Anda di halaman 1dari 18

POTENSI ENDAPAN

BAUKSIT
Abstrak
Eksplorasi adalah penyelidikan lapangan untuk mengumpulkan data/informasi
selengkap mungkin tentang keberadaan sumberdaya alam di suatu tempat.
Kegiatan eksplorasi sangat penting dilakukan sebelum pengusahaan bahan
tambang dilaksanakan mengingat keberadaan bahan galian yang penyebarannya
tidak merata dan sifatnya sementara yang suatu saat akan habis tergali. Sehingga
untuk menentukan lokasi sebaran, kualitas dan jumlah cadangan serta cara
pengambilannya diperlukan penyelidikan yang teliti agar tidak membuang tenaga
dan modal, disamping untuk mengurangi resiko kegagalan, kerugian materi,
kecelakaan kerja dan kerusakan lingkungan.
Eksploitasi adalah usaha penambangan dengan maksud untuk menghasilkan
bahan galian dan memanfaatkannya. Kegiatan ini dapat dibedakan berdasarkan
sifat bahan galiannya yaitu, galian padat dan bahan galian cair serta gas.
Sejauh yang diketahu eksplorasi sumberdaya alam masih tetap penjabaran
dari paradigma tersebut di atas. Eksploitasi sumberdaya alam yang hanaya
diarahkan untuk mendukuung pertumbuuhan ekonomi tanpa memperhatikan
secara keseimbangannya.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan galian merupakan salah satu sumber daya alam non hayati yang keterjadiannya
disebabkan oleh proses-proses geologi. Berdasarkan keterjadian dan sifatnya bahan galian dapat
dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok ; mineral logam, mineral industri serta batubara dan gambut.
Karakteristik ketiga bahan galian tersebut berbeda, sehingga metode eksplorasi yang dilakukan
juga berbeda. Oleh karena itu diperlukan berbagai macam metode untuk mengetahui
keterdapatan, sebaran, kuantitas dan kualitasnya.
Kegiatan eksplorasi bahan galian umumnya melalui beberapa tahap eksplorasi, dimulai
dari survey tinjau, prospeksi, eksplorasi umum sampai eksplorasi rinci. Setiap tahap eksplorasi
yang dilakukan tidak hanya melibatkan ahli geologi tetapi juga ahli-ahli geofisika,
geokimia,geodesi, teknik pemboran, geostatistik dan sebagainya.
1.2 Tujuan Penyelidikan
Kegiatan penyelidikan ini dilaksanakan adalah untuk menginventarisasi data-data yang
berkaitan dengan sumber daya alam khususnya sumber daya mineral logam yang secara
langsung sebagai bahan baku untuk industri tertentu seperti : industri besi dan baja, kendaraan
bermotor, dan lain-lain. Adapun tujuan penyelidikannya yaitu :
a. Mengetahui dan mengamati batas sebaran endapan khromit
b. Mengetahui dan mengamati tipe endapan khromit
c. Menghitung dan menganalisis luasan sebaran endapan
d. Menghitung potensi sumber daya dan cadangan dari endapan khromit

1.3 Keadaan Lingkungan


Bijih bauksit terjadi di daerah tropis dan subtropis yang memungkinkan pelapukan yang
sangatkuat. Bauksit terbentuk dari batuan yang mempunyai kadar alumunium nisbi tinggi, kadar
Ferendah dan tidak atau sedikit mengandung kuarsa (SiO2) bebas atau tidak mengandung
sama sekali. Bentuknya menyerupai cellular atau tanah liat dan kadang-kadang berstruktur
pisolitic.Secara makroskopis bauksit berbentuk amorf. Kekerasan bauksit berkisar antara 1-3
skalaMohs dan berat jenis berkisar antara 2,5-2,6. KondisI-kondisi utama yang memungkinkan
terjadinya endapan bauksit secara optimum adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa yang kaya alumunium
Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan
Porositas batuan yang tinggi, sehingga sirkulasi air berjalan dengan mudah
Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau (kering)
Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan
Relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan terjadinya

pergerakanair dengan tingkat erosi minimum


7. Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan

1.4 Pelaksanaan dan Peralatan

Peta dasar
Foto Udara
Alat surveying, ukur atau GPS
Alat kerja :
1) Palu
2) Kompas
3) Alat sampling
4) Meteran
5) Altimeter
6) Kantong sampel
7) Alat bor
8) Alat geofisika
Alat tulis
Alat komunikasi
Keperluan sehari-hari
Obat-obatan atau P3K

