Anda di halaman 1dari 16

ASMA BRONKIAL PADA KEHAMILAN

I.

Pendahuluan
Asma termasuk ke dalam kelainan alergi-imunologi. Asma merupakan

gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi.
Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi
jalan nafas, dan gejala pernafasan (mengi dan sesak) yang bersifat non-reversible.
Wanita hamil yang menderita kelainan pernafasan, salah satunya adalah asma,
harus berhati-hati, karena kehamilan itu sendiri akan menimbulkan perubahan
yang luas terhadap fisiologi pernafasan.1,2
Penderita asma di Amerika Serikat berkisar antara 6-8 juta. Prevalensi
asma dipengaruhi oleh banyak status atopi, faktor keturunan, serta faktor
lingkungan. Pada masa kanak-kanak ditemukan prevalensi anak laki berbanding
anak perempuan 1,5:1, tetapi menjelang dewasa perbandingan tersebut lebih
kurang sama dan pada masa menopouse perempuan lebih banyak daripada lakilaki. Di Hongkong prevalensi asma pada anak-anak kelompok umur 13-14 tahun
pada tahun 1980 baru mencapai 2% untuk meningkat menjadi 4,8% pada tahun
1989 dan pada tahun 1995 mencapai 11%. Di Indonesia prevalensi asma berkisar
antara 5-7%.1,3
Insidensi asma dalam kehamilan adalah sekitar 0,5 1 % dari seluruh
kehamilan, dimana serangan asma biasanya timbul pada usia kehamilan 24 36
minggu, jarang pada akhir kehamilan. Dalam pengamatan dr. Iris Rengganis dari
RS Ciptomangunkusumo-FKUI, Jakarta, asma ditemukan pada 4-7% ibu hamil
dan komplikasi terjadi pada 1 % kehamilan. Sementara selama masa kehamilan
kondisi

asma seseorang bisa berubah. Dari 1.087 pasien, dilaporkan 36%

asmanya membaik, 23% memburuk, dan 41% tidak berubah. Laporan lain
menunjukan perbaikan asma antara 18-69% dan memburuk pada 6-42%. Tapi
secara umum disepakati bahwa derajat asma pada ibu hamil, sepertiga membaik,
sepertiga memburuk, dan sepertiga sisanya tetap.2,4

Kondisi asma yang memburuk umumnya muncul pada minggu ke 29-36


masa kehamilan. Sementara pada 4 minggu terakhir masa kehamilan, keadaan
justru membaik. Bahkan, selama proses persalinan dan kelahiran hanya 10% ibu
hamil penderita asma yang menunjukkan gejala asma, hal ini diduga disebabkan
oleh membaiknya fungsi paru. Asma yang memburuk selama kehamilan biasanya
kembali membaik dalam waktu 3 bulan setelah partus. Asma yang terjadi pada
kehamilan sebelumnya, pada 60% penderitanya akan terulang lagi pada kehamilan
berikutnya.3
II. Patofisiologi Asma
Obstruksi saluran napas pada asma merupakan kombinasi spasme otot
bronkus, sumbat bronkus, edema dan inflamasi dinding bronkus. Adanya
wheezing pada ekspirasi karena secara fisiologis saluran nafas menyempit pada
fase tersebut. Hal ini

menyebabkan udara distal tempat terjadinya obstruksi

terjebak tidak bisa diekspirasi. Selanjutnya terjadi peningkatan volume residu,


kapasitas residu fungsional (KRF), dan pasien akan bernafas pada volume yang
tinggi mendekati kapasitas paru total (KPT). Keadaan hiperinflasi ini betujuan
agar saluran nafas tetap terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar. Untuk
mempertahankan hiperinflasi ini diperlukan otot-otot bantu nafas.1
Penyempitan saluran nafas dapat terjadi baik pada saluran nafas yang
besar, sedang maupun kecil. Gejala mengi menandakan adanya penyempitan di
saluran nafas besar, sedangkan pada saluran nafas yang kecil gejala batuk dan
sesak lebih dominan dibanding mengi. Gangguan yang berupa obstruksi saluran
nafas dapat dinilai secara obyektif dengan VEP1.1
Penyempitan saluran nafas ternyata tidak merata di seluruh bagian paru.
Ada daerah-daerah yang kurang mendapat ventilasi, sehingga darah kapiler yang
melalui daerah tersebut mengalami hipoksemia. Penurunan PaO 2 mungkin
merupakan kelainan pada asma subklinis. Untuk mengatasi kekurangan oksigen,
tubuh melakukan hiperventilasi. Tetapi akibatnya pengeluaran CO2 menjadi
berlebihan sehingga PaCO2 menurun yang kemudian menimbulkan alkalosis
respiratorik. Pada serangan asma yang lebih berat lagi banyak saluran nafas dan

