PENDAHULUAN
Ileus obstruktif merupakan kegawatan di bidang bedah digestive yang sering
dilaporkan.
Gangguan
saluran
cerna
ini
menduduki
20% dari
seluruh
kasus nyeri akut abdomen yang tidak tergolong appendicitis akut. Sekitar 60%
penyebab
obstruksi
ileus disebabkan
terjadi
pasca operasi regio abdominal dan operasi di bidang obstetri ginekologik. Isidensi
dari ileus obstruksi pada tahun 2011 diketahui mencapai 16% dari populasi dunia
yang diketahui melalui studi besar pada banyak populasi.1
Gangguan yang terjadi pada ileus obstruktif bisa meliputi sumbatan
sebagian (partial) atau
usus, sehingga
mengakibatkan isi usus tak dapat melewati lumen itu sendiri. Hal ini dapat
disebabkan oleh berbagai macam kondisi, paling sering dikarenakan oleh adhesi,
hernia, bahkan tumor.2
Ileus obstruktif tidak hanya dapat menghasilkan perasaan yang tidak
nyaman, seperti : keram perut, nyeri perut, kembung, mual, dan muntah, bila tidak
diobati dengan benar, ileus obstruktif dapat menyebabkan sumbatan dan
menyebabkan kematian jaringan usus. Kematian jaringan ini dapat ditunjukkan
dengan perforasi usus, infeksi ringan, hingga kondisi shock.2
Adhesi merupakan suatu jaringan parut yang sering menyebabkan organ
dalam atau jaringan tetap melekat setelah pembedahan. Adhesi dapat membelit
dan menarik organ dari tempatnya dan merupakan penyebab utama dari obstruksi
usus, infertilitas (bidang ginekologik), dan nyeri kronis pelvis.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Usus
1. Anatomi Usus Halus
Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat, dan
membentang dari pilorus hingga katup ileosekal dengan panjang sekitar 6,3m
(21 kaki) dengan diameter kecil 2,5 cm (1inci). Usus halus terdiri dari tiga
bagian yaitu duodenum, jejenum, dan ileum.3,4
Duodenum merupakan bagian proksimal dari usus halus yang letakya
retroperitoneal.Duodenum berbentuk seperti huruf C yang panjangnya 25 cm
yang menghubungkan gaster dengan jejenum. Duodenum merupakan muara
dari saluran pankreas dan empedu. Duodenum terdiri dari 4 bagian yaitu 3,5
1. Pars superior duodeni, yang hampir selalu ditutupi oleh peritoneum dan
cukup mobile.
2. Pars descenden duodenum terletak pada garis vertical dari apex pars
superior duodeni sampai sepertiga bagian horizontal. Pada bagian
medialnya terdapat ductus choledocus dan ductus pancreaticus wirsungi.
Terletak di retroperitoneum
3. Pars horizontalis duodenum, melintasi garis setinggi vertebra lumbalis
ketiga. Serta terletak di bagian depan vena cava inferior
4. Pars ascendens duodenum, terletak di anterior kiri aorta. Terdapat
ligamentum treitz yang memfiksasi pada bagian kaudal.
Fisiologi Usus
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan
dengan
getah
pankreas,
empedu,
dan
usus
halus
untuk
selesai sebelum isi lumen sampai ke ileum. Bila ileum terminal diangkat,
penyerapan vitamin B12 dn garam emepedu akan terganggu karena
mekanisnme transportasi kusus hannya terdapat pada daerah ini.3,5
Di pertemuan antara usus halus dan usus besar, yaitu ileum terminal, akan
mengosongkan isisnya ke dalam sekum. Pertemuan ini membentuk katup
ileosekum yang dikelilingi oeh otot polos tebal, sfingter ileosekum. Tekanan di
sisi sekum mendorong katup tertutup dan menyebabkan sfingter berkontraksi.
