Landasan Teori Ppi
Landasan Teori Ppi
TINJAUAN PUSTAKA
Periode prenatal adalah periode persiapan, baik secara fisik, yakni pertumbuhan janin
dan adaptasi maternal maupun secara psikologis, yakni antisipasi menjadi orangtua.
Kunjungan prenatal reguler dimulai segera setelah ibu pertama kali terlambat menstruasi, yang
bertujuan untuk mengikuti pertumbuhan dan perkembangan janin dan untuk mengidentifikasi
kelainan yang dapat menganggu proses persalinan normal (Bobak, 2005).
Tujuan perawatan kehamilan antara lain; (1) Mempromosikan dan menjaga kesehatan
fisik dan mental ibu serta bayi dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, dan proses kelahiran
bayi, (2) Mendeteksi dan penatalaksanaan komplikasi medis, bedah atau obstetri selama
kehamilan, (3) Mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi komplikasi (4)
Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui
Universitas Sumatera Utara
dengan sukses menjalankan nifas normal dan merawat anak secara fisik, psikologi dan sosial
(Kusmiyati, 2009).
sensitif dan menjadi lebih berat maka sebaiknya gunakan penopang payudara yang sesuai
(brassiere) (Stephenson, 1986).
2. Perawatan Gigi
Perawatan gigi selama masa hamil merupakan hal yang sangat penting. Rasa mual dapat
mengakibatkan perburukan higiene mulut dan karies gigi dapat timbul. Tidak ada perubahan
fisiologis selama masa hamil yang dapat menimbulkan karies gigi karena kalsium dan fosfor di
dalam gigi menetap di email. Karena itu pepatah kuno yang mengatakan setiap anak mendapat
satu gigi adalah tidak benar (Bobak, 2004).
Pemeriksaan gigi selama kehamilan minimal dua kali yang dilakukan pada trimester
pertama karena terkait dengan hiperemesis dan ptialisme (reproduksi liur yang berlebihan)
sehingga kebersihan rongga mulut harus terjaga. Sementara itu pada trimester ketiga terkait
adanya kebutuhan kalsium untuk pertumbuhan janin sehingga perlu diketahui apakah terdapat
pengaruh merugikan pada gigi ibu hamil. Dianjurkan untuk selalu menyikat gigi setelah makan
karena ibu hamil rentan terhadap terjadinya carries dan gingivitis(Prawirohardjo, 2009)
3. Istirahat dan Tidur
Wanita hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang teratur khusus seiring
kemajuan kehamilan. Tidur pada malam hari selama lebih kurang 8 jam dan istirahat dalam
keadaan rilaks pada siang hari selama 1 jam. Disamping latihan, istirahat juga diperlukan oleh
ibu hamil khususnya selama trimester kedua dari kehamilannya selama dua atau tiga jam setiap
sore di tempat tidur dan ruangan yang
Universitas Sumatera Utara
tenang. Kaki sebaiknya dinaikkan sejajar dengan tubuh dan semua pakaian yang terlalu ketat
dilonggarkan. Memasuki akhir bulan kehamilan, periode istirahat akan menjadi lebih banyak
(Prawirohardjo, 2009).
Tidur siang menguntungkan dan baik bagi kesehatan ibu. Tempat hiburan yang terlalu
ramai, sesak dan panas lebih baik dihindari karena dapat menyebabkan ibu jatuh pingsan
(Mochtar, 1998).
4. Nutrisi
Wanita hamil harus betul-betul mendapat perhatian susunan dietnya, terutama mengenai
jumlah kalori, protein yang berguna bagi pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Kekurangan
nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus, inertia uteri, perdarahan pasca
persalinan, sepsis puerperalis, dan lain-lain. Sedangkan makan berlebihan, karena dianggap
untuk ibu dan janin, dapat mengakibatkan komplikasi seperti gemuk, pre-eklamsi, janin besar,
dan sebagainya. Zat-zat yang diperlukan: protein, karbohidrat, zat lemak, mineral atau
bermacam- macam garam terutama kalsium, Fosfor, Asam folat dan zat besi (Fe); vitamin dan
air. semua zat tersebut kita peroleh dari makanan yang kita makan sehari-hari dan pengobatan
tambahan yang diberikan jika terjadi kekurangan (Mochtar, 1998).