alveolus yang tertutup oleh mukus sehingga tidak memungkinkan lagi terjadinya
pertukaran gas. Hal ini menyebabkan hipoksemia dan kerja otot-otot pernafasan
bertambah berat serta terjadi peningkatan produksi CO2. Peningkatan produksi
CO2 yang disertai dengan penurunan ventilasi alveolus menyebabkan retensi CO2 (hiperkapnea) dan terjadi asidosis respiratorik atau gagal nafas. Hipoksemia
yang berlangsung lama menyebabkan asidosis metabolik dan konstriksi pembuluh
darah paru yang kemudian menyebabkan shunting yaitu peredaran darah tanpa
melalui unit pertukaran gas yang baik. Dengan demikian penyempitan saluran
nafas pada asma akan menimbulkan:1
a.

gangguan ventilasi berupoa hipoventilasi

b.

ketidakseimbangan ventilasi perfusi dimana distribisu ventilasi tidak


setara dengan sirkulasi darah paru.

c.

gangguan difusi gas di tingkat alveoli.


Ketiga faktor tersebut akan mengakibatkan:1

a.

hipoksemia

b.

hiperkapnea

c.

asidosis respiratorik pada tahap yang lebih lanjut.


Perubahan-perubahan asam-basa pada asidosis dan alkalosis tampak pada

tabel berikut ini:6


Gangguan asam basa
Asidosis respiratorik
Alkalosis respiratorik
Asidosis metabolik
Alkalosis metabolik

pH

HCO3

PaCO2

III.

Pengaruh Patofisiologi pada Asma7


Pengaruh fisiologi asma akibat obstruksi saluran nafas adalah penurunan

faal (yang diukur FEV1) paru dan perubahan gas darah (yang dianalisa pH, PaO 2,
PaCO2). Dari nilai kedua variabel-variabel ini dapat diketahui berat ringannya
serangan asma. Salah satu tujuan pengobatan asma adalah mengembalikan ke arah
normal kedua variabel tersebut.
IV. Hubungan Kehamilan dan Fungsi Pernafasan5
Ada empat faktor penting yang terjadi dalam kehamilan yang erat
hubungannya dengan fungsi pernafasan, yaitu:
1.

Rahim yang membesar


Rahim yang membesar karena kehamilan akan mendorong diafragma ke atas
sehingga rongga dada menjadi sempit, gerakan paru akan terbatas untuk
mengambil oksigen selama pernafasan, dan untuk mengatasi kekurangan O 2
ini pernafasan menjadi cepat (hiperventilasi).

2.

Perubahan hormonal
Perubahan hormonal terutama hormon progesteron yang meningkat selama
kehamilan, membuat otot-otot saluran pernafasan menjadi kendor, dan ini juga
akan mendorong terjadinya hiperventilasi.

3.

Peningkatan volume darah dan cardiac out put


Meningkatnya volume darah dan cardiac out put dalam usaha menyelamatkan
janin serta memenuhi kebutuhan metabolik ibu yang meninggi.

4.

Perubahan imunologik.
Faktor daya tahan ibu sangat erat hubungannya dengan timbulnya penyakit
saluran nafas selama kehamilan. Kadar imunoglobulin E (IgE) mungkin
menaik atau menurun pada seorang wanita hamil. Bila kadar IgE pada
penderita asma yang hamil meningkat, ternyata hal ini emnyebabkan penderita
lebih rentan dan lebih sering dapat serangan asma atau lebih berat.

Gambaran Klinik Asma7

III.

