Anda di halaman 1dari 9

JST Kesehatan, Oktober 2011, Vol.1 No.

3 : 253 261

ISSN 2252-5416

HUBUNGAN ANTARA DERAJAT ANSIETAS DENGAN DISPEPSIA ORGANIK


Relationship Between Degree of Anxiety and Organic Dyspepsia
A. Soraya Tenri Uleng1, A. Jayalangkara1 , Hawaidah1 , Ilhamjaya Patellongi2
1

Bagian Ilmu Penyakit Jiwa,Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar


2
Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui derajat ansietas pada dispesia organik dan melihat
hubungan derajat ansietas dengan dispesia organik. Penelitian ini menggunakan desain penelitian
deskriptif analitik dengan metode cross sectional study. Pengukuran Ansietas dengan scoring
kecemasan menggunakan Hamilton Ansietas Rating Scale (HARS). Data selanjutnya dianalisis
dengan menggunakan analisis korelasi spearman kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan hubungan yang bermakna (p>0,05) antara derajat
gastritis dan jenis ulkus dengan derajat kecemasan yang menyertai penderita dispepsia organik.
Hasil uji korelasi Gamma terhadap stresor psikososial dengan derajat kecemasan yang menyertai
penderita dispepsia organik menunjukkan hasil bermakna dengan koefisien korelasi sebesar = 0,786
dan p=0,000.
Kata kunci : ansietas, dispepsia organik, stresor psikososial
ABSTRACT
This study aims to determine the degree of anxiety on organic dispesia and to know the relationship
degree of anxiety on organic dispesia. This research uses descriptive analytical research design with
cross sectional study. Measurement of Anxiety by scoring anxiety using the Hamilton Anxiety
Rating Scale (HARS). The data were then analyzed by using Spearman correlation analysis is then
presented in tabular form.The results showed that no significant correlation (p> 0.05) between the
degree of gastritis and ulcer type with a degree of anxiety that accompanies organic
dyspeptic
patients. Gamma correlation test result of psychosocial stressors
with the degree of anxiety
that accompanies organic dyspeptic patients showed significant results with correlation coefficient =
0.786 and p = 0.000.
Keywords: anxiety, organic dyspepsia, psychosocial stressors

bagian atas yang berlangsung lebih dari 3


bulan dalam jangka waktu 1 tahun.
Adapun etiologi dari dispepsia organil
yaitu tukak peptik, gastroduodenitis,
gangguan vaskuler, tumor gastroduodenal
dan lain-lain. Dari data Centre of
GastroenteroHepatologi
RS.Wahidin
Sudirohusodo tahun 2006 2008
mendapatkan tukak peptik (60%) dan
gastroduodenitis (erosif 39.5% dan
superfisial 32.6%) sebagai penyebab
tersering dispepsia organik.

PENDAHULUAN
Dispepsia organik merupakan
salah satu bentuk dispepsia selain
dispepsia fungsional
yang sering
dijumpai pada praktek sehari-hari.
Penderita datang berobat mulai dengan
keluhan nyeri perut sampai dengan
perdarahan saluran cerna atas dan
umumnya pada golongan usia lebih dari
45 tahun. Istilah dispepsia sendiri
berdasarkan kriteria Roma II (1999)
merupakan suatu kumpulan gejala rasa
nyeri atau tidak nyaman pada perut
253

