BAB I
PENDAHULUAN
Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus atau kortikal .tulang terdiri atas batang tulang
( diafisis ) yang terdiri darikortikal . ujung tulang panjang yang disebut epifisis dan terutama
tersusun oleh tulang canselus .plat epifisis memisahkan epifisis dari diafisis dan merupakan pusat
pertumbuhan longitudinal pada anak anak .ujung tulang panjang di tutup oleh kartilago
artikular pada sendi sendinya .tulang panjang disusun untuk menyangga berat badan dan
gerakan .tulang pendek terdiri dari tulang canselus ditutpi selapis tulang kompak ,tulang pipih
merupakan tempat penting untuk hematopoesis ,dan sering memberikan perlindungan bagi organ
vital .tulang pipih tersusun dari tulang calselus diantara 2 tulang kompak .tulang tak tetratur
mempunyai bentuk yang unik ,sesuai dengan fungsinya.secara umum struktur tulang tak teratur
sama dengan tulang pipih.
Tulang tersusun atas sel ,matriks tulang ,protein dan deposit mineral ,sel sel nya terdiri atas 3
jenis dasar yaitu Ostoblas ,Osteosit dan Osteosklas .
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang .matrik
tulang tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar dan proteiglikan .matrik merupakan
kerangka dimana garam garan mineral anorganik ditimbun.
Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak
dalam osteon . Osteoklas adalah sel multi nuclear yang berperan dalam penghancuran , resobsi
dan remodeling tulang .osteon merupakan unit fungsional mikroskopis tulang dewasa .di tengah
osteon terdapat kapiler .di keliling kapiler tersebut merupakan matrik tulng yang disebut
lamella .di dalam lamella terdapat osteosit yang memperoleh nutrisi melaui proses yang berlanjut
ke dalam kanalikuli yang halus .
Pertumbuhan dan perkembangan tulang merupakan suatu proses pembentukan tulang dalam
tubuh. Karena adanya matriks yang keras dalam tulang,maka pertumbuhan interstisial
tulang,seperti yang terjadi pada kartilago, tidak mungkin terjadi dan tulang terbentuk melalui
penggantian jaringan yang sudah ada. Tulang mempertahankan bentuk eksternalnya selama masa
pertumbuhan akibat proses reorganisasi konstan, disertai proses pengerassan tulang dan proses
resorpsi yang terjadi pada pada permukaan di dalam tulang.Tulang adalah jaringan plastik yang
hidup. Tulang mengadaptasikan bentuk dan arsitekturnya terhadap stress, aktifitas, saat
pemakaian, saat tidak dipakai, dan penyakit melalui keseimbangan kerja osteoblas dan osteoklas
yang dikendalikan oleh faktor hormon dan nutrisi.
DEFINISI
2.1. Etiologi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami osteomalasia yaitu:
2.3.1. Anak kekurangan kalsium dan vitamin D. Anak yang kekurangan kalsium akan mengalami
gangguan pada proses mineralisasi. Demikian juga apabila ia kekurangan vitamin D. Di dalam
tubuh vitamin D berfungsi membantu penyerapan kalsium di dalam tubuh. Jika kedua unsur ini
tidak terpenuhi dalam makanan tulang-tulang anak menjadi lunak dan mudah patah. Proses
mineralisasi adalah proses - proses terakhir pembentukan tulang. Jika kebutuhan kalsium anak
tercukupi maka otomatis proses mineralisasi dalam tubuhnya akan berlangsung dengan baik.
Kebutuhan Kalsium Per Hari pada anak:
Umur Kebutuhan Kalsium
Usia 0 - 6 bulan Kalsium 210 Mg/ hari
Usia 6 bulan - 1 tahun Kalsium 270 Mg/ hari
Usia 1 - 3 tahun Kalsium 500 Mg/ hari
Usia 4 -8 tahun Kalsium 800 Mg/ hari
2.3.2. Anak menderita gangguan hati seperti sirosis. Hal ini karena organ hatinya tak mampu
memroses vitamin D sehingga fase mineralisasi tidak terjadi.
2.3.3. Adanya gangguan fungsi ginjal sehingga proses ekskresi/pembuangan kalsium akan meningkat.
Dengan begitu proses mineralisasi akan terhambat.
