmas dievaluasi dengan fokus utama pada komponen manfaat/kegunaan yang
dirasakan oleh user, sikap pengguna terhadap penggunaan teknologi dan mengetahui kemudahan
penggunaan oleh user.( Prayekti : 2008)

27

3.2 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)


SIMRS merupakan himpunan atau kegiatan dan prosedur yang terorganisasikan dan
saling berkaitan serta saling ketergantungan dan dirancang sesuai dengan rencana dalam usaha
menyajikan informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan guna menunjang proses
fungsi-fungsi manajemen dan pengambilan keputusan dalam memberikan pelayanan kesehatan
di RumahSakit.
SIMRS saat ini ditujukan untuk menunjang fungsi perencanaan dan evaluasi dari
penampilan kerja RS, antara lain adalah jaminan mutu pelayanan rumah sakit yang bersangkutan,
pengendalian keuangan dan perbaikan hasil kerja RS tersebut, kajian dalam penggunaan dan
penaksiran permintaan pelayanan kesehatan RS oleh masyarakat, perencanaan dan evaluasi
program RS, penyempurnaan laporan RS sertauntuk kepentingan pendidikan dan penelitian
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit adalah sebuah program aplikasi yang
dirancang untuk meningkatkan kinerja para :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Dokter dan Asisten Dokter


Bidan dan Perawat
Staff Administrasi dan Personalia
Apoteker
Logistik
TOP Manajerial

Sehingga akan mendapatkan berbagai kemudahan selama mereka menjalankan operasional kerja
sehari-hari.
3.2.1 Tujuan Umum
a. Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok jasa,
produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.
b. Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian,
pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan.
c. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
Ketiga tujuan tersebut menunjukkan bahwa manajer dan pengguna lainnya perlu
memiliki akses ke informasi akuntansi manajemen dan mengetahui bagaimana cara
28

menggunakannya. Informasi akuntansi manajemen dapat membantu mereka mengidentifikasi


suatu masalah, menyelesaikan masalah, dan mengevaluasi kinerja (informasi akuntansi
dibutuhkan dam dipergunakan dalam semua tahap manajemen, termasuk perencanaan,
pengendalian dan pengambilan keputusan).
3.2.2 Manfaat
a. Manfaat Operasional
1. Kecepatan
Manfaat yang paling terasa ketika SIM RS tersebut selesai diimplementasikan adalah
kecepatan penyelesaian pekerjaan-pekerjaan administrasi. Ketika dengan sistem manual
pengerjaaan tagihan kepada mitra/pihak ke-3, misalnya, memakan waktu sampai 1
bulan sejak pasien selesai dilayani, dengan SIM RS hanya memakan waktu 1-2 hari
saja. Kecepatan ini tentu saja membuat efektifitas kerja meningkat. Pada awal
pemasangan SIM, ketika aliran kerja belum lancar, peningkatan kecepatan belum terlalu
terasa. Namun ketika komitmen seluruh unit untuk tepat waktu memasukkan data
dengan akurasi entri data yang tinggi dipenuhi, maka akan terasa sekali dampak dari
SIMRS terhadap kecepatan kerja.
2. Akurasi
Hal lain yang juga terasa berubah adalah akurasi data, apabila dulu dengan sistem manual
orang harus mencek satu demi satu transaksi, namun sekarang dengan SIMRS hal
tersebut cukup dilakukan dengan membandingkan laporan antar unit yang dihasilkan oleh
SIM. SIMRS juga dapat mencegah terjadinya duplikasi data untuk transaksi-transaksi
tertentu. Misalnya, pasien yang sama diregistrasi 2 kali pada hari yang sama, maka
SIMRS akan menolaknya, SIM RS juga akan memberikan peringatan jika tindakan yang
sama untuk pasien yang sama dicatat 2 kali, hal ini menjaga agar user lebih teliti.
3. Integrasi
Hal lain yang juga terasa berpengaruh terhadap budaya kerja adalah integrasi data di
setiap unit. Bila dengan sistem manual, data pasien harus dimasukkan di setiap unit, maka
dengan SIM RS data tersebut cukup sekali dimasukkan di pendaftaran saja. Hal ini jelas
mengurangi beban kerja adminstrasi dan menjamin konsistensi data. Ilustrasi pada awal
makalah ini merupakan gambaran proses integrasi pada beberapa unit layanan di rumah
sakit.
4. Peningkatan pelayanan

