Celah pemisah/delatasi adalah pemisahan atau pemotongan sistem struktur pada bagianbagian tertentu pada arah memanjang bangunan untuk menghindari kerusakan-kerusakan yang
lebih parah pada bangunan akibat beban atau gaya-gaya luar yang bekerja pada bangunan,
misalnya :gempa bumi , angin, temperatur, pergerakan lapisan tanah, proses pemadatan tanah
yang tidak stabil, beban dinamis kendaraan atau mesin.
Pemisahan itu sendiri dimaksudkan untuk mengantisipasi pergerakan massa bangunan pada
arah horizontal maupun vertikal. Delatasi umumnya pemisahan elemen struktur yang bekerja
pada arah horizontal seperti pada bagian balok, plat lantai, sistem pondasi, sloof, lantai basemen,
dinding basemen. Delatasi tidak saja memisahkan elemen struktur bangunan, tetapi memisahkan
pula elemen finishing non-struktural pada bangunan, seperti dinding dan kulit bangunan
(facade). Hal ini karena pergerakan massa bangunan juga terjadi pada elemen non-struktural
seperti dinding dan kulit bangunan.
Pemilihan untuk menentukan tempat garis batas dimana delatasi itu akan ditentukan sangat
bergantung kepada bentuk gubahan massa atau konfigurasi massa bangunan yang dirancang dan
aspek lain seperti kondisi lahan, topografi dan geografisnya. Umumnya celah pemisah diberikan
pada massa bangunan yang terlalu besar, panjang, bentuk-bentuk patahan atau tinggi rendahnya
bangunan. Pemakain sistem delatasi tidak saja pada bangunan gedung akan tetapi juga pada
bendungan, jalan layang, jembatan-jembatan, talut/retaining wall, dsb.
Penjelasan berikut adalah pada kasus dimana delatasi itu diberikan :
1. Massa Bangunan Terlalu Panjang.
Konfigurasi atau bentuk massa bangunan terlalu panjang sangat beresiko tinggi
mengalami kerusakan akibat beban-beban luar baik gaya arah vertikal ataupun
horizontal.
1.1. Beban Termis
Pada hakekatnya setiap benda (massa) akan mengalami pemuaian akibat panas yang
diterimanya. Hal ini juga dialami massa bangunan terlebih bangunan dengan
menggunakan material yang mudah memuai atau memiliki angka indeks pemuaian
yang besar, seperti logam baja, alumunium, kaca. Proses pemuaian dapat
menimbulkan retak-retak rambut, pecah-pecah pada beton atau material lainnya.
Pemuaian dapat terjadi dengan merata atau tidak merata pada seluruh bagian
bangunan, dapat disebabkan letak bangunan terhadap sumber panas matahari,
sebagai contoh dampak akibat panas matahari pagi dan sore hari berpengaruh pada
bagian-bagiann tertentu dari bangunan yang memuai. Idealnya panjang bangunan
kurang lebih 60 70 M , lebih dari ini bangunan perlu diberi delatasi.
Gambar Sketsa :
Delatasi
1.2. Pengaruh Terhadap Gaya Gempa (Horizontal).
Pada massa bangunan terlalu panjang beban yang bekerja pada kedua ujung yang
berbeda
dapat menyebabkan pergerakan
yang berbeda. Faktor
keseimbangan/simetri massa bangunan, kekakuan, perletakan dinding kaku yang
tidak simetri dapat menambah perilaku struktur lebih tidak beraturan sehingga dapat
menimbulkan kerusakan karena gaya-gaya gempa yang direspons struktur tidak
merata dikedua ujung-ujungnya. Bagian yang mengalami kerusakan pada bagian
tengah massa atau bagian yang lemah dari bangunan.
Gambar Sketsa :
Denah Massa
AA
Gambar Sketsa :
Garis delatasi
120 m
A
B
Dalam sketsa diatas ini massa bangunan yang lebih tinggi bergerak kearah kanan
sehingga menimbulkan gesekan atau benturan pada bagian bawah bangunan.
Delatasi (Tertarik)
Delatasi ( Benturan)
A
B
Terbentur atau tertariknya antara massa A dan B dapat menimbulkan kerusakan
struktural pada sisi bagian A (tinggi) yaitu pada dinding, kolom dan plat lantai
pada bagian bawah massa bangunan.
Dalam ilustrasi gambar-gambar sketsa di bawah ini adalah menggambarkan perilaku
sistem struktur dua buah bangunan dengan perbedaan ketinggian yang cukup besar.
Ketika terjadi beban dari luar seperti gempa yang menyebabkan ground motion, beban
angin yang sangat besar atau penurunan tanah maka struktur akan merespons seperti
gambar berikut.