Asma merupakan keadaan klinik yang ditandai adanya kepekaan yang


tinggi dari percabangan saluran pernafasan terhadap berbagai rangsangan yang
ditandai dengan obtruksi spasme bronkus yang reversibel, kesembaban (edema),
dan peradangan (inflamasi) dinding bronkus. Pengaruh kehamilan terhadap
timbulnya serangan asma tidaklah sama pada setiap penderita, bahkan pada
seorang penderita asma, serangannya tak sama pada kehamilan pertama dan
berikutnya.
Perjalanan asma pada ibu hamil dipengaruhi oleh hormon estrogen dan
progesteron yang terus meningkat. Padahal berbagai teori justru menunjukkan
kedua hormon tersebut mestinya dapat memperbaiki kondisi asma, karena
mempunyai efek melemaskan otot polos dan merilekskan bronkus. Selain itu
meningkatnya kadar hormon prostasiklin (PGI2)ditambah prostaglandin (PGE)
juga dapat memperbaiki asma. Namun di sisi lain, bertambahnya hormon lain
seperti PGF2 saat kehamilan bisa memperburuk asma. Faktor peningkatan
histamin selama kehamilan yang berasal dari jaringan janin pun mempunyai efek
asmogenik. Demikian juga protein dasar mayor (MBP= mayor basic protein) yang
banyak ditemukan dalam plasenta, bila sampai masuk ke paru-paru. Yang penting
mengoptimalkan kesehatan ibu dan janin sehingga dokter perlu mengetahui
pengaruh kehamilan pada asma, asma terhadap kehamilan serta pengaruh obat
asma terhadap kehamilan terhadap individu. Resiko terbesar yang ditakutkan bila
sampai terjadi hipoksia (kekurangan oksigen) lantaran asma berat yang tidak
terkontrol. Frekuensi dan beratnya serangan akan mempengaruhi hipoksia pada
ibu dan janin. (2,4)
Secara klinik, penampilan penderita asma ada beberapa macam bentuk
asma. Yang sangat umum klasifikasinya didasarkan pada faktor-faktor etiologi
tetapi juga dapat atas dasar variasi klinik dan implikasi pengobatan.
1.

Extrinsic Asthma (asma ekstrinsik = asma alergi)


Pada umumnya nampak pada usia anak-anak dan dewasa muda. Ciri yang

khas adalah adanya serangan yang mendadak bronkospasme yang dapat pulih

kembali dengan adanya sesak nafas dan nafas berbunyi dan adanya gangguan
pernafasan setelah terjadinya paparan dengan bahan alergen penyebab. Pada
anmnesa serangan asmanya sering didahului infeksi influensa, pada masa kanakkanak menderita eksim (atopi) dan ada riwayat keturunan. Reaksi kulit terhadap
alergen pencetus amat menyolok (tepung sari, sea food, milk, obat-obatan), kadar
IgE dan sel radang eosinofil dalam darah tepi tinggi. Uji kulit (skin test) positif.
Respon terhadap pengobatan baik, umumnya menunjukkan reaksi alergi terhadap
obat utamanya aspirin.
2.

Instrinsic Asthma(asma instrinsik = infective asthma = idiophatic


asthma))
Asma ini timbul pada usia pertengahan atau dewasa. Faktor infeksi saluran

pernafasan sering sebagai penyebab. Kadang-kadang mempunyai sejarah atopi.


Pada serangan akut secara klinik sukar dibedakan dengan asma ekstrinsik,
meskipun terbentuknya dahak (purulen) dan batuk yang berat lebih sering
dijumpai pada asma infektif. Tes kulit negatif, IgE dan jumlah eosinofil darah tepi
normal.
3.

Asma bentuk lain

a.

Mixed asthma (asma campuran)


Diduga ada campuran asma alergi dan asma infektif, ada dua subtipe yaitu

chronic astmatic bronchitis (keberadaan asma bersamaan dengan bronkitis


menahun) dan subtipe astma aspirin sensitivity and nasal polyposis (serangan
asma timbul setelah 20 menit menkonsumsi aspirin, tanpa atau dengan polip.
Kebanyakan penderita menunjukkan instrinsik asma dengan keluhan yang
menetap.
b.