A. Soraya Tenri Uleng

ISSN 2252-5416

Banyak
penelitian
yang
menghubungkan
kejadian
dispepsia
dengan gangguan kejiwaan seperti
penelitian yang kami
lakukan pada
bagian Gastroenterohepatologi
RS.
Wahidin Sudirohusodo pada tahun 2008.
Pada Penelitian kami temukan pada
pasien dispepsia ada hubungannya
dengan ansietas dimana dispepsia
fungsional
lebih
tinggi
tingkat
ansietasnnya
dibandingkan
pasien
dispepsia organik. Adapun penelitian
dillakukan oleh Citra JT, menemukan
bahwa
baik
penderita
dispepsia
fungsional maupun dispepsia organik
pernah ada yang mengalami ansietas
dengan
tingkatan
yang bervariasi
ringan, sedang dan berat. Penderita
dispepsia fungsional yang mengalami
ansietas lebih banyak dari pada dispepsia
organik.
Penelitian yang dilakukan oleh
Hasan dan Abdul Azis menunjukkan
bahwa ada hubungan antara dispepsia
organik dan dispepsia fungsional dengan
kecemasan dimana 25% dari penderita
tukak duodenal, 31,2% pasien dispepsia
fungsional ditemukan gangguan jiwa
dalam bentuk kecemasan dan depresi.
Penelitian yang dilakukan Pierre J. dan
kawan-kawan yang menilai hubungan
antara tukak lambung dan gangguan
kepribadian di mana data diambil dari
survey epidemologi nasional alkohol di
Amerika menunjukkan bahwa dispepsia
organik berkaitan dengan
gangguan
kepribadian
seperti
membangkang,
dependen, obsesif kompulsif, paranoid,
schizoid, histerionik dan anti sosial.
Demikian juga Haug TT, dan
kawan-kawannya yang membandingkan
peristiwa-peristiwa dalam kehidupan dan
stres pada pasien dispepsia fungsional
dan pasien dispepsia organik yang
diteliti dimana sebelumnya pasien-pasien
tersebut mengalami peristiwa-peristiwa
ketegangan (stres) dalam kehidupan
selama 6 bulan sebelumnya. Ditemukan
pasien-pasien
dengan
dispepsia
fungsional
mempunyai
derajat
kecemasan yang lebih tinggi, depresi dan

keluhan somatisasinya daripada pasien


dengan tukak peptik. Dan mereka juga
merasa kurang puas terhadap pelayanan
kesehatan, dan gangguan ini sangat
mempengaruhinya
secara
negatif
terhadap kualitas hidup dan pada
pengukuran kesehatannya.
Dispepsia organik dalam hal ini
juga
dihubungkan
dengan
faktor
kecemasan, meskipun dari beberapa
penelitian masih di perdebatkan apakah
ada hubungan
langsung antara
kecemasan dengan terbentuknya tukak
atau kecemasan hanya menyebabkan
rentannya mukosa saluran pencernaan
sehingga lebih mudah terinfeksi oleh
bakteri Helicobacter pylori (H.pylori).
Helicobacter pylori sendiri merupakan
salah satu penyebab dari dispepsia
fungsional dan dispepsia organik
terutama tukak peptik.
Seiring
dengan
kemajuan
perkembangan dibidang Gastroenterohepatologi dan pencitraannya melalui
endoskopi maka penderita gangguan
pencernaan dalam hal ini sindroma
dispepsia telah dapat didiagnosis apakah
termasuk dalam dispepsia fungsional atau
organik secara pasti sehingga dapat
menentukan tatalaksana pengobatan.
Data diperoleh pada tahun 2009 pada
pemeriksaan endoskopi yang dilakukan
di bagian Endoskopi RS Wahidin Sudiro
Husodo,
pasien yang melakukan
endoskopi sebanyak 236 pasien yang
terdiri dari 143 pasien laki-laki dan 93
pasien wanita, ditemukan dispepsia
organik lebih banyak pada laki-laki
sedangkan dispepsia fungsional lebih
banyak pada wanita. Demikian pula pada
pemeriksaan endoskopi saluran cerna
bagian atas terhadap 1615 pasien dengan
dispepsia
kronik
pada Subbagian
Gastroenterologi rumah sakit pendidikan
Makassar ditemukan prevalensi tukak
duodenum sebanyak 14%,
tukak
duodenum dan tukak lambung sebanyak
5 %, umur terbanyak 45 - 65 tahun
dengan kecenderungan semakin tua
umur, prevalensi semakin meningkat.

