Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

Daftar Isi

Pengertian

Etiologi

2-3

Faktor resiko

3-4

Faktor penunjang

4-5

Manifestasi klinik

5-8

Patofisiologis

Pathway

Klasifikasi

10

Pemeriksaan penunjang

10-12

Penatalaksanaan medis

12

Pengkajian

13-14

Diagnosa

15

Intervensi keperawatan

15-18

Daftar Pustaka

19

CHRONIC HEART FAILURE (CHF)

A. Pengertian
CHF (Congestive

Heart

Failure)

atau

gagal

jantung

kongestif

adalah

ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara adekuat ke seluruh jaringan


tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisinya. Istilah gagal jantung kongestif
sering dipergunakan jika terjadi gagal jantung di sebelah kiri dan kanan.
B. Etiologi
1. Kelainan Otot Jantung
Kelainan otot jantung menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang
mendasari kelainan fungsi oto jantung ini adalah aterosklerosis, hipertensi arterial, dan
penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis Koroner
Hal ini mengakibatkan disfungsi miokardium akibat terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Akibat penumpukan asam laktat sehingga terjadi hipoksia dan asidosis. Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
3. Hipertensi Sistemik/Pulmonal (peningkatan afterload)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada akhirnya mengakibatkan hipertrofi serabut
otot jantung. Efek hipertrofi miokard dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi
karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi pada kondisi tertentu hipertrofi
otot jantung tersebut tidak berfungsi secara normal sehingga pada akhirnya terjadi gagal
jantung.
4. Peradangan dan Penyakit Miokardium Degeneratif
Kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung sehingga menyebabkan
kontraktilitas menurun.
5. Penyakit Jantung Lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya tidak
secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang sering terjadi adalah
gangguan aliran darah yang melalui jantung, ketidakmampuan jantung untuk mengisi
darah, atau pengososngan jantung abnormal. Peningkatan mendadak afterload akibat
meningkatnya tekanan darah sistemik dapat menyebabkan gagal jantung meskipun
tidak ada hipertrofi miokardial.
6. Faktor Sistemik
Meningkatnya laju metabolisme (misalnya demam, tirotoksikosis), hipoksia, dan
anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen
sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung.
Asidosis respiratorik dan metabolik dan abnormalitas elektrolit dapat menurunkan
2

kontraktilitas jantung. Disritma jantung yang dapat terjadi dengan sendirinya atau
secara sekunder akibat gagal jantung menurunkan efisiensi keseluruhan fungsi jantung.
7. Alkohol; bersifat kardiotoksik terutama jika dikonsumsi dalam jumlah besar.
8. Obat-obatan
Seperti penyekat dan antagonis kalsium dapat menekan kontraktilitas miokard dan
obat kemoteraupetik seperti doksorubisin dapat menyebabkan kerusakan mikard,
mengurangi efeisiensi jantung. Takikardia (ventrikel atau atrium) menurunkan waktu
pengisisan ventrikel, meningkatkan beban kerja miokard dan kebutuhan oksigen
menyebabkan iskemia dan bila terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan dilatasi
ventrikel, dan perburukan fungsi ventrikel.
C. Faktor Risiko
1. Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Diubah
a. Hereditas
Terjadinya penyakit jantung pada saudara sedarah sebelum usia 55 tahun akan
meningkatkan resiko klien terhadap penyakit jantung.
b. Jenis kelamin pria yang menderita penyakit jantung lebih banyak dibandingkan
dengan wanita terutama pada usia muda, wanita hanya mempunyai rata-rata
penyakit jantung seperenam daripada pria pada kelompok usia yang sama, tetapi
pada saat wanita usia 75 wanita kemungkinan besar akan sama sepeti pria untuk
menderita penyakit jantung.
Ras
Rata-rata kematian penyakit jantung bertambah sejalan dengan usia. Klien dengan
usia 60 mempunyai rata-rata bpenyakit tiga kali lebih besar

dibandingkan dengan

klien usia 45 tahun.