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Geologi Umum
2.1.1 Proses Pembentukan Bahan Galian
Bahan galian adalah semua bahan atau subtansi yang terjadi dengan sendirinya di
alam dansangat dibutuhkan oleh manusia untuk berbagai keperluan industrinya. Bahan tersebut
dapat berupa logam maupun non logam, dan dapat berupa bahan tunggal ataupun berupa
campuran lebih dari satu bahan. Proses terbentuknya endapan bahan galian adalah komplek dan
sering lebih dari satu proses yang bekerja bersama-sama. meskipun dari satu jenis bahan,
misalnya logam, kalau terbentuk oleh proses yang berbeda maka akan menghasilkan tipe
endapan yang berbeda pula.
Contohnya adalah endapan bijih besi, endapan ini dapat dihasilkan oleh proses
diferensiasimagmatik oleh larutan hidrotermal, oleh proses sedimentasi ataupun oleh proses
pelapukan.Tiap-tiap proses akan menghasilkan endapan bijih besi yang berbeda-beda baik dalam
mutu,besarnya cadangan, maupun jenis mineral-mineral ikutannya.
Tabel. 1 Proses dan pembentukan jenis deposit.

Proses
Konsentrasi magmatik
Submilasi
Kontak Metasomatisme
Konsentrasi Hidrotermal
Sedimentasi
Pelapukan
Metamorfisme
Hidrologi

Deposit Yang Dihasilkan


Deposit magmatik
Sublimat
Deposit kontak metasomatik
Pengisian celah-celah terbuka
Pertukaran ion pada batuan
Lapisan-lapisan sedimenter
Evaporit
Konsentrasi residuil
Placer
Deposit metamorfik
Air tanah, garam tanah, endapan caliche

1. Konsentrasi magmatik
Beberapa dari mineral yang terdapat dalam batuan beku banyak yang
mempunyai nilai ekonomis, tetapi pada umumnya konsentrasi terlalu kecil untuk
dapat diproduksi secara komersial, oleh karena itu diperlukan suatu proses
konsentrasi untuk dapat mengumpulkan bahan-bahan tersebut dalam suatu deposit
yang ekonomis. Konsentrasi tersebut terjadi pada saat batuan beku masih berupa
magma, karenanya disebut konsentrasi oleh proses magmatik. Perkecualian pada
intan, dimana tidak diperlukan konsentrasi, tetapi suatu kristal tunggal saja sudah
cukup berharga.
Deposit bahan galian sebagai hasil endapan proses magmatik ini memiliki
ciri-ciri adanya hubungan yang dekat dengan batuan beku intrusif dalam atau
intrusif menengah. Konsentrasi magmatik dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Magmatik awal :

Kristalisasi tanpa konsentrasi : intan


Kristalisasi dan pemisahan : khron, platina

b. Magmatik akhir :

Akumulasi dan atau injeksi larutan residual : besi titan, platina, titan,

khron.
Akumulasi dan pemisahan larutan : beberapa tipe deposit nikel dan

tembaga.
Pegmatit.

Hasil atau produk dari proses magmatik dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu
logam tunggal (native metal), oksida, silfisa dan batu mulia (gemstone).
a) Contoh logam tunggal : Platina, Emas, Perak, Besi-Nikel.
b) Contoh oksida : Besi (magnetit, hematit), Besi-titan (magnetit bertitan),
Titan (ilmenit), Khrom (kromit), Tungsten (wolframit).
c) Contoh sulfida : Nikel-tembaga (kalkopirit), Nikel