254

ISSN 2252-5416

Ansietas, dispepsia organik, stresor psikososial

Dari data tersebut diatas maka


dapat dilihat bahwa untuk dispepsia
fungsional tidak diragukan
lagi
mempunyai hubungan dengan gangguan
kejiwaan
khususnya
kecemasan,
sedangkan dispepsia organik sampai saat
ini pada beberapa penelitian
masih
menjadi perdebatan, sehingga peneliti
mengganggap pentingnya dilakukan
penelitian ini apakah. kecemasan bisa
meningkatkankan asam lambung dan
berhubungan dengan kejadian dispepsia
organik terutama gastroduodenitis dan
tukak peptik. Diketahuinya hubungan ini
maka diharapkan nantinya akan berguna
untuk penanganan pasien dispepsia
organik terutama dalam bidang psikiatri.

hanya sekitar 9,7%; lebih sedikit daripada


penderita yang berumur > 60 tahun
(17,2%). Paling banyak berpendidikan
sarjana (51,1%), disusul penderita dengan
pendidikan tamat SMA (31,5%).
Pekerjaan penderita paling banyak
PNS/TNI/POLRI (44,1%).
Gambaran Derajat Kecemasan pada
Penderita Dispepsia Organik
Derajat kecemasan yang diukur
berdasarkan Hamilton Anxietas Rating
Scale pada penderita Dispepsia Organik
dapat dilihat pada Tabel 2. Dari tabel 2

dapat dilihat bahwa hanya 12 orang


diantara 93 orang penderita dispepsia
organik (12,9%) tidak disertai
kecemasan. Berarti 87,1% disertai
kecemasan. Paling banyak penderita
mengalami kecemasan derajat ringan
(48,4%), disusul yang berat (23,7%)
dan selebihnya mengalami kecemasan
derajat sedang (15,1%).

METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan
pada penelitian ini
jenis penelitian
analitik dengan metode cross sectional
study dengan jumlah sampel 93 pasien
dispesia yang berobat dan melakukan
endoskopi dipoliklinik gastroenterohepatologi RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan rumah sakit Ibnu Sina
Makassar, selama 3 bulan sejak
Desember 2010 sampai dengan Januari
2011. Sampel penelitian dikumpulkan
menggunakan
teknik
consecutive
sampling yaitu subyek penelitian
diperoleh berdasarkan urutan masuknya
dirumah sakit. Data kemudian diolah
dengan uji perbandingan dari Sperman.

Bila penderita yang mengalami


kecemasan
dianalisis
berdasarkan
komponen organik yang ditemukan pada
penderita dispepsia organik, hasilnya
dapat dilihat pada Tabel 3. Dari tabel 3
dapat dilihat bahwa hanya sebagian kecil
penderita dispepsia organik tidak disertai
dengan kecemasan, terutama bila
kelainan yang ditemukan pada penderita
berupa gastritis disertai tukak.
Tabel 4. menujukkan bahwa dari
65 orang penderita gastritis, 9 orang tidak
mengalami kecemasan, 28 orang dengan
tingkat kecemasan ringan, 11 orang
dengan tingkat kecemasan sedang dan 17
orang dengan tingkat kecemasan berat.
Tidak ditemukan hubungan yang
bermakna antara derajat gastristis dengan
derajat kecemasan. Hasil uji korelasi
Gamma menunjukkan r= - 0,102 dan
p=0,300. Tingkat kecemasan berat justru
paling banyak ditemukan pada gastritis
ringan, sedangkan pada gastritis berat
lebih
banyak
ditemukan
tingkat
kecemasan ringan.

HASIL PENELITIAN
Diperoleh 93 orang sampel
penelitian, berumur antara 15 sampai >
60 tahun, pendidikan bervariasi dari SD
hingga PT dengan pekerjaan yang sangat
bervariasi. Adapun hasil distribusi
penderita berdasarkan karakteristik umur,
jenis
kelamin,
pendidikan
dan
pekerjaannya dapat dilihat pada Tabel 1.
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa
Pria (53,7%) lebih banya daripada wanita
(47,3%), paling banyak berumur 46 60
tahun (38,7%) disusul oleh umur 31 45
tahun (34,4%). Umur 15 30 tahun

255

A. Soraya Tenri Uleng

ISSN 2252-5416

Tabel 1. Karakteristik Sampel Penelitian


Jenis Kelamin (%)
Pria
Wanita
n=49 (53,7)
n=44 (47,3)