2. Faktor Risiko Yang Dapat Diubah


Hipertensi
Tekanan darah tinggi yang konsisten melebihi 149/90mmHg merupakan risiko utama
penyakit jantung. Hipertensi ini biasanya dapat dikendalikan dengan latihan, diit
rendah garam, tehnik pengurangan stress dan obat antihipertensi.
Merokok
Pria yang merokok sebungkus setiap harinya berisiko dua kali lebih besar terkana
penyakit jantung dibandingkan pria yang tidak merokok.wanita perokok juga
3

meningkatkan risiko untuk terkena penyakit jantung.namun apabila seseorang


berhenti dari merokok maka tingkat risiko sebanding dengan orang tidak merokok.
Hiperlipidia
Peningkatan konsentrasi lemak didalam plasma. Rentang normalnya kadar kolesterol
total adalah 160 sampai 180 mg/dl, kadar diatas 180mg/dl akan menggandakan risiko
terhadap penyakit jantung. Pria lebih banyak mempunyai kadar kolesterol yang
abnormal tinggi dibandingkan wanita. Kolesterolserum berperan dalam pemecahan
lipoprotein, termasuk high density lipoprotein (HDL) yang membantu dalam
pembuangan kolesterol dalam dari tubuh, dan low density lipoprotein (LDL), yang
meningkatkan penyimpanan kolesterol didalam tubuh. Hiperlipidemia biasanya bisa
dikendalikan dengan diit rendah lemak, latihan dan obat antipilemik.
Diabetes Mellitus
Pada usia sekitar 45 tahun pria penderita diabetes mellitus mempunyai dua kali risiko
dibandingkan dengan pria non DM, wanita penderita DM pra menopause mempunya
risiko penyakit enam kali wanita premenapause yang tidak DM. DM bisa
dikendalikan dengan diit, insulin dan latihan.
3. Faktor Penunjang
Obesitas
Obesitas menggandakan risiko gagal jantung kongestif dan stroke. Obesitas
meningkatkan risiko penyakit arteri koroner, yang mungkin disebabkan oleh
banyaknya individu-individu obesitas yang juga mempunyai kadar kolesterol serum
dan glukosa yang tinggi dan juga tekanan darah yang meningkat.

Ketidakefektifan
Kurangnya latihan akan menurunkan kadar HDL dan meningkatkan ateroskleoris.
Latihan yang teratur dapat meningkatkan kadar HDL, menruunkan frekuensi
jantung, dan dapat meningkatkan oksigenasi miokardial.
Stress
Klien dengan kepribadian tipe ini memiliki risiko penyakit jantung dua kali
dibandingkan dengan seorang yang rileks. Stress berperan dalam penyakit jantung
dengan meningkatkan kadar katekolamin, yang meningkatkan tekanan darah dan
konsumsi oksigen miokardial. Hal tersebut dapat menyebabkan makan yang
berlebihan dan kurangnya latihan.
Diet

Diet tinggi kolesterol dan lemak tersaturasi dapat menyebabkan hipertensi dan
hiperlipidemia. Asupan kafein yang tinggi lebih dari enam cangkir kopi sehari dapat
menyebabkan hipertensi dan disritmia.
Hipertrofi Ventrikel Kiri (HVK)
Klien dengan HVK sangat berisiko terhadap penyakit jantung. Hamper setengah
dari semua klien yang meninggal karena penyakit kardiovaskular terlebih dahulu
menderita tanda-tanda HVK.
Penggunaan kontrasepsi oral
Pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral , risiko hipertensi menjadi dua atau
tiga kali beresiko dibandingkan wanita yang tidak menggunakan. Wanita tersebut
juga mempunyai risiko lebih tinggi dibandingkan dengan miokard, yang meningkat
sejalan dengan usia durasi penggunaan kontrasepsi oral, dan merokok.
Faktor lingkungan
Daerah dingin dan bersalju mempunyai kematian akibat penyakit jantung yang lebih
tinggi dibandingkan daerah-daerah dengan air minum yang sulit.
D.Manisfestasi Klinis
Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume intravaskuler. Kongesti
jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat turunnya curah
jantung pada kegagalan jantung. Peningkatan tekanan vena pulmonalis dapat
menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli, akibatnya terjadi edema paru,
yang dimanifestasikan dengan batuk dan napas pendek. Meningkatnya tekanan vena
sistemik dapat mengakibatkan edema perifer umum dan penambahan berat badan.
Turunnya curah jantung pada gagal jantung dimanifestasikan secara luas karena darah
tidak dapat mencapai jaringan dan organ (perfusi rendah) untuk menyampaikan oksigen
yang dibutuhkan. Beberapa efek akibat perfusi rendah adalah pusing, konfusi, kelelahan,
tidak toleran terhadap latihan dan panas, ekstremitas dingin, dan haluaran urin berkurang
(oliguri). Tekanan perfusi ginjal menurun, mengakibatkan pelepasan renin dari ginjal,
yang pada gilirannya akan menyebabkan sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan,
serta peningkatan volume intravaskuler.
a. Gagal Jantung Kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu
memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru
menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Manifestasi klinisnya sebagai
berikut:
a) Dispneau

Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas.
Dispneau bahkan dapat terjadi ketika istirahat atau bahkan ketika melakukan
aktivitas minimal atau sedang. Dapat terjadi ortopnu, kesulitan bernapas saat
berbaring. Pasien yang mengalami gangguan ortopnu akan menggunakan bantal
agar bisa tegak di tempat tidur atau duduk dikursi, bahkan saat tidur. Beberapa
pasien hanya mengalami ortopnu pada malam hari yang sering disebut dengan
paroxismal noktural dispnea (PND). Hal ini terjadi bila pasien yang sebelumnya
duduk lama dengan posisi kaki dan tangan di bawah, kemudian berbaring ke
tempat tidur. Setelah beberapa jam cairan yang tertimbun di ekstremitas yang
sebelumnya berada di bawah mulai diabsorbsi, dan ventrikel kiri yang sudah
terganggu, tidak mampu mengosongkan peningkatan volume dengan adekuat.
Akibatnya, tekanan dalam sirkulasi paru meningkat dan lebih lanjut, cairan
berpindah ke alveoli.
b) Batuk
Berhubungan dengan gagal ventrikel kiri bisa kering dan tidak produktif, tetapi
yang tersering adalah batuk basah yaitu batuk yang disertai dengan sputum berbusa
biasanya terdapat bercak darah.
c) Mudah lelah
Terjadi akibat curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi
normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Selain
itu terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas dan
insomnia yang terjadi akibat distres pernapasan dan batuk.
d) Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi akibat gangguan oksigen dan jaringan, stres akibat kesakitan bernapas dan
pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik. Begitu terjadi kecemasan,
terjadi juga dispnu yang pada gilirannya memperberat kecemasan.
b. Gagal Jantung Kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan
perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume
darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara
normal kembali dari sirkulasi vena.
Manifestasi klinisnya meliputi edema ekstremitas bawah (edema dependen), yang
biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan, hepatomegali
(pembesaran hepar), distensi vena leher, asites (penimbunan cairan di dalam rongga
peritonium), anoreksia dan mual, nokturia dan lemah.
a) Edema

Dimulai pada kaki dan tumit (edema dependen) dan secara bertahap bertambah ke
atas tungkai dan paha dan akhirnya ke genitalia eksterna dan tubuh bagian bawah.
Pitting edema, adalah edema yang akan tetap cekung bahkan dengan penekanan
ringan dengan ujung jari, baru jelas terlihat setelah terjadi retensi cairan paling
tidak sebnyak 4,5 kg.
b) Hepatomegali
Biasanya disertai dengan nyeri tekan pada kuadaran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang, maka tekanan pada
pembuluh portal meningkat sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen,
dinamakan asites. Pengumpulan cairan pada rongga abdomen ini dapat
menyebabkan tekanan pada diafragma dan distres pernapasan.
c) Anoreksia, atau hilangnya selera makan dan mual sering terjadi akibat pembesaran
vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen.
d) Nokturia, atau rasa ingin kencing pada malam hari, terjadi karena perfusi renal
didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring. Diuresis paling sering terjadi
pada malam hari karena curah jantung akan membaik dengan istirahat.
e) Lemah, yang menyertai gagal jantung sisi kanan disebabkan karena menurunnya
curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme
yang tidak adekuat dari jaringan.
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung
normal. Konsep curah jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV
dimana curah jantung (CO: cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR : heart
rate) dikali volume sekuncup (SV: stroke volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi sistem pernapasan otonom. Bila curah jantung
berkurang,

sistem saraf

simpatis

akan

mempercepat

frekuensi

jantung

untuk

mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk


mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang
harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung. Tetapi pada gagal jantung
dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung, volume sekuncup
berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan. Volume sekuncup adalah
jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor yaitu
preload, kontraktilitas, dan afterload.