2.3.4. Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang. Pada kasus tertentu, efek pemakaian obat seperti
streroid dalam jangka waktu yang panjang rentan terhadap penyakit ini.
2.3.5. Gangguan malabsorbsi
Penyebab utama osteomalasia yang terjadi setelah masa anak-anak ialah :
a. Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier, penyakit mukosa usus halus
proksimal dan penyakit ileum.
b. Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang menyebabkan peningkatan kerja enzim-
enzim oksidase hati.
c. Gangguan tubulus renalis yang disertai terbuangnya fosfat (acquired), renal tubular acidosis
yang disertai disproteinemia kronik.
2.3.6 Hormon yang mempengaruhi pertumbuhan tulang
a. Hormon somatotrof (growth stimulating hormane)
Hormon ini berfungsi dalam menstimulasi pertumbuhan tubuh terutama pada bagian
epifisis tulang panjang. Hormon pertumbuhan ini disekresi terutama selama masa pertumbuhan,
tetapi kemudian berkurang pada waktu pubertas.
Somatotropin berperan dalam mengendalikan pertumbuhan tulang, otot dan organ serta
memengaruhi kecepatan pertumbuhan tubuh dengan memberikan stimulasi kepada hati untuk
mensekresi hormon somatomedin, sebuah hormon perkembangan yang memberikan stimulasi
lebih lanjut terhadap sel untuk berkembangbiak.
Setelah pubertas, sekresi berlangsung dengan kecepatan hampir sama seperti waktu anak-
anak. Selanjutnya kecepatan sekresi meningkat atau menurun dalam keadaan seseorang stres,
gerak badan, gelisah, dan trauma.
Kekurangan hormon ini pada usia dini menyebabkan berhentinya pertumbuhan sehingga
menjadi kerdil (dwarfisme), sedangkan kelebihan hormon ini akan menyebabkan pertumbuhan
menjadi bertambah secara abnormal sehingga tubuh menjadi sangat tinggi (gigantisme). Jika
kelebihan hormon ini terjadi setelah dewasa, yaitu ketika pertumbuhan tulang dan cakram epifise
sudah bergabung, maka keadaan ini disebut akromegali. Akromegali ditandai dengan
pertumbuhan tak seimbang pada tulang rahang, jari, tangan, kaki, dan hidung.
Hormone paratiroid
Kelenjar paratiroid adalah sebuah kelenjar endokrin di leher yang memproduksi hormon
paratiroid. Manusia biasanya mempunyai empat kelenjar paratiroid, yang biasanya terdapat di
bagian belakang daripada kelenjar tiroid atau kelenjar yang dekat dengan kelenjar tiroid sehingga
disebebut dengan "paratiroid".
Hormon paratiroid mengontrol jumlah kalsium di darah dan di dalam tulang. Hormon
Paratiroid bisa menurun sangat rendah pada pasien post operasi pengangkatan kelenjar tiroid
karena ikut terangkatnya kelenjar paratiroid yang akibatnya adalah penurunan kadar kalsium
dalam darah hipokalsemia.
Hormon Paratiroid mengakibatkan : peningkatan resorpsi kalsium dari tulang,
peningkatan reabsorbsi kalsium di ginjal, peningkatan absorbsi kalsium di Saluran cerna oleh
Vitamin D. Namun, Peningkatan kadar hormon paratiroid juga mengakibatkan penurunan kadar
fosfat dalam darah, karena hormon ini meningkatkan sekresi fosfat dalam darah.
c. Hormone Kalsitonin
Kalsitonin adalah hormon yang diproduksi oleh sel parafolikular dari kelenjar tiroid.
Kalsitonin dapat mengurangi kadar kalsium dalam aliran darah dengan menghambat aksi
perombakan sel tulang oleh osteoklas, sel-sel yang menghancurkan matrix ekstraseluler. Sekresi
hormone kalsitonin mengontrol umpan balik negative.
Ketika kalsium dalam darah tinggi, kalsitonin menurunkan kalsium dan fosfat dalam
darah dengan menghambat resorbsi tulang (pemecahan/penghancuran matrix extraseluler tulang)
oleh osteoklas dan meningkatkan uptake kalsium dan fosfat ke dalam matrix ekstraseluler tulang.