29

Pengaruh SIM RS yang dirasakan oleh pasien adalah semakin cepat dan akuratnya
pelayanan. Sekarang pasien tidak perlu menunggu lama untuk menyelesaikan
administrasinya, baik rawat inap ataupun rawat jalan. Hal yang sama juga dirasakan
perusahaan pelanggan, dimana tagihan yang dikirim cukup akurat dan detil sehingga
memudahkan analisa mereka.
5. Peningkatan Efisiensi
Bila sebelumnya, beban pekerjaan lebih ke arah klerikal, sekarang beban pekerjaan lebih
ke arah analisa. Sebagai contoh, jika dahulu konsentrasi bagian penagihan adalah
membuat tagihan, sekarang konsentrasinya lebih kepada umur tagihan itu sendiri. Selain
itu, karena kecepatan dan akurasi data meningkat, maka waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan pekerjaanpekerjaan administrasi berkurang jauh, sehingga karyawan dapat
lebih fokus pada pekerjaan utamanya.
Tanpa SIM, perawat harus memasukan data standar asuhan keperawatan secara berulangulang dan sangat memakan waktu, tetapi dengan SIM, perawat hanya tinggal memasukan
data diagnosa penyakit pasien, dan komputer yang akan mencetak laporan SAK untuk
ditanda-tangani perawat.
6. Kemudahan pelaporan Pekerjaan
Pelaporan adalah pekerjaan yang menyita waktu namun sangat penting. Dengan adanya
SIM, proses pelaporan hanya memakan waktu dalam hitungan menit sehingga kita dapat
lebih konsentrasi untuk menganalisa laporan tersebut.
3.2.3 Manfaat Manajerial
1. Kecepatan mengambil keputusan
Dengan sistem manual, manajer seringkali mengambil keputusan berdasarkan informasi
yang mungkin sudah tidak relevan lagi. Belum lagi jika yang dibutuhkan adalah trend
berdasarkan selang waktu tertentu (harian/mingguan/dsb), ini mengakibatkan keputusan
yang diambil belum tentu sesuai dengan kondisi nyata. Namun dengan SIM, informasi
yang disajikan bersifat real time, bahkan kita dapat membuat tabulasi dari informasi
tersebut sehingga informasi yang kita dapat sudah sangat spesifik sesuai dengan
kebutuhan kita. Hal ini tentu saja meningkatkan kualitas keputusan kita, di samping tentu
saja berkurangnya waktu untuk mengambil keputusan.
2. Akurasi dan kecepatan
30

Identifikasi masalah Karena laporan-laporan yang dihasilkan SIM RS memberi gambaran


dari hari ke hari mengenai kinerja rumah sakit, maka jika ada hal-hal yang tidak normal
dapat segera kita ketahui. Hal ini membuat identifikasi potensi masalah dapat dilakukan
lebih dini, sehingga tindakan pencegahan atau penanggulangannya dapat segera disusun.
3. Kemudahan penyusunan strategi
Sejalan dengan identifikasi masalah di atas, kita pun dapat menyusun strategi ke depan
berdasarkan data populasi, bukan lagi statistik, karena SIM RS mampu memberikan data
populasi dengan selang waktu tertentu, bahkan menyajikan kecenderungan datanya
kepada kita. Ini tentu saja semakin menajamkan strategi yang kita susun.
3.2.4

Manfaat Organisasi
1. Budaya Kerja
Karena SIM RS ini mensyaratkan kedisiplinan dalam pemasukan data, baik ketepatan
waktu maupun kebenaran data, maka budaya kerja yang sebelumnya menangguhkan
hal-hal seperti itu, menjadi berubah. Hal ini dapat terjadi karena integrasi SIM RS
dengan seluruh unit layanan. Sebagai contoh, jika unit registrasi tidak memasukkan data
pasien yang akan berobat, maka unit layanan tidak mungkin dapat memasukkan layanan
kepada pasien tersebut, dan kasir pun tidak mungkin menerima pembayaran dari pasien
tersebut. Katakanlah semua unit sepakat untuk menangguhkan pemasukan datanya,
maka keesokan harinya, manajer akan melihat penurunan trend pasien atau melihat ada
pasien-pasien yang menggantung. Ada juga pengalaman menarik yang kami temukan
dalam implementasi SIM RS di suatu Rumah Sakit, karena dasar perhitungan imbalan
jasa medik untuk dokter dan perawat dihitung berdasarkan data transaksi yang ada di
SIM, maka dokter yang berkepentingan dengan data tersebut menjadi supervisor data
yang dimasukkan tanpa diminta. Implikasinya adalah, sedikit sekali data yang salah

dimasukkan.
2. Transparansi
SIM RS sebaiknya dirancang menganut kebijakan data terpusat, artinya data-data yang
digunakan oleh seluruh rumah sakit berada di bawah satu kendali. Misalnya untuk data
tarif tindakan, unit layanan tidak boleh dan tidak bisa memasukkan atau mengubah tarif
yang ada, data yang mereka masukkan hanya layanan yang diberikan kepada pasien

31

sehingga manipulasi tarif tidak dimungkinkan. Hal lain lagi, pendapatan setiap unit
layanan terlihat dari laporan harian yang selalu dilaporkan kepada direktur. Dengan
demikian setiap orang dapat melihat jalannya proses transaksi di rumah sakit dan secara
tidak langsung juga turut mengawasi proses tersebut.
3. Koordinasi antar unit (Team working)
Karena seringkali data yang digunakan oleh unit layanan tertentu adalah milik unit
layanan yang lain, misalnya kode perusahaan pelanggan adalah milik keuangan yang
digunakan secara intensif oleh medrec, maka ketika terjadi perubahan terhadap data
tersebut, unit yang bersangkutan akan mengkoordinasikannya dengan unit yang
terpengaruh. Apabila hal ini tidak dilakukan maka dengan sendirinya akan terjadi
kekacauan data referensi.
4. Pemahaman sistem
Apabila dulu dengan sistem manual, sedikit sekali personel yang mengetahui atau perduli
dengan proses yang terjadi di unit lain, maka dengan adanya SIMRS hal tersebut terjadi
dengan sendirinya. Ini karena seringkali untuk memahami aliran data sampai datang
kepada unitnya, melibatkan berbagai unit lain. Ketika terjadi kesalahan setiap user
berusaha mencari tempat terjadinya kesalahan tersebut agar bukan unitnya yang
disalahkan. Efeknya adalah mereka menjadi paham bagaimana sistem di rumah sakit
tersebut bekerja.
5. Mengurangi biaya administrasi
Seringkali orang menyatakan bahwa dengan adanya komputerisasi biaya administrasi
meningkat. Padahal dalam jangka panjang yang terjadi adalah sebaliknya, jika dengan
sistem manual kita harus membuat laporan lebih dulu di atas kertas, baru kemudian
dianalisa, maka dengan SIMRS analisa cukup dilakukan di layar komputer, dan jika
sudah benar baru datanya dicetak. Hal ini menjadi penghematan yang cukup signifikan
dalam jangka panjang. Implementasi SIMRS tentunya tidak dapat berjalan dengan baik
tanpa dukungan semua pihak yang terkait serta political will dari pimpinan rumah sakit
maupun pemilik RS / Pemerintah. Apabila pekerjaan pengembangan SIMRS tersebut
akan diserahkan kepada konsultan, maka kewajiban dan tanggung-jawab konsultan
sebagai mitra kerja RS adalah harus secara profesional memberikan data dan analisa yang
obyektif dan berupaya maksimal untuk keberhasilan implementasi SIMRS.
3.2.5 Proses Manajemen
32