Preload adalah sinonim dengan hukum Starling pada jantung yang


menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung

dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.


Kontraktilitas mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada
tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan

kadar kalsium.
Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan
untuk memompa darah melawan perbedaantekanan yang ditimbulkan oleh
tekanan arteriol.

Pada gagal jantung, jika satu atau lebih dari ketiga faktor tersebut terganggu, hasilnya
curah jantung berkurang. Kemudahan dalam menentukan pengukuran hemodinamika
melalui prosedur pemantauan invasif telah mempermudah diagnosa gagal jantung
kongestif dan mempermudah penerapan terapi farmakologis yang efektif.
PATHWAY
Disfungsi
miokard
Kontraktilitas

Beban
sistol
Preload

Kebutuhan
metabolisme
Beban kerja
jantung

Hambatan pengisian ventrikel


Beban
jantung
Gagal jantung
kongestif
Gagal pompa
ventrikel
Forward
failure
Curah jantung
(COP)
Suplai darah
Renal flow
ke jaringan
Nutrisi dan O2
sel
Metabolisme sel

Pelepasan
RAA
Retensi Na
dan air

Backward
failure
Tekanan vena
pulmo
Tekanan
kapiler paru
Edema paru
gg.pertukaran
gas
8

Lemah dan
letih

edema

Intoleransi
F. Klasifikasi
aktifitas NYHA

Kelas I

Kelebihan
vol. cairan

Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktivitas fisik.


Aktifitas fisik sehari-hari tidak menimbulkan kelelahan,
palpitasi, atau sesak

Kelas II

Terdapat batas aktivitas ringan. Tidak terdapat keluhan saat


istirahat, namun aktivitas fisik sehari-hari menimbulkan
kelelahan, palpitasi, atau sesak nafas

Kelas III

Terdapat batasan aktivitas bermakna. Tidak terdapat keluhan


saat istirahat tetapi aktifitas fisik ringan menyebabkan
kelelahan, paplpitasi atau sesak.

Kelas IV

Tidak terdapat batasan aktifitas fisik tanpa keluhan, terdapat


gejala saat istirahat. Keluhan meningkat saat melakukan
aktivitas

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen Thorax
Seringkali menunjukkan kardiomegali (rasio kardiotorasik (CTR) > 50%),
terutama bila gagal jantung sudah kronis, kardiomegali dapat disebabkan oleh dilatasi
ventrikel kiri atau kanan, LVH, atau kadang oleh efusi perikard. Derajad tidak
berhubungan dengan fungsi ventrikel kiri.
Gambaran kongesti vena pulmonalis terutama di zona atas pada tahap awal,
bila tekanan vena pulmonal lebih dari 20 mmHg dapat timbul gambaran cairan
pada fisura horizontal dan garis Kerley B pada sudut kostofrenikus. Bila tekanan
lebih dari 25 mmHg didapatkan gambaran batwing pada lapangan paru yang
menunjukkan adanya udema paru bermakna. Dapat pula tampak gambaran efusi
pleura bilateral, tetapi bila unilateral, yang lebih banyak terkena adalah bagian
kanan
2. EKG
Gambaran yang sering didapatkan antara lain gelombang Q, abnormalitas ST
T, hipertrofi ventrikel kiri, bundle branch block dan fibrilasi atrium, gangguan
konduksi dan aritmia. Bila gambaran EKG dan foto dada keduanya menunjukkan
9

gambaran yang normal, kemungkinan gagal jantung sebagai penyebab dispneu


pada pasien sangat kecil kemungkinannya
3. Ekokardiografi
Ekokardiografi merupakan pemeriksaan non-invasif yang sangat berguna pada
gagal jantung. Ekokardiografi dapat menunjukkan gambaran obyektif mengenai
struktur dan fungsi jantung. Penderita yang perlu dilakukan ekokardiografi adalah
: semua pasien dengan tanda gagal jantung, susah bernafas yang berhubungan
dengan murmur, sesak yang berhubungan dengan fibrilasi atrium, serta penderita
dengan risiko disfungsi ventrikel kiri (infark

