Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH ALKALINE ELECTROLYZED WATER TERHADAP

NEOVASKULARISASI PADA TIKUS GALUR WISTAR (Rattus


norvegicus) DENGAN LUKA HIPERGLIKEMIA

VINA IFADA LUTHFI

ABSTRAK
Luka hiperglikemi merupakan salah satu komplikasi dari diabetes mellitus yang sering
muncul, dan sukar disembuhkan sehingga diperlukan perawatan yang komperhensif. Pada
penyandang hiperglikemi akan mengalami peningkatan radikal bebas sehingga merusak sel endotel
pembuluh darah. Kerusakan tersebut dapat mengganggu distribusi darah ke seluruh tubuh terutama
pada bagian distal tubuh, bagian yang kekurangan distribusi darah akan mengalami hipoksia
jaringan dan apabila dibiarkan dapat timbul luka dan selanjutnya luka tersebut menjadi nekrosis
atau gangren, bahkan dapat terjadi amputasi. Antioksidan yang dimiliki alkaline electrolyzed water
berfungsi membantu menurunkan radikal bebas penyandang hiperglikemia, sehingga dapat
memperbaiki kerusakan sel endotel darah, dan mampu meningkatkan neovaskularisasi. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh alkaline electrolyzed water terhadap neovaskularisasi
pada tikus galur wistar (rattus norvegicus) kondisi luka hiperglikemia. Jenis penelitian ini
menggunakan penelitian Quasy Experimental dengan metode simple random sampling. Peneliti
menggunakan tikus galur wistar (rattus norvegicus) sebagai hewan coba. Jumlah sampel sebanyak
30 ekor tikus. Data dianalisis menggunakan uji statistik Independent T Test didapatkan hasil pada
hari ke-4 Sig. (2.tailed) 0,014 (p value = <0,05), dan hari ke-8 Sig. (2.tailed) 0,000 (p value =
<0,05). Hasil dari penelitian ini adalah adanya pengaruh alkaline electrolyzed water terhadap
neovaskularisasi pada tikus galur wistar (Rattus norvegicus), maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Kata kunci : Luka Hiperglikemi, Alkaline Electrolyzed Water, Tikus Galur Wistar,
Neovaskularisasi.