(pentlandit,

molibdenit).
d) Contoh batu mulia : Intan, Garnet (almandit), Peridotit.
2. Sublimasi
Proses sublimasi merupakan proses yang tidak begitu berarti dalam
pembentukan bahan galian, tetapi memang ada bahan galian yang terbentuk oleh
proses ini.
Proses sublimasi menyangkut perubahan langsung dari keadaan gas atau
uap menajdi keadaan padat, tanpa melalui fase cair. Proses ini berhubungan erat
dengan kegiatan gunung berapi dan fumarol, tetapi sublimat yang dihasilkan
sering jumlahnya tidak cukup banyak untuk dapat ditambang secara
menguntungkan. Belerang adalah bahan galian yang terjadi sebagai akibat proses
sublimasi, yang secara lokal sering cukup menguntungkan untuk ditambang.
Disamping belerang sering juga dapat dijumpai garam-garam klorida dari besi,
tembaga, seng dan garam-garam dari logam alkali lainnya, tetapi umumnya relatif
sangat kecil untuk dapat ditambang secara menguntungkan.
3. Kontak Metasomatisme
Pada saat magma yang pijar dan sangat panas menerobos lapisan batuan,
magma tersebut makin lama akan makin kehilangan panasnya akhirnya akan
membeku menjadi batuan beku intrusif. Proses tersebut dapat terjadi pada
keadaan yang dangkal, menengah ataupun pada kedalaman yang besar, sehingga
dikenal adanya batuan beku intrusif dangkal, menengah ataupun dalam. Dalam
proses tersebut akan terlihat adanya tekanan dan suhu yang sangat tinggi terutama

pada kontak terobosannya, antara magma yang masih cair dengan batuan
disekitarnya. Pengaruh dari kontak ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
a) Pengaruh dari panas saja, tanpa adanya perubahan-perubahan kimiawi baik
pada magmanya maupun pada batuan yang diterobos. kOntak ini disebut
kontak metamorfisme.
b) Pengaruh panas dan disertai adanya perubahan-perubahan kimiawi sebgai
akibat pertukaran ion dan sebagainya. Dari magma ke batuan yang
diterobos

dan

sebaliknya.

Kontak

semacam ini

disebut

kontak

metasomatisme.
Kedua jenis kontak tersebut menimbulkan hasil yang sangat berbeda
kecuali pada keadaan yang sangat jarang dapat menghasilkan endapan bahan
galian seperti silimanit. Sebaliknya, pada kontak metasomatisme dapat dihasilkan
bahan-bahan galian yang berharga. Mineral yang terjadi sebagai akibat kontak
metasomatisme akan lebih beraneka ragam bila dibandingkan dengan yang terjadi
pada kontak metamorfisme; hal ini karena pada yang disebut terkahir tersebut
hanya terjadi efek panas saja, sedang pada kontak metasomatis terjadi efek padas
dan kimiawi bersama-sama.
Manakala komposisi magma yang menerobos kaya akan material-material
bahan galian, maka akan dihasilkan deposit kontak metasomatik, terutama kalau
lingkungannya terdiri dari batuan sedimen yang gampingan, karena hal itu akan
lebih menguntungkan untuk terjadinya reaksi kimia. Magma tersebut haruslah
mengandung unsur-unsur utama yang nantinya akan menjadi bahan galian.
Penerobosan haruslah terjadi pada kedalaman yang cukup dakam,dan tidak terlalu
sangkal. Batuan yang diterobos haruslah batuan yang mudah bereaksi. Jadi
jelaslah bahwa tidak semua terobosan magma akan menghasilkan endapan bahan
galian kontak metasomatisme.
Suhu diantara kontak akan berkisar antara 500oC sampai 1100oC untuk
magma yang bersifat silika, dan makin jauh letaknya dari kontak, suhunya makin
menurun. Terdapatnya mineral-mineral tertentu akan menunjukan shu tertentu
pula, dimana mineral tersebut terbentuk, misalnya adanya mineral wollastonit