miokard

anterior, hipertensi

terkontrol, atau aritmia). Ekokardiografi dapat mengidentifikasi gangguan

tak

fungsi

sistolik, fungsi diastolik, mengetahui adanya gangguan katup, serta mengetahui


risiko emboli.
4. Tes Darah
Pemeriksaan darah perlu dikerjakan untuk menyingkirkan anemia sebagai
penyebab susah bernafas, dan untuk mengetahui adanya penyakit dasar serta
komplikasi. Pada gagal jantung yang berat akibat berkurangnya kemampuan
mengeluarkan air sehingga dapat timbul hiponatremia dilusional, karena itu
adanya hiponatremia menunjukkan adanya gagal jantung yang berat. Pemeriksaan
serum kreatinin perlu dikerjakan selain untuk mengetahui adanya gangguan
ginjal, juga mengetahui adanya stenosis arteri renalis apabila terjadi peningkatan
serum kreatinin setelah pemberian angiotensin converting enzyme inhibitor dan
diuretik dosis tinggi. Pada gagal jantung berat dapat terjadi proteinuria. Disfungi
tiroid (baik hiper- maupun hipotiroidisme) dapat menyebabkan gagal jantung,
sehingga pemeriksaan fungsi tiroid harus dilakukan. Pada gagal jantung kongestif
tes fungsi hati (bilirubin, AST dan LDH) gambarannya abnormal karena kongesti
hati. Pemeriksaan profil lipid, albumin serum fungsi tiroid dianjurkan sesuai
kebutuhan.11,17
5. Pemeriksaan Radionuklide atau Multigated Ventrikulografi
Dapat mengetahui ejection fraction, laju pengisian sistolik, laju pengosongan
diastolik, dan abnormalitas dari pergerakan dinding. Pemeriksaan ini merupakan
metode lain untuk menilai fungsi ventrikel (ventrikolugraf) dan sangat berguna ketika
citra yang memadai dari ekokardiografi sulit diperoleh.
6. Kateterisasi Jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi
kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri
10

kororner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan
ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas.
7. Tes Latihan Fisik
Seringkali dilakukan untuk menilai adanya iskemia miokard dan pada beberapa kasus
untuk megukur konsumsi oksigen maksimum (VO2 maks). Ini merupakan kadar
dimana konsumsi oksigen lebih lanjut tidak akan meningkat meskipun terdapat
peningkatan latihan lebih lanjut. VO2 maks mereppresentasikan batas toleransi latihan
aerobic dan sering menurun pada gagal jantung.
H. Penatalaksanaan Medis
1. Non Farmakologi
a. Pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur atau mengurangi edema
seperti pada hipertensi atau gagal jantung.
b. Batasi cairan ditujukan untuk mencegah, mengatur atau mengurangi edema.
c. Manajemen stress ditujukan untuk mengurangi stress karena stress emosi dapat
menghasilkan vasokontriksi yang meningkatkan tekanan darah dan meningkatkian
kerja jantung.
d. Pembatasan aktifitas fisik untuk mengurangi beban kerja jantung.
2. Farmakologi
a. Diuretik : diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal, penggunaan
harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
b. Digoxin : meningkatkan kontraktilitas dan memperlambat frekuensi jantung. Obat ini
tidak digunakan untuk kegagalan diastolik yang mana dibutuhkan pengembangan
ventrikel untuk relaksasi.
c. Isobarbide dinitrat : mengurangi preload dan afterload untuk disfungsi sistolik, hindari
vasodilator pada disfungsi sistolik.
d. Terapi vasodilator : digunakan untuk mengurangi tekanan terhadap penyemburan
darah oleh ventrikel.

I.Pengkajian
Riwayat : infark miokard sebelumnya, factor resiko untuk penyakit jantung iskemik
(merokok, hiperlibidemia, diabetes), hipertensi, penyakit katup, kardiomiopati, penyakit
pericardium, gagal ginjal, kelebihan cairan intravena, baru-baru ini asupan garam tinggi.