Miacalcin, sebuah ekstak kalsitonin dari ikan salmon sepuluh kali lebih manjur daripada
kalsitonin hasil sekresi dari tubuh manusia, ini dapat menjadi resep untuk mencegah
osteoporosis.
Kalsitonin diproduksi oleh sel C kelenjar tiroid, juga memiliki pengaruh pada kadar
kalsium plasma. Seperti PTH, kalsitonin memiliki dua efek pada tulang, tetapi dalam hal ini
kedua efek menurunkan kadar kalsium plasma. Pertama dalam jangka pendek kalsitonin
menurunkan perpindahan kalsium dari cairan tulang ke dalam plasma. Kedua, dalam jangka
panjang kalsitonin menurunkan resorpsi tulang menurunkan kadar fosfat serta mengurangi
konsentrasi kalsium plasma. Efek hipokalsemik dan hipofosfatemik kalsitonin seluruhnya
disebabkan oleh efek hormon ini pada tulang. Hormon ini tidak berefek pada ginjal atau usus.
2.1. Patofisiologi
2.1. Penatalaksanaan
2.7.1. Penatalaksanaan medik
a. Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan vitamin D 200.000 IU per
minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan dengan 1.600 IU setiap hari atau
200.000 IU setiap 4-6 bulan.
b. Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan mengonsumsi 1,25-
dihydroxy vitamin D.
2.7.2. Penatalaksanan non medik
Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah memperbanyak konsumsi unsur
kalsium. Agar sel osteoblas (pembentuk tulang) bisa bekerja lebih keras lagi. Selain
mengkonsumsi sayur-sayuran, buah, tahu, tempe, ikan teri, daging, yogurt. Konsumsi suplemen
kalsium sangatlah disarankan.
Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi makanan
seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan susu. Untuk membantu pembentukan vitamin
D dalam tubuh cobalah sering berjemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul 7 - 9 pagi dan
sore pada pukul 16 17
a. Makanan yang kaya akan kalsium dan vitamin D
1. Yogurt
Kebanyakan orang mendapatkan vitamin D melalui paparan sinar matahari, tapi makanan
tertentu, seperti yoghurt juga kaya dengan vitamin D. Satu cangkir yoghurt bebas lemak cukup
untuk memenuhi kebutuhan kalsium harian Anda.
2. Susu
Delapan ons susu bebas lemak akan menghasilkan 90 kalori. Pilihlah produk susu tanpa
lemak yang diperkaya dengan vitamin D untuk mendapatkan manfaat ganda. Seandainya tidak
gemar susu murni, bisa juga digantikan produk olahan seperti smothies atau jus buah yang
dicampur dengan susu.
3. Keju
Hanya karena keju penuh kalsium tidak berarti Anda perlu makan keju berlebihan. Sebanyak
1,5 ons keju cheddar mengandung lebih dari 30% dari nilai harian kalsium. Kebanyakan keju
mengandung sedikit vitamin D namun tidak akan cukup memenuhi kebutuhan kalsium.
4. Ikan sarden
Ikan sarden ini biasanya dikemas dalam kaleng. Ia memiliki pemenuhan kalsium dan
Vitamin D yang cukup tinggi. Rasanya pun gurih bisa ditambahkan di pasta dan salad.
5. Telur
Meskipun telur hanya mengandung 6% vitamin D harian Anda. Jangan memilih hanya
bagian putih atau kuning saja karena akan mengurangi kalori. Vitamin D justru terdapat dalam
bagian kuning telurnya.
6. Ikan salmon
Salmon dikenal karena banyak mengandung lemak omega 3 yang baik untuk jantung.
Sepotong salmon dengan berat 3 ons sudah memenuhi 100 persen kebutuhan vitamin D Anda.
7. Bayam
Tidak suka susu? Bayam akan jadi cara favorit Anda untuk mendapatkan kalsium. Satu
cangkir bayam yang dimasak mengandung hampir 25% dari kebutuhan kalsium harian Anda.
Bayam diperkaya serat, besi, dan vitamin A.
8. Sereal
Sereal mengandung 25% vitamin D. Ini adalah cara termudah daripada memasak ikan
salmon atau mesti berjemur.
9. Ikan tongkol
Tuna atau lemak ikan lainnya merupakan sumber vitamin D. Tiga ons tuna kaleng
mengandung 154 IU, atau sekitar 39% dari dosis harian Anda dari vitamin sinar matahari.
