Anda di halaman 1dari 25

BAB II

LANDASAN TEORI
A. Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara)
Sukuk secara terminologi merupakan bentuk jamak dalam bahasa arab yang
berasal dari kata saak yang berarti sertifikat atau bukti kepemilikan. Dalam
perjalanan historisnya, pada abad pertengahan Sukuk lazim digunakan oleh para
pedagang muslim sebagai dokumen yang menunjukkan kewajiban finansial yang
timbul dari perdagangan dan aktivitas komersial lainnya.
Berikut definisi Sukuk dari berbagai institusi atau lembaga :
1. The Accounting and Auditing Organisation for Islamic Financial Institutions
(AAOIFI) memdefinisikan Sukuk sebagai sertifikat dari sebuah nilai yang sama,
yang merepresentasikan saham yang tidak dibagikan atas aset berwujud (tangible
asset), hak manfaat (usufruct), dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek utama
atau kegiatan investasi tertentu.
2. Berdasarkan keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam LK) Nomor KEP-181/BL/2009, Sukuk didefinisikan
sebagai Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama
dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas :
1) Kepemilikan aset berwujud tertentu;

10

11

2) Nilai manfaat dan jasa atas asset proyek tertentu atau aktivitas investasi
tertentu; atau
3) Kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.
Secara umum, karakteristik Sukuk antara lain :
a. Merupakan bukti kepemilikan suatu aset, hak manfaat, jasa atau kegiatan
investasi tertentu;
b. Pendapatan yang diberikan berupa imbalan, margin, bagi hasil, sesuai dengan
jenis akad yang digunakan dalam penerbitan;
c. Terbebas dari unsur riba, gharar (ketidakjelasan) dan maysir (spekulasi);
d. Memerlukan adanya underlying asset penerbitan; dan
e. Penggunaan proceeds (dana hasil penerbitan Sukuk) harus sesuai dengan prinsip
syariah.
Sukuk memiliki perbedaan yang mendasar dibandingkan dengan obligasi
konvensional. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel II.1.
Tabel II.1 Perbedaan antara Sukuk dengan Obligasi Konvensional
Sukuk
Prinsip Dasar

Surat

Berharga

Obligasi
yang Pernyataan

utang

tanpa

12

diterbitkan
berdasarkan
prinsip syariah, sebagai bukti
kepemilikan/penyertaan
syarat dari penerbit
terhadap suatu aset yang
menjadi dasar penerbitan
sukuk
Underlying Asset

Memerlukan
fatwa/opini
syariah
untuk
menjamin
Tidak ada
kesesuaian sukuk dengan
prinsip syariah

Fatwa/Opini
Syariah

Penggunaan Dana

Return

Memerlukan underlying asset


Tidak ada
sebagai dasar penerbitan

Tidak dapat digunakan untuk


hal-hal yang bertentangan Bebas
dengan prinsip syariah
Berupa imbalan, bagi hasil,
Bunga, capital gain
margin, capital gain

Sumber : Direktorat Pembiayaan Syariah. 2010. Tanya Jawab Surat Berharga


Syariah Negara (Sukuk Negara). DJPPR. Hal 9.
Perbedaan selanjutnya adalah terkait basis investor. Basis investor sukuk
negara lebih luas karena dapat menangkap basis investor syariah dan konvensional,
sedangkan basis investor obligasi hanya terbatas pada investor konvensional. Basis
investor yang lebih luas dapat mendorong permintaan lebih banyak.

13

Akhir-akhir ini berkembang istilah ethical investment dimana investasi


dipandang sebagai kegiatan yang tidak hanya memberikan kepuasan finansial,
melainkan juga spiritual. Ethical investment memberikan warna baru di dunia
investasi karena investasi konvensional dipandang memberikan dampak negatif
sebagai akibat besarnya unsur spekulasi didalamnya, seperti spekulasi yang dilakukan
oleh para hedge fund internasional yang disinyalir berkontribusi pada tingginya harga
berbagai komoditas pangan dan minyak bumi sehingga akhirnya berdampak pada
jatuhnya perekonomian dunia. Ethical investment merupakan investasi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara sosial karena memenuhi nilai moral dan norma etika
tertentu karena telah didasarkan pada seleksi kriteria tertentu, salah satunya investasi
pada sukuk.
Selama ini, alasan utama para investor memilih berinvestasi pada sukuk
adalah unsur religiusnya. Investasi sukuk merupakan investasi yang menentramkan
karena sukuk memegang prinsip syariah yang tidak memperbolehkan adanya
transaksi mengandung gharar, riba, maupun spekulasi. Produk atau transaksi yang
dibiayai oleh sukuk adalah usaha yang riil atau nyata dan proyek atau transaksi yang
halal. Sukuk juga tidak memperbolehkan adanya spekulasi, seperti margin trading,
forward dan option, berbeda dengan obligasi konvensional yang memperbolehkan
segala bentuk transaksi atau proyek yang didanai. Namun, sebenarnya masih banyak
keuntungan yang ditawarkan dalam berinvestasi pada Sukuk Negara, yaitu :
1. Memberikan penghasilan berupa imbalan atau nisbah bagi hasil yang kompetitif,
investor memperoleh imbalan yang lebih tinggi dari rata-rata tingkat bunga
deposito bank.
2. Berinvestasi pada sukuk sangat aman dan terjamin dibandingkan dengan investasi
konvensional karena pembayaran imbal hasil dan pokoknya dijamin oleh