11

Gejala : dispnea khususnya saat olahraga, ortopnea, dispnea nocturnal, batuk, edema kaki,
penurunan haluaran urin, keletihan, penambahan berat badan, pasien diklasifikasikan
(New York Heart Association classess) berdasar pada beratnya gejala, skema klasifikasi ini
berhubungan dengan prognosis
Pemeriksaan : penambahan BB, takipnea, takikardi, murmur, sianosis, rinkhi, produksi
sputum, edema, demam, kulit lembab dingin, denyut nadi perifer lemah, distensi vena
jugularis, dan kelemahan otot.
1. Kebutuhan aktivitas dan latihan
Adanya kelelahan, letargi, sakit dada dan dispnea pada saat istirahat atau saat
beraktivitas
2. Kebutuhan Hygiene Integritas Kulit
Keletihan/ kelemahan saat aktifitas perawatan diri, penampilan menandakan kelalaian
perawatan diri.
3. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Insomnia, dyspnea pada saat istirahat atau pada saat pengerahan tenaga
4. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, peningkatan BB signifikan, pembengkakan
pada ekstermitas bawah, penambahan BB dengan cepat, edema.
5. Kebutuhan Oksigenasi
Riwayat hipertensi, IM baru/ akut, episode GJK sebelumnya, penykit katup jantung,
bedah jantung, endokarditis, anemia, syok septic, TD mungkin rendah, normal atau
tinggi, frekuensi jantung, irama jantung, sianosis, bunyi nafas, edema.
6. Kebutuhan eliminasi
Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih pada malam hari, diare atau
konstipasi
12

7. Kebutuhan Persepsi Sensori, Kognitif


Kesadaran composmentis (GCS 15) :
E4 : Spontan membuka mata
M6 : Menurut perintah
V5 : Berorientasi baik.
8. Kebutuhan termoregulasi
Suhu pasien normal 36,5-37,5C
9. Kebutuhan konsep diri
Klien mengalami gangguan konsep diri karena menjalani perawatan di rumah sakit.
10. Kebutuhan stress dan koping
Klien mengaklami ansietas sehubungan dengan penyakitnya
11. Kebutuhan Seksualitas Reproduksi
Kebutuhan seksual dan reproduksi terganggu karena keterbatasan mobilitas

12. Kebutuhan Komunikasi Informasi


Pasien mampu berkomunikasi dengan baik , Hubungan dengan keluarga baik,
hubungan dengan perawat kooperatif.
13. Kebutuhan Rekreasi dan Spiritual
Kebutuhan rekreasi tidak tercukupi, klien hanya beristirahat dan menjalankan ibadah
sesuai kepercayaannya
14. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Nyeri dada, angina akut atau kronis, tidak tenang, gelisah.
F. Diagnosa yang mungkin muncul
1. Penurunan cardiac output b.d perubahan kontraktilitas
2. Perfusi jaringan tidak efektif b.d menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan
13

3. Kelebihan volume cairan b.d. berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan natrium
oleh ginjal.
4. Intoleransi aktivitas B.d ketidakseimbangan suplai & kebutuhan O2
5. Ansietas, kematian b.d persepsi mendekati kematian
G.Intervensi keperawatan
No
1

Diagnosa

Tujuan dan kriteria hasil

Penurunan cardiacSetelah dilakukan tindakan


output b.d perubahankeperawatan selama 3x24
kontraktilitas
jam Klien menunjukkan
respon pompa jantung
efektif dengan KH:

Monitor vital sign (TD, nadi, RR) saat


klien duduk. Berbaring, dan berdiri
Evaluasi adanya nyeri dada
Catat adanya disritmia jantung
Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
Monitor sianosios perifer

Tanda vital dalam

rentang
normal
(TD, nadi, ritmeManajemen lingkungan
normal, nadi perifer
Ciptakan lingkungan ruangan yang nyaman
kuat)
melakukan aktivitas
tanpa dipsnea dan
nyeri, tidak ada
kelelahan
edema ekstremitas
berkurang
perfusi
perifer
adekuat

Perfusi jaringan tidakSetelah dilakukan tindakan


efektif
b.dkeperawatan selama 3x24
menurunnya curahjam, perfusi jaringan baik,
jantung, hipoksemiadengan KH :
jaringan
Tekanan sistol dan
diastole
dalam
rentang
yang
diharapkan.