Proses manajemen didefinisikan sebagai aktivitas-aktivitas:


a. Perencanaan
Formulasi terinci untuk mencapai suatu tujuan akhir tertentu adalah aktivitas manajemen
yang disebut perencanaan. Oleh karenanya, perencanaan mensyaratkan penetapan tujuan
dan identifikasi metode untuk mencapai tujuan tersebut.
b. Pengendalian
Perencanaan hanyalah setengah dari peretempuran. Setelah suatu rencana dibuat, rencana
tersebut harus diimplementasikan, dan manajer serta pekerja harus memonitor
pelaksanaannya untuk memastikan rencana tersebut berjalan sebagaimana mestinya.
Aktivitas manajerial untuk memonitor pelaksanaan rencana dan melakukan tindakan
korektif sesuai kebutuhan, disebut kebutuhan.
c. Pengambilan Keputusan
Proses pemilihan di antara berbagai alternative disebut dengan proses pengambilan
keputusan. Fungsi manajerial ini merupakan jalinan antara perencanaan dan
pengendalian. Manajer harus memilih di antara beberapa tujuan dan metode untuk
melaksanakan tujuan yang dipilih. Hanya satu dari beberapa rencana yang dapat dipilih.
Komentar serupa dapat dibuat berkenaan dengan fungsi pengendalian. Menurut Francisco
Proses Manajemen adalah suatu proses Penukaran terhadap nilai dan jasa.

3.2.6 Bagian SIM


SIM merupakan kumpulan dari sistem informasi:
1. Sistem informasi akuntansi (accounting information systems), Menyediakan informasi
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

dan transaksi keuangan.


Sistem informasi pemasaran (marketing information systems).
Sistem informasi manajemen persediaan (inventory management information systems).
Sistem informasi personalia (personal information systems).
Sistem informasi distribusi (distribution information systems).
Sistem informasi pembelian (purchasing information systems).
Sistem informasi kekayaan (treasury information systems).
Sistem informasi analisis kredit (credit analysis information systems).
Sistem informasi penelitian dan pengembangan (research and development information

systems).
10. Sistem informasi analisis software.
11. Sistem informasi teknik (engineering information systems).
33

12. Sistem informasi Rumah Sakit (Hospital information systems).


3.2.7 Modul SIM RS
Secara umum, SIMRS meliputi beberapa modul yang terdiri dari:
1. Registrasi pasien
2. Sistem antrian
3. Manajemen rawat jalan
4. Manajemen unit penunjang
5. Manajemen rawat inap
6. Farmasi dan inventory logistik rumah sakit
7. Billing sistem dan akuntansi
8. Manajemen sumber daya rumah sakit
9. Sistem pelaporan medical error
10. Manaemen rekam medis
11. Sistem informasi eksekutif

3.2.8 Medical Information System


Sistem yang mencatat semua kegiatan operasional rumah sakit baik yang bersifat medis
maupun non medis. Meliputi proses pendaftaran pasien, admisi, tindakan medis, laboratorium,
radiology, dan sebagainya yang semuanya tercatat secara elektronis pada database medical
record. Modul ini menggunakan engine software opensource Care2X dengan modifikasi yang
disesuaikan dengan kondisi sistem informasi manajemen rumah sakit yang diinginkan dan telah
diintegrasikan dengan modul
3.2.9 Accounting Information System.
Program ini telah teruji dan digunakan oleh banyak rumah sakit i beberapa negara. Sistem
yang mencatat semua aspek keuangan yang timbul dari kegiatan-kegiatan yang terjadi pada
modul Medical Information System, pencatatan hutang piutang, invoice, pelunasan, inventory
control (obat dan bahan-bahan medis), point-of-sales, sampai dengan laporan-laporan keuangan
seperti neraca, laba rugi, buku besar, dan sebagainya. Modul ini menggunakan engine software
opensource SQL-Ledger dengan modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi sistem informasi
keuangan rumah sakit yang diinginkan. Program ini telah teruji dan digunakan oleh banyak
perusahaan beberapa negara.
34