Banyak wanita berpendapat bahwa selagi hamil makan dikurangi, karena mereka takut
janin menjadi besar sehingga sulit melahirkan. Pendapat ini tidak mempunyai dasar; sebenarnya
ibu hamil memerlukan tambahan zat-zat untuk pertumbuhan janinnya agar sehat dan ini hanya
bisa diperoleh dari makanan. Sebagai pengawasan kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan
kandungannya dapat diukur
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan kenaikan berat badannya. Kenaikan berat badan rata-rata antara 10 12 Kg.
Kenaikan berat badan yang berlebihan atau bila berat badan turun setelah kehamilan trimester
kedua, haruslah menjadi perhatian (Prawirohardjo, 2009)
Jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap harinya adalah 2500 kalori.
Pengetahuan tentang berbagai jenis makanan yang dapat memberikan kecukupan kalori tersebut
sebaiknya dapat dijelaskan secara rinci dan bahasa yang dimengerti oleh para ibu hamil dan
keluarganya. Jumlah kalori yang berlebih dapat menyebabkan obesitas dan hal ini merupakan
faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia. Jumlah pertambahan berat badan sebaiknya
tidak melebihi 10-12 kg selama hamil. Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85
gram per hari. Sumber protein tersebut dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan (kacangkacangan) atau hewani (ikan, ayam, keju, susu, telur). Defisiensi protein dapat menyebabkan
kelahiran prematur, anemia dan edema. Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari.
Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot dan rangka.
Sumber kalsium yang mudah diperoleh adalah susu, keju, yogurt, dan kalsium karbonat.
Defisiensi
kalsium
dapat
bayi
ibu.
Metabolisme yang tinggi pada ibu hamil memerlukan kecukupan oksigenasi jaringan yang
diperoleh dari pengikatan dan pengantaran melalui hemoglobin di dalam sel-sel darah merah.
Untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal, diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil
dengan jumlah 30 mg/hari. Zat besi yang diberikan dapat berupa ferfous gluconate, ferrous
fumarate atau ferrous sulphate. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Selain zat besi, sel-sel darah merah juga memerlukan
asam folat bagi pematangan sel. Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400
mikrogram per hari. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemiamegaloblastik pada ibu
hamil (Stephenson, 1986).
Table 2.1. Kebutuhan makanan sehari-hari ibu tidak hamil dan ibu hamil
Lakukan gerak tubuh ringan, misalnya berjalan kaki, terutama pada pagi hari. Jangan
melakukan pekerjaan rumah tangga yang berat dan hindarkan kerja fisik yang dapat
menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Stephenson, 1986).
Gerak badan berguna untuk sirkulasi darah menjadi baik, nafsu makan bertambah,
pencernaan lebih baik, dan tidur lebih nyenyak. Gerak badan yang melelahkan dilarang.
Dianjurkan jalan-jalan di pagi hari dalam udara yang masih segar. Gerak badan ditempat; berdiri
lalu jongkok, terlentang dengan kaki diangkat, terlentang perut dengan diangkat dan melatih
pernafasan (Prawirohardjo, 2009)
6. Aktivitas Seksual
Jika ada ancaman abortus atau persalinan premature maka koitus dihindari. Diluar itu,
umumnya diterima bahwa wanita hamil yang sehat dapat dengan aman melakukan hubungan
kelamin sebelum sekitar 4 minggu terakhir kehamilan (Leveno, 2009)
Selama
kehamilan
kehamilan,koitus tidak
berjalan
dibenarkan
bila;
perdarahan
sampai
pervaginam,
akhir
terdapat
dilanjutkan sepanjang masa hamil. Tujuannya ialah mencegah penularan penyakit menular
seksual (Kusmiyati, 2009).