Variabel
Umur (tahun)
15 30
31 45
46 60
> 60
Pendidikan
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Sarjana
Pekerjaan
PNS/TNI/POLRI
Swasta/Wiraswasta
Pelajar/Mahasiswa
Lain-lain (ibu RT,
Pensiunan, Petani)

Total (%)
n=93 (100,0)

3 (3,2)
15 (16,1)
20 (21,5)
11 (11,8)

6 (6,5)
17 (18,3)
16 (17,2)
5 (5,4)

9 (9,7)
32 (34,4)
36 (38,7)
16 (17,2)

4 (4,3)
4 (4,3)
9 (9,8)
31 (33,7)

5 (5,4)
4 (4,3)
20 (21,7)
16 (17,4)

9 (9,8)
8 (8,7)
29 (31,5)
47 (51,1)

24 (25,8)
12 (12,9)
2(2,2)
11 (11,8)

17 (18,3)
6 (6,5)
3 (3,2)
18 (19,4)

41 (44,1)
18 (19,4)
5 (5,4)
29 (31,32)

Tabel 2. Distribusi penderita dispepsia organik menurut derajat kecemasan dari Hamilton
Anxietas Rating Scale
Hamilton
Anxietas Rating
Scale
Skor < 6
Skor = 6 14
Skor = 15 27
Skor > 27

Derajat Kecemasan

Tidak cemas
Ringan
Sedang
Berat
Total

12
45
14
22
93

12,9
48,4
15,1
23,7
100,0

Tabel 3. Distribusi penderita menurut komponen dispepsia dan kecemasan

Komponen Dispepsia Organik


Gastritis

Tukak

Gastritis+Tukak

Cemas (%)
Ya
Tidak
56 (86,2)
9
(13,8)
20 (87,0)
3
(13,0)
5 (100,0)
0
(0,0)

256

Total
65 (100,0)
23 (100,0)
5
(100,0)

ISSN 2252-5416

Ansietas, dispepsia organik, stresor psikososial

Tabel 4. Gambaran derajat kecemasan menurut derajat gastristis pada penderita gastritis
Derajat Kecemasan
Gastritis
Tidak cemas Ringan
Sedang
Berat
Ringan
6
19
8
13
Sedang
2
5
2
4
Berat
1
4
1
0
Total
9
28
11
17
Keterangan: hasil uji korelasi Gamma r= - 0,102 dan p=0,300

Total
46
13
6
65

bakteri helicobacter pylori. Hanya


sebagian kecil penderita gastritis disertai
bakteri Helicobacter pylori.
Penderita dengan Tukak tanpa
gastritis hanya 23 orang diantara 93
orang sampel (24,7%) dan sebagian besar
(15 orang) dengan diagnosis tukak aktif.
Ditemukan pula 5 orang penderita (5,4%)
dengan gastristis disertai tukak. Dari 23
orang yang mengalami tukak tanpa
gastritis, 11 orang diantaranya ditemukan
bakteri Helicobacter pylori dan dari 15
orang penderita dengan tukak aktif,
ditemukan 9 orang dengan bakteri
Helicobacter pylori positip, atau dengan
kata lain, bakteri Helicobacter pylori
ditemukan lebih banyak pada penderita
tukak aktif daripada tukak tidak aktif.

Tabel 5 menujukkan bahwa dari


23 orang penderita tukak, 3 orang tidak
mengalami kecemasan, 15 orang dengan
tingkat kecemasan ringan, 2 orang
dengan tingkat kecemasan sedang dan 3
orang dengan tingkat kecemasan berat.
Tidak ditemukan hubungan yang
bermakna antara derajat tukak dengan
derajat kecemasan. Hasil uji korelasi
Cramers V menunjukkan r= 0,144 dan
p=0,987. Pada tukak aktif lebih banyak
pada tingkat kecemasan ringan (10
orang) dan tingkat kecemasan berat
ditemukan hanya 2 orang. Pada pada
penderita yang mengalami sikatriks, juga
paling banyak mengalami kecemasan
ringan.
Berdasarkan kelainan organik
yang ditemukan, hasil analisis distribusi
penderita dapat dilihat pada Tabel 6.
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa dari 93
orang, 65 orang diantaranya (69,9%)
menderita
gastristis dengan derajat
gastristis paling banyak berupa gastritis
ringan,
disusul
gastritis
sedang.
Selebihnya adalah penderita gastritis
berat. Dari 65 orang yang menderita
gastritis, 23 orang diantaranya ditemukan

Stresor psikososial pada penderita


dispepsia organik
Pada Tabel 7 dari 93 orang
penderita dispepsia organik, 61 orang
diantaranya tidak ditemukan adanya
stresor psikososial, 28 orang hanya
memiliki satu stresor psikososial dan
hanya 4 orang mengalami 2 orang
stresor psikososial.