Exercise-Induced Asthma
Varian asma ini sebagai faktor pencetusnya adalah akibat latihan sedang

sampai berat, utamanya pada penderita atopi muda, timbul setelah latihan tersebut.
Pengobatannya hindari olah raga berat atau mengkonsumsi bronkodilator atau

kombinasi bronkodilator dengan steroid. Etiologinya adalah perubahan panas dan


kelembaban pada saluran pernafasan.
c.

Dual type I and III Allergic Reaction.


Lebih dari satu mekanisme imun mengakibatkan asma. Penderita dengan

reaksi ganda, umumnya episode sesak dan wheezing akut timbul setelah 10-30
menit paparan alergen ditandai dengan penurunan FEV 1. dan kemudian setelah 26 jam ada serangan ulang (relaps). Reaksi yang kedua ini berjalan perlahan dan
ditandai secara khas adanya gambaran obstruksi yang progresif sangat memberat,
sesak dan sering pada beberapa penderita disertai dengan adanya infiltrat
peradangan paru. Reaksi ganda ini dapat terjadi pada respon benda asing berupa
bulu burung (avian allergen), debu rumah, tungau, dan debu hutan. Sodium
kromoglikat dapat mencegah timbulnya serangan, namun pengobatan yang efektif
adalah menjauhi paparan bahan-bahan terebut. Namun bila kedua usaha tersebut
gagal baru menggunakan steroid.
IV.

Diagnosis dan Kategori Asma


Penegakan diagnosis serupa dengan asma di luar kehamilan. Umumnya

penderita mengeluh sesak nafas kumat-kumatan, dada rasa berat, sukar bernafas
disertai batuk tanpa atau dengan dahak. Kategori ringan, bila gejala kambuh
sampai terjadinya serangan maksimal dua kali / minggu ditambah batuk dan
mengi sehabis berlatih olah raga. Kondisi sedang, bila gejala timbul lebih dari dua
kali/minggu, kadang disertai gejala sering kencing malam hari. Sementara asma
dikatakan berat, kalau gejala terjadi terus-menerus selama seminggu penuh.2,4,7
Bentuk dada dapat normal, atau cembung bila serangan sering kambuh dan
serangan belangsung lama. Perabaan dada normal, ruang antar iga normal, perkusi
normal.auskultasi terdengar wheezing akspirasi dan kadang-kadang ada ronkhi.
Gambaran radiologi umumnya normal, bila ada infeksi dapat dijumpai gambaran
konsolidasi.7
Pada saat serangan suara nafas berbunyi, posis penderita duduk
membungkuk ke depan dengan kedua tapak tangan bertumpu pada kursi, wajah
berkeringat dan pergerakan cuping hidung, dan bibir dan ujung jari kebiruan

(cyanosis).

Tekanan

darah

dapat

bervariasi,

bila

tekanan

darah

meningkatmenandakan adanya penurunan pH tanda adanya gagal nafas disertai


penurunan PaO2 kurang dari 60mmHg dan kenaikan PaCO2 melebihi 50mmHg.7
Pada pemeriksaan darah tepi, LED normal, eosinofil meningkat lebih 3%
pada hitung jenis, IgE meningkat (bila asma instrinsik bisa normal yang
meningkat kemungkinan IgG). Pada pemeriksaan dahak (sputum) secara
makroskopis suatu mukus jernih atau kekuningan dan mikroskopis nampak
adanya sel radang eosinofil, neutrofil, makrofag, sel epitel mukosa saluran nafas,
spiral dari crhusman dan gerombolan sel radang (Charote-Lyden body).7
Klasifikasi derajat beratnya asma adalah sebagai berikut:

Aktivitas
Bicara
Kesadaran
Frekuensi nafas
Retraksi otot-otot bantu
nafas
Mengi
Frekuensi nadi
APE sesudah
bronkodilator
PaCO2
SaO2

Ringan
Dapat berjalan, dapat
berbaring
Beberapa kalimat
Mungkin terganggu
Meningkat

Sedang
Jalan terbatas, lebih
suka duduk
Kalimat terbatas
Biasanya terganggu
Meningkat

Berat
Sukar berjalan, duduk
membungkuk ke depan
Kata demi kata
Biasanya terganggu
Sering >30x/menit

Umumnya tidak ada

Kadang kala ada

ada

Lemah sampai sedang


<100

Keras
100-120

Keras
>120

>80%

60-80%

<60%

<45 mmHg
>95%

<45 mmHg
91-95%

>45 mmHg
<90%

Penyebab Asma7

V.