ABSTRACT
Hyperglycemic ulceration are one of the most common complications of diabetes mellitus,
and are hard to cure and require comprehensive treatment. The people with hyperglycemia will
experience an increase in free radicals that damage blood vessel endothelial cells. The damage can
interfere with the distribution of blood throughout the body, especially in the distal part of the body,
the part that lacks the distribution of blood will experience tissue hypoxia and if left can lead to
injury and then the wound becomes necrosis or gangrene, even amputation can occur. The
antioxidant alkaline electrolyzed water serves to help lower free radicals of people with
hyperglycemia, which can improve blood cell endothelial damage, and can improve
neovascularization. This study aims to determine the effect of alkaline electrolyzed water on
neovascularization in strain wistar rats (Rattus norvegicus) of hyperglycaemia wound conditions.
This type of research uses Quasy Experimental research with simple random sampling method.
Researchers used strain wistar rats (rattus norvegicus) as experimental animals. The number of
samples of 30 rats. The data were analyzed using Independent T Test statistic test obtained on 4th
day of Sig. (2.tailed) 0.014 (p value = <0.05), and the 8th day of Sig. (2.tailed) 0.000 (p value =
<0.05). The result of this research is the influence of alkaline electrolyzed water on
neovascularization in strain wistar rats (Rattus norvegicus), H0 is rejected and H1 is accepted.
Keyword: Hyperglycemic Ulceration, Alkaline Electrolyzed Water, Strain Wistar Rats,
Neovascularization.
1
PENDAHULUAN pembuluh darah sehingga distribusi darah
Luka hiperglikemi merupakan salah terganggu. Distribusi darah ke seluruh tubuh
satu komplikasi dari diabetes mellitus yang akan menurun terutama pada bagian distal
sering muncul, dan sukar disembuhkan tubuh seperti ekstremitas bawah (kaki atau
sehingga diperlukan perawatan yang tungkai kaki), bagian yang kekurangan
komperhensif (Roza et al., 2015; distribusi darah akan mengalami hipoksia
Yazdanpanah et al., 2015; Rias et al., 2015). jaringan dan apabila dibiarkan dapat timbul
Perawatan luka hiperglikemi dilakukan untuk luka dan selanjutnya luka tersebut menjadi
mencegah amputasi dan mengurangi risiko nekrosis atau gangren, bahkan dapat terjadi
infeksi, memperbaiki fungsi dan kualitas amputasi apabila penanganannya kurang tepat
hidup, serta mengurangi biaya pemeliharaan dalam penatalaksanaan manajemen luka
kesehatan (Handayani, 2016; Rias et al., (Mutiara, 2015; Aprivian, 2016).
2015). Penatalaksanaan manajemen luka akan
Prevalensi luka hiperglikemi di dunia melibatkan proses penyembuhan luka. Proses
yaitu 1,0% sampai 4,1% di Amerika Serikat, penyembuhan merupakan pemulihan
4,6% di Kenya, dan 20,4% di Belanda. Studi integritas struktural dan fungsional dengan
yang dilakukan di Rumah Sakit Nigeria menumbuhkan kekuatan pada jaringan yang
menunjukkan prevalensi penderita luka luka, hal ini diawali dengan hubungan
hiperglikemi adalah 11,7% sampai 19,1% kompleks antara aksi seluler dan biokimia,
(Desalu et al., 2011). Sedangkan di Indonesia selanjutnya sel-sel matriks akan merangsang
prevalensi luka hiperglikemi sekitar 15% dari proses inflamasi, kontraksi luka, reepitelisasi,
12 juta penyandang diabetes mellitus, yang remodeling jaringan, dan pembentukan
sudah mengalami amputasi 30%, dan jaringan granulasi dengan angiogenesis.
presentase kematian 32% dari 1,8 juta Waktu perkembangan penyembuhan luka
penyandang luka hiperglikemi (Aftria, 2014; normalnya dapat diperkirakan. Beberapa jam
Riskesdas, 2013). setelah kerusakan terjadi akan terjadi
Pada penyandang hiperglikemi akan reepitelisasi. Sel epidermal luka akan
mengalami peningkatan radikal bebas berproliferasi dari tepi luka menuju tengah
sehingga merusak sel endotel pembuluh luka (Isrofah, 2015). Pada saat proliferasi
darah, hal ini menyebabkan kekakuan dan akan terjadi neovaskularisasi atau
penyempitan pada pembuluh darah. pembentukan pembuluh darah baru yang akan
Pembentukan radikal bebas yang tinggi akan mendukung pertumbuhan jaringan granulasi
menyerang biomolekul yang ada disekitarnya yang baru pada luka. Semakin banyak
dan juga akan bereaksi dengan nitrit oksida jaringan granulasi baru epitelisasi juga akan
menjadi peroksinitrit, merusak sel endotel semakin baik dan neovaskularisasi akan turun
2
pada jaringan tersebut (Winarsih et al., 2009). 9,5 untuk sonde dan pH 11,5 untuk cuci luka
Neovaskularisasi akan menurun jika luka (Srinivas et al., 2016; Shirahata et al. 2012;
mulai sembuh dan berhenti ketika luka Mutiara, 2015; Ignacio et al., 2012).
tersebut sudah sembuh. Semakin cepat Penelitian terkait mengenai pengaruh
penurunan neovaskularisasi, semakin cepat pemberian alkaline electrolyzed water
juga proses penyembuhan pada luka (Irma, terhadap neovaskularisasi pada tikus galur
2014). wistar (Rattus norvegicus) dengan luka
Proses penyembuhan luka hiperglikemi hiperglikemi yaitu sebagai berikut; penelitian
akan terjadi pembentukan radikal bebas, Silvi Novikasari (2016), Kediri, dengan judul
sehingga perlu dilakukan intervensi Pengaruh Air Alkali pH 8 terhadap Fibroblas
keperawatan (peran perawat) dalam integritas dan Kolagen pada Rattus Norvegicus Galur
struktural Myra E. Levine melalui aplikasi Wistar dengan Kondisi Luka Hiperglikemia.
alkaline electrolyzed water mempercepat Pada penelitian ini menggunakan 18 Rattus