Tabel 5. Gambaran derajat kecemasan menurut jenis tukak pada penderita tukak
Derajat Kecemasan
Tukak
Tidak cemas Ringan
Sedang
Berat
Aktif
2
10
1
2
Tidak aktif
0
1
0
0
Sikatriks
1
4
1
1
Total
3
15
2
3
Keterangan: hasil uji korelasi Cramers V r= 0,144 dan p=0,987

257

Total
15
1
7
23

A. Soraya Tenri Uleng

ISSN 2252-5416

Tabel 6. Distribusi penderita menurut komponen dispepsia organik

Dispepsia Organik
Gastritis
Ringan
Sedang
Berat
Tukak
Tidak Aktif
Aktif
Tukak dan Gastritis

Negatif
42
28
10
4
12
6
6
2

Helicobacter Pylori
Positif
23
18
3
2
11
2
9
3

Total
65
46
13
6
23
8
15
5

Tabel 7. Hubungan derajat stresor psikososial dengan derajat kecemasan


Derajat Kecemasan
Derajat
Stresor Psikososial
Tidak Cemas Ringan
Sedang
Tidak ada
11
38
8
Satu Stresor
1
7
5
2 Stresor
0
0
1
Total
12
45
14
Keterangan: Hasil uji korelasi Gamma r =0,786 dan p=0,000

Hasil
uji
korelasi
Gamma
menunjukkan koefisien korelasi sebesar =
0,786 dan p=0,000. Berarti derajat stresor
psikososial
berhubungan
bermakna
dengan
derajat
kecemasan
yang
menyertai penderita dispepsia organik.
Semakin banyak stresor psikososial yang
dialami,
semakin
tinggi
derajat
kecemasan yang menyertai penderita
dispepsia organik. Dari 4 orang yang
mengalami 2 stressor psikososial 3
orang diantaranya mengalami tingkat
kecemasan berat. Dari 28 orang yang
mengalami satu stresor psikososial 15
orang dintaranya (53,6%) mengalami
derajat kecemasan berat, 5 orang
diantaranya dengan derajat kecemasan
sedang (17,9%). Sebaliknya, dari 61
orang yang tidak mempunyai stresor
psikososial hanya 4 orang diantaranya
(6,6%) mengalami derajat kecemasan
berat, dan 49 orang diantara 61 orang
penderita dispepsia organik yang tidak
mempunyai stresor psikososial (80,3%)
hanya mengalami kecemasan ringan atau

Berat
4
15
3
22

Total
61
28
4
93

tanpa kecemasan.
Adapun stresor
psikososial
pada dispepsia organik
terbanyak di temukan berturut turut
adalah masalah pekerjaan (47,5 %),
masalah hubungan suami/istri (22,5 %),
masalah anak (17,5 %) dan masalah
hubungan antar manusia (12,5 %).
PEMBAHASAN
Penelitian ini diperoleh hasil,
dispepsia organik dapat diderita oleh
semua orang tanpa memandang faktor
usia, pendidikan dan pekerjaan, pada
penelitian ini diperoleh terbanyak diatas
pertengahan 46-59 tahun, banyak
penelitian yang mendukung kenyataan
ini
pada
sub
bagian
Gastroenterohepatologilogi rumah sakit
pendidikan Makassar ditemukan, dari
penderita dispepsia organik umur
terbanyak
45 - 65 tahun dengan
kecenderungan semakin tua umur
prevalensi semakin meningkat., faktor
ketahanan tubuh berperan, semakin tua
umur semakin rentan terhadap kejadian
258