Faktor penyebab terjadi asma pada umumnya ada beberapa faktor antara
lain:
1.

Rangsangan alergi
Pada penderita asma alergi timbul dapat akibat menghirup bahan alergen atau
setelah mengkonsumsi bahan alergik tersebut. Airborne allergen meliputi
debu rumah, bulu hewan, bagian-bagian tubuh serangga, cat, plitur, spora
jamur dan macam-macam tepung sari. Dan bahan alergen yang dikonsumsi
meliputi susu, ikan, telur, kacang-kacangan, coklat, kerang dan golongan
tomat. Namun kadang-kadang sukar diketahui.

2.

Rangsangan bahan toksik dan iritan


Kelompok ini meliputi asap rokok, polutan pembuangan pabrik, asap obat
nyamuk, uap cat, bahan kimiadan logam platina atau nikel.

3.

Infeksi
Pada umumnya infeksi virus, bakteri dan jamurmemicu timbulnya serangan
asma namun dapat pula bertindak sebagai bahan alergen.

4.

Obat
Banyak obat yang dikonsumsi dapat menimbulkan serangan asma. Golongan
terbanyak adalah penisilin. Penderita yang sensitif terhadap aspirin umumnya
20 menit setelah konsumsi timbul serangan

5.

Penyebab lain dan faktor lainnya


Faktor fisik dan psikologi ikut juga dalam timbulnya serangan asma. Misalnya
akibat kelelahan (ketawa yang berlebihan, nafas udara dingin, perubahan suhu
yang ekstrim, atau perubahan kelembaban) atau kesedihan (kematian,
kegagalan, perceraian, takut, keraguan)

VI.

Komplikasi
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan

beratnya serangan, karena ibu dan janinakan kekurangan oksigen (O 2) atau


hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada
janin, dan sering terjadi keguguran, persalinan prematur, atau berat janin tidak
sesuai dengan masa kehamilan (gangguan pertumbuhan janin). Penderita selama
kehamilan perlu mendapat pengawasan yang baik, biasanya penderita mengeluh
nafas pendek, berbunyi, sesak dan batuk-batuk. Asma yang tidak terkontrol
pengobatannya dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin. Komplikasi akan
menjadi lebih berat.5,8
VII.

Penatalaksanaan
Untuk mencegah terjadinya serangan hebat selama hamil hendaknnya

asma diperiksa dan dipantau sejak awal, termasuk derajat berat-ringannya asma.
Yang penting ibu hamil penderita asma sebaiknya rajin memeriksakan janinnya

sejak awal. Pemeriksaan dengan USG dapat dilakukan sejak usia kehamilan 12-20
minggu untuk mengetahui pertumbuhan janin. USG dapat diulang pada trimester
ke-2 dan ke-3 terutama bila derajat asmanya berada pada tingkat sedang berat.
Pemeriksaan janin juga dapat dilakukan dengan electronic fetal heart rate
monitoring untuk memeriksa detak jantung janin.4
Selain pemeriksaan teratur, ibu hamil juga perlu mencermati alergen
penyebab tercetusnya asma seperti binatang piaraan, kasur kapuk, termasuk
tempat yang lembab karena tempat yang lembab mudah ditumbuhi jamur. Alergen
pencetus itu merupakan alergen poten yang merangsang pembentukan zat antibodi
IgE. Zat antibodi ini dibentuk untuk menjaga kesehatan tubuh, tetapi adakalanya
merugikan. Pencetus lain bisa berasal dari latihan olah raga yang terlalu
dipaksakan, infeksi saluran pernafasan, perubahan cuaca dan emosi. Kebiasaan
merokok juga dapat memperburuk asma, karena memudahkan terjadinya
komplikasi bronkitis serta sinusitis.4
Pada serangan asma akut, penanganan sama dengan wanita tidak hamil.
Pengobatan harus diberikan optimal dan sebaiknya perinhalasi. Pada umumnya
pasien dianjurkan menggunakan obat yang memberikan pengaruh pada kadar
dalam darah sesedikit mungkin, seperti obat suntikan, bukan oral. Pada asma yang
ringan dapat digunakan obat-obat lokal yang berbentuk inhaler yang digunakan
satu-dua semprotan tiap beberapa menit. Penggunaan inhaler harus dipelajari dan
dipraktekkan dengan benar agar bila kumat sewaktu-waktu dapat mengatasi
sendiri.2,4,5,8
Secara garis besar penaganan asma saat serangan adalah sebagai
berikut:2,4,5,7
1.