menunjukkan bahwa suhu tidak melebihi 1125oC, kuarsa menunjukan suhu di atas
573oC dan seterusnya.
Bahan galian hasil kontak metasomatisme terjadi karena adanya proses
rekristalisasi, penggabungan unsur, pergantian ion, maupun penambahan unsurunsur baru dari magma ke batuan yang diterobosnya. Dari proses rekristalisasi
batugamping misalnya, akan dihasilkan batu marmer, sedangkan rekristalisasi
batupasir kuarsa akan menghasilkan batu kuarsit.
Kalau suatu batuan samping memiliki komposisi mineral AB dan CD, maka
proses penggabungan kembali (recombination) akan berubah menjadi mineral AC
dan BD, dan oleh proses penambahan unsur-unsur dari magma akan berubah lagi
menjadi mineral ACX dan BDY, dimana mineral X dan Y unsur baru dari magma.
Penambahan unsur baru dari magma sebagian berupa logam, silika,
belerang, boron, khlor, flour, kalsium, magnesium dan natrium.
Mineral logam (ore minerals) yang berbentuk dalam kontak metasomatisme
hampir semuanya berasal dari magma, demikian juga mengenai kendungankandungan yang asing pada batuan yang terterobos, melalui proses penambahan
unsur.
Jenis magma yang menerobos perlapisan batuan yang akhirnya akan
menghasilkan endapan bahan galian kontak metasomatisme pada umumnya
terbatas pad jenis magma silika dengan komposisi menengah (intermidiate)
seperti kuarsa monzonit, granodiorit atau kuarsa diorit. Tetapi magma yang sangat
kaya akan silika seperti jenis granit jarang yang akan menghasilkan endapan
bahan galian, demikian pula dengan magma yang ultrabasa. Sedangkan pada
magma

yang

basa

kadang-kadang

terbentuk

endapan

bahan

galian

metasomatisme.
Hampir semua endapan bahan galian kontak metasomatik berasosiasi
dengan tubuh batuan beku intrusif yang berupa stock, batholit ataupun tubuhtubuh batuan beku intrusif lain yang seukuran dengan stock atau batholit, tidak
pernah

berasosiasi

dengan dike atau sill yang

berukuran

kecil,

sedangkan lacolith atau sill yang besar meskipun jarang dijumpai tetapi kadangkadang dapat menghasilkan endapan bahan galian kontak metasomatik.
8

Batuan samping yang terterobos oleh magma, yang paling besar


kemungkinannya untuk dapat menimbulkan deposit kontak metasomatik adalah
batuan karbonat. Batugamping murni maupun dolomit dengan segera akan
mengalami rekristalisasi dan rekombinasi dengan unsur-unsur yang berasal dari
magma, malahan pada batugamping yang tidak murni, efek kontak metasomatik
yang terjadi lebih kuat, karena unsur-unsur pengotoran seperti silika, alumina dan
besi adalah bahan-bahan yang dapat dengan mudah membentuk kombinasikombinasi batu dengan oksida kalsium. Seluruh masa batuan di sekitar kontak
dapat berubah menjadi garnet, silika dan mineral bijih.
Sedang batuan yang agak sedikit terpengaruh oleh intrusi magma adalah
batupasir. Kalau mengalami rekristalisasi batupasir akan menjadi kuarsit yang
kadang-kadang mengandung mineral-mineral kontak metasomatik yang tersebar
setempat-setempat. Sedang lempung akan mengalami pengerasan dan dapat
berubah menjadi hornfels, yang umumnya mengandung mineral-mineral
andalusit, silimanit dan staurolit.
Tingkat perubahan terjadi pada batuan sedimen klastik halus tersebut
tergantung dari tingkat kemurniannya, paling baik kalau lempung tersebut bersifat
karbonatan yaitu mengandung kotoran karbonat. Tetapi secara umum batuan
sedimen argillceous seperti lempung, jarang yang mengandung mineral-mineral
bahan galian.
Sedangkan pada batuan beku maupun metamorf, kalau mengalami
terobosan magma hampir tidak mengalami perubahan yang berarti, kecuali kalau
antara magma yang menerobos dan batuan beku yang diterobos komposisinya
sangat berbeda, misalnya magma granodiorit yang menerobos gabro, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan-perubahan yang besar pada gabronya.
Jadi secara umum dikatakan bahwa batuan yang paling peka terhadap kontak
metasomatisme dan paling cocok untuk terjadinya pembentukan endapan bahan
galian bijih adalah batuan sedimen, terutama yang bersifat gampingan dan tidak
murni.
Sedangkan bentuk, posisi atau penyebaran daripada bahan galian yang
terjadi pada proses kontak metasomatisme banyak tergantung juga pada struktur
9