7. Kebersihan dan Pakaian
Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan. Perubahan anatomi pada perut, area
genitalia/lipat paha dan payudara menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi lebih lembab dan
mudah terinvestasi oleh mikroorganisme. Sebaiknya gunakan pancuran atau gayung pada saat
mandi, tidak dianjurkan berendam dalam bathtub dan melakukan vaginaldouche. Gunakan
pakaian yang longgar, bersih dan nyaman dan hindarkan sepatu bertongkat tinggi (high heels)
dan alas kaki yang keras (tidak elastis) serta korset penahan perut (Stephenson,1989).
Pada dasarnya pakaian apa saja bisa dipakai, dari bahan yang mudah menyerap keringat.
Ada dua hal yang harus diperhatikan dan dihindari yaitu; (1) stoking yang terlalu ketat, karena
dapat menggangu aliran darah; (2) sepatu dengan hak tinggi, akan menambah lordosis sehingga
sakit pinggang akan bertambah (Prawirohardjo, 2009).
8. Pekerjaan
Bagi wanita pekerja, boleh tetap masuk kantor sampai menjelang partus. Pekerjaan
jangan dipaksa sehingga istirahat cukup selama lebih kurang 8 jam sehari. Pada keadaan tertentu
seperti partus prematur imminens, ketuban pecah dini, menderita kelainan
jantung,
harus dihindari. Wanita yang benar-benar bekerja, dianjurkan untuk beristirahat untuk
mengurangi kemungkinan rasa lelah. Pekerjaan penuh selama kehamilan akan disertai dengan
resiko yang lebih besar terhadap kelahiran kurang bulan dan pertumbuhan janin buruk (Stoppard,
2002).
9. Bepergian dan Perjalanan
Perjalanan yang dilakukan oleh wanita sehat tidak berefek buruk pada kehamilan.
Bepergian dengan menggunakan pesawat udara (yang tekanan udaranya dapat dikendalikan).
Juga tidak menimbulkan resiko khusus. Tanpa adanya penyulit obstetri atau medis, wanita hamil
dapat bepergian dengan pesawat terbang yang aman hingga gestasi 36 minggu (Mochtar, 1998).
Wanita hamil harus berhati-hati dalam membuat rencana perjalanan yang cenderung lama
atau melelahkan. Duduk diam untuk waktu yang lama dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan
mengakibatkan gangguan sirkulasi serta edema tungkai. Bepergian juga dapat menimbulkan
masalah lain. Biasanya perjalanan jauh akan meletihkan, dan asupan makanan serta minuman
cenderung berbeda dengan yang biasa dialami. Konstipasiatau diare sering terjadi dalam
perjalanan, dan juga dengan berada di tempat lain terdapat ketidakpastian dalam memperoleh
pelayanan medis yang memuaskan. Sabuk pengaman pada kendaraan harus dikenakan tanpa
menekan bagian perut yang menonjol (Lenovo, 2009).
10. Konsumsi Alkohol dan Rokok
Alkohol yang dikomsumsi ibu hamil dapat membahayakan jantung ibu hamil dan
merusak menimbulkan kecacatan dan kelainan pada janin dan menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
kelahiran premature. Wanita hamil seharusnya tidak mengkonsumsi atau mengurangi pemakaian
alkohol sebelum atau selama hamil. Efek pemakaian alkohol dalam kehamilan adalah
pertumbuhan
janin
kecacatan
dan
kelainan
jantung
dan
Wanita hamil sebaiknya tidak mengkonsumsi obat-obatan selama hamil kecuali bila
dengan resep dokter. Hal ini penting untuk menjaga embrio atau fetus terhadap bahaya atau efek
dari obat-obatan tersebut (Kusmiyati, 2009).
Prinsipnya jika mungkin dihindari pemakaian obat-obatan selama kehamilan terutama
triwulan pertama. Perlu dipertanyakan mana yang lebih besar manfaatnya dibandingkan
bahayanya terhadap janin, oleh karena itu dipertimbangkan pemakaianobat-obatan tersebut
(Mochtar, 1998).
Universitas Sumatera Utara
banyak ibu-ibu yang tidak tenang dan merasa khawatir. Untuk menghilangkan cemas harus
ditanamkan kerjasama antara pasien dengan yang menolong persalinan (Prawirohardjo, 2009).