3.3 Strategi SIMRS


Strategi adalah pendekatan pola pikir,perencanaan dan pengambilan keputusandalam
situasi bisnis yang mengharuskan manajer untuk mengetahui, memahami,menerima dan
mendukung misi organisasi,atau unit di dalam organisasi, dan menghubungkan misi tersebut
denganlingkungan ditempat keputusan-keputusan tersebut akan diimplementasikan.Driving
force di balik pola pikir, perencanaan dan manajemen strategis adalah misiorganisasi.
Manajemen strategis adalah kegiatan kolektif yang menyangkut pemahaman tentang
hakekat danimplikasi dari perubahan eksternal, kemampuanuntuk mengembangkan strategi yang
efektif dalammenghadapi perubahan, dan kemauan sertakemampuan untuk mengelola secara
aktifmomentum organisasisuatu keharusan bagi manajer rumah sakit, untukmemahami
perubahan-perubahan

yang

terjadi

dilingkungannya;

mereka

tidak

hanya

responsif

terhadapperubahan tetapi harus mampu menciptakan masadepanmanajemen strategis disusun


sebagai pendekatan atau filosofi untuk mengelola organisasi yang sangat kompleks.
Enam elemen dari manajemen strategis pendekatan manajemen strategis pada organisasi
yang kompleks seperti rumah sakit, dalam melaksanakan manajemen strategis diperlukan
pendekatan analitis maupun pendekatan kedaruratan ( emergent/contingency) : pendekatan
analitik atau rasional bergantung pada pengembangan langkah-langkah atau proses yang logis
(linear thinking) model emergent, bergantung pada pemikiran intuitif, kepemimpinan, dan
pembelajaran dan merupakan bagian dari manajemen kedua pendekatan ini dibutuhkan dan
dipandang sebagai satu single model pendekatan analitis dapat disamakan dengan
peta,sedangkan model emergent merupakan kompasnya
Model manajemen strategis yang mencakup pendekatan analitis dan emergent biasanya
terdiri dari tiga elemen : pola pikir strategis (strategic thinking) perencanaan strategis (strategic
planning) momentum strategis (strategic momentum)
1. Strategic thinking
Strategic thinking mengenali kenyataan tentang perubahan mempertanyakan asumsi dan
kegiatan terkini membangun pemahaman sistem melihat kemungkinan masa depan
menciptakan ide-ide baru mempertimbangkan kesesuaian organisasi dengan lingkungan
eksternal.
Strategic thinking melakukan asesmen terhadap: perubahan kebutuhan dari stake holders
(pemangku kepentingan) perubahan menyangkut teknologi, sosial dan demografi, ekonomi,
politik/perundangan tuntutan kompetitif.
35

2. Strategic planning
Strategic planning adalah process secara periodik dalam mengembangkan satu perangkat
langkah-langkah dalam organisasi untuk mencapai misi dan visinya dengan menggunakan
pola pikir strategis.
Strategic planning menyiapkan proses langkah demi langkah yang berurutan untuk
menciptakan strategi seperti :
melibatkan kegiatan-kegiatan periodic group strategic thinking (brainstorming)
membutuhkan data/informasi
membangun fokus untuk organisasi
memfasilitasi pengambilan keputusan yang konsisten
konsensus akan kebutuhan guna penyesuaian organisasi dengan lingkungan eksternal
hasilnya adalah perencanaan strategis yang terdokumentasi.
3. Strategic momentum
Strategic momentum menyangkut kegiatan sehari-hari untuk mengelola strategi guna
pencapaian sasaran strategis dari organisasi. strategic momentum:
kegiatan nyata untuk mencapai sasaran spesifik menyangkut proses pengambilan

keputusan dan dampaknya


menghasilkan budaya dan style
memunculkan antisipasi, inovasi dan keunggulan
mengevaluasi kinerja strategi melalui pengendalian
suatu proses pembelajaran
bergantung pada peningkatan pola pikir strategis dan perencanaan
Strategis periodik momentum strategis menjamin filosofi yang berkelanjutan dalam

mengembangkan dan mengatur perencanaan, kegiatan dan pengendalian dari organisasi.


Tata kelola sistem informasi yang baik harus selaras dengan fungsi, visi, misi dan strategi
organisasi. Secara generik fungsi Rumah Sakit (menurut WHO tahun 1957), memberikan
pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif, dimana
output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan, Rumah Sakit juga
merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian biososial. Rumah sakit
juga merupakan pusat pelayanan rujukan medik spsialistik dan sub spesialistik dengan
fungsi utama menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitasi pasien).
Dengan demikian secara umum sistem informasi Rumah Sakit harus selaras dengan
bisnis utama (core bussines) dari Rumah Sakit itu sendiri, terutama untuk informasi riwayat
kesehatan pasien atau rekam medis (tentang indentitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien), informasi kegiatan operasional
36

(termasuk informasi sumber daya manusia, material, alat kesehatan, penelitian serta bank
data.
3.4 Proses Bisnis SIMRS
Pertumbuhan teknologi komunikasi dan informasi telah menyentuh banyak lapisan
kehidupan, termasuk dalam bidang kesehatan.Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS) merupakan salah satu bagian penting dalam penyelenggaraan rumah sakit terutama
kaitannya

dalam

melakukan

pencatatan

dan

pelaporan.