10. Sawi hijau
Sama seperti bayam, sayuran berdaun hijau ini kaya akan kalsium. Satu cangkir sawi yang
dimasak mengandung 25% kalsium untuk kebutuhan harian Anda. Sawi ini mudah diselipkan
dalam makanan Anda.
11. Jus jeruk
Segelas jus jeruk segar yang diperas tidak memiliki kalsium atau vitamin D. Penelitian telah
menunjukkan bahwa asam askorbat dalam jus jeruk dapat membantu dengan penyerapan
kalsium, sehingga Anda akan lebih mungkin mendapatkan manfaat dari minuman ini.
3.1. Pengkajian
3.1.1. Biografi Klien
Nama lengkap :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Agama :
Status :
3.1.2. Riwayat Kesehatan
a. RKS
1. Pasien mengeluh nyeri tulang
2. Ekstremitas disertai nyeri tekan
3. Kelemahan otot
4. Cara jalan bebek atau pincang
b. RKD
1. Kemungkinan klien pernah Malabsorbsi
2. Kekurangan calsium dalam diet
3. Klien pernah mengalami gagal ginjal kronik
4. Klien pernah mengalami gangguan hati
c. RKK
1. Orangtua klien pernah mengalami osteomalasia
3.1.3. Pemeriksaan Fisik
a. Ekstermitas
1. Deformitas skelet
2. Deformitas vertebra
3. Deformitas lengkungan tulang panjang
4. Otot Lemah
3.1.4. Data dasar Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Tanda : keterbatasan fungsi pada bagian yang terkena, nyeri
b. Sirkulasi
Tanda : takikardia ( Respon stress )
c. Neurosensori
Gejala : hilang gerakan
Tanda : Deformitas local, kelemahan
d. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri tekan
3.1.5. Pemeriksaan Diagnostik
Pada foto x ray umumnya nampak kekurangan mineral dari tulang sangat nyata. Berdasar
dari vertebra mungkin menunjukkan fraktur kompressi dengan nyeri pada ujung vertebra.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan lambatnya rata-rata serum kalsium dan jumlah fosfor
serta kurangnya kenaikan alkaline phosfat. Ekskresi urine calsium dan creatinin lambat.
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, Tujuan: setelah di lakukan tindakan NIC 1. Membantu meenentukan intervensi
1. Kaji kebutuhan akan bantuan
hilangnya integritas struktur tulang d.d . selama 3 x 24 jam mobilitas fisik yang akan dilakukan.
pelayanan kesehatan dirumah2. Membantu perawatan diri dan
kelemahan. pasien mulai membaik.
dan kebutuhan akan peralatan memandirikan pasien tehnik
Ds : NOC
pengobatan yang tahan lama pemindahan yang tepat mencegah
Px mengatakan mengalami kesulitan 1. Menunjukkan tingkat mobilitas di
2. Ajarkan pasien tentang dan
abrasikulit dan jatuh.
bergerak dan mengalami keterbatasan tandai dengan indikator berikut
pantau penggunaan alat bantu3. Untuk menentukan tindakan yang
kemampuan melakukan aktifitas sehari- (sebutkan nilainya 1-5
mobilitas ( misalnya : tongkat, dibutuhkan oleh pasien.
hari. {ketergantungan tidak
walker, kruk,atau kursi roda)
Do: berpartisipasi} membutuhkan 3. Kaji kebutuhan pasien akan
1. Kesulitan bergerak. bantuan orang lain dan alat, mandiri pendidikan kesehatan.
2. Pergerakan melambat.
dengan alat bantu, atau mandiri
3. Ketidakstabilan posisi tubuh saat
penuh)
melakukan rutinitas
2. Menunjukkan penggunaan alat
bantu secara benar dengan
pengawasan.
3. Melakukan aktivitas sehari-hari
secara mandiri.
4.2 Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai
kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman
teman sesama mahasiswa. Selain itu penyakit osteosarkoma ini sangat berbahaya
dan kita sebagai host harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita
tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.
Edisi 4. Jakarta : EGC.
Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Suratun, Heryati, Santa manurung, Een raenah. 2008. Klien gangguan sistem
musculuskeletal. Jakarta : EGC.