Agar proses psikologis dalam kehamilan berjalan normal dan baik maka ibu hamil perlu
mendapatkan dukungan dan kenyamanan dalam psikologisnya.
Universitas Sumatera Utara
Dukungan bisa berasal dari berbagai pihak baik itu dari suami, orang tua, anak, teman danorangorang sekeliling (Kusmiyati 2009).
14. Tanda Bahaya
Pada umumnya, 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10- 12%
kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis.
Kehamilan patologis sendiri tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan dan efeknya
terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur. Deteksi dini dari gejala
dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya
gangguan yang serius terhadap kehamilan maupun keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi
dan adanya penyakit penyerta sebaiknya juga dikenali sejak awal sehingga dapat dilaklukan
berbagai upaya maksimal untuk mencegah gangguan yang berat terhadap kehamilan dan
keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya (Lenovo,2009).
Tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam kehamilan adalah;
perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak diwajah danjarijari tangan, keluar cairan dari vagina dan gerakan janin tidak terasa (Prawirohardjo, 2009).
Beberapa gejala dan tanda lain yang terkait dengan gangguan serius selama kehamilan
adalah: Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan, disuria, menggigil atau demam,
ketuban Pecah Dini atau Sebelum Waktunya, Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia
kehamilan yang sesungguhnya (Kusmaiyati, 2009).
Universitas Sumatera Utara
disebabkan
oleh plasenta
previa).
Selain
itu,
upaya
keluarganya tentang proses kehamilan dan masalahnya melalui penyuluhan atau konseling dapat
berjalan efektif apabila tersedia cukup waktu untuk melaksanakan pendidikan kesehatan yang
diperlukan. Dari satu kunjungan ke kunjungan berikutnya sebaiknya dilakukan pencatatan
(Lenovo, 2009)
2.4. Partisipasi
Partisipasi masyarakat merupakan suatu bentuk peran serta atau keterlibatan masyarakat
dalam program pembangunnan. Partisipasi masyarakat ini menunjukkan bahwa masyarakat
merasa terlibat dan merasa bagian dari pembangunan. Hal ini akan sangat berdampak positif
terhadap keberhasilan pelaksanaan suatu program pembangunan (Soetomo, 2006).
3.Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang bermakna bahwa orang ataupun kelompok terkait
mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan sesuatu.
4.Partisipasi adalah pemantapan dialog antara komunitas lokal dan pihak penyelenggara,
pengimplementasian, pemantauan, dan pengevaluasian staf agar dapat memperoleh informasi
tentang konteks sosial ataupun dampak sosial.
5.Partsisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukan oleh
dirinya sendiri.
6.Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan diri, kehidupan, dan
lingkungan mereka.
Partisipasi adalah keadaan dimana individu, keluarga, maupun masyarakat
umum ikut serta bertanggungjawab terhadap kesehatan diri, keluarga ataupun kesehatan
lingkungannya. Dalam suatu masyarakat bagaimanapun sederhananya, selalu ada suatu stimulus.
Mekanisme ini disebut pemecahan masalah atau proses pemecahan masalah (Depkes, 2006).
Partisipasi adalah peran serta aktif anggota masyarakat dalam berbagai jenjang kegiatan.
Dilihat dari konteks pembangunan kesehatan, partisipasi adalah keterlibatan masyarakat yang
diwujudkan dalam bentuk menjalin kemitraan diantara berbagai aktivitas program kesehatan,
mulai dari pendidikan kesehatan, kemandirian dalam kesehatan, sampai dengan mengontrol
perilaku masyarakat dalam menanggapi teknologi dan infrastrusktur kesehatan (Notoatmodjo,
2005).
Universitas Sumatera Utara
1.Partisipasi masyarakat adalah cara paling murah, dengan ikut berpartisipasi masyarakat
dalam program-program kesehatan, itu berarti diperoleh sumber daya dan dana dengan mudah
untuk melengkapi fasilitas kesehatan mereka sendiri.