Hal ini mencegah isi kolon yang penuh bakteri mencemari usus halus yang
kaya akan nutrien. Sebagai respon terhadap tekanan di sisi ileum dan terhadap
hormon gastrin yang disekresikan sewaktu makanan baru masuk ke lambung,
sfingter membuka dan memungkinkan isi ileum memasuki usus besar.5
Dalam keadaan normal, kolon menerima sekitar 500ml kimus dari usus
halus setiap hari. Isi usus yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan
yang tidak dapat dicerna (misal selulosa), empedu yang tidak dapat diserap,
dan sisa cairan. Kolon mengekstraksi H2O dan garam dari isi lumennya
kemudian memekatkan dan menyimpan residu makanan sampai mereka dapat
dieliminasi dari tubuh sebagai feses. 5
Gerakan dalam kolon (kontraksi haustrae) bergerak lambat untuk
mengaduk isi kolon maju mundur untuk menyelesaikan penyerapan sisa cairan
dan elektrolit. Umumnya setelah makan, tiga sampai empat kali sehari terjadi
peningkatan motilitas pada segmen kolon asenden dan tranversum. Kontraksi
usus yang disebut mass movement ini mendorong isi kolon ke bagian distal.
Mass movement ini terjadi akibat refleks gastrokolon, yang diperantarai
hormon gastrin dan saraf otonom ekstrinsik. Refleks ini mendorong isi kolon
ke dalam rektum yang memicu refleks defekasi. Refleks ini disebabkan untuk
sfingter anus internus yang melemas dan rektum serta sigmoid untuk
berkontraksi lebih kuat. Refleks ini dapat dengan secara sengaja dihentikan
dengan kontraksi sfingter anus eksternus. 5
B. Ileus Obstruktif
1. Definisi
a. Secara umum10
- Ileus obstruksi sederhana
-
disertai
b.
c.
gangren.
Berdasarkan letak obstruksi
- Letak tinggi : duodenum jejenum
- Letak tengah : ileum terminal
- Letak rendah : colon sigmoid rektum
Berdasarkan stadium
- Parsial
: menyumbat sebagian lumen usus. Sebagian sisa
-
darah.
4. Etiologi
Penyebab ileus obstruksi secara umum dapat dibagi menjadi tiga
mekanisme, yaitu blokade intralumen,intramural atau lesi instrinsik dari
dinding usus, kompresi lumen atau konstriksi akibat lesi ekstrinsik dari usus.
Lesi intraluminal seperti fekalit, batu empedu, lesi intramural misalnya
malignansi atau inflamasi, lesi ektralumisal misalnya adhesi, hernia, volulus
atau intususepsi.(3) Ileus obstruksi pada usus halus dapat disebabkan oleh :
a. Adhesi
Adhesi umumnya berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis
lokal atau umum, atau pascaoperasi. Adhesi dapat berupa perlengketan
dalam bentuk tunggal maupun multipel, dan dapat setempat maupun
luas.Sering juga ditemukan adhesi yang bentuknya pita. Pada operasi,
perlengketan dilepaskan, dan pita dipotong agar pasase usus pulih
kembali. Ileus akibat adhesi umumnya tiak disertai strangulasi.10
b. Hernia inkarserata
Hernia disebut hernia inkarserata bila isinya terjepit cincin hernia sehingga
isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut,
sehingga terjadi gangguan pasase atau gangguan vaskularisasi. Hernia
10
11
a. Karsinoma kolon
Obstruksi kolon yang akut dan mendadak kadang-kadang disebabkan oleh
karsinoma. Sekitar 70-75% kasinoma kolon dan rektum terletak pada
rektum dan sigmoid. Karsinoma colon merupakan penyebab angka
12
kematian yang tertinggi dari pada bentuk kanker yang lain. Faktor
predisposisi yang dikenal adalah poliposis multiple, biasanya terdapat
tanda-tanda yang mendahului antara lain penyimpangan buang kotoran,
keluarnya darah perektal dan colon akan mengalami distensi hebat dalam
waktu yang cepat. 10
b. Volvulus
Volvulus terajadi akibar memutarnya usus (biasanya pada sekum ata
sigmoid) pada mesokolonnya sehingga menyebabkan obstruksi lumen dan
gangguan sirkulasi vena maupun arteri. Volvulus sigmoid ditemukan jauh
lebih banyak daripada volvulus sekum, yaitu sekitar 90%.Kelainan ini
terutama ditemukan pada orang yang lebih tua, orang dengan riwayat
kronik konstipasi. Volvulus sigmoid sering mengalami strangulasi bila
tidak dilakukan dekompresi. Volvulus sekum terjadi karena kelainan
bawaan kolon kanan yang tidak terletak retroperitoneal, jadi terdapat
mesenterium yang panjang dan sekum yang yang mobile karena tidak
terfiksasi. Kelainan ini biasanya menyerang pada usia 60 tahunan.