epitelisasi (Aprivian, 2016; Rias et al., 2015). dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
Alkaline electrolyzed water kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
mengandung beberapa komponen yang Seluruh Rattus diinjeksi STZ (Streptozotocin)
penting yaitu pH basa, molekul air mikro agar menjadi kondisi hiperglikemi, setelah itu
kluster, nilai ORP (Oxidation Reduction punggung Rattus dicukur hingga bersih dan
Potensial) yang sangat negatif, dan hidrogen diberi luka eksisi berukuran 1,5x1,5 mm
terlarut yang berlimpah. Selain itu alkaline hingga hypodermis. Diobservasi
electrolyzed water berfungsi sebagai perkembangan fibroblas dan kolagen pada
antioksidan yang dapat membantu hari ke-1, 4, dan 8 menggunakan mikroskop.
menurunkan radikal bebas penyandang Hasilnya ada pengaruh pemberian air alkali
hiperglikemia, sehingga kerusakan sel endotel pH 8 terhadap jumlah fibroblas dan ketebalan
darah yang menyebabkan distribusi darah kolagen pada Rattus norvegicus galur wistar
terganggu teratasi, dengan demikian proses dengan kondisi luka hiperglikemi. Pada
penyembuhan luka juga berjalan sesuai penelitian Dino Aprivian (2016), Kediri,
harapan, termasuk proses neovaskularisasi. dengan judul Pengaruh Air Alkali pH 8
Antioksidan pada air alkali didapatkan dari terhadap Epitelisasi Rattus Norvegicus Galur
berbagai komponen tertentu yang ada di Wistar dengan Kondisi Luka Hiperglikemia.
dalamnya, seperti hidrogen dan nilai ORP Pada penelitian ini menggunakan 18 Rattus
yang negatif. Semakin negatif nilai ORP dan dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
semakin banyak hidrogen terlarut maka kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
antioksidannya semakin tinggi. Penelitian ini Seluruh Rattus diinjeksi STZ (Streptozotocin)
menggunakan alkaline elevtrolyzed water pH agar menjadi kondisi hiperglikemi, setelah itu
3
penggung Rattus dicukur hingga bersih dan 2. Institusi
diberi luka eksisi berukuran 1,5x1,5 mm Memberikan literatur tentang pengaruh
hingga hypodermis. Diobservasi alkaline electrolyzed water dalam
perkembangan fibroblas dan kolagen pada mempercepat penyembuhan luka
hari ke-1, 4, dan 8 menggunakan mikroskop. hiperglikemia grade II pada Rattus
Hasilnya ada pengaruh pemberian air alkali norvegicus.
pH 8 terhadap jumlah epitel pada Rattus 3. Peneliti Selanjutnya
norvegicus galur wistar dengan kondisi luka Bahan masukan data dan sumbangan
hiperglikemi. pemikiran perkembangan pengetahuan
Maka dari itu pada penelitian ini akan untuk peneliti selanjutnya dalam
meneliti tentang pengaruh alkaline penatalaksanaan luka hiperglikemia yang
electrolyzed water terhadap neovaskularisasi berfokus pada integritas struktural model
pada tikus galur wistar (Rattus norvegicus). terapi biologis alternatif.
Tujuan Penelitian METODE PENELITIAN
1. Mengetahui pengaruh alkaline electrolyzed Jenis penelitian yang digunakan adalah
water terhadap neovaskularisasi pada tikus penelitian Quasy Experimental yang
galur wistar (Rattus norvegicus) dengan menggunakan hewan uji coba tikus. Tikus
luka hiperglikemia. dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
2. Mengetahui pengaruh Ns terhadap kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
neovaskularisasi pada tikus galur wistar Kelompok kontrol perawatan menggunakan
(Rattus norvegicus) dengan luka Ns (normal salin) dengan metode sonde dan
hiperglikemia. cuci luka. Sedangkan kelompok perlakuan
3. Membandingkan antara kelompok kontrol perawatan menggunakan alkaline electrolyzed
dan kelompok perlakuan untuk mengetahui water pH 9,5 dan 11,5 dengan metode sonde
pengaruh alkaline electrolyzed water pada (pH 9,5) dan cuci luka (pH 11,5).
tikus galur wistar (Rattus norvegicus) Kriteria Inklusi dalam penelitian ini,
dengan luka hiperglikemia. yaitu: Tikus galur wistar (Rattus norvegicus)
Manfaat Penelitian dengan kondisi luka hiperglikemia grade II,
1. Ilmu Keperawatan tikus galur wistar (Rattus norvegicus) 2-3
Bahan masukan dan informasi tambahan bulan dengan berat badan 200 gr dan jenis
dalam ilmu keperawatan tentang kelamin jantan.
bagaimana pengaruh alkaline electrolyzed Sedangkan untuk kriteria eksklusi, yaitu:
water terhadap neovaskularisasi pada tikus Tikus galur wistar (Rattus norvegicus) yang
galur wistar (Rattus norvegicus) dengan tidak hiperglikemia (GD <250), tikus galur
kondisi luka hiperglikemia.
4
wistar (Rattus norvegicus) mati saat penelitian
berlangsung.
Cara kerja dalam penelitian yang
pertama 30 ekor Rattus diperiksa berat badan
dan GD sebelum induksi STZ, kemudian
diinduksikan STZ sesuai dengan hitungan
dosis (45mg/kgBB). Setelah 72 jam induksi
STZ dilakukan, Rattus kembali diperiksa GD,
apabila GD Rattus 250 maka tikus langsung Gambar 1. Gambaran histopatologi
dianestesi dan dilukai pada bagian punggung pengamatan jumlah neovaskularisasi H-4
dengan ukuran 1,5x1,5. Pada kelompok dengan pembesaran 400 x.
kontrol luka Rattus dicuci dan disonde dengan
Ns, sedangkan untuk kelompok perlakuan
luka Rattus dicuci dengan alkaline
electrolyzed water pH 11,5 dan disonde
alkaline electrolyzed water dengan pH 9,5.
Dari kedua kelompok tersebut dilakukan
pemeriksaan histopatologi untuk melihat
jumlah sel epitel. Kemudian hasil perhitungan
tersebut dianalisis menggunakan uji statistik Gambar 2. Gambaran histopatologi
Independent T-Test dengan tingkat pengamatan jumlah neovaskularisasi H-8
kepercayaan 95% (p<0,05). dengan pembesaran 400 x.
HASIL 2. Gambar Histopatologis Rattus norvegicus