2.Bila partisipasi itu berhasil, bukan hanya salah satu bidang saja yang dapat dipecahkan, tetapi
dapat menghimpun dana dan daya.
3.Partisipasi masyarakat membuat semua orang bertanggung jawab untuk kesehatannya sendiri.
4.Partisipasi masyarakat didalam pelayanan kesehatan adalah rangsangan dan bimbingan dari atas,
bukan sesuatu yang dipaksakan dari atas. Ini adalah suatu pertumbuhan yang alamiah, bukan
yang semu.
5.Partisipasi masyarakat akan menjamin suatu perkembangan yang langsung, karena dasarnya adalah
kebutuhan dan kesadaran masyarakat.
6.Melalui partisipasi, setiap anggota masyarakat dirangsang untuk belajar berorganisasi, mengambil
peran yang sesuai dengan kemampuan masing-masing
2.4.2. Faktor faktor Menumbuhkan Partisipasi Masyarakat
Menurut Cary dalam Notoatmodjo (2005), mengatakan bahwa partisipasi
dapat tumbuh jika tiga kondisi berikut terpenuhi:
Universitas Sumatera Utara
a.Merdeka untuk berpartisipasi, berarti ada kondisi yang memungkinkan anggota masyarakat untuk
berpartisipasi.
b.Mampu untuk berpatisipasi, adanya kapasitas dan kompetensi anggota masyarakat sehingga
mampu untuk memerikan sumbangan saran yang kontruksif untuk program.
c.Mau berpartisipasi, kemauan atau kesediaan anggota masyarakat untuk berpatisipasi dalam
program
Ketiga kondisi ini harus hadir secara bersama-sama. Apabila orang mau dan mampu
tetapi tidak merdeka untuk partisipasi, maka orang tidak akan berpatisipasi.
Menurut Ross dalam Notoatmodjo(2005), terdapat tiga prakondisi tumbuhnya partisipasi,
yaitu;
a.Mempunyai pengetahuan yang luas dan latar belakang yang memadai sehingga dapat
mengidentifikasi masalah, prioritas masalah dan melihat permasalahan secara komprehensif.
b.Mempunyai kemampuan untuk belajar cepat tentang permasalahan, dan belajar mengambil
keputusan,
c.Kemampuan mengambil tindakan dan bertindak efektif
Batasan diatas sebenarnya menuntut persyaratan bahwa orang-orang yang akan
berpartisipasi akan harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu kognisi tertentu.
Menurut Notoatmodjo (2005), yang mengutip pendapat Chapin, partipasi dapat diukur
dari tinggi rendah sampai yang tertinggi, yaitu:
1. Kehadiran individu dalam pertemuan-pertemuan
Universitas Sumatera Utara
2.Faktor budaya yaitu adanya kebiasaan atau adat istiadat yang bersifat tradisional statis dan tertutup
terhadap pembaharuan
3.Faktor politik yaitu apabila proses pembangunan yang dilaksanakan kurang melibatkan masyarakat
pada awal dan akhir proses pembangunan sehingga terkendala untuk berpatisipasi dan
pengambilan keputusan
Universitas Sumatera Utara
Menurut Cholil et all, (1998), ada beberapa faktor yang memengaruhi partisipasi suami
dalam perlindungan kesehatan reproduksi istrinya, antara lain :
a. Budaya
Di berbagai wilayah di Indonesia terutama pada masyarakat yang masih tradisional
menganggap istri adalah seorang wanita yang tidak sederajat dengan kaum pria dan hanya
bertugas untuk melayani kebutuhan dan keinginan suami saja. Anggapan seperti ini
memengaruhi perlakuan suami terhadap kesehatan reproduksi istri, misalnya suami akan
mendapat kualitas dan kuantitas makanan yang lebih baik dibanding istri maupun anaknya
karena dia beranggapan bahwa suamilah yang bekerja mencari nafkah dan sebagai kepala rumah
tangga sehingga asupan asupan gizi untuk istri kurang.
b. Pendapatan
terhadap informasi tentang kesehatan istrinya akan berkurang sehingga suami akan kesulitan
untuk mengambil keputusan secara efektif. Padahal sebenarnya suami mempunyai peranan yang
sangat penting terutama dalam pengambilan keputusan berkenaan dengan kesehatan reproduksi
pasangannya.