Obat pelega (quick-relieve medication, or reliever, or rescuer)


a.

Golongan adrenergik
Temasuk golongan ini adalah adrenalin dan efedrin yang saat ini jarang
digunakan karena efek sampingnya banyak termasuk tidak dapat
digunakan pada penderita asma yang mempunyai kelainan jantung.
Adrenalin juga berpengaruh negatif terhadap janin yaitu berpengaruh

10

terhadap pertumbuhan janin akibat penyempitan pembuluh darah ke janin


yang dapat mengganggu oksigenasi pada janin tersebut.
b.

Golongan antikolinergik, diberikan secara injeksi ataupun


dengan nebulizer.

c.

Golongan xantinergic, yakni aminofilin oral atau injeksi.


Namun, harus diingat aminofilin dapat menyebabkan penurunan kontraksi
uterus. Dan bagi ibu menyusui obat asma yang mengandung teofilin
sebaiknya dihindari karena masuk ke ASI sehingga bisa menimbulkan
kegelisahan pada bayi, gangguan pencernaan, dan gangguan tidur

d.

Golongan anti-inflamasi.
Dalam keadaan mendesak, dapat digunakan obat steroid yang sangat
efektif sebagai antiperadangan, baik secara oral maupun suntikan

2.

Obat pengendali jangka panjang, diantaranya adalah long-acting 2agonist, xantinergic, hormon steroid.

3.

kombinasi bronkodilator dengan anti-inflamasi sering diberikan secara


inhaler atau nebulizer.

4.

persalinan biasanya diupayakan spontan akan tetapi bila penderita


berada dalam serangan

dapat diberi pertolongan dengan tindakan seperti

dengan ekstraksi vakum atau forceps. Seksio sesaria atas indikasi asma jarang
atau tak pernah dilakukan . pengobatan reguler asma selam proses kelahiran
diteruskan. Jangan diberikan analgesik yang mengandng histamin, tapi dapat
dipilih morfin atau analgesik epidural.
Mengingat karena pengaruh asma, ibu yang sedang hamil acap kali lebih
sensitif dan emosional, pendekatan psikologis diperlukan. Fisioterapi adakalanya
juga perlu untuk membuang dahak yang berlebihan. Stamina tubuh merupakan
faktor utama lain yang perlu dipertahankan selama hamil. Jalan kaki santai di
udara yang bersih dans egar sangat dianjurkan. Makanan dengan gizi yang cukup
dan sehat jelas akan menambah kebugaran. Penderita asma yang hamil masih
tetap bisa bekerja dikantor, namun hindarilah ruangan berpolusi tinggi.

11

VIII.

Pembahasan
Asma ditandai dengan keadaan obtruksi spasme bronkus, kesembaban

(edema), dan peradangan (inflamasi) dinding bronkus yang bersifat reversibel.