1. Gambar Histopatologis Rattus norvegicus Kelopok Perlakuan

Kelopok Kontrol Kelompok ini merupakan kelompok

Kelompok ini merupakan kelompok perawatan menggunakan alkaline

perawatan menggunakan Ns. electrolyzed water.

5
Diagram 1.Perbandingan rata-rata jumlah
perhari neovaskularisasi antara hari ke-4 dan
hari ke-8 pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan.
Penghitungan kelompok kontrol hari
ke-4, dan 8 menunjukkan peningkatan pada
hari ke-4 yang cukup signifikan, namun pada
hari ke-8 tidak menurun secara signifikan,
Gambar 3. Gambaran histopatologi yaitu dengan rata-rata hari ke-4 adalah 16.4,
pengamatan jumlah neovaskularisasi H-4 dan hari ke-8 adalah 14.6. Berbeda dengan
dengan pembesaran 400 x. kelompok kontrol, kelompok perlakuan
mempunyai jumlah rata-rata neovaskularisasi
yang meningkat signifikan pada hari ke-4 dan
menurun pada hari ke-8, yaitu dengan rata-
rata hari ke-4 adalah 20.4, dan hari ke-8
adalah 7.8.
4. Analisa Data
a. Hasil uji normalitas

Gambar 4. Gambaran histopatologi


pengamatan jumlah neovaskularisasi H-8
dengan pembesaran 400 x.

3. Diagram

Hasil dari uji normalitas diatas semua data


NEOVASKULARISASI
25 berdistribusi normal berdasarkan nilai sig.