ISSN 2252-5416

Ansietas, dispepsia organik, stresor psikososial

penyakit, demikian
halnya pada
penelitian ini dispepsia organik lebih
banyak diderita oleh kaum laki-laki
daripada kaum wanita, walaupun tidak
diteliti pada penelitian ini, mungkin yang
berperan adalah faktor kebiasaan
merokok dan alkohol lebih banyak
dilakukan kaum laki-laki daripada kaum
wanita, juga sejalan dengan penelitian ini
pasien yang di endoskopi di bagian
Endoskopi RS Wahidin Sudiro Husodo,
ditemukan dispepsia organik lebih
banyak
pada laki-laki sedangkan
dispepsia fungsional lebih banyak pada
wanita. Demikian halnya semakin tinggi
tingkat pendidikan kejadian dispepsia
organik semakin meningkat, begitu pula
dengan pekerjaan banyak mengenai
pekerja kantor,. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Johnson R, dan kawankawan terhadap pasien dispepsia organik
dan dispepsia fungsional melaporkan
bahwa pada pasien dispepsia organik
biasanya berhubungan dengan usia,
riwayat keluarga dan kebiasaan merokok
sedangkan
dispepsia
fungsional
berhubungan dengan kondisi sosial,
kebiasaan hidup dan diet.
Pada penelitian ini,
pasien
dispepsia organik kebanyakan menderita
gastritis yaitu 65 orang (69,9%) ulkus
peptik 23 orang (24,7%) dan kombinasi
gastritis dengan ulkus peptik 5 orang
(5,4%). Berdasarkan penemuan terhadap
jenis dispepsia organiknya, gastritis
ringan yang tidak disertai kuman
helicobacter pyloric paling banyak,
menyusul gastritis sedang yang tidak
disertai kuman helicobacteri pyloric dan
gastritis berat yang tidak disertai kuman
heiicobacteri pyloric. Ini menandakan
bahwa semua penderita gastritis ringan
sampai berat, kuman helicobacter pyloric
tidak terlalu berperan menimbulkan
gastritis. Sebaliknya pada ulkus yang
aktif kuman helicobacter pyloric paling
banyak
ditemukan
menandakan
terjadinya ulkus, kuman helicobacter
pyloric sangat berperan.
Pada penelitian dapat dilihat bahwa
kuman Helicobacter pyloric paling

banyak ditemukan pada kategori cemas


ringan yaitu sebanyak 16 orang (44,4%)
dari 36 orang sedangkan yang bukan
penyebab kuman helicobacter pyloric
juga paling banyak ditemukan pada
kategori cemas ringan yaitu sebanyak 29
orang (50,9%) dari 57 orang. Setelah di
uji secara statistik maka diperoleh
koefisien korelasi = 0,012 nampaknya
bahwa kuman Helicobacter pylori tidak
memiliki hubungan bermakna dengan
derajat kecemasan.
Hampir sebagian besar penderita
dispepsia organik disertai kecemasan
mulai dari kecemasan yang ringan berat
lalu kecemasan sedang, ini memberikan
informasi kepada klinisi bahwa dispepsia
organik juga sebagian besar mempunyai
tingkat kecemasan sehingga terapi dari
psikiatri
perlu
dipertimbangkan.
Terjadinya kecemasan pada gastritis dan
ulkus kurang lebih sama banyak yaitu
86,2% pada gastritis dan 87,0% pada
ulkus, demikian pula halnya
tanpa
kecemasan pada gastritis dan ulkus
kurang lebih sama. Ini memberi
informasi bahwa pada penderita baik
gastritis maupun ulkus sama sama
mempunyai
kemungkinan
adanya
kecemasan dan kemungkinan tidak
adanya kecemasan. Tetapi apabila pada
penderita ditemukan kombinasi gastritis
dan ulkus, besar kemungkinan ditemukan
kecemasan dan tidak pernah ditemukan
tanpa kecemasan.
Penelitian yang dilakukan oleh
Reene.
D.
dkk,
memperlihatkan
hubungan kecemasan dengan tukak
peptik dimana didapatkan tukak peptik
berkaitan dengan kecemasan tanpa
mengenyampingkan
penyebab
lain
seperti
helicobacter
pylori
dan
penggunaan OAINS dimana kecemasan
juga
bisa
menjadi
co
morbid
terbentuknya tukak peptikum.
Penemuan yang sangat berarti pada
penelitian ini bahwa ternyata tidak ada
hubungan yang bermakna antara kejadian
dispepsia organik dengan derajat
kecemasan, ini membuktikan bahwa pada
dispepsia organik murni penyebabnya
259