2.5.Faktor Budaya yang Memengaruhi Partisipasi Suami dalam Perawatan Kehamilan
Kata budaya berasal dari bahasa sansekerta budhaya, bentuk jamak dari bhudi,yang
berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan
dengan akal. Budaya sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah
alam (Setiadi, 2002)
Menurut Taylor dalam Notoatmodjo (2005) kebudayaan sebagai keseluruhan yang
kompleks yang didalamnya terkandung nilai ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan
seni, moral hukum, adat-istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat manusia
sebagai anggota masyarakat.
Menurut Linton dalam Setiadi (2002) kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi
tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, dimana unsur
pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.
Soemardjan dan Soemardi dalam Setiadi (2009) merumuskan kebudayaan sebagai semua
hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan
kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah
Universitas Sumatera Utara
(material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan
serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat.
Menurut Koentjaranigrat (1997) kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan
manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkan dalam belajar dan yang semua
tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Menurut Koentjaranigrat (1997) wujud dari suatu budaya dapat dikelompokkan dalam 3
(tiga) hal yaitu: (1) wujud dari suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,norma-norma dan
peraturan, (2) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat dan (3) wujud kebudayaan sebagaibenda-benda hasil karya manusia.
Menurut Setiadi, (2002), subtansi/isi utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari
segala macam ide dan gagasan manusia yang muncul di masyarakat dalam bentuk pengetahuan,
nilai pandangan hidup, kepercayaan, persepsi dan etos kebudayaan.
Faktor-faktor sosial budaya mempunyai peranan penting dalam memahami sikap dan
prilaku menanggapi kehamilan, kelahiran serta perawatan bayi dan ibunya. Sebagian pandangan
budaya tentang hal-hal tersebut telah diwariskan turun-temurun dalam budaya masyarakat yang
bersangkutan. Oleh karena itu, meskipun petugas kesehatan mungkin menemukan suatu bentuk
prilaku atau sikap yang terbukti kurang menguntungkan bagi kesehatan, seringkali tidak mudah
bagi mereka untuk mengadakan perubahan terhadapnya, akibat telah tertanamnya keyaninan
yang melandasi sikap dan prilaku secara kebudayaan dan warga komuniti tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Terbentuknya janin dan kelahiran bayi merupakan suatu fenomena yang wajar dalam
kelangsungan hidup manusia, namun berbagai kelompok masyarakat dengan kebudayaannya
diseluruh dunia memiliki aneka persepsi, interpretasi dan respon prilaku dalam menghadapinya,
dengan berbagai implikasinya terhadap kesehatan. Menurut pendekatan biososiokultural dalam
kanjian antropologi ini, kehamilan dan kelahiran bukansemata-mata dilihat dari aspek biologis
dan fisiologisnya saja. Lebih dari itu, fenomena ini juga harus dilihat sebagai suatu proses yang
mencakup pemahaman dan pengaturan hal-halseperti pandangan budaya mengenai kahamilan
dan kelahiran, persiapan kelahiran, para pelaku dan pertolongan persalinan, wilayah tempat
kelahiran berlangsung, car-carapencegahan bahaya, penggunaaan ramu- ramuan dan obatobatan dalam proses kelahiran,cara-cara menolong persalinan dan pusat kekuatan dalam
pengambilan keputusan mengenai pertolongan serta bayi dan ibunya ( Jordan, 1993 dikutip
dalam Swasno, 1998).
2.5.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Berdasarkan
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan ( Notoadmodjo, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Merujuk pada beberapa teori dan pendapat yang mendefinisikan tentang pengetahuan yang
dijabarkan diatas maka pengetahuan suami adalah kemampuan suami terhadap semua tingkatan
pengetahuan, mulai dari tahu, memahami hingga
Universitas Sumatera Utara
1.Pendidikan
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan
memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang
makin semakin baik pula pengetahuannya (Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008).