Bahkan

kewajiban

menyelenggarakan SIMRS ini telah tercantum dalam UU Nomor 44 tahun tentang Rumah
Sakit dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 82 tahun 2013 tentang SIMRS.
Namun saat ini masih banyak rumah sakit yang belum menerapkan SIMRS secara
optimal.Permasalahan yang masih terjadi saat ini adalah antrian calon pasien yang
mengantri berjam-jam untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan
pengantrian data dilakukan 2 kali untuk menerbitkan Surat Elegibitas Peserta (SEP) dan
Pendaftaran Rumah Sakit, ungkap Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan Dr. dr.
Nurshanty Sapada. M.Kes dalam sambutannya pada acara Pertemuan Monitoring dan
Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Open Source (SIMRS GOS) di Bali,
Senin (1/9).
Pertemuan ini membahas berbagai perkembangan sistem informasi manajemen RS,
terutama kaitannya dengan SIMRS GOS dan integrasi sistem informasi JKN (Bridging
System). Saat ini, tim IT Kementerian Kesehatan mengembangkan Sistem Informasi Rumah
Sakit Generik Open Source (SIMRS GOS). Dengan menggunakan SIMRS GOS ini didapat
berbagai manfaat, salah satunya membantu dalam hal bisnis proses Manajemen Rumah
Sakit.
Selain itu, aplikasi ini dapat diperoleh secara gratis tanpa perlu membayar lisensi dan
dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan pihak Rumah Sakit, Baik secara
mandiri, bersama pusat dan atau pihak ke-3, jelasnya dihadapan para peserta yang terdiri
dari Tim IT Rumah Sakit Vertikal, Tim IT Rumah Sakit Pilot Project SIMRS GOS dan Tim
IT Rumah Sakit yang telah mengajukan permohonan ke Kementerian Kesehatan.
Untuk mendapatkan SIMRS GOS ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh
Pihak Rumah Sakit yaitu mempunyai Infrastruktur IT (Jaringan LAN, Komputer Client dan
Server), dan memiliki minimal 1 (satu) orang SDM IT yang akan dilatih dan yang memiliki
kompetensi dalam bidang pemograman.
37

Kemudian kaitannya dengan pelaksanaan Jaminan Kesehatan nasional (JKN),


pengembangan SIMRS ini tentu saja menjadi salah satu bagian penting dalam
menyukseskan program ini.Dalam upaya meningkatkan mutu layanan yang lebih baik
kepada peserta, bahkan saat ini RS BPJS Kesehatan telah mengembangkan Bridging
System.
Sistem ini memungkinkan dua sistem berbeda melakukan dua proses pada saat yang
sama, tanpa adanya intervensi satu sistem ke sistem lainnya secara langsung. Sehingga calon
pasien kini tidak perlu mengantri berjam-jam di loket pendaftaran, jelasnya.
Maka, penting sebuah RS untuk terus meningkatkan pelayanan melalui pengembangan
Sistem Informasi RS. Dengan diterapkannya sistem yang optimal, pelayanan akan lebih
lancar, efektif, efisien. Kepastian pembiayaan dan kecepatan klaim akan semakin baik, serta
terjadinya kepuasan konsumen baik pasien, rumah sakit, maupun stake holder lainnya.
Pengelolaan data yang sangat besar baik berupa data medis pasien (medical record)
maupun data administrasi yang dimiliki oleh Rumah Sakit mengakibatkan beberapa
hambatan / kendala, antara lain:
Redudansi Data, pencatatan data yang berulang-ulang menyebabkan duplikasi data
sehingga kapasitas yang di perlukan membengkak dan pelayanan menjadi lambat,

tumpukan filing sehingga memerlukan tempat filing yang cukup luas.


Unintegrated Data, penyimpanan data yang tidak terpusat menyebabkan data tidak
sinkron, informasi pada masing-masing bagian mempunyai asumsi yang berbeda-beda

sesuai dengan kebutuhan masing-masing unit /Instalasi.


Human Error, proses pencatatan yang dilakukan secara manual menyebabkan terjadinya
kesalahan pencatatan yang semakin besar dan tidak singkrong dari unit satu ke yang
lainya dan akan menimbulkan banyaknya perubahan data (efeknya banyak pelayanan
akan berdasarkan sesuka perawat/dokter sehinga dokter / perawat bisa menambah
bahkan mengurangi data/tarif sesuai dengan kondisi saat itu, misal yang berobat adalah
saudaranya maka dengan seenaknya dokter/perawat memberikan diskon tanpa melalu

prosedur yang tepat, sehingga menimbulkan kerugian pada pihak rumah sakit.
Terlambatnya Informasi, dikarenakan dalam penyusunan informasi harus direkap secara
manual maka penyajian informasi menjadi terlambat dan kurang dapat dipercaya
kebenarannya.