Volvulus sigmoid terjadi karena mesenterium yang panjang dengan basis
yang sempit.9,10,11
c.
Divertikel
Divertikel kolon paling sering ditemui di sigmoid. Divertikel kolon adalah
divertikel palsu karena terdiri atas mukosa yang menonjol melalui lapisan
otot seperti hernia kecil. Komplikasi dapat berupa perforaasi, abses
terbuka, fistel, obstruksi parsial, dan perdarahan.
d. Intususepsi/invaginasi
Merupakan suatu keadaan masuknya suatu segmen proksimal usus ke
segmen bagian distal yang akhirnya terjadi obstruksi usus strangulasi.
Invaginasi diduga oleh karena perubahan dinding usus khususnya ileum
yang disebabkan oleh hiperplasia jaringan lymphoid submukosa ileum
terminal akibat peradangan, dengan abdominal kolik. Intususepsi sering
terjadi pada anak anak. Namun, sekitar 5-15% dari kasus intususepsi di
belahan bumi bagian Barat terjadi di orang dewasa, yang mana dua per
tiga kasusnya disebabkan oleh tumor atau polip di usus halus(10,11).
13
e.
Penyakit Hirschsprung
Penyakit Hirschprung atau yang disebut juga megacolon dapat
digambarkan sebagai suatu usus besar yang dilatasi, membesar dan
hipertrofi yang berjalan kronik. Penyakit ini dapat kongenital ataupun
didapat dan biasanya berhubungan dengan ileus obstruksi.
Penyebab
kongenital dari penyakit ini diakibatkan dari kegagalan migrasi dari neural
crest ke kolon bagian distal. Sedangkan megakolon yang didapat
merupakan hasil dari adanya infeksi ataupun konstipasi kronis. Infeksi
Trypanosoma cruzi menyerang sel ganglion dan menyebabkan megakolon.
12
Cause
Colon
Duodenum
Adults
Neonates
Adults
Neonates
5. Patofisiologi
Patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi itu disebabkan oleh penyebab mekanik atau
fungsional. Perbedaan utama terletak pada obstruksi paralitik dimana
peristaltik dihambat sejak awal, sedangkan pada obstruksi mekanik, awalnya
peristaltik diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya menghilang.3
14
Pada ileus obstruksi usus halus terjadi dilatasi pada usus proksimal secara
progresif akibat akumulasi dari sekresi pencernaan dan udara yang tertelan
(70% dari udara yang tertelan) dalam lumen. Dilatasi dari usus halus
menstimulasi aktivitas sel sekretori, yang berakibat bertambahnya akumulasi
cairan. Hal ini mengakibatkan peristaltik meningkat pada bagian atas dan
bawah dari obstruksi, dengan buang air besar yang jarang dan flatus pada
awal perjalanan. 13
Distensi berat pada dinding usus akan mengurangi pengaliran air dan
natrium dari lumen usus ke darah. Sekitar 8 liter cairan disekresi ke dalam
saluran
cerna
setiap
hari,
sehingga
tidak
adanya
absorpsi
dapat
15
pasien
dengan
obstruksi
total).