dari batuan yang diterobos, akan tetapi pada umumnya terbentuk tidak teratur dan
terpisah-pisah. Bentuk tidak teratur tersebut lebih sering terjadi pada batugamping
yang tebal. Sedangkan pada batugamping yang berlapis-lapis maupun yang
terkekarkan, maka endapan bijih tersebut dapat membentuk menjari atau melidah.
Volume deposit kontak metasomatik pada umumnya kecil, berkisar antara
beberapa puluh sampai beberapa ratus ribu ton bijih saja, jarang sekali dapat
dijumpai yang berukuran sampai jutaan ton. Dimensinya antara 30 sampai 150
meter saja.
4. Konsenterasi Hidrotermal
Produk akhir dari proses diferensiasi magmatik adalah suatu larutan yang
disebut larutan sisa magma, yang mungkin dapat mengadung konsenterasi logam
yang dulunya berada dalam magma. Larutan sisa magma ini yang juga
disebut larutan hidrotermal, banyak mengandung logam-logam yang berasal dari
magma yang sedang membeku dan diendapkan ditempat-tempat sekitar magma
yang sedang membeku tadi. Larutan ini makin jauh letaknya dari magma makin
kehilangan panasnya, sehingga dikenal adanya deposit hidrotermal suhu tinggi di
tempat yang terdekat dengan intrusi, deposit hidrotermal suhu menengah ditempat
yang agak jauh, dan deposit hidrotermal suhu rendah di tempat yang terjauh.
Deposit tersebut juga dinamakan hipotermal, mesotermal dan epitermal,
tergantung dari suhu, tekanan, dan keadaan geologi di mana mereka terbentuk,
seperti yang ditunjukan oleh mineral-mineral yang dikandungnya.
Dalam perjalanannya melalui (menerobos) batuan, larutan hidrotermal
akan mendepositkan mineral-mineral yang dikandungnya di rongga-rongga
batuan dan membentuk deposit celah (cavity filling deposit) atau melalui proses
metasomatik membentuk deposit pengganti (replacement deposit).
Secara umum deposit replacement terjadi pada kondisi suhu dan tekanan
tinggi jadi pada daerah lebih dekat batuan intrusinya, merupakan deposit
hipotermal. Sebaliknya deposit pengisian atau deposit celah (cavity filling deposit)
lebih banyak terjadi di daerah dengan suhu dan tekanan rendah, jadi merupakan
deposit epitermal, yang terletak agak jauh dari batuan intrusifnya.
10

Syarat-syarat penting untuk terjadinya deposit hidrotermal adalah :


a) Adanya larutan yang mampu melarutkan mineral-mineral.
b) Adanya tekanan atau rongga pada batuan yang dapat dilewati larutan.
c) Adanya tempat dimana larutan dapat mendepositkan kandungan
mineralnya.
d) Ada reaksi kimia yang menghasilkan pengendapan mineral baru.
e) Konsentrasi mineral yang cukup dalam deposit sehingga menguntungkan
kalau ditambang.
5. Sedimentasi
Proses-proses sedimentasi tidak saja menghasilkan batuan-batuan sedimen,
tetapi dapat juga menghasilkan deposit-deposit mineral berharga seperti mangan,
besi, tembaga, batubara, karbonat, tanah lempung, belerang, lempung pemurni
(fullers earth atau bleekarde), lempung bentonit, tanah diatome, dan secara tidak
langsung deposit vanadium-uranium. Meskipun demikian deposit-deposit tersebut
sebenarnya juga batuan sedimen, yang kebetulan karena sifat-sifat kimiawi dan
fisikanya kemudian menjadi sangat berharga. Karenanya, cara terbentuknya juga
sama dengan cara terbentuknya batuan sedimen, harus ada batuan yang bertindak
sebagai sumber (asal), harus ada suatu proses yang mengangkut dan
mengumpulkan bahan-bahan hasil rombakan batuan asal, dan akhirnya
pengendapan hasil rombakan tersebut pada suatu cekungan pengendapan tertentu.
Kemudian mungkin saja dapat terjadi alterasi kimiawi ataupun kompaksi dan
perubahan-perubahan lain pada endapan tersebut. Jadi dalam proses di atas
jelaslah bahwa batuan asal haruslah mengalami pelapukan terlebih dahulu, baik
pelapukan fisik maupun pelapukan kimia, sebelum diangkut dan diendapkan
ditempat lain.
Jenis batuan asal, cara pengangkutannya, dan lingkungan pengendapan
dimana bahan-bahan tersebut akan diendapkan kembali, pada umumnya akan
serupa bagi satu jenis bahan tertentu.
Termasuk dalam proses sedimentasi ini pengendapan deposit mineral akibat
penguapan (evaporation). Proses penguapan ini paling baik terjadi di daerah
beriklim panas dan kering.