Untuk mengatasi hambatanhambatan dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit,


keberadaan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit sangat dibutuhkan, sebagai salah
38

satu langkah strategis dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan memenangkan
persaingan bisnis
1. Pelayanan Utama (Front Office)
Setiap Rumah Sakit memiliki prosedur yang unik (berbeda satu dengan lainnya), tetapi
secara umum/generik memiliki prosedur pelayanan terintegrasi yang sama yaitu proses
pendaftaran, proses rawat (jalan atau inap) dan proses pulang.
Data yang dimasukan pada proses rawat akan digunakan pada proses rawat dan pulang.
Selama proses perawatan, pasien akan menggunakan sumber daya, mendapat layanan dan
tindakan dari unit-unit seperti farmasi, laboratorium, radiologi, gizi, bedah, invasive,
diagnostic, non invasive dan lainnya. Unit tersebut mendapat order/pesanan dari dokter
(mialnya berupa resep untuk farmasi, formulir lab dan sejenisnya) dan perawat. Jadi dokter
dan perawat sebagai aktor/SDM inti pada proses bisnis Rumah Sakit (seluruh order berasal
dari mereka). Karena itu kami menyebutkan inti sistem ini sebagai order communication
system.
2. Pelayanan Administratif (Back Office)
Proses umum Back Office diantaraya perencanaan, pembelian/pengadaan, pemelihaaraan
stok/inventory, pengelolaan aset, pengelolaan SDM, pengelolaan uang (hutang, piutang, kas,
buku besar, dan lainnya). Proses Back Office ini berhubungan dengan proses pada Front
Office.
Rumah Sakit merupakan unit yang mengelola sumber daya fisik (manusia, uang, mesin/alat
kesehatan/aset, material seperti obat, reagen, alat tulis kantor, barang habis pakai dan
sejenisnya). Walaupun proses bisnis setiap Rumah Sakit unik tapi tetap terdapat proses
umum, diantaranya perencanaan, pembelian/pengadaan, pemeliharaan stok/inventory,
pengelolaan Aset, pengelolaan SDM, pengelolaan uang (hutang, piutang, kas, buku besar
dan lainnya). Proses back office ini berhubungan/link dengan proses pada front office,
digambarkan berikut ini. Proses bisnis data tidak terstruktur. Proses-proses bisnis tersebut di
atas yang melibatkan data-data terstruktur, yang dapat dikelola dengan relational database
management system, selain itu terdapat proses bisnis yang melibatkan data yang tidak
terstruktur seperti alur kerja, surat diposisi, email, manajemen proyek, kolaborasi, team
work, manajemen dokumen dan sejenisnya.

39

3.5 Arsitektur Infrastruktur SIMRS


Untuk kebutuhan Sistem informasi RS saja, tetapi juga harus mampu digunakan
untuk berbagai hal, seperti jalur telepon IP, CCTV, Intelegent Building, Medical Equipment dan
lain-lain.
Kebutuhan infrastruktur jaringan komputer kedepan bukan hanya untuk kebutuhan
Sistem informasi RS saja, tetapi juga harus mampu digunakan untuk berbagai hal, seperti jalur
telepon IP, CCTV, Intelegent Building, Medical Equipment dan lain-lain.
Untuk mendukung pelayanan tersebut, maka infrastruktur jaringan komunikasi data yang
disyaratkan adalah:
1. Meningkatkan unjuk kerja dan memudahkan untuk melakukan manajemen lalu lintas data
pada jaringan komputer, seperti utilisasi, segmentasi jaringan, dan security.
2. Membatasi broadcase domain pada jaringan, duplikasi IP address dan segmentasi jaringan
menggunakan VLAN (virtual LAN) untuk setiap gedung dan atau lantai.
3. Memiliki jalur backbone fiber optik dan backup yang berbeda jalur, pada keadaan normal
jalur backup digunakan untuk memperkuat kinerja jaringan/redudant, tapi dalam keadaan
darurat backup jaringan dapat mengambil alih kegagalan jaringan.
4. Memanfaatkan peralatan aktif yang ada, baik untuk melengkapi kekurangan sumber daya
maupun sebagai backup
5. Dianjurkan pemasangan oleh vendor jaringan yang tersertifikasi (baik perkabelan maupun
perangkat aktif).
6. Dokumentasi sistem jaringan lengkap (perkabelan, konfigurasi, uji coba, dan sejenisnya)
baik hardcopy maupun softcopy.
7. Mengingat penggunaan jaringan yang komplek kedepan, maka perangkat aktif
mengharuskan pengelolaan bertingkat, seperti adanya:
a. Core switch yang merupakan device vital dalam local area network di Rumah Sakit
dimana core switch ini sebagai bacbone lan dan sentral switch yang berperan dalam
prosessing semua paket dengan memproses atau men-switch traffic secepat mungkin).
b. Distribution switch yang merupakan suatu device antara untuk keperluan pendistribusian
akses antar core switch dengan access switch pada masing-masing gedung, dimana antara
sebaiknya distribution switch dan core switch terhubung melalui fiber optic.
c. Acces switch yang merupakan suatu device yang menyediakan user port untuk akses ke
network.
3.5.1 Arsitektur Data
40

Arsitektur Data untuk menghasilkan informasi yang baik, diperlukan data yang
homogen.Agar dapat dihasilkan data homogen maka perlu dibuat arsitektur data yang baik.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam membangun arsitektur data: Kodefikasi
Kodefikasi selain keharusan utk otomatisasi/ komputerisasi, juga diperlukan untuk integrasi dan
penglolaan lebih lanjut seperti statistik. Mapping Karena sering berbeda keperluan kode- fikasi
data, maka diperlukan mapping data untuk integrasi dan pengelolaan lebih lanjut, misalnya
mapping kodefikasi antara tarif dengan kode perkiraan/chart of account, mapping kode
kabupaten/kota dengan provinsi dan sejenisnya.