A. Soraya Tenri Uleng

ISSN 2252-5416

bukan kecemasan tetapi kecemasan yang


timbul
akibat
dari
perjalanan
penyakitnya, mungkin karena penderita
merasa tidak pernah merasa sembuh dari
penyakitnya, paling baik gejala hanya
hilang sebentar lalu timbul lagi atau
kumat-kumatan, fakta ini menguatkan
bila penderita dispepsia organik itu
sekaligus menderita keduanya yaitu
gastritis dan ulkus tidak ada satupun
penderita yang bebas dari rasa cemas
oleh karena keluhan atau gejala gastritis
dan ulkus bersamaan atau silih berganti
sehingga tidak pernah terbebas dari
keluhan. Jadi di sini faktor fisik dan
psikis saling berinteraksi dan dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan,
misalnya pada saat menderita suatu
penyakit maka akan memicu timbulnya
kecemasan terhadap kondisi dirinya.
Hal yang paling penting juga pada
penelitian ini
ditemukankan secara
bermakna bahwa stressor psikososial
yang menyertai penderita dispepsia
organik akan mempengaruhi tingkat
kecemasannya makin banyak stressor
psikososialnya
maka
tingkat
kecemasannya makin berat.
Pada penelitian ini juga dapat
dilihat bahwa dari 93 orang penderita
dispepsia organik, 61 orang diantaranya
tidak memiliki stresor psikososial
(65,6%), yang memiliki satu gejala
sebanyak 28 orang (30,1%) sedangkan
yang memiliki dua gejala stressor
psikososial hanya sebanyak 4 orang atau
sebesar 4,3%. Setelah di uji korelasi
menunjukkan bahwa hubungan stressor
psikososial dengan dispepsia organik
memiliki koefisien korelasi sebesar 0,246
hal ini berarti tidak ada hubungan secara
bermakna antara stressor psikososial
dengan dispepsia organik
Hal yang menarik pada penelitian
ini ternyata bahwa stressor psikososial
tidak mempengaruhi kejadian dispepsia
organik tetapi stressor psikososial yang
menyertai penderita dispepsia organik
dengan kecemasan akan mempengaruhi
derajat kecemasannya.

KESIMPULAN
Pada dispepsia organik baik
gastritis maupun ulkus peptic, umumnya
disertai ansietas. Ansietas yang terjadi
tidak berhubungan dengan derajat
gastritis dan jenis ulkus peptik. Ini berarti
tidak ada hubungan antara derajat
ansietas dengan dispepsia organik.
Helycobacteri pylori tidak terlalu
berperan menimbulkan dispepsia organik
karena umumnya ditemukan dispepsia
organik
tanpa
adanya
kuman
helycobacteri pylori.Stress psikososial
sangat berhubungan dengan
derajat
ansietas, di temukan semakin banyak
sresor psikisosial semakin tinggi derajat
ansietas yang yang menyertai pada pasien
dispesia organik.
DAFTAR PUSTAKA
Ayub SI.
Panik Neurosis Dan
Gangguan Cemas, Ed. 2, Penerbit
PT. Dua As-AsJakarta, 2004, Hal :
26 32.
Akil M. Dispepsia,Buku Kuliah Ilmu
Penyakit
Dalam.
Bagian
Gastrohepatologi FKUH, 2006,
Hal : 57 60.
Ariyanto,
W.L.
2007.
Mencegah
Gangguan
Lambung.
www.kiatsehat.com, 2007
Arief Mansyur. Et. All. DispepsiaGastroenterologi, Kapita Selekta
FKUI, Media Aeculapius, Ed. 3,
2002 : 488 493.
Anxiety Disorder in Diagnostic And
Statistical Manual Of Mental
Disorder IV th ED, Puslished By
The
American
Psychiatri
Assocation Washington DC 1994:
393 400.
Bazaldua, OV et al.1999. Evaluation and
Management
of
Dyspepsia.
http://www.aafp.org/afp/991015ap/
1773.html, 15 Oktober 1999
Bazaldua, O.V. et al. 2006. Dyspepsia:
What It Is and What to Do About
It.
http://familydoctor.org/online/fam
docen/home/common/digestive/dy
spepsia.html, Desember 2006
260