11

Air tanah, air danau atau air pada daerah laut yang tertutup seperti laguna,
dapat menghasilkan deposit-deposit mineral sebagai akibat proses penguapan.
Juga sumber-sumber air panas dapat menghasilkan deposit serupa.
Deposit-deposti mineral yang terjadi oleh proses ini adalah garam dapur dari
penguapan air laut atau air tanah yang asin, gipsum dan anhidrit berasal dari
penguapan daerah lagun atau kadang-kadang dapat juga dari daerah rawa-rawa,
garam-garam kalium dari penguapan air laut, dan dari penguapan air tanah dapat
diendapkan garam-garam natrium karbonat, kalsium karbonat, garam nitrat dan
natrium sulfat.
Melihat proses kejadiannya, maka hampir semua deposit mineral sebagai
akibat penguapan ini berbentuk tipis dan meluas, jarang dijumpai dalam bentuk
yang tebal. Misalnya endapan gipsum, biasanya tebalnya antara 1 sampai 2 meter
saja, kecuali kalau pada saat terjadinya pengendapan disertai pula dengan
penurunan dasar cekungan pengendapan secara perlahan-lahan, maka dalam hal
ini mungkin saja endapan gipsumna dijumpai dalam keadaan agak tebal.
6. Pelapukan
Proses pelapukan yang meskipun berjalan lambat tetapi teru-menerus
dalam jangka waktu lama, sehingga pada akhirnya batuan dan mineral-mineral
yang dikandungnya akan mengalami disintregasi sebagai akibat pelapukan fisik
dan dekomposisi sebagai akiat pelapukan kimiawi. Pelapukan fisika dan kimiawi
terdiri dari bermacam-macam proses yang dapat bekerja sendiri-sendiri ataupun
secara bersama-sama. Pelapukan kimiawi banyak terjadi di daerah yang beriklim
basah dan panas seperti di Indonesia ini, sedang pelapukan fisik lebih menonjol di
daerah yang beriklim kering.
Hasil pelapukan dapat dibedakan atas tiga jenis atau kelompok, yaitu :
a) Bahan-bahan yang dilarutkan dan diangkut sebagai larutan.
b) Bahan-bahan yang diangkut bukan sebagai larutan, tetapi sebagai bahan
padat, yaitu sebagai beban melayang (suspensi) dan sebagai beban dasar
(bed-load).
c) Bahan-bahan yang tertinggal.

12

Diantara ketiga jenis bahan sebagai hasil proses pelapukan diatas, maka
bahan jenis pertama kalau merupakan bahan berharga konsenterasinya akan
merupakan deposit evaporit (penguapan) yang telah diterangkan di depan. Sedang
konsenterasi bahan galian kedua akan merupakan deposit karena proses
sedimentasi seperti telah diuraikan didepan.
Sedang bahan-bahan yang tertinggal dapat dikelompokkan menjadi empat
kelompok, yaitu :
a) Yang berupa tanah (soil) biasa, tanpa kandungan mineral-mineral
berharga.
b) Yang berupa residu, terdiri dari mineral berharga dalam jumlah yang dapat
diusahakan.
c) Residu yang berupa mineral berat dan mineral ringan yang tidak dapat
larut karena sifatnya yang stabil di mana hanya mineral yang berat yang
berharga, sedang yang ringan tidak berharga. Keduanya dapat dipisahkan
dengan cara dialiri air atau udara.
d) Bahan yang dapat larut oleh air yang meresap ke dalam tanah dan
diendapkan di tempat yang dangkal dibawahnya untuk membentuk deposit
mineral berharga.
Kelompok mana yang terbentuk tergantung dari hal-hal di bawah ini :