3.5.2 Arsitektur Aplikasi


Mengingat kompleksnya proses bisnis pada Rumah Sakit, berikut ini gambaran arsitektur
minimal dan variabel SIMRS yang dapat mengakomodir kebutuhan informasi.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) merupakan prosedur pemrosesan
data rumah sakit memanfaatkan teknologi informasi yang terintegrasi untuk menghasilkan
informasi yang tepat waktu dan efektif untuk mendukung proses pengambilan keputusan bagi
pihak manajemen, sehingga dalam tahapannya akan membuat beberapa SOP (standard operating
procedure) baru guna menunjang kelancaran penerapan SIMRS yang tertata dengan baik dan
rapi.
1. Front Office
Selama proses perawatan, pasien akan menggunakan sumber daya, mendapat layanan dan
tindakan

dari

unit-unit

seperti

farmasi,

laboratorium,

radiologi,

gizi,

bedah,

invasive, diagnostic non invasive dan lainnya. Unit tersebut mendapat order/pesanan dari
dokter (misalnya berupa resep untuk farmasi, formulir lab dan sejenisnya) dan perawat.
Jadi dokter dan perawat sebagai aktor/SDM inti pada proses bisnis Rumah Sakit
(seluruh order berasal dari mereka). Karena itu kami menyebutkan inti sistem ini
sebagai order communation system. Front Office SIMRS meliputi:
Antrian registrasi
Modul appointment
Registrasi
Pelayanan informasi
Pengaduan
Pelayanan informasi
Publik
41

2. Back office
Rumah Sakit merupakan unit yang mengelola sumber daya fisik (manusia, uang, mesin/alat
kesehatan/aset, material seperti obat, reagen, alat tulis kantor, barang habis pakai dan
sejenisnya). Walaupun proses bisnis setiap Rumah Sakit unik tapi tetap terdapat proses
umum, diantaranya perencanaan, pembelian/pengadaan, pemeliharaan stok/inventory,
pengelolaan Aset, pengelolaan SDM, pengelolaan uang (hutang, piutang, kas, buku besar
dan lainnya). Proses back office ini berhubungan/link dengan proses pada front office,
digambarkan berikut ini.
a. Komuniasi dan Kolaborasi
Komunikasi
One Medic One Solutions for Health Information System merupakan suatu
aplikasi piranti lunak yang telah dikembangkan sejak tahun 2008. Protocol komunikasi
yang tersedia telah dilengkapi dengan system keamanan sehingga dapat menekan
berbagai tindakan cyber crime oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Desain aplikasi SIMRS One Medic berbasis Web dimana pengguna
melakukan integrasi dengan

dapat

pihak-pihak internal maupun eksternal secara online.

Manfaat Intergasi secara Online bertujuan untuk mengantisipasi pengulangan pekerjaan


administrasi yang dapat memicu terjadinya human error sehingga potensi kerugian
Rumah Sakit dapat ditekan. Fitur-fitur SIMRS One Medic sebagai solusi untuk
menjawab tantangan masa depan industri pelayanan medik:
Security system: modul ini dapat mengatur informasi

dan

data

yang

diperbolehkan untuk diakses baik oleh pihak internal maupun eksternal. Pengaturan
tersebut dilakukan selain untuk melindungi kerahasiaan data pasien juga untuk
menghindari penyalahgunaan informasi penting lainnya oleh pihak-pihak yang

tidak bertanggung jawab.


MPI server solutions: adalah sistim komunikasi online yang dirancang untuk
menjembatani komunikasi antar sistem. Aplikasi MPI server solutions dapat
digunakan sebagai alat konfirmasi hak-hak pasien terhadap jenis tindakan medis
dan obat-obatan yang dapat diberikan oleh Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan

Pihak Penjamin.
Billing records system: seluruh data tindakan medik dan obat-obatan yang diberikan
pada pasien otomatis terekam secara online dan dapat diatur sesuai dengan format

42

penagihan yang ditetapkan oleh Pihak Penjamin. Feature ini dapat mempersingkat
proses pekerjaan administrasi penagihan sehingga dapat menekan angka piutang.
Untuk media komunikasi informasi antara unit dapat digunakan media komputer yang
sudah terintegrasi dengan jaringan LAN dengan menggunakan aplikasi Messenger atau
chating, selain itu juga sudah ada nya telepon lokal yang membantu hubungan
komunikasi antar unit.Sedangkan untuk akses komunikasi ke luar instansi menggunakan
akses internet yang terintegrasi melalui jaringan Pemerintah Kota.

Kolaborasi
Salah satu kolaborasi untuk

mengembangkan

SIMRS

adalah

dalam bentuk

Kerjasama Operasional (KSO) atau Build Operational Transfer (BOT).Menurut


PSAK no 39, KSO merupakan bentuk kerjasama antara 2 belah pihak atau
lebih dimana masing-masing pihak sepakat untuk melakukan suatu usaha bersama
dengan menggunakan asset dan/atau hak usaha yang dimiliki dan secara bersamasama menanggung resiko atas usaha tersebut. RSmempunyai peluang pasar berupa
kunjungan pasien sedangkan konsultan/vendor akanbertindak sebagai investor
untuk menyediakanteknologi informasi yang selalu update baik berupa 1)Perangkat
keras (Server, PC &Jaringan), 2)Perangkat lunak (Software) maupun sumber daya
manusia (Brainware) baik tenaga operator ( Data Entry), Programmer maupun
tenaga lainnya.
Manfaat utama dari kegiatan KSO SIMRS ini adalah adanya jaminan berkelanjutan
serta