Wanita penderita asma yang hamil harus lebih berhati-hati.
Penderita asma di Amerika Serikat berkisar antara 6-8 juta. Di Hongkong
prevalensi asma pada anak-anak kelompok umur 13-14 tahun pada tahun 1980
baru mencapai 2% kemudian menjadi 4,8% pada tahun 1989 dan pada tahun 1995
mencapai 11%. Di Indonesia prevalensi asma berkisar antara 5-7%. Insidensi
asma dalam kehamilan adalah sekitar 0,5 1 % dari seluruh kehamilan, dimana
serangan asma biasanya timbul pada usia kehamilan 24 36 minggu. Selama
masa kehamilan, derajat asma pada ibu hamil, sepertiga membaik, sepertiga
memburuk, dan sepertiga sisanya tetap. Asma yang terjadi pada kehamilan
sebelumnya, pada 60% penderitanya akan terulang lagi pada kehamilan
berikutnya.
Pada asma akan terjadi hiperinflasi yang betujuan agar saluran nafas tetap
terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar dengan bantuan otot-otot bantu nafas.
Gejala mengi menandakan adanya penyempitan di saluran nafas besar, sedangkan
pada saluran nafas yang kecil gejala batuk dan sesak lebih dominan dibanding
mengi. Penyempitan saluran nafas pada asma akan menimbulkan hipoventilasi,
ketidakseimbangan ventilasi perfusi dimana distribusi ventilasi tidak setara
dengan sirkulasi darah paru dan gangguan difusi gas di tingkat alveoli. Ketiga hal
ini akan mengakibatkan hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis respiratorik pada
tahap yang lebih lanjut. Pengaruh fisiologi asma akan berakibat penurunan faal
paru dan perubahan gas darah.
Secara klinik, klasifikasi asma terdiri atas extrinsic asthma (asma
ekstrinsik = asma alergi), instrinsic asthma (asma instrinsik = infective asthma =
idiophatic asthma) dan asma bentuk lain. Penegakan diagnosis serupa dengan
asma di luar kehamilan, yaitu dengan adanya sesak nafas kumat-kumatan, dada
rasa berat, sukar bernafas disertai batuk tanpa atau dengan dahak. Bentuk dada
dapat normal, atau cembung bila serangan sering kambuh dan serangan
belangsung lama. Perabaan dada normal, ruang antar iga normal, perkusi normal,

12

auskultasi terdengar wheezing ekspirasi dan kadang-kadang ada ronkhi.


Gambaran radiologi umumnya normal, bila ada infeksi dapat dijumpai gambaran
konsolidasi.
Pada saat serangan suara nafas berbunyi, posisi penderita duduk
membungkuk ke depan dengan kedua tapak tangan bertumpu pada kursi, wajah
berkeringat dan pergerakan cuping hidung, dan bibir dan ujung jari kebiruan
(cyanosis). Tekanan darah dapat bervariasi, bila tekanan darah meningkat
menandakan adanya penurunan pH dan PaO2 serta kenaikan PaCO2.

Pada

pemeriksaan darah tepi, LED normal, eosinofil meningkat dan IgE meningkat.
Pada pemeriksaan dahak (sputum) secara makroskopis suatu mukus jernih atau
kekuningan dan mikroskopis nampak adanya sel radang eosinofil, neutrofil,
makrofag, sel epitel mukosa saluran nafas, spiral dari crhusman dan gerombolan
sel radang (Charote-Lyden body).
Penyebab terjadi asma pada umumnya adalah rangsangan alergi,
rangsangan bahan toksik dan iritan, infeksi, obat, faktor fisik dan psikis.
Mengingat karena pengaruh asma, ibu yang sedang hamil acap kali lebih sensitif
dan emosional, pendekatan psikologis diperlukan. Pengaruh kehamilan terhadap
timbulnya serangan asma tidaklah sama pada setiap penderita, bahkan pada
seorang penderita asma, serangannya tak sama pada kehamilan pertama dan
berikutnya. Ada empat faktor penting yang terjadi dalam kehamilan yang erat
hubungannya dengan fungsi pernafasan, yaitu rahim yang membesar, perubahan
hormonal, peningkatan volume darah dan cardiac out put, dan perubahan
imunologik. Perjalanan asma pada ibu hamil dipengaruhi oleh hormon estrogen
dan progesteron yang terus meningkat, bertambahnya hormon lain seperti PGF2
saat kehamilan bisa memperburuk asma dan peningkatan histamin selama
kehamilan yang berasal dari jaringan janin pun mempunyai efek asmogenik.
Demikian juga protein dasar mayor (MBP= mayor basic protein) yang banyak
ditemukan dalam plasenta, bila sampai masuk ke paru-paru.
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan
beratnya serangan. Komplikasi yang sering terjadi keguguran, persalinan
prematur, atau berat janin tidak sesuai dengan masa kehamilan (gangguan