14

pemerintah sampai dengan tanggal jatuh tempo. Dapat disimpulkan bahwa sukuk
bebas dari resiko gagal bayar.
3. Sukuk dapat diperjualbelikan di pasar sekunder sesuai dengan harga pasar,
sehingga investor berpotensi mendapatkan capital gain di pasar sekunder. Sukuk
juga dapat digadaikan atau diagunkan. Transaksi di pasar sekunder bisa saja
merugikan jika investor sukuk menjual di bawah harga beli, namun resiko ini dapat
diminimalkan dengan menyimpan sukuk sampai jatuh tempo sambil menikmati
bunga sesuai dengan yang diberikan pemerintah.
4. Pengenaan pajak terhadap sukuk hanya 15%, lebih rendah dibandingkan pajak
deposito yang mencapai 20%.
5. Prosedur pembelian dan penjualan sukuk sangat mudah dan transparan.
Pada

tahun

2008,

untuk

pertama

kalinya,

pemerintah

Indonesia

memperkenalkan SBSN kepada masyarakat melalui terbitnya Undang-Undang Nomor


19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara. Menurut peraturan dimaksud,
SBSN atau Sukuk Negara adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan
prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam
mata uang rupiah maupun valuta asing.
Sejalan dengan tujuan utama penerbitan SBSN yaitu untuk membiayai APBN,
penerbitan SBSN oleh Pemerintah diperlukan antara lain untuk :
a) memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara;
b) mendorong pertumbuhan dan pengembangan pasar keuangan syariah;
c) memperkuat dan meningkatkan peran sistem keuangan berbasis syariah;

15

d) menciptakan benchmark instrumen keuangan syariah baik di pasar keuangan


syariah domestik maupun internasional;
e) memperluas dan mendiversifikasi basis investor;
f) mengembangkan alternatif instrumen investasi;
g) membiayai pembangunan proyek infrastruktur;
h) mengoptimalkan pemanfaatan BMN.

B. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan adalah manifestasi dari suatu proses menuju kemajuan material
perekonomian, sehingga ukuran-ukuran keberhasilannya dapat terlihat dari besaran
indikator ekonomi seperti pertumbuhan PDB, pertumbuhan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), proses akumulasi modal untuk investasi, dan tingkat
konsumsi masyarakat. Dengan karakteristik semacam itu, negara-negara berlomba
menggapai kemakmuran ekonomi lewat serangkaian penyelenggaraan pembangunan
secara sistemastis, dengan tujuan utama memuaskan masyarakat (individu) secara
material. Yustika (2002:49) mengungkapkan bahwa filsafat pembangunan seperti ini
sering disebut dengan istilah fordisme, yang merujuk kepada upaya terciptanya
masyarakat dunia yang makmur berdasarkan maksimisasi kegunaan tanpa batas, yang
dibentuk

melalui

tiga

produksi/konsumsi massal.

elemen

penting,

yaitu

rasionalitas,

efisiensi,

dan

16

Definisi pembangunan ekonomi menurut para ahli adalah sebagai berikut :


1. H.F.Wiliamson mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses,
dimana suatu negara dapat menggunakan sumber-sumber daya produksinya
sedemikian rupa, sehingga dapat memperbesar produk per kapita negara tersebut
(Winardi, 1983 : 4).
2. Rostow mengartikan pembangunan ekonomi sebagai suatu usaha dan proses yang
menyebabkan perubahan dari ciri-ciri penting dalam masyarakat, yaitu perubahan
dalam keadaan sistem politik, struktur sosial, nilai-nilai masyarakat, dan struktur
kegiatan ekonomi (Sadono Sukirno, 1985 : 103).
Langkah-langkah pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensional
yang melibatkan perubahan-perubahan dalam struktur sosial, sikap-sikap yang sadar
terbiasa dan lembaga-lembaga nasional termasuk percepatan/akselarasi pertumbuhan
ekonomi, pengangguran, ketimpangan, dan pemberantasan kemiskinan yang absolut
(M.P.Todaro 1993 : 124). Dengan demikian, pembangunan ekonomi merupakan usaha
suatu masyarakat untuk dapat mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi
tingkat pendapatan masyarakat, sedangkan usaha-usaha pembangunan secara
keseluruhan meliputi juga usaha-usaha pembangunan sosial, politik, dan kebudayaan.
Berdasarkan hal tersebut, maka pembangunan ekonomi meliputi tiga sifat
penting, yaitu :
a. Suatu proses, yang berarti perubahan yang terjadi secara terus-menerus;
b. Usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita; dan

17

c. Kenaikan pendapatan per kapita itu harus berlaku dalam jangka panjang.
Teori pembangunan ekonomi dapat digolongkan menjadi lima golongan besar
yaitu Klasik, Karl Marx, Neoklasik, Schumpeter, dan Post Keynesian. Aliran-aliran
ini mengemukakan sebab-sebab pertumbuhan pendapatan nasional dan proses
pertumbuhannya.
1. Aliran Klasik
Aliran klasik muncul pada akhir abad ke-18 dan permulaan abad ke 19 yaitu
dimasa revolusi industri yang merupakan awal bagi adanya perkembangan ekonomi.
Pada waktu itu aliran ekonomi yang sedang berkembang adalah sistem liberal dan
menurut aliran klasik, ekonomi liberal itu disebabkan oleh adanya kemajuan dalam
bidang teknologi dan peningkatan jumlah penduduk. Kemajuan teknologi tergantung
pada pertumbuhan kapital. Kecepatan pertumbuhan kapital tergantung pada tinggi
rendahnya tingkat keuntungan, sedangkan tingkat keuntungan ini tergantung pada
sumber daya alam. Aliran klasik juga mengalami perkembangan dari beberapa
pengamat aliran klasik, diantaranya Adam Smith, David Ricardo, dan Thomas Robert
Malthus.
2. Teori Karl Marx (Pertumbuhan dan Kehancuran)
Karl Marx mengemukakan teorinya berdasarkan sejarah perkembangan
masyarakat. Perkembangan masyarakat tersebut berlangsung dalam lima tahap yaitu:

18

a. Masyarakat Komunal Primitif : masyarakat masih menggunakan alat-alat


produksi sederhana. Tidak ada surplus produksi di atas konsumsi karena orang
membuat sendiri barang-barang atas kebutuhannya sendiri.
b. Masyarakat Perbudakan (slavery) : Dasar terbentuknya adalah adanya hubungan
antar pemilik faktor produksi dan orang-orang yang hanya bekerja untuk mereka.
Mulai ada spesialisasi untuk bidang pertanian, kerajinan tangan dan sebagainya.
Karena murahnya harga buruh maka minat pemilik faktor produksi untuk
memperbaiki alat-alat yang dimilikinya rendah. Buruh makin lama sadar dengan
kesewenang-wenangan yang dialaminya sehingga menimbulkan perselisihan
antara dua kelompok tersebut.
c. Masyarakat Feodal : Pertentangan dalam masyarakat mengakibatkan berakhirnya
sistem perbudakan dan terbentuklah suatu masyarakat baru dimana kaum
bangsawan memiliki faktor produksi utama yaitu tanah. Para petani kebanyakan
adalah budak yang dibebaskan dan mereka mengerjakan dahulu tanah milik
bangsawan. Kepentingan dua kelas ini berbeda, para feodal lebih memikirkan
keuntungan saja dan kemudian mendirikan pabrik-pabrik. Banyak timbul
pedagang-pedagang baru yang didukung raja yang kemudian membutuhkan pasar
yang lebih luas.
d. Masyarakat Kapitalis : Hubungan produksi didasarkan pada pemilikan individu
masing-masing kapitalis terhadap alat-alat produksi. Keuntungan kapitalis
membesar yang memungkinkan berkembangnya alat-alat produksi. Perubahan
alat yang mengubah cara produksi selanjutnya menyebabkan perubahan

19

kehidupan ekonomi masyarakat. Perbedaan kepentingan antara kaum kapitalis


dan buruh semakin meningkat.
e. Masyarakat Sosialis : Dalam sistem sosialis, kepemilikan alat produksi
didasarkan atas hak milik sosial. Hubungan produksi merupakan hubungan
kerjasama dan saling membantu diantara buruh yang bebas unsur eksploitasi.
Tidak ada lagi kelas-kelas dalam masyarakat.
3. Aliran Neo-Klasik
Aliran neo-klasik mempelajari tingkat bunga yaitu harga modal yang
menghubungkan nilai pada saat ini dan saat yang akan datang. Pendapat neo-klasik
mengenai perkembangan ekonomi dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
a. Adanya akumulasi kapital merupakan faktor penting dalam perkembangan
ekonomi. Menurut neo-klasik, tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan
tingginya tingkat investasi. Tingkat bunga rendah, maka investasi akan tinggi dan
sebaliknya. Kemajuan teknologi merupakan salah satu faktor pendorong kenaikan
pendapatan nasional.
b. Perkembangan sebagai proses yang gradual atau terus-menerus
c. Perkembangan sebagai proses yang harmonis dan kumulatif
d. Optimis terhadap perkembangan ekonomi. Penganut klasik mengatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi akan macet karena terbatasnya sumber daya alam. Neo-

20

klasik berpendapat bahwa ada kemampuan manusia untuk mengatasi terbatasnya


pertumbuhan itu dan selalu akan ada kemajuan-kemajuan pengetahuan teknik.
e. Aspek internasional perkembangan ekonomi
Suatu negara dapat mengalami tingkatan perkembangan ekonomi: Mula-mula
negara meminjam kapital atau impor kapital, disebut sebagai debitur yang kurang
mapan (immature-debitor). Negara peminjam menghasilkan dengan kapital
pinjaman tadi, membayar deviden dan bunga atas pinjaman. Setelah penghasilan
nasional negara meningkat, maka sebagian lagi dipinjamkan ke negara lain yang
menbutuhkan. Namun deviden dan bunga yang dibayar lebih dari deviden dan
bunga yang diterima negara yang diberi pinjaman. Negara ini tingkat debiturnya
sudah mapan (mature-debitor). Dengan demikian negara mendapat surplus
sehingga utangnya sendiri sudah semakin sedikit dan piutangnya semakin besar.
Negara ini pada tingkat kreditur yang belum mapan (immature-creditor).
Akhirnya negara tersebut hanya menerima deviden dan bunga dari negara lain
saja. Negara ini tingkat krediturnya sudah mapan (mature-creditor).
4. Teori Schumpeter
Perkembangan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis atau gradual,
tetapi merupakan perubahan yang spontan dan terputus-putus (discontinuous), yaitu
gangguan-gangguan terhadap keseimbangan yang telah ada. Perkembangan ekonomi
disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan terutama dalam lapangan industri dan

21

perdagangan. Berproduksi berarti mengkombinasikan bahan-bahan dan tenaga yang


ada atau yang dapat dicapai menghasilkan barang dengan metode lain (inovasi).
5. Analisis Post-keynesian
Ahli-ahli post-keynesian ialah mereka yang mencoba merumuskan perluasan
teori keynes. Post-keynesian menganalisa fluktuasi jangka pendek untuk mengetahui
adanya perkembangan ekonomi jangka panjang. Analisis yang terkenal seperti analisis
harrod dan domar mengenai pertumbuhan yang mantap (steady growth).
Dalam perspektif Islam, implementasi syariah tidak dapat dipisahkan dari
pembangunan. Perilaku dari seluruh elemen yang dibutuhkan untuk pembangunan
ekonomi negara akan efektif apabila mereka mengikuti ketentuan Ilahi. Ibnu Khaldun
dalam Dynamic Model of Islam (Chapra, 2000) memberikan ilustrasi bahwa syariah
merupakan variabel dependen dalam hubungan antara pemerintah/otoritas dengan
masyarakat. Konsep ini meletakkan syariah sebagai prinsip dasar yang dibutuhkan
untuk membangun apa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dapat berubah
dari waktu ke waktu.
C. Konsep Keuangan Negara
Pasal 1 Undang-Undang No 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
mendefinisikan keuangan negara sebagai semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut. Pengertian keuangan negara yang didefinisikan secara stipulatif ini, berakar
pada pengertian keuangan Negara ditinjau dari sisi obyek, subyek, proses, dan tujuan :

22

1. Keuangan Negara ditinjau dari sisi obyek, meliputi semua hak dan kewajiban yang
dapat dinilai dengan uang termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal,
moneter dan pengelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu
baik berupa uang maupun barang, yang dapat dijadikan milik Negara berhubung
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
2. Keuangan Negara ditinjau dari sisi subyek, meliputi keseluruhan obyek keuangan
yang dimiliki Negara dan/atau dikuasai oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah
dan perusahaan Negara/daerah dan badan lain berkaitan dengan keuangan Negara.
3. Keuangan Negara ditinjau dari sisi proses, meliputi rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan obyek keuangan Negara, mulai dari perumusan
kebijakan dan pengambilan keputusan, sampai dengan pertanggungjawaban.
4. Keuangan Negara ditinjau dari sisi tujuan, meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan
hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek
keuangan Negara, dalam rangka penyelenggaraan Negara.
Hal ini berarti definisi yang dirumuskan dalam UU No. 17 Tahun 2003 Tentang
Keuangan Negara merupakan definisi yang luas.
Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 2
mengatur tentang ruang lingkup keuangan negara. Keuangan Negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 1, meliputi:
a. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman;
b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan
negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
c. Penerimaan Negara;

23

d. Pengeluaran Negara;
e. Penerimaan Daerah;
f. Pengeluaran Daerah;
g. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain
berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat
dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
negara/ perusahaan daerah;
h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
i. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah.
Ruang lingkup keuangan negara sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 2 UU No. 17
tahun 2003 tentang Keuangan Negara memberikan gambaran yang jelas bahwa
keuangan negara memiliki cakupan yang luas; dan pada prinsipnya melingkupi segala
komponen yang memiliki hubungan dan kaitan dengan penggunaan keuangan negara
serta fasilitas negara.
Pengelolaan keuangan negara didasarkan atas prinsip-prinsip yang sejalan
dengan prinsip-prinsip good governance. Prinsip-prinsip tersebut dituangkan melalui
penerapan asas-asas klasik maupun asas-asas baru dalam pengelolaan keuangan
negara. Asas-asas klasik tersebut meliputi: asas tahunan (membatasi masa berlakunya
angaran untuk suatu tahun tertentu), asas universalitas (mengharuskan agar setiap
transaksi keuangan ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran), asas kesatuan
(menghendaki agar semua pendapatan dan belanja negara disajikan dalam satu
dokumen anggaran), dan asas spesialitas (mewajiban agar kredit anggaran yang

24

disediakan terinci secara jelas peruntukannya). Asas-asas baru yang diterapkan


sebagai cerminan dari best practices (penerapan kaidah-kaidah yang baik) dalam
pengelolaan keuangan negara meliputi asas-asas: akuntabilitas berorientasi pada hasil,
profesionalitas, proporsionalitas, keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara,
dan pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri. Fungsi dari
diterapkannya asas-asas tersebut adalah untuk mendukung terwujudnya good
governance, menjamin terselenggaranya prinsip-prinsip pemerintahan daerah dan
memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi serta otonomi daerah. Dan menjadi
acuan dalam reformasi manajemen keuangan negara.
Dalam perspektif Islam, perekonomian memiliki rancang bangun seperti pada
Gambar II.1.
Gambar II.1 Rancang Bangun Ekonomi Islam

MULTI TYPE
OWNERSHIP
AKHLAQ

TAUHID

AL-ADL

NUBUWWAH

FREEDOM TO ACT

KHILAFAH

MAAD

Sumber : Habiburrahman. Rancang Bangun Ekonomi Islam. 15 Maret 2011.


Pondasi dalam ekonomi Islam terdiri dari :

SOCIAL

25

1. Tauhid, yaitu meyakini bahwa Allah merupakan pemilik sejati seluruh yang ada
dalam alam semesta, Allah tidak mencipakan sesuatu dengan sia-sia dan manusia
diciptakan untuk beribadah pada Allah
2. Al-adl (adil), yaitu tidak mendzalimi dan tidak didzalimi
3. Nubuwwah (kenabian), yaitu sifat-sifat kenabian, seperti Shiddiq (efektif dan
efisien); Tabligh (komunikatif/terbuka); Amanah (bertanggung jawab, dapat
dipercaya, dan kredibel); Fathonah (cerdik, bijak, cerdas), menjadi teladan dalam
berperilaku, termasuk dalam ekonomi
4. Khilafah,

yaitu

manusia

sebagai

khalifah

di

bumi,

akan

dimintai

pertangungjawaban. Khalifah dalam arti pemimpin, fungsinya untuk menjaga


interaksi antar kelompok (muamalah) agar tercipta ketertiban.
5. Maad (keuntungan), merupakan motivasi logis-duniawi dalam berekonomi.
Keuntungan dalam hal ini mencakup keuntungan dunia dan akhirat.
Prinsip-prinsip dalam ekonomi Islam adalah sebagai berikut :
1. Kepemilikan Multi jenis, yaitu pada hakekatnya semua adalah milik Allah SWT.
Berbeda dengan kapitalis maupun sosialis klasik, dalam Islam mengakui adanya
kepemilikan pribadi, kepemilikan bersama (syirkah) dan kepemilikan Negara.
2. Kebebasan bertindak ekonomi, yaitu pada dasarnya semua diperbolehkan kecuali
yang dilarang dalam Islam.
3. Keadilan Sosial, yaitu dalam rizki yang halal pun ada hak orang lain (zakat).
Keadilan sosial harus diperjuangkan dalam Islam. Pemerintah berkewajiban
untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya.
Selanjutnya yang menjadi pelindung dalam ekonomi Islam adalah akhlak.
Landasan teori yang kuat serta prinsip-prinsip sistem ekonomi islam yang kokoh

26

belum cukup karena kedua hal tersebut menuntut adanya manusia yang menerapkan
nilai-nilai yang terkandung dalam teori dan sistem tersebut. Sistem ekonomi islam
memastikan bahwa tidak ada transaksi ekonomi yang bertentangan dengan syariah.
Perekonomian baru dapat maju bila pola pikir dan perilaku pelaku perekonomian
sudah baik dan sesuai syariat Islam.
Konsep pengelolaan keuangan negara berdasarkan syariat Islam yang mulai
diperkenalkan di abad ke tujuh menerapkan kebijakan-kebijakan yang tujuan akhirnya
adalah kemaslahatan ummat. Prinsip utama adalah bagaimana menerapkan balanced
budget. Oleh sebab itu, utang tidak dianjurkan dalam Islam walaupun diperbolehkan.
Semua hasil pengumpulan negara harus dikumpulkan terlebih dahulu untuk kemudian
dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan negara. Hasil pengumpulan itu adalah milik
negara, bukan milik individu, dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. Maka
perlu dilakukan pengawasan dan pengaturan terhadap harta tersebut.
Abu Ubaid (Ugi Suharto, 2004 : 85) memandang kekayaan publik/negara
merupakan suatu kekayaan khusus, dimana pemerintah berhak mengatur dan
mengelolanya,

bahkan

mendistribusikannya

kepada

masyarakat.

Kebijakan

pengelolaan keuangan publik juga dikenal dengan kebijakan fiskal, yaitu suatu
kebijakan yang berkenaan dengan pemeliharaan, pembayaran dari sumber-sumber
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan publik dan pemerintahan. Kebijakan
fiskal meliputi kebijakan-kebijakan pemerintah dalam penerimaan, pengeluaran dan
utang.
Tujuan kebijakan fiskal dalam ekonomi Islam, seperti pada ekonomi
konvensional, adalah memaksimumkan kesejahteraan hidup manusia, dan kebijakan
publik adalah suatu alat untuk mencapai tujuan tersebut. Namun dalam Islam, konsep

27

kesejahteraan sangat luas, meliputi kehidupan di dunia dan di akhirat serta


peningkatan spiritual lebih ditekankan daripada pemilikan material.
D. Kesejahteraan Masyarakat
Untuk mengukur keberhasilan pembangunan tidak cukup hanya menggunakan
tolok ukur ekonomi saja melainkan juga harus didukung oleh indikator-indikator
sosial (nonekonomi). Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses
multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial,
sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping mengejar
akselarasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta
pengentasan kemiskinan.
Menurut Human Development Report (2000) menyatakan:
Development should begin with the fulfillment of the basic material needs of
an individual including food, clothing, and shelter, and gradually reach the highest
level of self-fulfillment. The most critical form of self-fulfillment include leading a
long and healthy life, being educated, and enjoying a decent standard of living.
Human development is a multidimensional concept comparising four demension,
economic, social-psyhological, political and spiritual.
Sen (2002: 8) mengatakan bahwa welfare economics merupakan suatu proses
rasional ke arah melepaskan masyarakat dari hambatan untuk memperoleh kemajuan.
Kesejahteraan sosial dapat diukur dari ukuran-ukuran seperti tingkat kehidupan
(levels of living), pemenuhan kebutuhan pokok (basic needs fulfillment), kualitas
hidup (quality of life), dan pembangunan manusia (human development).
Etzioni, A. (1999: 15), mengatakan bahwa privacy is a societal licence, yang
artinya privacy orang-perorangan adalah suatu mandated privacy dari masyarakat,

28

dalam arti privacy terikat oleh kaidah sosial. Dengan demikian kedudukan individu
adalah sebagai makhluk sosial yang harus ditonjolkan dalam ilmu ekonomi utamanya
dalam pembangunan ekonomi yang bertujuan menuju kesejahteraan masyarakat.
Di dalam perspektif Islam, kesejahteraan masyarakat sering disebut dengan
kafa falah. Secara etimologi, falah berarti kemenangan (Munawwir, 2007). Munjib
dictionary mengartikan falah sebagai kemakmuran dan sukses. Falah lebih sering
digunakan daripada kesejahteraan karena definisinya melingkupi kehidupan di dunia
maupun akhirat.
Islam mengajarkan untuk menyebarkan falah kepada semua manusia di dunia.
Pentingnya falah dalam Islam dapat dilihat dari penyebutan kata ini lebih dari 40 kali
di dalam Alquran. Kata falah juga selalu dikumandangkan oleh para muadzin lima
kali setiap harinya untuk menyerukan panggilan sholat. Hayya alal falah, marilah
menuju kemenangan.

E. Teori hubungan SBSN dengan Pembangunan Ekonomi


Menurut teori transmisi makro ekonomi, penerbitan Sukuk sebagai instrumen
investasi

bisa

dimanfaatkan

oleh

pemerintah

untuk

mengurangi

masalah

makroekonomi, yaitu inflasi dan pengangguran. Sukuk juga berkontribusi dalam


meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Rini dan Beik (2012) membuktikan bahwa
penerbitan Sukuk memberikan dampak terhadap indikator makroekonomi Indonesia,
terutama pada pertumbuhan ekonomi dan pengangguran terbuka dikarenakan Sukuk

29

merupakan instrumen investasi yang diperuntukkan bagi pembangunan di sektor riil.


Dari hasil analisis ditemukan ketika penerbitan Sukuk mengalami guncangan yaitu
pada saat pemerintah dan korporasi tidak lagi menerbitkan Sukuk maka pengaruh
yang relatif berfluktuatif dirasakan seluruh variabel makroekonomi yang diamati.
Semua indikator makroekonomi tersebut membutuhkan waktu yang agak lama untuk
kembali stabil. Berbanding terbalik dengan hal tersebut, ketika terjadi guncangan pada
kondisi makroekonomi di Indonesia, penerbitan Sukuk relatif lebih cepat stabil dan
tahan terhadap goncangan.
Berdasarkan teori transmisi moneter, penerbitan Sukuk dapat pula digunakan
dalam pengendalian jumlah uang beredar melalui kebijakan kontraktif. Indikator
kebijakan moneter ada 2 (dua), yaitu tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar.
Indikator yang dapat dipengaruhi oleh penerbitan Sukuk adalah jumlah uang beredar.
Pilihan uang beredar sebagai indikator akan memberikan dampak positif yaitu tingkat
harga stabil karena apabila jumlah uang beredar bergejolak, bank sentral akan
melakukan tindakan kontraksi atau ekspansi moneter sehingga jumlah uang beredar
akan relatif konstan pada suatu jumlah yang ditetapkan. Bank sentral melakukan
intervensi untuk mengontrol indikator (suku bunga dan jumlah uang beredar) dengan
menggunakan instrumen-instrumen yang dimiliki, baik instrumen langsung maupun
instrumen tidak langsung. Sukuk termasuk instrumen langsung. Disebut instrumen
langsung karena otoritas moneter dapat secara langsung menggunakan instrumen
tersebut ketika dibutuhkan. Dalam hal ini, Bank sentral dapat menetapkan kuota untuk
penjualan kembali surat berharga yang belum jatuh tempo. Biasanya dengan tingkat
bunga di bawah tingkat bunga pasar uang antarbank. Dari penjelasan kedua teori,
yaitu teori transmisi makro ekonomi dan teori kebijakan moneter dapat disimpulkan

30

bahwa terdapat hubungan antara penerbitan SBSN dan pembangunan ekonomi,


terutama di lingkup keuangan negara yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
pembangunan ekonomi, khususnya di lingkup keuangan negara dan kesejahteraan
masyarakat.
F. Penelitian Sebelumnya
Sebagai bahan referensi dalam rangka analisis perbedaan keuangan negara dan
kesejahteraan masyarakat di Indonesia sebelum dan sesudah penerbitan SBSN,
berikut uraian beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tema penelitian :
Musari (2013) melakukan penelitian mengenai perbedaan kondisi keuangan
dan kesejahteraan masyarakat sebelum dan sesudah penerbitan Sukuk Negara di
Bahrain, Malaysia, dan Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan yang sama di ketiga negara tersebut, yaitu pada indikator
Rasio utang terhadap PDB, Indeks Pembangunan Manusia dan ZIS per kapita.
Selanjutnya, Malikov (2014) menulis jurnal yang berjudul How does
Sovereign Sukuk Impact on The Economic Development of Developing Countries?
An Analysis of Infrastructure Sector dengan negara Malaysia dan Saudi Arabia
sebagai objek penelitian. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penerbitan Sukuk
Negara di sektor infrastruktur memiliki dampak positif terhadap pembangunan
ekonomi di Malaysia dan Saudi Arabia dikarenakan terdapat perbedaan signifikan
indikator-indikator pembangunan ekonomi, yaitu ekonomi, keuangan negara, dan
kesejahteraan masyarakat, sebelum dan sesudah penerbitan Sukuk Negara.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya dalam hal
variabel penelitian yang digunakan. Malikov (2014) hanya menggunakan lima
variabel, yaitu PDB per kapita, Utang per kapita, Rasio utang tehadap PDB,

31

Cadangan Devisa, dan Indeks Pembangunan Manusia. Penelitian ini menggunakan


dua belas variabel yang merujuk kepada penelitian Musari (2013) untuk mengetahui
perbedaan keuangan negara dan kesejahteraan masyarakat sebelum dan sesudah
penerbitan Sukuk Negara secara lebih valid dan detail.
Penelitian ini, tidak seperti penelitian sebelumnya, mengkhususkan pada
keuangan negara dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia untuk mendapatkan
hasil yang lebih mendalam mengenai dampak SBSN terhadap keuangan negara dan
kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Rentang waktu dalam penelitian ini juga
cukup luas, yaitu delapan tahun sebelum dan delapan tahun sesudah penerbitan
SBSN sehingga dapat memberikan informasi keuangan negara dan kesejahteraan
masyarakat di Indonesia dari tahun 2000 sampai dengan 2015.
G. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian dan hasil-hasil penelitian terdahulu, maka kerangka
pemikiran teoritis penelitian ini dapat digambarkan dalam Gambar II.2.
Gambar II.2 Kerangka Pemikiran
Sebelum penerbitan SBSN

Sesudah penerbitan SBSN

Keuangan Negara

Keuangan Negara

Rasio pendapatan dalam negeri


terhadap APBN;

Rasio pendapatan dalam negeri


terhadap APBN;

Rasio APBN terhadap PDB;

Rasio APBN terhadap PDB;

Rasio Pembayaran Utang;

Uji Beda

Rasio Pembayaran Utang;

Utang per kapita;

Utang per kapita;

Rasio NPI terhadap PDB;

Rasio NPI terhadap PDB;

Rasio defisit APBN terhadap


PDB;

Rasio defisit APBN terhadap


PDB;

PDB per kapita;

PDB per kapita;

Rasio utang terhadap PDB;

Rasio utang terhadap PDB;

32

Kesejahteraan Masyarakat
Indeks Pembangunan Manusia;

Uji Beda

Kesejahteraan Masyarakat
Indeks Pembangunan Manusia;

Indeks Persepsi Korupsi;

Indeks Persepsi Korupsi;

ZIS per kapita.

ZIS per kapita.

H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di
antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat
diuji. Hubungan tersebut diperkirakan berdasarkan jaringan asosiasi yang ditetapkan
dalam kerangka teoritis yang dirumuskan untuk studi penelitian (Sekaran, 2006).
Berdasarkan ruang lingkup penelitian, landasan teori, dan penelitian terdahulu
yang telah diuraikan di atas, maka Penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
H1

: Terdapat perbedaan signifikan Rasio pendapatan dalam negeri terhadap


APBN sebelum dan sesudah penerbitan SBSN

H2

: Terdapat perbedaan signifikan Rasio APBN terhadap PDB sebelum dan


sesudah penerbitan SBSN

33

Terdapat perbedaan signifikan Rasio Pembayaran Utang sebelum dan


H3

H4

H5

H6

H7

H8

H9

H10 :
H11

H12 :

sesudah penerbitan SBSN


Terdapat perbedaan signifikan Utang per kapita sebelum dan sesudah
penerbitan SBSN
Terdapat perbedaan signifikan Rasio NPI terhadap PDB sebelum dan
sesudah penerbitan SBSN
Terdapat perbedaan signifikan Rasio surplus/defisit APBN terhadap PDB
sebelum dan sesudah penerbitan SBSN
Terdapat perbedaan signifikan PDB per kapita sebelum dan sesudah
penerbitan SBSN
Terdapat perbedaan signifikan Rasio utang terhadap PDB sebelum dan
sesudah penerbitan SBSN
Terdapat perbedaan signifikan Cadangan Devisa sebelum dan sesudah
penerbitan SBSN
Terdapat perbedaan signifikan Indeks Pembangunan Manusia sebelum dan
sesudah penerbitan SBSN
Terdapat perbedaan signifikan Indeks Persepsi Korupsi sebelum dan sesudah
penerbitan SBSN
Terdapat perbedaan signifikan ZIS per kapita sebelum dan sesudah
penerbitan SBSN

I. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : SBSN, kinerja keuangan
negara, dan kesejahteraan masyarakat. Kinerja keuangan negara dan kesejahteraan
masyarakat digolongkan dalam variable dependen. Sedangkan SBSN merupakan
variable independen yang menjadi patokan penilaian kinerja keuangan negara dan
kesejahteraan masyarakat sebelum dan sesudah penerbitannya. Variabel-variabel
kinerja keuangan dan kesejahteraan masyarakat diuraikan pada Tabel II.2.

34

Tabel II.2 Variabel Penelitian


Nomor
1.

2.

Indikator Pembangunan
Ekonomi
Keuangan Negara

Kesejahteraan
Masyarakat

Variabel
1. Rasio pendapatan dalam negeri terhadap
APBN;
2. Rasio APBN terhadap PDB;
3. Rasio Pembayaran Utang;
4. Utang per kapita;
5. Rasio NPI terhadap PDB;
6. Rasio surplus/defisit APBN terhadap PDB;
7. PDB per kapita;
8. Rasio utang terhadap PDB;
9. Cadangan devisa.
10. Indeks Pembangunan Manusia;
11. Indeks Persepsi Korupsi;
12. ZIS per kapita.

Anda mungkin juga menyukai