proses

pendampingan/transfer

knowledge

SIMRS,sehingga

akan

meminimalkan resiko-resiko kegagalan implementasi di pihak RS dan akan


menekan cost/biaya yang dikeluarkan untuk investasi teknologi informasi yang
senantiasa selalu update.Pihak rumah sakit berkewajiban untuk menyediakan
fasilitas sarana/prasarana untuk menunjang kegiatan operasional KSO SIMRS
tersebut. Rumah Sakit akan melakukan pengembalian investasi dengan beberapa
alternatif, antara lain pembebanan ke pasienper registrasi/kunjungan/resep atau
dana dari komponen unit Bahan Habis Pakai (BHP),komponen unit Jasa
Akomodasi maupun daritingkat efisiensi operasional RS. Pihak konsultan
mempunyai kewajiban melakukan pengembangan/update, tailor-made(customize)
sistem sesuai kebutuhan RS, Transfer Knowledge dan pendampingan operasional
selama masa kerjasama tersebut.Rumah Sakit akan menerima sistem secara
43

keseluruhan baik modul aplikasi, source code maupun blue print sistem pada masa
akhir kerjasama sehingga RS diharapkan akan menjadi mandiri dalam mengelola
SIMRSpasca masa KSO tanpa ketergantungan dari pihak konsultan dan bisa
menjadi revenuecenter karena bisa mengembangkan sistem yang ada ke RS yang
lain.
Berdasarkan definisi di atas, maka kita dapat membagi SIMRS menjadi 6 komponen
utama guna menunjang terlaksananya penerapan SIMRS yang benar dan sesuai
kebutuhan:

Software (Sistem Informasi Manajeman Rumah Sakit)


Hardware (perangkat Keras berupa komputer, printer dan lainnya)
Networking (jaringan LAN, wireless dan lainnya)
SOP (Standard Operating Procedure)
Komitmen (komitmen semua unit / departemen / instalasi yang terkait untuk sama-

sama mejalankan sistem karena sistem tidak akan berjalan tanpa di-input)
SDM (sumberdaya manusia adalah faktor utama suksesnya sebuah sistem dimana
data di-input dan diproses melalui tenaga SDM tersebut)

44

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem informasi kesehatan yang digunakan di puskesmas simpang timbangan masih secara
manual, belum komputerisasi. Sehingga lebih banyak memiliki kekurangan atau kendala
dari pada kelebihannya. Kekurangan system informasi kesehatan di puskesmas timbangan:
Sistem informasi kesehatan di puskesmas Simpang Timbangan masih bersifat

manual sehingga proses lambat dan rumit.


Resiko kehilangan data-data pasien cukup besar.
Pencatatan dan pelaporan informasi-informasi kesehatan yang dibutuhkan cenderung
tidak lengkap.

Salah satu cara yang dilakukan oleh petugas kesehatan di puskesmas simpang Timbangan
untuk meminimalisir kekurangan dari system informasi kesehatan yang masih bersifat
manual, seperti kehilangan data adalah dengan merekap setiap data baik LB1, laporan
kematian, laporan apotek dan sebagainya, sebanyak tiga lembar, yang mana satu lembar
untuk laporan ke dinas kesehatan, satu lembar untuk puskesmas dan satu lembar untuk arsip
petugas yang bersangkutan.
Sistem informasi manajemen (SIM) (bahasa Inggris: management information system, MIS)
adalah bagian dari pengendalian internal suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia,
dokumen, teknologi, dan prosedur oleh akuntansi manajemen untuk memecahkan masalah
bisnis seperti biaya produk, layanan, atau suatu strategi bisnis.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit adalah sebuah program aplikasi yang dirancang
untuk meningkatkan kinerja para :
a. Dokter dan Asisten Dokter
b. Bidan dan Perawat
c. Staff Administrasi dan Personalia
d. Apoteker
e. Logistik
f. TOP Manajerial
Sehingga akan mendapatkan berbagai kemudahan selama mereka menjalankan operasional
kerja sehari-hari.
45

4.2 Saran
6 Menggunakan sistem informasi kesehatan yang berbasis komputer dan teknologi sehingga
7

pengumpulan data lebih cepat dan data tidak hilang.


Meningkatkan pengetahuan dan wawasan para petugas kesehatan di Puskesmas Simpang
Timbangan tentang sistem informasi kesehatan melalui kegiatan penyuluhan maupun

pelatihan
Mengadakan pelatihan tentang penggunaan dan pemanfaatan sistem informasi berbasis

komputerisasi
Pemerintah daerah kabupaten Ogan Ilir menganggarkan dana untuk penyediaan sistem
informasi kesehatan yang berbasis komputer dan multimedia pada puskesmas di wilayah

kerjanya sehingga bisa tercipta siknas yang terpadu.


10 Pemerintah diharapkan dapat memberikan bantuan berupa fasilitas media berupa computer
sebagai alat bantu pengelolaan data di puskesmas serta program computer yang di desain
sedemikian rupa untuk manajemen data. Hal ini agar dapat memudahkan petugas
puskesmas dalam pelaksanaan system informasi kesehatan
11 Hendaknya hal tersebut diiringi dengan membentuk staf khusus yang bertanggung jawab
dan mengelola system informasi kesehatan di puskesmas ,diantaranya sumber daya
manusia yang memiliki kemampuan khusus dalam hal penanganan data dan komputerisasi.

46

Anda mungkin juga menyukai