13

pertumbuhan janin). Untuk mencegah terjadinya serangan hebat selama hamil,


yang penting ibu hamil penderita asma sebaiknya rajin memeriksakan janinnya
sejak awal. Selain pemeriksaan teratur, ibu hamil juga perlu mencermati alergen
penyebab tercetusnya asma seperti binatang piaraan, kasur kapuk, termasuk
tempat yang lembab karena tempat yang lembab mudah ditumbuhi jamur.
Pencetus lain bisa berasal dari latihan olah raga yang terlalu dipaksakan, infeksi
saluran pernafasan, perubahan cuaca dan emosi. Kebiasaan merokok juga dapat
memperburuk asma, karena memudahkan terjadinya komplikasi bronkitis serta
sinusitis.
Pada serangan asma akut, penanganan sama dengan wanita tidak hamil.
Pengobatan harus diberikan optimal dan sebaiknya perinhalasi. Secara garis besar
penaganan asma saat serangan dengan obat pelega (quick-relieve medication, or
reliever, or rescuer), obat pengendali jangka panjang, kombinasi bronkodilator
dengan anti-inflamasi sering diberikan secara inhaler atau nebulizer dan
persalinan biasanya diupayakan spontan akan tetapi bila penderita berada dalam
serangan

dapat diberi pertolongan dengan tindakan seperti dengan ekstraksi

vakum atau forceps. Seksio sesaria atas indikasi asma jarang atau tak pernah
dilakukan. Jalan kaki santai di udara yang bersih dan segar sangat dianjurkan.
Makanan dengan gizi yang cukup dan sehat jelas akan menambah kebugaran.
Penderita asma yang hamil masih tetap bisa bekerja dikantor, namun hindarilah
ruangan berpolusi tinggi.
IX.

Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan di atas adalah:

1.

Asma merupakan suatu keadaan obtruksi spasme bronkus,


kesembaban (edema), dan peradangan (inflamasi) dinding bronkus yang
bersifat reversibel.

2.

Penderita asma semakin meningkat tiap tahun.

3.

Pada asma akan terjadi hiperinflasi yang betujuan agar saluran


nafas tetap terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar dengan bantuan otototot bantu nafas.

14

4.

Penyempitan saluran nafas pada asma akan menimbulkan


hipoventilasi, ketidakseimbangan ventilasi perfusi dan gangguan difusi gas di
tingkat alveoli yang akan mengakibatkan hipoksemia, hiperkapnea dan
asidosis respiratorik pada tahap yang lebih lanjut

5.

Asma terdiri atas extrinsic asthma (asma ekstrinsik = asma


alergi), instrinsic asthma (asma instrinsik = infective asthma = idiophatic
asthma) dan asma bentuk lain.

6.

Penegakan diagnosis serupa dengan asma di luar kehamilan


yaitu dari gejala klinik, pemeriksaan fisik dan dari radiologis dan pemeriksaan
darah tepi serta pemeriksaan dahak (sputum) secara makroskopis dan
mikroskopis.

7.

Penyebab terjadi asma pada umumnya adalah rangsangan


alergi, rangsangan bahan toksik dan iritan, infeksi, obat, faktor fisik dan
psikis.

8.

Empat faktor penting yang terjadi dalam kehamilan yang erat


hubungannya dengan fungsi pernafasan, yaitu rahim yang membesar,
perubahan hormonal, peningkatan volume darah dan cardiac out put, dan
perubahan imunologik

9.

Komplikasi yang sering terjadi keguguran, persalinan prematur,


atau berat janin tidak sesuai dengan masa kehamilan (gangguan pertumbuhan
janin).

10.

Penaganan asma saat serangan dengan obat pelega (quickrelieve medication, or reliever, or rescuer), obat pengendali jangka panjang,
kombinasi bronkodilator dengan anti-inflamasi.

11.

Persalinan diupayakan spontan, tetapi bila penderita berada


dalam serangan diberi pertolongan dengan tindakan seperti dengan ekstraksi
vakum atau forceps.

12.

Seksio sesaria atas indikasi asma jarang atau tak pernah


dilakukan.

15

13.

Jalan kaki santai di udara yang bersih dan segar sangat


dianjurkan. Makanan dengan gizi yang cukup dan sehat jelas akan menambah
kebugaran.

14.

Penderita asma yang hamil masih tetap bisa bekerja dikantor,


namun hindarilah ruangan berpolusi tinggi.

16

Anda mungkin juga menyukai