Compile Icu
Compile Icu
1. Pasien yang sudah tidak lagi perlu adanya terapi intensif karena keadaannya sudah membaik,
atau manfaat terapi intensifnya tidak berpengaruh, sehingga keadaannya akan semakin buruk.
Namun, untuk hal yang kedua perlu adanya persetujuan dokter terlebih dahulu.
2. Bila pada pemantauan intensif hasilnya tidak perlu tindakan, atau terapi intensif memiliki
waktu yang lama.
3. Kriteria terapi intensif tidak memberi manfaat, atau tidak harus diteruskan lagi apabila:
a. Pasien yang sudah berumur dengan gagal 3 organ, atau sudah tidak merespon lagi
terhadap terapi intensif selama 3 hari.
b. Pasien mati otak, atau koma (bukan diakibatkan oleh trauma) yang kemungkinan pulihnya
sangat kecil.
c. Pasien dengan berbagai diagnosis, seperti: jantung terminal, atau karsinoma yang
menyebar.
B. PRIORITAS PASIEN MASUK ICU
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Indonesia Nomor:
HK.02.04/I/1966/11 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit
(ICU) di Rumah Sakit prioritas pasien masuk ICU dibagi menjadi 3 golongan, diantaranya:
1. Prioritas pasien golongan pertama
Biasanya pasien kritis yang tidak stabil perlu dilakukan terapi intensif seperti menggunakan
alat bantu ventilasi, alat penunjang sistem organ lainnya, serta pengobatan lainnya secara
terus-menerus.
2. Prioritas pasien golongan kedua
Biasanya pasien dengan prioritas golongan kedua perlu pelayanan yang menggunakan
peralatan canggih. Hal tersebut dikarenakan pasien akan sangat beresiko jika tidak segera
mendapatkan penanganan, seperti memantau menggunakan pulmonary arterial catheter.
3. Prioritas pasien golongan ketiga
Kriteria prioritas pasien golongan ketiga biasanya pasien kritis yang sebelumnya memiliki
status kesehatan yang tidak stabil. Hal itu biasanya disebabkan oleh penyakit akut, atau
penyakit komplikasi yang memiliki tingkat kesembuhan rendah.
C. PERAN dan TANGGUNG JAWAB
D. KOMPETENSI PERAWAT ICU
Menurut AACN ( American Asosiation of Critical Care Nursing ) untuk menjadi perawat ICU
harus memiliki kompetensi sebagai berikut :
1. Memiliki kemampuan dalam penilaian dan penalaran klinis. Mencakup pengambilan
keputusan klinis, berpikir kritis, dan pemahaman situasi global.
2. Sebagai advokasi dan lembaga moral untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
etis.
3. Menerapkan caring kepada pasien dan keluarga untuk menciptakan lingkungan penuh
kasih, mendukung dan memberikan kenyamanan serta mencegah penderitaan yang tidak
perlu.
4. Mampu berkolaborasi dengan pasien, keluarga dan anggota tim kesehatan lainnya.
5. Respon terhadap keragaman yaitu dapat menghargai dan menggabungkan perbedaan
dalam penyediaan pelayanan. Tidak membeda- bedakan budaya, keyakinan, ras, jenis
kelamin, etnis, status ekonomi, usia dan nilai- nilai
6. Memiliki kemampuan dalam merawat pasien secara holistic.
7. Mampu menjadi fasilitator bagi pasien, anggota keluarga, anggota tim, dan masyarakat.
8. Memiliki inovasi inovasi dalam memecahkan masalah kesehatan pasien.
E. PENGALAMAN PASIEN KRITIS di ICU
F.
1.
2.
3.
4.
PERANGKAT ETIKA
Penggunaan perangkat etik, prinsip-prinsip moral dasar, dan panduan profesional keperawatan
dan membantu dalam pengidentifikasian etik dan menentukan tindakan yang paling tepat
yang dapat membantu memenuhi kewajiban etik. Dalam pengambilan keputusan terkadang
muncul dilema etik. Dilema etik adalah dilema yang disebabkan oleh adanya dua atau lebih
pilihan yang saling bertentangan.
- Pendekatan Etika
Ada beberapa jenis pendekatan yang digunakan dalam menentukan hal yang benar atau
yang salam dalam etika normatif :
1. Pendekatan pertama
Consequentialisme, teori yang dapat menentukan suatu hal benar atau salah
atau salah berdasarkan caranya, bukan pada konsekuensi yang akan didapat.
Principlism, suatu jenis pendekatan yang bertumpu pada prinsip khusus untuk
secara sengaja
Beneficence, merupakan kewajiban dalam peningkatan kesejahteraan orang lain
serta memaksimalkan manfaat dan meminimalkan bahaya yang muncul.
seseorang
Kejujuran, suatu kewajiban untuk tidak menyembunyikan kebenaran
Kesetiaan, kewajiban untuk tidak mengingkari janji dan komitmen
Etika keperawatan merupakan dimensi yang cukup penting bagi perawat karena dalam
etika keperawatn mengandung pemahaman bahwa individu adalah unik, hubungan dan
manfaatnya penting dalam pertimbangan moral, dan emosi serta karakter berperan
penting dalam pertimbangan moral.
-
selengkap-lengkapnya.
Menahan dan Menghentikan Terapi Khususnya di Akhir Hayat
Memberikan suatu terapi dan menghentikannya tidak memiliki makna etik yang
terpenting adalah apakah keputusan tersebut tetap dengan kepentingan dan pilihan pasien.
Jika dari pihak pasien memberi keputusan dengan keyakinan terapi yang diberikan
kepada pasien akan menimbulkan bahaya yang tidak seharusnya dan menolaknya, maka
secara moral profesional kesehatan harus menghormati keputusan tersebut. Secara moral,
perawat dapat menolak untuk berpartisipasi dalam melakukan terapi, intervensi , dan
aktivitas tertentu baik karena alasan pribadi ataupun karena tindakan tersebut tidak sesuai
Identifikasi Masalah
Tahap ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah masalah yang terjadi adalah
masalah yang murni melibatkan pertanyaan atau menimbulkan konflik antara prinsip dan
nilai etik atau apakah masalah ini memang bermula dari isu legal atau isu organisasi atau
masalah komunikasi.
Analisis Masalah Menggunakan Prinsip dan Aturan Etik
Dalam menganalisis sebuah masalah sebaiknya mempertimbangkan prinsipprinsip etik prinsip-prinsip etik yang dimaksud seperti apakah bahaya yang akan terjadi
sudah diminimalkan? Apa manfaat dan siapa yang akan mendapatkan manfaat tersebut?
dengan prinsip dan aturan dan kesesuaian dengan perawatan. Dalam hal ini peran perawat
adalah memfasilitasi komunikasi, menyampaikan pandangan dan nilai personal yang
-
tersebut sebaiknya menghubungi State Board of Nursing untuk meminta dan mempelajari
salinan akta ini.
2. Hukum Sipil
Hukum sipil merupakan area kedua hukum mempengaruhi praktik keperawatan.
3. Hukum Pidana
Merupakan area ketiga yang relevan dengan praktik keperawatan yaitu hukum pidana.
Hukum pidana terdiri atas kasus tuntutan hukum yang diajukan oleh negara bagian,
pemerintah
federal,
atau
setempat
kepada
perawat.
Kasus
ini
mencakup
melihat apakah perilaku perawat sesuai dengan standar perawatan yang berlaku atau tidak.
Penyebab
Hukum dalam malpraktik mencantumkan adanya hubungan antara perilaku
perawat dan cedera yang dialami pasien. Kesalahan yang dilakukan perawat yang
kerugian nonekonomi merupakan kerugian yang sulit untuk dihitung, contohnya adalah
-
nyeri.
Liabilitas Pengganti
Dalam beberapa kasus, seorang individu atau sebuah lembaga dapat dianggap
bertanggung jawab terhadap tindakan orang lain atau lembaga yang lain. Hal tersebut
dapat dikatakan sebagai liabilitas pengganti. Terdapat beberapa tipe liabilitas: respondeat
superior, liabilitas perusahaan, kelalaian pengawasan, dan peraturan mengenai liabilitas
pribadi.
Respondeat Superior
Doktrin ini merupakan teori legal utama yang menyatakan bahwa rumah sakit
Doktrin Nahkoda
Pada pemberian pelayanan kesehatan, biasanya dokter dikatakan sebagai seorang
nahkoda. Oleh karena itu perawat melakukan setiap instruksi yang diberikan oleh
dokter. Namun sekrang ini doktrin tersebut telah berganti dengan sebuah konsep
legal yang disebut dengan aturan liabilitas personal yang dilandasi dengan
pendidikan spesialis, pelatihan, dan pengalaman. Perawat diharapkan dapat
pembedahan rawat jalan) untuk melapor pada pabrik yang membuat peralatan jika ada
-
kerusakan alat yang menyebabkan sakit serius, cedera atau kematian pada pasien.
Kebutuhan akan Persetujuan
Pasien berhak menerima informasi secara lengkap sebelum melakukan terapi agar
saat penyakit bersifat terminal dan ireversibel dan pada saat pasien mendapatkan manfaat.
Arahan Lanjut : Living Will dan Power of Attorney
Living Will merupakan suatu bentuk arahan tertulis dari seorang pasien untuk
keluarga dan anggora tim perawatan mengenai keinginan pasien apabila pasien
meninggal. Pada pasien terminal, pasien tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Agar
mendapatkan cakupan yang lebih luas, biasanya pasien memanfaatkan durable power of
attorney yang memungkinkan pasien untuk menunjuk pengambil keputusan pengganti
yang disebut sebagai agen atau wali kesehatan yang memiliki wewenang untuk
mengambil keputusan terapi yang akan diberikan kepada pasien apabila pasien tidak
dapat melakukannya.
Patient Self-Determination Act
sesuai dengan syarat reimbursement, rumah sakit, fasilitas keperawatan, layanan
keperawatan,dan lain-lain memeberikan informasi bagi pasien atau keluarga untuk
mengambil keputusan. Informasi yang disampaikan berisi tipe arahan lanjut yang legal di
negara bagian tersebut. Dokumentasi bahwa pasien telah mendapat informasi harus
Kematian Otak
Pada tahun 1968, Harvard menentukan kriteria standar kematian otak. Beberapa
negara bagian menggunakan
bagian lainnya bergantung pada beberapa faktor seperti respon terhadap nyeri, dan
berhentinya fungsi jantung. Penting bagi perawat untuk mengetahui pengertian legal
-
Daftar Pustaka
Kementrian
Kesehatan
RI.
2010. Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor:
1778/Menkes/SK/XII/2010, Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care
Unit (ICU) di Rumah Sakit. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Direktorat
Rumah Sakit Khusus Dan Swasta. 1995. Pedoman Pelayanan Gawat Darurat (edisi
kedua). Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Morton, P. G., Fontaine, D., Hudak, C. M., & Gallo, B. M. (2011). Keperawatan Kritis:
Pendekatan Asuhan Holistik (Critical Care Nursing : A Holistic Approach). Jakarta:
EGC.