Intervensi

Tidak
hipertensi

Monitor adanya daerah tertentu yang


hanya peka terhadap panas/dingin,
tajam, tumpul

Monitor adanya trombophelti

Monitor gerakan kepala, leher, dan


punggung.

ada

14

Kelebihan
volumeSetelah dilakukan tindakanFluid manajemen:
cairan
b.d.keperawatan selama 3x24
Monitor indikasi retensi/kelebihan
berkurangnya curahjam
pasien
akan
cairan (cracles, CVP, edema, distensi
jantung,
retensimenunjukkan
vena)
cairan dan natriumkeseimbangan cairan dan
oleh ginjal.
elektrolit dengan KH :
Pertahankan intake dan output yang
akurat
Terbebas
dari
edema

Monitor vital sign


hemodinamik, CVP

dan

status

Bunyi nafas bersih,


tidak
adaFluid monitoring
dyspneu/ortopneu
tentukan riwayat jumlah dan tipe intake
Terbebas
dari
cairan dan eliminasi.
distensi
vena
jugularis
Monitor BB

monitor serum dan elektrolit urine

Monitor tanda dan gejala edema

Intoleransi aktivitastindakan
keperawatanTerapi aktivitas :
B.d
selama 3x24 jam Klien
ketidakseimbangan dapat
menunjukkanKaji kemampuan ps melakukan aktivitas
suplai & kebutuhantoleransi terhadap aktivitasJelaskan pada ps manfaat aktivitas bertahap
O2
dengan KH:
Evaluasi dan motivasi keinginan klien untuk
Klien
mampumeningktkan aktivitas
aktivitas minimal
Tetap sertakan oksigen saat aktivitas.
Kemampuan

aktivitas meningkat
Monitoring Vital Sign
secara bertahap
Tidak ada keluhanPantau vital sign sebelum, selama, dan setelah
sesak nafas danaktivitas selama 3-5 menit.
lelah selama dan
setelah
aktivitsEnergi manajemen
minimal
Rencanakan aktivitas saat mempunyai energi
vital
sign
cukup untuk melakukannya.
menunjukkan
rentang
normalBantu klien untuk istirahat setelah aktivitas.
selama dan setelah
Manajemen nutrisi
aktivitas
15

Monitor intake nutrisi untuk memastikan


kecukupan sumber-sumber energi
Emosional support
Berikan reinfortcemen
mengalami kemajuan
5 Ansietas, kematianSetelah
tindakan
b.d
persepsikeperawatan selama 1x24
mendekati kematian jam,
ansietas
klien
berkurang dengan KH:

penerimaan
status
kesehatan
:
berdamai
dengan perubahan yang
signifikan pada kondisi
kesehatan.

positif

bila

ps

meminimalkan perasaan kekhawatiran,


ketakutan, firasat, atau perasaan yang
tidak menentu yang berhubungan dengan
sumber bahaya yang diantisipasi dan
tidak jelas.
Membantu klien untuk beradaptasi
dengan persepsi stressor, perubahan atau
ancaman yang menghambat pemenuhan
tuntutan dan peran hidup.

Pengendalian
diri
terhadap ansietas :
tindakan
peesonal
untuk menghilangkan
atau
mengurangi
perasaan
khawatir,
ketegangan,
atau
perasaan
tidak
menentu
akibat
sumber yang tidak
jelas.

Memberikan informasi dan bantuan


kepada klien yang membuat keputusan
yang berhubungan dengan perawatan
kesehatan.

Harapan : optimism
yang secara personal
member kepuasaan

dan
mendukung
kehidupan.

Memfasilitasi partisipasi dalam praktik


keagamaan

Memberikan penenangan, penerimaan,


dan dorongan selama masa-masa stress
Memfasilitasi pengembangan cara
pandang yang positif dalam situasi
tertentu

Membantu klien untuk merasa seimbang


dan terhubung dengan Tuhan YME

16

DAFTAR PUSTAKA

Brashers, Valentina. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan dan Manajemen. Ed 2.


Jakarta: EGC
Deglin, JH & Vallerand, AH. 2005. Pedoman Obat untuk Perawat Ed. 4. Jakarta : EGC.
Dharma, surya.1996.Pedoman Praktis Sistematika Interpretasi EKG. Jakarta : EGC
Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: Salemba Medika
Guyton Ac, John E Hall. 1992. Ventilasi Paru dan Prinsip Pertukaran Gas dalam Fisiologi
Manusia Ed.3. Jakarta : EGC.
17

Ronny, dkk. 2009. Fisiologi Kardiovaskuler: Berbasis Masalah Keperawatan. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed 8. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Ed 9 : Jakarta : EGC

18

Anda mungkin juga menyukai