20 20.4 >0,05.
16.4 Kontrol
15 14.6 b. Hasil uji homogenitas
10 Perlak
7.8
5 uan

0
Hari 4 Hari 8

6
Hasil dari uji homogenitas diatas semua data kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan
homogen berdasarkan nilai sig. >0,05. penelitian sebelumnya yang menyatakan
neovaskularisasi akan mencapai puncaknya
Setelah diketahui data berdistribusi
pada hari ke 4-5 setelah perlukaan (Ariani
normal dan homogen, maka syarat-syarat
et.al, 2013, Irma, 2014).
dilakukan uji Independent T-Test sudah
Selanjutnya pada hari ke-8 rata-rata
terpenuhi.
jumlah neovaskularisasi untuk kelompok
c. Uji Independent T-Test kontrol adalah 14.6 dan untuk kelompok
perlakuan adalah 7.8 dengan nilai p value=
=<0.05. Penurunan jumlah neovaskularisasi
yang signifikan pada kelompok perlakuan
dibandingkan kelompok kontrol, ini selaras
dengan pernyataan Irma (2014) dan Winarsih
(2009) yang menyatakan bahwa
Hasil Sig.(2-tailed) pada hari ke-4 adalah neovaskularisasi akan turun jika luka mulai
0,014 (<0,05) artinya jumlah neovaskularisasi sembuh, semakin cepat neovaskularisasi
kelompok kontrol dan perlakuan terdapat menurun semakin cepat juga fase
perbedaan yang signifikan. Begitu juga penyembuhan luka tersebut.
dengan H-8 Sig.(2-tailed) 0,000 (<0,05) yang Dapat diketahui dari data diatas
artinya jumlah neovaskularisasi kelompok perawatan luka menggunakan alkaline
kontrol dan perlakuan terdapat perbedaan electrolyzed water pH 11,5 untuk cuci luka
yang signifikan berpengaruh. dan 9,5 untuk minum (sonde) berpengaruh
PEMBAHASAN secara signifikan secara klinis maupun
Pada hari ke-4, rata-rata bermakna secara statistik. Hal ini sesuai
neovaskularisasi pada pengamatan hari ke-4 dengan penelitian Srinivas (2012) yang
pada kelompok kontrol adalah 16.4 menyatakan pH air yang sangat basa dapat
sedangkan pada kelompok intervensi adalah menjadi antimikroba, dan Shirahata et.al
20,4 dengan nilai p value=<0.05. Jumlah (2012) yang menyatakan alkaline electrolyzed
neovaskularisasi pada kelompok perlakuan water dengan pH 9,5 dapat membantu
menunjukkan jumlah lebih banyak masalah kesehatan terutama pencernaan,
dibandingkan kelompok kontrol, dilihat dari selain itu ada penelitian yang menyatakan
rata-rata maupun dari uji statistik. Dari data menkonsumsi alkaline electrolyzed water
tersebut dapat diketahui bahwa jumlah dapat menurunkan radikal bebas, yang mana
neovaskularisasi pada kelompok perlakuan pada penyandang hiperglikemia radikal bebas
meningkat secara signifikan dibandingkan ini meningkat. Alkaline electrolyzed water
7
yang dikonsumsi diindikasikan dapat pada pertumbuhan neovaskularisasi
menurunkan kadar gula darah, kolesterol, dan dibanding H-1 dan H-4.
trigliserida (Ignacio et al, 2012). Saran
Komponen alkaline electrolyzed water Untuk peneliti selanjutnya disarankan
yang membuat air tersebut dapatyaitu pH basa melakukan penelitian lebih lanjut terkait
(pH >7), molekul airnya micro-cluster, nilai komponen alkaline electrolyzed water,
ORP yang negatif, dan hidrogen terlarut yang sehingga mampu mengoptimalkan penelitian.
berlimpah, serta hidroksida yang tetap tinggi.
Komponen utama alkaline electrolyzed water DAFTAR PUSTAKA
adalah hidrogen yang berlimpah dan nilai
A., Sri Hartini M. 2012. Aplikasi Model
ORP yang negatif, membuat alkaline Konservasi Myra E. Levine dalam
electrolyzed water mengandung antioksidan Asuhan Keperawatan pada Anak
dengan Demam di Ruang Rawat
yang tinggi. Apabila nilai ORP semakin Infeksi Anak RSUPN Dr Cipto
negatif dan hidrogen terlarut semakin Mangunkusumo Jakarta. Karya
Ilmiah Akhir: Universitas Indonesia.
berlimpah, hal ini dapat meningkatkan
Aftria, Marizka Putri. 2014. Honey as a
kandungan antioksidan di dalam alkaline Topical Treatment for Diabetic Foot
electrolyzed water (Ignacio et al, 2012; Ulcer. J Majority Desember 2104;
Volume 3, Nomor 7.
Shirahata et al., 2012).
Simpulan Apriani, Nurlatifah et al. 2011. Korelasi
Kadar Glukosa Darah dengan Kadar
Advanced Oxidation Protein
1. Terdapat pengaruh alkaline electrolyzed
Products (AOPP) Tulang pada Tikus
water terhadap neovaskularisasi pada tikus Putih Model Hiperglikemia. JKM
Juli 2011; Volume 11, Nomor 1; 48-
galur wistar (Rattus norvegicus) dengan
55.
luka hiperglikemia.
Aprivian, Dino. 2016. Pengaruh Air Alkali
2. Pada kelompok kontrol yang diberikan Ns pH 8 Terhadap Epitelisasi Pada
terdapat pengaruh namun tidak signifikan, Rattus Norvegicus Galur Wistar
Kondisi Luka Hiperglikemi. Skripsi :
tidak seperti kelompok perlakuan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti
menggunakan alkaline electrolyzed water Wiyata Kediri.