Ansietas, dispepsia organik, stresor psikososial

ISSN 2252-5416

Chundaman. M, Dispepsi Pencegahan


Dan Pengobatannya, Pertemuan
Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit
Dalam, Tahun 2000 : Hal 75 81
Citra JT, Bagian Psikiatri Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera
Utara
http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234
56789/6316/3/psikiatri-citra.pdf.txt
Dharmika D. Dispepsia Fungsional Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I,
Edisi IV. Pusat penelitian Ilmu
Penyakit Dalam FKUI, 2006. Hal :
352 354.
Drossman
:
The
Fungtional
Gastrointestinal Disorder ang The
Rome II, GUT, Suplement II,
USA, 1999. Hal 111 115.
Guyton, Arthur C. 1997. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran/ Arthur C.
Guyton, John E. Hall. Irawati
Setiawan (ed). Jakarta: EGC
Hafeis H, Al-Qurain A, Karim A, The
Psychopathologi Duodenal Ulcer
Compared
with
Functional
Dyspepsia : A Case - Control
Study. Depertement Psychiatry,
Faculty Of Medicine, Damman,
Saudi Arabia, 1999.s
Harrison S, Prisiples of Internal
Medicine. Vol.IV Penerbit Buku
Kedokteran EEG
tahun 2000,
Hal 1532 1551.
Kaplan HI, Sadock BJ, Anxiety
Disorders in
Synopsis of
Psychiatry.Behavioral
Scinces/
Clinical Psychiatry X th ED,
Wolters
Kluwer
Lippincott
Williams 2007 : 579 627.
Kaligis F. Konsep Psikomatik Gangguan
Gastrointestinal, Jiwa Majalah
Psikiatri, thn XXXX NO.4,
Penerbit Yayasan Kesehatan Jiwa
Dharmawangsa, Jakarta 2007 : 60
64.
Levenstaine. Stress and Pectik Ulcer,
Beyond Helicobacter in British

Medical
Journal Vol.31, Hal :
534 -554.
Maramis. WF. Gangguan Psikosomatik
Saluran Pencernaan, Cetakan III,
Airlangga University Press, 2002 :
Hal 362 367.
Mujaddid E. Dispesia fungsional. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II,
Edisi IV, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Pieree, J.Frederic,L Levenstein S. Le
Stait.Y, Association Between
Pectic Ulcer and Personality
Disorders
in
Nasionally
Representative US sample, by
American
Psychomatic
Society,2010.
Pengaruh Stresor psikososial Terhadap
Dispepsia.dikutip klinik medik:
dalam
http//klinikmedik.com//arsipartikel.
Pillotto A, Franceschi M, Leandro G,
Paris F, Cascavilla L, Longo MG,
Niro V, Andriulli A, Scarcelli C,
Di Mario F.Proton-pump inhibitor
reduce the risk of uncomplicated
peptic ulcer w elderly either acute
or chronic users of aspirin/
non- steroidal anti-inflammatory drugs
aliment
Pharmacol & Therapi
2004;20;1091-7
N.Wibawa. Penangan Dispepsia pada
Lanjut
Usia.
Devisi
Gastrohepatologi Bagian Ilmu
Penyakit Dalam
FK-Ubud/
Denpasar dalam buku Ilmu
Penyakit Dalam, vol :VII, no.
Renee D. Goodwin, Murray S,
Generalized Anxiety an Peptic
Ulcer Diasease Among Adults in
United
States,
Phychomatic
Medicine, p 862 -866, 2002
R.Jhonson. B,et all. Peptic ulcer an non
ulcer dispepsia a disease and
disorder, scandivia journal primary
healt care.

261

Anda mungkin juga menyukai