Keadaan alami batuan asalnya


Keadaan topografi
Keadaan iklim
Dari keempat kelompok di atas, kedua akan membentuk deposit

konsenterasi residual, kelompok ketiga membentuk deposti konsenterasi mekanis


atau deposit placer dan kelompok keempat akan membentuk deposit pengkayaan
sekunder (secondary enrichment deposit).
- Deposit konsentrasi residual
Konsenterasi residual adalah suatu pengumpulan bahan residu yang
berharga setelah bagian-bagian tidak berharga tersingkirkan oleh proses
pelapukan. Contoh deposit yang terbentuk secara ini adalah bijih besi yang
terkandung dalam gamping murni dalam bentuk besi karbonat. Oleh proses

13

Pelaruta (pelapukan kimiawi) gampingnya akan larut dan besinya tertinggal.


Seperti juga besi, mangan juga dapat terbentuk akibat pelapukan kimiawi.
Meskipun aluminium termasuk unsur yang sangat banyak dijumpai pada
kerak bumi, tetapi sebagian besar ada dalam kombinasi dengan bahan lain yang
masih menimbulkan kesulitan untuk dapat diambil secara komersial. Sampai
sekarang hanya bauksit yang merupakan bijih aluminium yang komersial. Bauksit
adalah suatu oksida aluminium yang terhidrasi, dan berasal dari hasil pelapukan
batuan beku yang kaya akan mineral-mineral feldspar dan tidak mengandung
mineral kuarsa, yaitu nepheline syenit. Bauksit yang baik mengandung kira-kira
50% aluminium dan kurang dari 6% silika, 10% oksida besi dan 4% oksida
titanium.
Beberapa jenis batuan beku yang basa, mengandung sejumlah kecil nikel.
Di bawah pengaruh pelapukan di daerah tropis atau subtropis batuan semacam itu
akan melepaskan silika dan menghasilkan ikatan nikel dan magnesium. Di
beberapa tempat, nikel tersebut dalam bentuk mineral garnierit, oleh proses
konsentrasi residual dapat menjadi deposit yang komersial.
- Deposit konsetrasi mekanis atau placer
Sisa pelapukan yang tidak dapat larut akan menghasilkan suatu selubung
dari bahan-bahan lepas, diantaranya berat dan beberapa lagi ringan; ada yang
getas (britlle) dan ada yang tahan (durable). Bahan-bahan tersebut oleh suatu
media tertentuk seperti air yang mengalir (sungai), angin arus pantai (beach),
ataupun ari permukaan (running water) dapat mengalami pemisahan bagian yang
berat

terhadap

bagian

yang

ringan

secara

gravitasi

dan

membentuk

endapan placer.
Konsentrasi hanya dapat terjadi kalau mineralberharga yang bersangkutan
memiliki tiga sifat sebagai berikut :

Berat jenisnya tinggi


Tahan terhadap pelapukan kimiawi
Tahan terhadap benturan-benturan fisik (durable)