2.Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa
pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya
untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo,
1997).
Universitas Sumatera Utara
3.Usia
Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik,
akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti
ketika berumur belasan tahun (Singgih, 1998 dalam Hendra AW, 2008). Selain itu Abu Ahmadi, 2001
dalam Hendra AW, 2008 juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya
dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur
seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi
pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang.
4.Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang
memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media
misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang
(Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008).
2.5.2.Kepercayaan
Menurut Kamus besar bahasa Indonesia (2005) kepercayaan adalah anggapan
atau keyakinan bahwa sesuatu yg dipercayai itu benar atau nyata.
Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima
kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu
(Notoatmodjo 2007).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Fishbein dan Azjen dalam Dahniar (2009) kepercayaan atau keyakinan dengan
kataBelief memiliki pengertian inti dari setiap tingkah laku manusia. Aspek kepercayaan
tersebut merupakan acuan bagi seseorang untuk menentukan persepsi terhadap suatu objek.
Masyarakat mulai menghubungi sarana kesehatan sesuai dengan pengalaman atau
informasi yang diperoleh dari orang lain tentang tersedianya jenis-jenis pelayanan kesehatan.
Pilihan terhadap sarana pelayanan kesehatan tersebut dengan sendirinya atas kepercayaan atau
keyakinan akan kemajuan sarana tersebut (Notoatmodjo, 2003).
Hasil penelitian Swasno (1998), terdapat kepercayaan yang menyebabkan prilaku keliru
berupa pantangan makan yang bergizi (misalnya konsumsi dari protein hewani), pantangan
perbuatan (makan dari piring besar), tata cara makan menurut adat setempat yang membedakan
urutan dan alokasi makanan yang menempatkan ibu pada urutan belakang sekalipun dalam
keadaan sedang hamil, yang keseluruhannya memberikan konsekuensi pada kurang kecukupan
gizi wanita hamil.
Hasil penelitian Priantina dalam Swasno (1998), bahwa wanita hamil dilarang makan
jenis tertentu seperti belut karena akan melahirkan anak dengan sifat licik dan makan daging
dan buah nenas muda yang dapat mengakibatkan kematian janin.
Hasil penelitian Anggorodi dalam Swasno (1998), kebiasaan memantangkan makan bagi
wanita hamil merupakan hal yang umum di berbagai kebudayaan di nusantara. Pantangan makan
dilakukan untuk bermacam-macam tujuan yang dimaksud untuk kepentingan sang bayi dan
wanita hamil itu sendiri. Buah durian
Universitas Sumatera Utara
dianggap berkualitas panas, sementara wanita hamil juga dianggap memiliki kualitas panas maka
perpaduan dua unsur panas ini dianggap bisa menimbulkan bahaya berupa keguguran.
Demikian juga hasil penelitian Sudriana dalam Swasno (1998), pantangan yang harus
dipatuhi suami yang menyiratkan pula pandangan keselamatan anak bukanlahsematamata menjadi tanggung jawab istri, melainkan juga suaminya, di Bali kesulitan seorang wanita
saat melahirkan dikaitkan dengan perbuatan suaminya semasa wanita itu hamil seperti sering
memukul binatang dan mencukur rambut.
2.5.3.Adat istiadat
Tata kelakuan yang berintegrasi secara kuat dengan pola-pola prilaku
masyarakat dapat mengikat menjadi adat istiadat (custom). Anggota masyarakat yang melanggar
adat istiadat akan mendapat sanksi keras (Syafrudin, 2009)
Menurut Koenjaranigrat (1997), adat istiadat adalah pedoman yang bernilai dan
memberikan arah atau norma yang terdiri dari aturan-aturan untuk bertindak yang apabila
dilanggar menjadi tertawaan, ejekan dan celaan sesaat oleh masyarakat di sekitarnya.
Adat istiadat adalah suatu kaidah yang timbul dari masyarakat sesuai dengan
kebutuhannya pada suatu saat lazimnya. Adat istiadat disuatu tempat berbeda dengan adat
istiadat ditempat lain, demikian pula adat istiadat disuatu tempat berbeda menurut kurun
waktunya (Soekanto, 2008).