Gambar Sketsa :
Ground Motion
Ground Motion
Resonansi
Rotasi
Settlement
Ground Motion
B
A
A
Rela
tif
lebi
h
bera
t
Antara
massa bangunan Tinggi dan Podium rendah
atau lebar perlu diberi jarak dan dipisahkan
secara ikatan struktural.
Pondasi Dangkal
Pondasi Dalam
B
Massa relatif lebih ringan
Pemecahan disain yang diperlukan dalam kasus ini adalah dengan memberikan celah
pemisah. Jika massa bangunan podium sangat besar dan mengelilingi bangunan menara
tower delatasi diberikan dengan mengelilingi massa bangunan tinggi tersebut hingga
sistem pondasi dan basemen.
Penurunan ini tidak terlalu berpengaruh pada kerusakan bangunan diatasnya jika
penurunan yang terjadi merata atau sudah diperkirakan akan turun karena berat massa
diatasnya. Akan tetapi jika penurunan lapisan tanah tidak merata dapat menyebabkan
posisi bangunan miring, atau adanya pondasi, sloof patah atau tergantung sehingga beban
harus dipikul komponen struktur yang lain.
Gambar Sketsa :
dinding retak, kaca pecah, sloof patah, atap pecah (fiber glass), sambungan-sambungan
struktur lepas atau patah.
Pemecahan secara struktur adalah memantapkan tanah tempat dudukan pondasi agar kuat
dan stabil, diperlukan sistem sloof yang kuat, diberikan ikatan-ikatan silang antara balok,
kolom, atap, sehingga sistem struktur bekerja secara tiga dimensi (boxes). Akibat
Contoh bahasan; sebuah portal sederhana dengan bentangan diatas 80 meter dapat terjadi
perilaku struktur seperti dibawah ini, pondasi sebelah kanan mengalami penurunan pada
pondasi dan kolom.
Gambar Sketsa :
100 M
Tanah dan pondasi
Turun
Ikatan-ikatan silang
(bracing) diberikan pada bagian
atap din- ding dan tiang-tiang
serta sloof struktur sehingga
secara
kese
luruhan
dan
bangunan bekerja secara 3 di
mensi, kaku dan kokoh.
Gambar Sketsa :
D
Sketsa Gambar :
A
C
dengan pengecoran stek tulangan besi tidak menjamin kualitas homogenitas beton cor
sehingga dapat menimbulkan problem kebocoran pada sambungan.
10
Prinsip sambungan sangat sederhana yaitu dengan perletakan atau prinsip rol dengan
komponen sambungan berupa plat atau atau balok T . Dengan sistem perletakan Simple
Beam massa bangunan dapat mengantisipasi gaya-gaya luar dengan arah pergerakan vertikal
(Z) dan horizontal (Sumbu X dan Y). Kalau terjadi pergerakan sangat besar maka kerusakan
direncanakan akan terjadi pada kompon plat atau balok T
Dalam ilustrasi gambar dibawah menunjukkan perilaku sistem struktur yang terjadi yaitu
penurunan hanya terjadi pada komponen balok penghubung, sehingga kerusakan tidak
merambat massa bangunan A (kiri) dan B (kanan). Hal ini tidak terjadi apabila sambungan
sambungan balok yang direncanakan menggunakan konsep hubungan jepit (kaku/rigid), dimana
balok, kolom dan plat lantai saling mengikat sehingga jika terjadi beban dan momen seluruh
elemen/komponen struktur ikut memikul dan tertarik.
Gambar Sketsa :
Massa A
Tanah/Pondasi Turun
Sketsa Detail Komponen Delatasi.
11
Massa B
DAFTAR PUSTAKA
1. Council on Tall Buildings & Urban Habitat , Development in Tall Buildings, Van
Nostrand Reinhold, New York, 1983.
2. Lagorio, Hendry J., Earthquakes: An Architects Guide to Nonstructural Seismic
Hazards, John Wiley & Sons Inc., New York, 1990.
3. Lin, T.Y., Structural Concepts and Systems for Architects and Engineers, Van Nostrand
Reinhold, New York, 1988.
4. Naeim, Farzard, The Seismic Design Handbook, Van Nostrand Reinhold, New York,
1989.
5. Schodek, Daniel L. Structure, Prentice Hall, New Jersey, 1980.
6. Schueller, W. The Vertical Building Structure, Van Nostrand Reinhold, New York, 1990.
7. Schueller, W. High Rise Building Structure, John Wiley & Sons Inc., New York, 1977.
8. Schueller, Wolfgang, Horizontal Span Building Structure, John Wiley and Sons Inc,
New York, 1989.
12