TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.
3.
4.
2.2
2.2.1 Definisi
Hiperplasia prostat adalah pembesanan prostat yang jinak bervariasi berupa
hiperplasia
kelenjar
atau
hiperplasia
fibromuskular.
Namun
orang
sering
menyebutnya dengan hipertropi prostat namun secara histologi yang dominan adalah
hyperplasia.5 Pembesaran kelenjar prostat dapat menyumbat uretra pars prostatika dan
menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar dari buli-buli.1
Pada usia yang makin tua, kadar testosteron makin menurun, sedangkan kadar
estrogen relatif tetap, sehingga perbandingan estrogen : testosteron relatif
meningkat. Estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi
sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat
terhadap rangsangan hormon androgen, meningkatkan jumlah reseptor
androgen dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis).
Akibatnya, dengan testosteron yang menurun merangsang terbentuknya selsel baru, tetapi sel-sel prostat yang telah ada mempunyai umur yang lebih
panjang sehingga massa prostat menjadi lebih besar.1
3. Interaksi stroma-epitel
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan selsel epitel
prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu
mediator (growth factor). Setelah sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT
dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya
mempengaruhi sel stroma itu sendiri, yang menyebabkan terjadinya proliferasi
sel-sel epitel maupun stroma.1
4. Berkurangnya kematian sel prostat
Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik homeostatis
kelenjar prostat. Pada jaringan nomal, terdapat keseimbangan antara laju
proliferasi sel dengan kematian sel. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang
apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan makin
meningkat sehingga mengakibatkan pertambahan massa prostat. Diduga
hormon androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel karena
9
kontraksi detrusor. Secara garis besar, detrusor dipersarafi oleh sistem parasimpatis,
sedang trigonum, leher vesika dan prostat oleh sistem simpatis.2
Pada tahap awal setelah terjadinya pembesaran prostat akan terjadi resistensi
yang bertambah pada leher vesika dan daerah prostat. Kemudian detrusor akan
mencoba mengatasi keadaan ini dengan jalan kontraksi lebih kuat dan detrusor
menjadi lebih tebal. Penonjolan serat detrusor kedalam kandung kemih dengan
sistoskopi akan terlihat seperti balok yang disebut trahekulasi (buli-buli balok).
Mukosa dapat menerobos keluar diantara serat aetrisor. Tonjolan mukosa yang kecil
dinamakan sakula sedangkan yang besar disebut divertikel. Fase penebalan detrusor
ini disebut Fase kompensasi otot dinding kandung kemih.4
Apabila keadaan berlanjut maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya
mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi
retensi urin. Pada hipertrophy prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu obstruksi
dan iritasi. Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan cukup
lama dan kuat sehingga kontraksi terputus-putus (mengganggu permulaan miksi),
miksi terputus, menetes pada akhir miksi, pancaran lemah, rasa belum puas setelah
miksi. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau
pembesaran
prostat
akan
merangsang
kandung
kemih,
sehingga
sering
Retensi kronik menyebabkan refluks vesiko ureter dan dilatasi. ureter danginjal, maka
ginjal akan rusak dan terjadi gagal ginjal. Kerusakan traktus urinarius bagian atas
akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi
yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen yang akan menimbulkan
hernia dan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan membentuk batu
endapan, keluhan iritasi dan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika urinaria
menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat menyebabkan sistitis
dan bila terjadi refluks menyebabkan pyelonephritis.2
kavernosus, mucosa rectum, keadaan prostat seperti ada tidaknya nodul, krepitasi,
konsistensi prostat, simetri antar lobus dan batas prostat1.
Pada pemeriksaan colok dubur dari pembesaran prostat benigna menunjukan
konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris
dan tidak didapatkan nodul. Dapat pula diketahui adanya batu prostat bila teraba
krepitasi3.
2.2.6 Diagnosis
IPSS (International Prostate Symptom Score)7
Penilaian gejala BPH dapat dilakukan dengan menghitung International
Prostate Symptom Score (I-PSS). Sistem skoring I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan
15
yang berhubungan dengan keluhan miksi atau Lower Urinary Track Symptoms
(LUTS) dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien.
Setiap pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai dari 0
sampai dengan 5, sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi
nilai dari 1 hingga 7. Dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3
derajat, yaitu :
(1) ringan: skor 0 7
(2) sedang: skor 8 19
(3) berat: skor 20 35
Skor Internasional gejala gejala prostat WHO
( Internasional Prostate Symptom Score, IPSS )
Keluhan pada bulan
terakhir
Tidak sama
sekali
< 1 - 5x
>5-<
15x
15x
> 15x
Ham
pir
selalu
16
Sangat
senang
1x
Cukup
senang
2x
Biasa
saja
3x
4x
5x
Agak
tidak
senan
g
Tidak
meny
enang
kan
Sanga
t
tidak
meny
enang
kan
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan BPH adalah :
1. Urinalisis
Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi
atau inflamasi pada saluran kemih.1
2. Faal ginjal dan kultur urin
Obstruksi uretra menyebabkan bendungan saluran kemih sehingga
menganggu faal ginjal karena adanya penyulit seperti hidronefrosis
menyebabkan infeksi dan urolithiasis. Pemeriksaan kultur urin berguna
untuk mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus
menentukan sensitivitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang
diujikan.
Pemeriksaan
sitologi
urin
digunakan
untuk
pemeriksaan
17
19
20
tidak mendapatkan terapi apapun dan hanya diberi penjelasan mengenai sesuatu hal
yang mungkin dapat memperburuk keluhannya, misalnya:
1. Jangan mengkonsumsi kopi dan alcohol
2. Kurangi makanan yang mengiritasi buli-buli (kopi dan coklat)
3. Batasi obat influenza seperti fenilpropanolamin
4. Kurangi makanan pedas dan asin
5. Jangan suka menahan kencing terlalu lama.
6. Pasien diminta untuk sering datang kontrol dengan menanyakan keluhannya
apakah bertambah baik, selain itu melakukan pemeriksaan laboratorium, dan
uroflometri.
Medikamentosa5,6
Tujuan terapi ini adalah mengurangi resistensi otot polos prostat sebagai
komponen dinamik penyebab obstruksi infravesika dengan obat obatan penghambat
adrenergic alfa, mengurangi volume prostat menurunkan kadar hormone testosterone
melalui 5- reduktase
prostat menurun. Obat ini adalah finasteride 5 mg sehari yang diberikan sekali
setelah enam bulan mampu menurunkan prostat hingga 28%, hal ini
memperbaiki keluhan miksi dan pancaran miksi.
Pembedahan7
Pembedahan direkomendasikan pada pasien BPH yang :
1.
2.
3.
4.
Hematuria
5.
Gagal ginjal
6.
Pembedahan terbuka
Beberapa macam teknik Prostatektomi terbuka adalah metode dari Milin yang
melakukanenukleasi
infravesika,freyer
kelenjar
melalui
prostat
pendekatan
melalui
pendekatan
suprapubik
retropubik
transvesika,
atau
23
24
Stent dibuat dari bahan kawat yang dianyam hingga berbentuk tabung. Stent
dipasang di uretra prostatika untuk mencegah berdempetnya prostat.
2.2.9
Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering dengan
semakin beratnya BPH, dapat terjadi obstruksi saluran kemih, karena urin tidak
mampu melewati prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dan
apabila tidak diobati, dapat mengakibatkan gagal ginjal.7
Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik
mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan
tekanan intra abdomen yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis urin
dalam vesiko urinaria akan membentuk batu endapan yang menambah keluhan iritasi
dan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan media
pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi
refluks menyebabkan pyelonefritis.7
25