Bentuk kepedulian dan keterlibatan suami dalam kehamilan istrinya itu dimanifestasikan
dalam tindakan-tindakan seperti memperhatikan gizi/makanan ibu
Universitas Sumatera Utara
hamil, memeriksakan kehamilan sejak dini, menjaga kesehatan fisik dan mental ibu, berdoa
kepada Tuhan, mengusahakan agar persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dan mengikuti
trasidi (Beni, 2000).
Hasil penelitian Keumalahayati (2008), dukungan suami kepada ibu hamil dapat berupa
dukungan fisik, emosional dan finansial, tetapi proses pengambilan keputusan dalam perawatan
kehamilan dan persalinan disesuaikan dengan adat budaya Aceh, dan pengaruh budaya
masyarakat Aceh menjadi hambatan dalam mengambil keputusan untuk memberi dukungan
terhadap ibu hamil.
Hasil penelitian Priantina dalam Swasno (1998), pada masyarakat jawa barat,upacaraupacara yang berkenaan dengan daur hidup, sejak kehamilan, kelahiran, perkawinan hingga
kematian. Dilakukan mulai dari upacara tujuh bulan ketika ia masih berupa janin dalam
kandungan ibunya, yang ditujukan untuk keselamatan bayi selanjutnya upacara kelahiran yang
antara lain terdiri dari upacara penanaman ari-ari dan upacara kelahiran bayi, kemudian setelah ia
40 hari diadakan upacara pengesahan keberadaan bayi sebagai anggota keluarga dimulai dari
pembacaan doa keselamatan bagi bayi dan diakhiri dengan pemberian berkah berupa nasi lauk
pauk kepada para tetangga.
Demikian juga hasil penelitian Napitupulu (2008), pada masyarakat Batak Toba upacara
adat yang dilakukan pada saat usia kehamilan tujuh bulan di lakukan pada anak pertama dari
seorang wanita yang bertujuan untuk keselamatan bagi janin sampai pada proses saat
kelahirannya.
Universitas Sumatera Utara
Demikian juga hasil penelitian Swasno (1998), pada masyarakat Jawa yang sering
menitik beratkan perhatian pada aspek krisis kehidupan dari peristiwa kehamilan, kelahiran
sehingga dalam adat istiadat mereka terdapat berbagai upacara adat yang cukup rinci untuk
menyambut kelahiran bayi yang bertujuan mengupayakan keselamatan bagi janin dalam proses
menjadi bayi hingga saat kelahirannya.
2.6. Landasan Teori
Partisipasi adalah suatu proses aktif, yang bermakna bahwa orang ataupun kelompok
terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan sesuatu.
Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam upaya pembangunan diri, kehidupan, dan
lingkungan mereka (Mikkelsen, 2003).
Partisipasi suami saat kehamilan sangat penting untuk membantu ketenangan jiwa
istrinya. Suami memenuhi kebutuhan istrinya, membantu perawatannya, dan terlibat secara dekat
dengan segala sesuatu yang terjadi pada istrinya selama kehamilan serta mendukung istri agar
mendapat pelayanan antenatal yang baik.
Menurut Mikkelsen (2003), faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi masyarakat itu
yaitu: faktor sosial, faktor budaya dan faktor politik. Salah satu faktor yang menjadi perhatian
untuk menelaah tingkat partisipasi masyarakat adalah faktor budaya. Faktor budaya yaitu adanya
kebiasaan atau adat istiadat yang bersifat tradisional statis dan tertutup terhadap pembaharuan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Setiadi, dkk (2002), subtansi/isi utama kebudayaan merupakan wujud abstrak
dari segala macam ide dan gagasan manusia yang muncul di masyarakat dalam bentuk
pengetahuan, nilai pandangan hidup, kepercayaan, persepsi dan etos kebudayaan.
Faktor Budaya
-
Pengetahuan
Kepercayaan
-Adat istiadat
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara