LANDASAN TEORI
A. Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara)
Sukuk secara terminologi merupakan bentuk jamak dalam bahasa arab yang
berasal dari kata saak yang berarti sertifikat atau bukti kepemilikan. Dalam
perjalanan historisnya, pada abad pertengahan Sukuk lazim digunakan oleh para
pedagang muslim sebagai dokumen yang menunjukkan kewajiban finansial yang
timbul dari perdagangan dan aktivitas komersial lainnya.
Berikut definisi Sukuk dari berbagai institusi atau lembaga :
1. The Accounting and Auditing Organisation for Islamic Financial Institutions
(AAOIFI) memdefinisikan Sukuk sebagai sertifikat dari sebuah nilai yang sama,
yang merepresentasikan saham yang tidak dibagikan atas aset berwujud (tangible
asset), hak manfaat (usufruct), dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek utama
atau kegiatan investasi tertentu.
2. Berdasarkan keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam LK) Nomor KEP-181/BL/2009, Sukuk didefinisikan
sebagai Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama
dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas :
1) Kepemilikan aset berwujud tertentu;
10
11
2) Nilai manfaat dan jasa atas asset proyek tertentu atau aktivitas investasi
tertentu; atau
3) Kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.
Secara umum, karakteristik Sukuk antara lain :
a. Merupakan bukti kepemilikan suatu aset, hak manfaat, jasa atau kegiatan
investasi tertentu;
b. Pendapatan yang diberikan berupa imbalan, margin, bagi hasil, sesuai dengan
jenis akad yang digunakan dalam penerbitan;
c. Terbebas dari unsur riba, gharar (ketidakjelasan) dan maysir (spekulasi);
d. Memerlukan adanya underlying asset penerbitan; dan
e. Penggunaan proceeds (dana hasil penerbitan Sukuk) harus sesuai dengan prinsip
syariah.
Sukuk memiliki perbedaan yang mendasar dibandingkan dengan obligasi
konvensional. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel II.1.
Tabel II.1 Perbedaan antara Sukuk dengan Obligasi Konvensional
Sukuk
Prinsip Dasar
Surat
Berharga
Obligasi
yang Pernyataan
utang
tanpa
12
diterbitkan
berdasarkan
prinsip syariah, sebagai bukti
kepemilikan/penyertaan
syarat dari penerbit
terhadap suatu aset yang
menjadi dasar penerbitan
sukuk
Underlying Asset
Memerlukan
fatwa/opini
syariah
untuk
menjamin
Tidak ada
kesesuaian sukuk dengan
prinsip syariah
Fatwa/Opini
Syariah
Penggunaan Dana
Return
13
14
pemerintah sampai dengan tanggal jatuh tempo. Dapat disimpulkan bahwa sukuk
bebas dari resiko gagal bayar.
3. Sukuk dapat diperjualbelikan di pasar sekunder sesuai dengan harga pasar,
sehingga investor berpotensi mendapatkan capital gain di pasar sekunder. Sukuk
juga dapat digadaikan atau diagunkan. Transaksi di pasar sekunder bisa saja
merugikan jika investor sukuk menjual di bawah harga beli, namun resiko ini dapat
diminimalkan dengan menyimpan sukuk sampai jatuh tempo sambil menikmati
bunga sesuai dengan yang diberikan pemerintah.
4. Pengenaan pajak terhadap sukuk hanya 15%, lebih rendah dibandingkan pajak
deposito yang mencapai 20%.
5. Prosedur pembelian dan penjualan sukuk sangat mudah dan transparan.
Pada
tahun
2008,
untuk
pertama
kalinya,
pemerintah
Indonesia
15
B. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan adalah manifestasi dari suatu proses menuju kemajuan material
perekonomian, sehingga ukuran-ukuran keberhasilannya dapat terlihat dari besaran
indikator ekonomi seperti pertumbuhan PDB, pertumbuhan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), proses akumulasi modal untuk investasi, dan tingkat
konsumsi masyarakat. Dengan karakteristik semacam itu, negara-negara berlomba
menggapai kemakmuran ekonomi lewat serangkaian penyelenggaraan pembangunan
secara sistemastis, dengan tujuan utama memuaskan masyarakat (individu) secara
material. Yustika (2002:49) mengungkapkan bahwa filsafat pembangunan seperti ini
sering disebut dengan istilah fordisme, yang merujuk kepada upaya terciptanya
masyarakat dunia yang makmur berdasarkan maksimisasi kegunaan tanpa batas, yang
dibentuk
melalui
tiga
produksi/konsumsi massal.
elemen
penting,
yaitu
rasionalitas,
efisiensi,
dan
16
17
c. Kenaikan pendapatan per kapita itu harus berlaku dalam jangka panjang.
Teori pembangunan ekonomi dapat digolongkan menjadi lima golongan besar
yaitu Klasik, Karl Marx, Neoklasik, Schumpeter, dan Post Keynesian. Aliran-aliran
ini mengemukakan sebab-sebab pertumbuhan pendapatan nasional dan proses
pertumbuhannya.
1. Aliran Klasik
Aliran klasik muncul pada akhir abad ke-18 dan permulaan abad ke 19 yaitu
dimasa revolusi industri yang merupakan awal bagi adanya perkembangan ekonomi.
Pada waktu itu aliran ekonomi yang sedang berkembang adalah sistem liberal dan
menurut aliran klasik, ekonomi liberal itu disebabkan oleh adanya kemajuan dalam
bidang teknologi dan peningkatan jumlah penduduk. Kemajuan teknologi tergantung
pada pertumbuhan kapital. Kecepatan pertumbuhan kapital tergantung pada tinggi
rendahnya tingkat keuntungan, sedangkan tingkat keuntungan ini tergantung pada
sumber daya alam. Aliran klasik juga mengalami perkembangan dari beberapa
pengamat aliran klasik, diantaranya Adam Smith, David Ricardo, dan Thomas Robert
Malthus.
2. Teori Karl Marx (Pertumbuhan dan Kehancuran)
Karl Marx mengemukakan teorinya berdasarkan sejarah perkembangan
masyarakat. Perkembangan masyarakat tersebut berlangsung dalam lima tahap yaitu:
18
19
20
21
22
1. Keuangan Negara ditinjau dari sisi obyek, meliputi semua hak dan kewajiban yang
dapat dinilai dengan uang termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal,
moneter dan pengelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu
baik berupa uang maupun barang, yang dapat dijadikan milik Negara berhubung
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
2. Keuangan Negara ditinjau dari sisi subyek, meliputi keseluruhan obyek keuangan
yang dimiliki Negara dan/atau dikuasai oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah
dan perusahaan Negara/daerah dan badan lain berkaitan dengan keuangan Negara.
3. Keuangan Negara ditinjau dari sisi proses, meliputi rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan obyek keuangan Negara, mulai dari perumusan
kebijakan dan pengambilan keputusan, sampai dengan pertanggungjawaban.
4. Keuangan Negara ditinjau dari sisi tujuan, meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan
hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek
keuangan Negara, dalam rangka penyelenggaraan Negara.
Hal ini berarti definisi yang dirumuskan dalam UU No. 17 Tahun 2003 Tentang
Keuangan Negara merupakan definisi yang luas.
Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 2
mengatur tentang ruang lingkup keuangan negara. Keuangan Negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 1, meliputi:
a. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman;
b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan
negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
c. Penerimaan Negara;
23
d. Pengeluaran Negara;
e. Penerimaan Daerah;
f. Pengeluaran Daerah;
g. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain
berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat
dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
negara/ perusahaan daerah;
h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
i. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah.
Ruang lingkup keuangan negara sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 2 UU No. 17
tahun 2003 tentang Keuangan Negara memberikan gambaran yang jelas bahwa
keuangan negara memiliki cakupan yang luas; dan pada prinsipnya melingkupi segala
komponen yang memiliki hubungan dan kaitan dengan penggunaan keuangan negara
serta fasilitas negara.
Pengelolaan keuangan negara didasarkan atas prinsip-prinsip yang sejalan
dengan prinsip-prinsip good governance. Prinsip-prinsip tersebut dituangkan melalui
penerapan asas-asas klasik maupun asas-asas baru dalam pengelolaan keuangan
negara. Asas-asas klasik tersebut meliputi: asas tahunan (membatasi masa berlakunya
angaran untuk suatu tahun tertentu), asas universalitas (mengharuskan agar setiap
transaksi keuangan ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran), asas kesatuan
(menghendaki agar semua pendapatan dan belanja negara disajikan dalam satu
dokumen anggaran), dan asas spesialitas (mewajiban agar kredit anggaran yang
24
MULTI TYPE
OWNERSHIP
AKHLAQ
TAUHID
AL-ADL
NUBUWWAH
FREEDOM TO ACT
KHILAFAH
MAAD
SOCIAL
25
1. Tauhid, yaitu meyakini bahwa Allah merupakan pemilik sejati seluruh yang ada
dalam alam semesta, Allah tidak mencipakan sesuatu dengan sia-sia dan manusia
diciptakan untuk beribadah pada Allah
2. Al-adl (adil), yaitu tidak mendzalimi dan tidak didzalimi
3. Nubuwwah (kenabian), yaitu sifat-sifat kenabian, seperti Shiddiq (efektif dan
efisien); Tabligh (komunikatif/terbuka); Amanah (bertanggung jawab, dapat
dipercaya, dan kredibel); Fathonah (cerdik, bijak, cerdas), menjadi teladan dalam
berperilaku, termasuk dalam ekonomi
4. Khilafah,
yaitu
manusia
sebagai
khalifah
di
bumi,
akan
dimintai
26
belum cukup karena kedua hal tersebut menuntut adanya manusia yang menerapkan
nilai-nilai yang terkandung dalam teori dan sistem tersebut. Sistem ekonomi islam
memastikan bahwa tidak ada transaksi ekonomi yang bertentangan dengan syariah.
Perekonomian baru dapat maju bila pola pikir dan perilaku pelaku perekonomian
sudah baik dan sesuai syariat Islam.
Konsep pengelolaan keuangan negara berdasarkan syariat Islam yang mulai
diperkenalkan di abad ke tujuh menerapkan kebijakan-kebijakan yang tujuan akhirnya
adalah kemaslahatan ummat. Prinsip utama adalah bagaimana menerapkan balanced
budget. Oleh sebab itu, utang tidak dianjurkan dalam Islam walaupun diperbolehkan.
Semua hasil pengumpulan negara harus dikumpulkan terlebih dahulu untuk kemudian
dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan negara. Hasil pengumpulan itu adalah milik
negara, bukan milik individu, dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. Maka
perlu dilakukan pengawasan dan pengaturan terhadap harta tersebut.
Abu Ubaid (Ugi Suharto, 2004 : 85) memandang kekayaan publik/negara
merupakan suatu kekayaan khusus, dimana pemerintah berhak mengatur dan
mengelolanya,
bahkan
mendistribusikannya
kepada
masyarakat.
Kebijakan
pengelolaan keuangan publik juga dikenal dengan kebijakan fiskal, yaitu suatu
kebijakan yang berkenaan dengan pemeliharaan, pembayaran dari sumber-sumber
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan publik dan pemerintahan. Kebijakan
fiskal meliputi kebijakan-kebijakan pemerintah dalam penerimaan, pengeluaran dan
utang.
Tujuan kebijakan fiskal dalam ekonomi Islam, seperti pada ekonomi
konvensional, adalah memaksimumkan kesejahteraan hidup manusia, dan kebijakan
publik adalah suatu alat untuk mencapai tujuan tersebut. Namun dalam Islam, konsep
27
28
dalam arti privacy terikat oleh kaidah sosial. Dengan demikian kedudukan individu
adalah sebagai makhluk sosial yang harus ditonjolkan dalam ilmu ekonomi utamanya
dalam pembangunan ekonomi yang bertujuan menuju kesejahteraan masyarakat.
Di dalam perspektif Islam, kesejahteraan masyarakat sering disebut dengan
kafa falah. Secara etimologi, falah berarti kemenangan (Munawwir, 2007). Munjib
dictionary mengartikan falah sebagai kemakmuran dan sukses. Falah lebih sering
digunakan daripada kesejahteraan karena definisinya melingkupi kehidupan di dunia
maupun akhirat.
Islam mengajarkan untuk menyebarkan falah kepada semua manusia di dunia.
Pentingnya falah dalam Islam dapat dilihat dari penyebutan kata ini lebih dari 40 kali
di dalam Alquran. Kata falah juga selalu dikumandangkan oleh para muadzin lima
kali setiap harinya untuk menyerukan panggilan sholat. Hayya alal falah, marilah
menuju kemenangan.
bisa
dimanfaatkan
oleh
pemerintah
untuk
mengurangi
masalah
29
30
31
Keuangan Negara
Keuangan Negara
Uji Beda
32
Kesejahteraan Masyarakat
Indeks Pembangunan Manusia;
Uji Beda
Kesejahteraan Masyarakat
Indeks Pembangunan Manusia;
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di
antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat
diuji. Hubungan tersebut diperkirakan berdasarkan jaringan asosiasi yang ditetapkan
dalam kerangka teoritis yang dirumuskan untuk studi penelitian (Sekaran, 2006).
Berdasarkan ruang lingkup penelitian, landasan teori, dan penelitian terdahulu
yang telah diuraikan di atas, maka Penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
H1
H2
33
H4
H5
H6
H7
H8
H9
H10 :
H11
H12 :
I. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : SBSN, kinerja keuangan
negara, dan kesejahteraan masyarakat. Kinerja keuangan negara dan kesejahteraan
masyarakat digolongkan dalam variable dependen. Sedangkan SBSN merupakan
variable independen yang menjadi patokan penilaian kinerja keuangan negara dan
kesejahteraan masyarakat sebelum dan sesudah penerbitannya. Variabel-variabel
kinerja keuangan dan kesejahteraan masyarakat diuraikan pada Tabel II.2.
34
2.
Indikator Pembangunan
Ekonomi
Keuangan Negara
Kesejahteraan
Masyarakat
Variabel
1. Rasio pendapatan dalam negeri terhadap
APBN;
2. Rasio APBN terhadap PDB;
3. Rasio Pembayaran Utang;
4. Utang per kapita;
5. Rasio NPI terhadap PDB;
6. Rasio surplus/defisit APBN terhadap PDB;
7. PDB per kapita;
8. Rasio utang terhadap PDB;
9. Cadangan devisa.
10. Indeks Pembangunan Manusia;
11. Indeks Persepsi Korupsi;
12. ZIS per kapita.