Pasien
dengan
obstruksi
16
biasanya
lebih
ringan
dan
terjadi
lebih
perlahan
disertai
kolik
pada
perut
bagian
bawah
(suprapubik).
Large Intestinal
obstruction
obstruction
Gejala
Kolik
abdomen
Kanker
dan Kolik abdomen dan
Distensi
abdomen Distensi
mild-moderate
Foto polos abdomen
Dilatasi
lumen
moderate
usus Dilatasi
udara
abdomen
kolon
b.
leukosistosis.
Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Pada inspeksi secara umum, terlihat adanya tanda tanda dehidrasi,
dilihat dari turgor kulit, mulut kering. Penderita tampak gelisah dan
menggeliat sewaktu serangan kolik. Pada inspeksi abdomen, terlihat
distensi,
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium umumnya tidak dapat dijadikan
pedoman untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan laboratorium
19
8. Diagnosis Banding
Diagnosa banding dari ileus obstruksi adalah :
a. Ileus paralitik
Pada ileus paralitik terdapat distensi yang hebat namun nyeri yang
dirasakan lebih ringan dan cenderung konstan, mual, muntah, bising
usus yang menghilang, pada pemeriksaan fisik tidak adanya defans
muskular dan pada gambaran foto polos didapatkan gambaran udara
pada usus.
b. Appendisitis akut
Pada appendisitis akut, didapatkan gejala nyeri tumpul pada
epigastrium yang kemudian berpindah pada kuadran kanan bawah,
demam, mual, dan muntah.
c. Pankreatitis akut
Nyeri pada pankreatitis akut biasanya dirasakan sampai ke
punggung. Gejala ini dapat juga berhubungan dengan ileus paralitik.
Pada pankreatitis akut, amilase kadarnya akan sangat tinggi bbila
dibandingkan ileus obstruksi.
d. Gastroenteritis akut
Pada gastoenteritis akut juga terdapat nyeri perut dan muntah.
Diare pada penyakit ini juga menyebabkan adanya hiperperistaltik pada
auskultasi.Namun dapat dipikirkan adanya ileus bila abdomen distensi
dan hilangnya suara atau sedikitnya aktifitas usus.
e. Torsio ovarium, dysmenorrhea, endometriosis
9. Penatalaksanaan
Ileus obstruksi di usus harus dihilangkan segera setelah keadaan umum
diperbaiki. Tindakan umum sebelum dan sewaktu pembedahan meliputi
tatalaksana dehidrasi, perbaikan keseimbangan elektrolit, dan dekompresi pipa
21
elektrolit
(Natrium,
kalium,
dan
klorida)
akibat
dilakukan.4,12
b. Operatif
Secara umum, pasien dengan ileus obstruksi total memerlukan tindakan
operatif segera, meskipun operasi dapat ditunda untuk memperbaiki
keadaan umum pasien bila sangat buruk. Operasi dapat dilakukan bila
rehidrasi dan dekompresi nasogastrik telah dilakukan. Tindakan operatif
dilakukan apabila terjadi :4,9
- Strangulasi
- Obstruksi total
- Hernia inkarserata
22
23
Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana
untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi,
jepitan oleh adhesi atau pada volvulus ringan.
b.
Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus
yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
24
c.
d.
mempertahankan
kontinuitas
lumen
usus,
misalnya
pada
25
BAB III
PENYAJIAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tanggal masuk
No.RM
: Tn. AM
: 61 Tahun (04-07-1955)
: Laki-laki
: Islam
: Pensiunan
: Gg. Jeruju 3 Dalam, Rt 4 Rw 8, Sei. Beliung
Pontianak Barat
: 19 Juli 2016
: 008974
2. Anamnesis
a.
Keluhan utama
: Nyeri Perut
b.
d.
26
3. Pemeriksaan Fisik
A.
Status Generalis
1.
Keadaan Umum
: Lemah
2.
Kesadaran
: Compos mentis
3.
Vital Sign
:T
4.
: 100/70 mmHg
: 80 x/menit
: 20 x/menit
: 37,3C
Pemeriksaan Kepala
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
5.
6.
Pemeriksaan Leher
Inspeksi
: Trachea di tengah
Palpasi
Pemeriksaan Thorak
a. Paru-paru
27
Inspeksi
tidak ada.
Auskultasi
Abdomen
Status Lokalis
8.
Ekstremitas
-Superior
B. Status Lokalis :
Inspeksi
R. Abdomen
: Distensi, darm counter ( + ), tidak ada darm
steifung.
Auskultasi
sound ( - )
Perkusi
: Hipertimpani
28
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-), Hepar/lien tak teraba, Tidak teraba
masa tumor
4. Resume
A.
Anamnesis
Pasien laki-laki umur 61 tahun pekerjaan swasta, datang ke RS
dengan keluhan perut terasa nyeri, kembung serta mual jika makan maka
pasien muntah, pasien juga mengeluh tidak bisa buang air besar selama 3
hari dan tidak bisa kentut 1 hari.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Status generalis
2. Status lokalis
R. abdomen
5. Diagnosis
A. Diagnosis Kerja
B. Diagnosis Banding
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Rutin
WBC
LYM
MON
GRA
RBC
HGB
HCT
MCV
MCHC
PLT
LED
Gol. darah
Masa
perdarahan
Masa
3,8 x 103 L
1,1 x 103 L
O,6 x 103 L
2,2 x 103 L
4,20 x 106 L
10,3 g/Dl
36,4%
36,7
28,3 g/dL
35,2 x 103 L
55 mm/jam
A
2, 11
L
N
N
N
N
L
N
N
N
H
12,09
29
pembekuan
GDS
Ureum
Creatinin
Bilirubin T
Direk
Albumin
SGOT
SGPT
101
23
0,9
1,5
0,8
1,0
23
1
N
N
N
H
H
L
N
N
: Dubia ad Bonam
: Dubia ad Bonam
: Dubia ad Bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada teori gejala klinis yang ditemukan akibat obstruksi usus dapat bersifat
sistemik dan serangan yang bersifat kolik. Gejala yang dialami juga menentukan
30
tipe ileus obstruksi seperti sederhana atau strangulasi. Gambaran klinik yang
bersifat sistemik meliputi dehidrasi berat, hipovolemia, syok, oliguria, gangguan
keseimbangan elektrolit, perut gembung, kelebihan cairan usus, kelebihan gas
dalam usus. Gambaran klinik serangan kolik meliputi nyeri perut berkala, distensi
berat, mual / muntah, gelisah / menggeliat, bunyi usus nada tinggi, obstipasi, tidak
ada flatus.4
Pada pasien ditemukan keluhan yang serupa dengan keluhan diatas yaitu
terasa nyeri, kembung serta mual jika makan maka pasien muntah, pasien juga
mengeluh tidak bisa buang air besar selama 3 hari dan tidak bisa kentut 1hari. Jika
dilihat keluhan bapak ini termasuk dalam Strength Ileus atau ileus yang memiliki
etiologi karena adesi umumnya tidak disertai dengan strangulasi. Adhesi
umumnya berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau
umum, atau pasca operasi. Adesi dalam bentuk perlengketan mungkin tunggal
maupun multiple, mungkin setempat maupun luas.5,8 Hal ini di dukung dengan
adanya riwayat operasi apendisitis pada bapak tersebut pada tahun 2001.
Adhesi dapat timbul karena operasi yang sebelumnya, atau peritonitis
setempat atau umum. Pita adhesi timbul diantara lipatan usus dan luka dan situs
operasi. Adhesi ini dapat meyebabkan obstruksi usus halus dengan menyebabkan
angulasi akut dan kinking, seringnya adhesi ini timbul beberapa tahun setelah
operasi. Hal ini dikarenakan teknik operasi yang salah atau terlalu banyak trauma
pada usus sewaktu operasi sehingga usus rusak dan terbentuk jaringan parut yang
dapatmengalami penyempitan.Bahkan teknik pembedahan yang baik pun tidak
dapat selalu mencegah pembentukan adhesi.9
Penatalaksanaan pada pasien tersebut juga dengan pemberian antibiotik
broadspectrum dapat diberikan sebagai profilaksis atas dasar temuan adanya
translokasi bakteri pada ileus obstruksi. Injeksi Ceftriakson 1 gram 1 kali dalam
24 jam dapat diberikan sebagai profilaksis..4,12
Dan dilakukan dekompresi traktus gastrointestinal dengan menggunakan
nasogastric tube (NGT) dan pasien dipuasakan. Hal ini berguna untuk
mengeluarkan udara dan cairan dan untuk mengurangi mual, distensi, dan resiko
aspirasi pulmonal karena muntah.4,9
31
BAB V
KESIMPULAN
Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang
disebabkan oleh sumbatanmekanik. Rintangan pada jalan isi usus akan
32
menyebabkan isi usus terhalang dan tertimbun di bagian proksimal dari sumbatan,
sehingga pada daerah proksimal tersebut akan terjadi distensiatau dilatasi usus.
Adhesi dapat timbul karena operasi yang sebelumnya, atau peritonitis
setempat atau umum. Pitaadhesi timbul diantara lipatan usus dan luka dan situs
operasi. Adhesi ini dapat meyebabkanobstruksi usus halus dengan menyebabkan
angulasi akut dan kinking, seringnya adhesi ini timbul beberapa tahun setelah
operasi. Hal ini dikarenakan teknik operasi yang salah atau terlalu banyak trauma
pada usus sewaktu operasi sehingga usus rusak dan terbentuk jaringan parut yang
dapatmengalami penyempitan.Bahkan teknik pembedahan yang baik pun tidak
dapat selalu mencegah pembentukan adhesi. Jadi, sebagai metode tambahan,
banyak ahli bedah telah menggunakan adhesion barriers sebagai pencegahan
terjadinya adhesi pada bedah abdomen dan pelvis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mukherjee S. Ileus. [Online]. 2008 January 29 [cited 2016 Agustus 8];[7
http://emedicine.medscape.com/article/1948951-overview#showall.
Accesed
August 8, 2016
6. Whang E E, Ashley Stanley, Zinner J Michael. Small Intestine. In :Charles F
http://emedicine.medscape.com/article/1948929-overview#showall.
Accesed
Parswa.
Intestinal
Obstruction.
2012.
Available
at
http://www.merckmanuals.com/professional/gastrointestinal_disorders/acute_a
bdomen_and_surgical_gastroenterology/intestinal_obstruction.html#v890928.
Accesed August 8, 2016.
10. Riwanto Ign. Hidayat A H, Pieter J, Tjambolang T, Ahmadsyah I. Usus Halus,
Christy.
Large
Bowel
Obstruction.
2011.
Available
http://emedicine.medscape.com/article/774045-treatment#showall.
at
Accesed
August 8, 2016.
34
12. Bullard Kelli, Rothenberger David. Colon, Rectum, and Anus. In : Charles F
Brunicardi. Schwartzs Manual of Surgery. Ed 8. USA : McGraw-Hill. 2006. P
770
13. Nobie
Brian.
Small
Bowel
Obstruction.
2011.
Available
http://emedicine.medscape.com/article/774140-overview#showall.
at
Accesed
August 8, 2016.
14. Hodin Richard, Matthews Jeffrey. Small Intestine. Dalam : Norton Jeffey,
Bolinger Randal, Chang Alfred, Lowry Stephen, et all. Surgery Basic Science
and Clinical Evidence. New Yoek : Springer. 2000. P 617-26
15. Schrock TR. Obstruksi Usus. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery). Alih
Bahasa: Adji Dharma, dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1993; 239
42
35