yang mempunyai pengaruh signifikan. Ariani, Suci et.al. 2013. Khasiat Daun
Binahong (Anredera cordifolia
3. Perbandingan pengaruh alkaline (Ten.) Steenis) Terhadap
electrolyzed water antara kelompok Pembentukan Jaringan Granulasi
dan Reepitelisasi Penyembuhan Luka
kontrol dan perlakuan adalah perlakuan Terbuka Kulit Kelinci. Journal e-
menggunakan alkaline electrolyzed water Biomedik (eBM); Volume 1, Nomor
2, Juli 2013, hlm.914-919.
pada H-8 lebih signifikan berpengaruh
Ashari, Muhammad Arif. 2016.
Perbandingan NaCl 0,9% dan
8
Rebusan Daun Jambu Biji (Psidium Ghasemi, A et al. 2014. Streptozotocin-
Guajava L) Mempercepat nicotinamide-induced rat model of
Penyembuhan Luka Bkar Grade II type 2 diabetes (Review). Acta
pada Rattus Norvegicus Galur Physiologica Hungarica. Volume
Wistar. Skripsi : Institut Ilmu 101 (4), pp. 408-420.
Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
Handayani, Luh Tuti. 2016. Studi Meta
Atik, Nur, Januarsih Iwan A.R. 2009. Analisa Perawatan Luka Kaki
Perbedaan Eek Topikal Gel Lidah Diabetes dengan Modern Dressing.
Buaya (Aloe vera L.) dengan Solusio The Indonesian Journal of Health
Povidone Iodine terhadap Science Juni 2016; Volume 6,
Penyembuhan Luka Sayat Kulit Nomor 2.
Mencit (Mus musculus). Bagian
Histologi Fakultas Kedokteran Hariani, Lynda, David Perdanakusuma. 2010.
Universitas Padjajaran Bandung Perawatan Ulkus Diabetes. Journal
2009; Volume 41, Nomor 2. Universitas Airlangga Surabaya
2010.
Aulia, Dini Nur et al. 2015. Uji Aktivitas
Diuretik Ekstrak Etanol Akar Sereh Hartini M. A, Sri. 2012. Aplikasi Model
Wangi (Cymbopogon Nardus L. Konservasi Myra E.Levine dalam
Rendle) pada Tikus Wistar Jantan. Asuhan Keperawatan pada Anak
Prosiding Penelitian SPeSIA dengan Demam di Ruang Rawat
Universitas Islam Bandung 2015 Infeksi Anak RSUPN dr. Cipto
[ISSN 2460-6472]. Mangunkusumo. Karya Tulis Ilmiah :
Universitas Indonesia Jakarta.
Bagindo, F. 2007. Diduga Binatang Lain
Juga Tularkan Virus AI. Huda, Nuh. 2010. Pengaruh Hiperbarik
http://www.media-indonesia.com (30 Oksigen (HBO) terhadap Perfusi
April 2007). Perifer Luka Gangren pada
Penderita DM di RSAL Dr. Ramelan
Baradero, Mary. 2009. Klien Gangguan Surabaya. Tesis : Universitas
Endokrin: Seri Asuhan Indonesia.
Keperawatan. Jakarta : EGC.
Ignacio, Rosa Mistica et al. 2012. Clincal
Desalu, O.O. et al. 2011. Diabetic Foot Care Effect and Mechanism of Alkaline
: Self Reported Knowledge and Reduced Water. Journal of Food and
Practice Among Patients Attending Drug Analysis 2012; Volume 20;
Three Tertiary Hospital In Nigeria. Suppl. 1; 394-397.
Ghana Medical Journal Juni 2011;
Volume 45 Nomor 2. Irma. 2014. Pemberian Ekstrak Sarang Walet
10% Meningkatkan Epitelisasi pada
DiaComp Protocols. 2015. Low-Dose Penyembuhan Luka Kulit Mencit
Streptozotocin Induction Protocol (Mus Musculus). Tesis : Universitas
(Mouse). Diabetic Complications Udayana Denpasar.
Consortium 2015.
Isrofah et al. 2015. Efetivitas Salep Ekstrak
Ekaputra, Erfandi. 2013. Evolusi Manajemen daun Binahong (Anredera Cordifolia
Luka. Jakarta : Trans Info Media. (Ten) Steenis) Terhadap Proses