14

Mineral

placer

yang

memiliki

sifat-sifat

tersebut

adalah

emas,

platina, tinstone, magnetit, khromit, ilmenit, rutil, tembaga, batu mulia, zircon,
monazit, fosfat, tantalit, columbit. Diantara bahan-bahan tersebut di atas yang
paling berharga sebagai deposit placer adalah emas, platina, tinstone, ilmenit
(bijih titanium), intan dan ruby.
- Deposit sebagai akibat oksidasi dan pengkayaan sekunder
Air dan oksigen adalah tenaga pelapukan kimiawi yang sangat kuat, kalau
mereka bersentuhan dengan suatu deposit bijih, maka hasilnya adalah reaksireaksi kimia yang kadang-kadang dapat drastis dan merubah deposit yang sudah
ada tersebut. Air permukaan yang mengandung oksigen akan bersifat sebagai
bahan pelarut yang mampu melarutkan mineral-mineral tertentu. Suatu deposit
bijih dapat teroksidasi dan dapat kehilangan banyak kandungan mineral yang
berharga karena tercuci (leached), kemudian terbawa ke bawah oleh air
permukaan yang sedang turun ke bawah (meresap ke bawah).
Pada bagian abwah, akhirnya larutan tersebut mengendapkan kandungankandungan mineral logamnya menjadi endapan bijih teroksidasi (oxidized ores),
ini terjadi di atas muka air tanah.
Pada saat larutan memasuki air tanah di bawah muka air tanah, mereka
memasuki zona dimana tidak ada oksigen dan kandungan logamnya lalu
diendapkan dalam bentuk logam-logam sulfida. Proses tersebut dinamakan
pengkayaan sulfida sekunder. Tentu saja gambaran tersebut tidak terjadi pada
semua deposit bijih yang terkena air, karena tidak semua deposit bijih
mengandung logam yang dapat teroksidasi, atau iklim yang tidak memungkinkan
terjadinya pelarutan yang kuat. Jadi haruslah ada kondisi khusus yang
mengangkut waktu, iklim, topografi dan jenis bijih tertentu untuk dapat terjadinya
zona teroksidasi dan zona diperkaya.
7. Deposit oleh Proses Metamorfisme
Metamorfisme adalah suatu proses dimana batuan dan mineral mengalami
ubahan akibat adanya tekanan dan suhu yang tinggi yang ditimpakan kepadanya,
15

disamping itu kadang-kadang disertai pula dengan penambahan air dan karbon
dioksida. Ubahan ini dapat dalam bentuk kristalisasi maupun rekombinasi dari
kandungan-kandungan batuan yang menimbulkan mineral-mineral bukan logam
baru yang berharga. Deposit mineral yang terjadi oleh proses metamorfisme
terutama adalah grafit, asbes, talk, batusabun, garnet dan bahan-bahan abrasif.

8. Konsentrasi oleh Proses Air Tanah


Yang dimaksud dengan air tanah adalah air di bawah permukaan tanah dan
di bawah muka air tanah, semua pori batuan terisi jenuh dengan air. Sedangkan air
tanah yang berada di atas muka air tanah disebut air gravitasi (gravity water).
Muka air tanah ini biasa juga disebut water table.
Air tanah dapat dibedakan antara yang berasal dari curah hujan dan
merembes ke dalam tanah yang akhirnya masuk ke dalam lapisan pembawa air
(aquifer) dan air tanah yang terjebak di dalam lapisan batuan bersamaan dengan
waktu batuan sedimen itu terbentuk. Air tanah jenis pertama disebut air meteorik
(meteoric water) dan yang kedua disebut air konet (connet water). Karena sifat
terbentuknya maka air konet ini lebih kaya akan garam garam dibandingkan
dengan air meteorik. Di daerah pedalaman yang jauh dari pantai sering air tanah
yang kaya akan garam-garaman ini ditambang untuk diambil garamnya dan
dikenal sebagai garam air tanah.
Salah satu contoh pengusahaan garam air tanah ini adalah di daerah Kuwu,
Purwodadi (Jawa Tengah). Di sini air tanah konet terdesak keluar oleh gas methan
dan menimbulkan apa yang disebut mud volcano (gunung lumpur). Oleh
penduduk air konet yang keluar tersebut, yang juga muncul di sumur-sumur
galian, diuapkan dan diambil endapan garamnya.

16

Gambar 1. Eksplorasi

Gambar 2. Pengeboran (drilling)

Gambar 3. Open pit

BAB III
PENUTUP

17

3.1 Kesimpulan
Kegiatan eksplorasi bahan galian umumnya melalui beberapa tahap eksplorasi, dimulai
dari survey tinjau, prospeksi, eksplorasi umum sampai eksplorasi rinci. Setiap tahap eksplorasi
yang dilakukan tidak hanya melibatkan ahli geologi tetapi juga ahli-ahli geofisika,
geokimia,geodesi, teknik pemboran, geostatistik dan sebagainya.

18

Anda mungkin juga menyukai