Penyembuhan Luka Bakar Derajat 2
Firdaus. 2016. Peran Ekstrak Nutrasetikal Termal pada Tikus Putih (Rattus
Galohgor untuk Mengatasi resistensi Norvegicus). Muhammadiyah
Insulin pada Tikus Diabtes yang Journal of Nursing 2015; Volume 2,
Diinduksi Streptozotocin (STZ). Nomor 2.
Tesis : Institut Pertanian Bogor 2016.
9
Li, J.,et al. 2007. Pathophysiology of acute pemgembangan kesehatan
wound healing. Clinics in kementrian kesehatan RI.
Dermatology. Vol: 25. p. 9-18.
Roza, Rizky Loviana et al. 2015. Faktor
Li dan Kun. 2011. Tannin Extract from Resiko Terjadinya Ulkus Diabetikum
Immature Fruit of Terminalia pada Pasien Diabetes Mellitus yang
Chebula Fructuz Rets. Promote Dirawat Jalan dan Inap di RSUP Dr.
Cutaneous Wound Healing in Rats. M. Djamil dan RSI Ibnu Sina
BMC Complementary & Alternative Padang. Jurnal Kesehatan Andalas
Medic. 10 (1): 66-75. 2015; 4(1).
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Shirahata, Sanetaka et al. 2012. Advanced
Novikasari, Silvi. 2016. Pengaruh Air Alkali Research on The Health Benefit of
pH 8 terhadap Fibroblas dan Reduced Water. Trends in Food
Kolagen pada Rattus Norvegicus Science and Technology 23 (2012);
Galur Wistar dengan Kondisi Luka 124-131.
Hiperglikemi. Skripsi : Institut Ilmu
Srinivas, Siva et.al. 2016. Propylene Glycol:
Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
A New Alternative for an Intracanal
Nuari, Nian Afrian, Melani KArtikasari. Medicament. Journal of International
2015. Peningkatan Self Oral Health 2016; 8(5):611.
Empowerment dan Kualitas Hidup
Susetyo, Nasiin Tri. 2012. Asuhan
Pasien Dabetes Mellitus Tipe II
Keperawatan pada Ny. K dengan
dengan Pendekatan DEE Berbasis
Hiperglikemia di Instalasi Gawat
Health Promotion Model. Jurnal
Darurat Dr. Moewardi. Naskah
Ners; 2 Oktober 2015; Volume, 10
Publikasi : Universitas
Nomor 2; 279-288.
Muhammadiyah Surakarta.
Nursalam. 2013. Konsep Penerapan Metode
Tjokroprawiro, Askandar. 2012. Ilmu
PenelitianIlmu Keperawatan. Jakarta
Penyakit Dalam. Surabaya :
: Salemba Medika
Airlangga University Press.
PI. Gadis Mutiara. 2015. Efektivitas Hidrogel
W. Winarsih et al. 2009. Kajian Aktivitas
Binahong Anredera Cordifolia (Ten.)
Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma
Steenis)terhadap Penurunan Jumlah
Tonga) dalam Proses Persembuhan
Makrofag pada Penyembuhan Luka
Luka pada Mencit Sebagai Model
Fase Proliferasi Tikus Putih (Rattus
Penderita Diabetes. Prosiding
norvegicus). Majalah Kesehatan
Seminar Hasil-Hasil Penelitian IPB
FKUB MAret 2015; Volume 2,
2009.
Nomor 1.
Yazdanpanah, Leila et al. 2015. Literature
Rias, Yohanes Andy et al. 2015.
Review on The Management of
Pengembangan Model Konservasi
Diabetic Foot Ulcer. World Journal
Discharge Planning Terstruktur
of Diabetes 15 Februari 2015; 6(1);
terhadap Individual and Family Self
37-53 [ISSN 1948-935]
Management Diabetic Foot Ulcer.
Muhammadiyah Journal of Nursing
2015; Volume 3, Nomor 1.
Riskesdas. 2013. Riset kesehatan dasar 2013.
Jakarta: badan penelitian dan

10
11
12

Anda mungkin juga menyukai