Anda di halaman 1dari 11

Peran Kalsium dan Vitamin D dalam Proses

Pertumbuhan Tulang Paha yang Patah


Avena Athalia Alim
102011031
greenochaken@yahoo.com
Pendahuluan
Latar Belakang
Ketika tulang manusia patah atau retak, maka dengan berjalannya waktu,
perlahan tapi pasti tulang tersebut mulai menyatu kembali dan akhirnya kembali
seperti semula. Proses menyatunya tulang pada tiap orang berbeda. Ada yang
prosesnya cepat, ada juga yang prosesnya lama. Hal ini tergantung pada umur dan
metabolisme setiap orang.
Proses menyatunya tulang dikarenakan adanya pertumbuhan tulang
sehingga tulang yang patah dapat menyatu kembali. Dalam proses ini tentu tulang
membutuhkan beberapa nutrisi seperti vitamin D dan kalsium. Kalsium sendiri,
selain membantu proses penyatuan tulang, juga berperan dalam kontraksi otot.
Tujuan
Untuk mengetahui dan mengerti struktur tulang paha dan peran kalsium
serta vitamin D dalam proses pertumbuhan tulang yang patah.

Pembahasan
Pada kasus anak kecil yang mengalami patah tulang pada paha, terdapat
dua pokok bahasan yang mendasar. Yaitu struktur tulang dan mekanisme
pertumbuhan tulang panjang.
Mind Map
Makroskopik
tulang paha

Mikroskopis
tulang panjang

Struktur tulang

Seorang anak kecil


mengalami patah tulang pada
pahanya

Mekanisme pertumbuhan
tulang panjang

Metabolisme
tulang

Peranan kalsium dan


vitamin D

Tempat pusat
pertumbuhan tulang
panjang

Kalsium dan
kontraksi otot

Struktur Tulang
Rangka pada manusia dewasa tersusun dari sekitar 206 tulang. Rangka
digolongkan menjadi rangka aksial, rangka apendikular, dan persendiaan antara
tulang. Rangka aksial terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis panjang tubuh
dan melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan torso. Rangka apendikular
2

terdiri dari 126 tulang yang membentuk lengan, tungkai, dan tulang pektoral serta
tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya lengan dan tungkai pada rangka
aksial. Persendian adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.1
Komposisi jaringan tulang terdiri dari sel-sel osteosit, osteoblas, dan
osteoklas. Matriks tulang tersusun dari serat-serat kolagen organik yang tertanam
pada substansi dasar dan garam-garam anorganik tulang seperti fosfor dan
kalsium. Garam-garam tulang berada dalam bentuk kristal kalsium fosfat yang
disebut hidroksiapatit. Pada tulang juga terdapat dua jaringan tulang yaitu tulang
cancellus (berongga) dan tulang kompak. Tulang kompak tersusun rapat dan
terutama ditemukan sebagai lapisan di atas jaringan tulang cancellus. Sedangkan
tulang cancellus tersusun dari batang-batang tulang halus dan ireguler yang
bercabang dan saling bertumpang tindih untuk membentuk hjaringan-jaringan
spikula dengan rongga-rongga yang mengandung sumsum.1
Dalam tubuh manusia terdapat lima jenis utama tulang menurut
bentuknya. Tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, tulang tidak beraturan,
dan tulang sesamoid. Namun, sesuai kasus, hanya tulang panjang yang akan
dibahas.
Mikroskopis Tulang Panjang
Tulang panjang terdapat pada lengan dan kaki. Setiap tulang panjang
terdiri atas bagian batang dan dua bagian ujung. Tulang berelongasi dan berbentuk
silindris, serta terdiri dari diafisis dan epifisis. Pada tulang panjang di dalamnya
terisi sumsum tulang kuning yang mengandung banyak lemak. Fungsi tulang ini
adalah untuk menahan berat tubuh dan bersama otot berperan dalam pergerakan
karena memiliki tuas sebagai sistem pergerakannya. Antara tulang dan otot
mempunyai struktur yang saling berhubungan. Keduanya mempunyai serat
collagen yang merupakan serabut sangat kuat. Perbedaannya terletak pada sifat
jaringan yang berada di sekitar serat collagen itu. Tulang dibentuk jaringan utama
yang terdiri dari kalsium yang kaku, sedangkan pada otot diisi sel atau serabut
otot yang dapat berkontraksi.1-4

Yang termasuk tulang panjang adalah femur (tulang paha), humerus


(tulang lengan atas), ulna (tulang hasta), radius (tulang pengumpil), tibia (tulang
kering), dan fibula (tulang betis). Pada kali ini, hanya tulang femur yang akan
dibahas karena pada kasus, tulang femur yang patah.
Makroskopis Tulang Paha (Femur)
Tulang femur memiliki diafisis (batang) dan epifisis (ujung-ujung).
Diafisis tersusun dari tulang kompak silinder tebal yang membungkus medula
atau rongga sumsum sentral yang besar. Rongga sumsum berisi sumsum tulang
kuning (adiposa) atau sumsum merah. Rongga sumsum dilapisi oleh endosteum.
Jaringan ini terdiri dari jaringan ikat areolar vaskular.1
Diafisis dibungkus oleh periosteum. Periosteum adalah lembaran jaringan
ikat yang terdiri dari dua lapisan. Lapisan luar adalah jaringan ikat fibrosa rapat
sedangkan lapisan dalam bersifat osteogenik (pembentuk tulang) dan terdiri dari
satu lapisan tunggal osteoblas. Pada periosteum terdapat serat Sharpey (serat
jaringan ikat) yang mengikat periosteum ke tulang. Periosteum membungkus
semua tulang kecuali tulang sesamoid, pada permukaan artikular, sekitar insersi
tendon, dan ligamen. Fungsi periosteum selain sebagai pembungkus diafisis
adalah untuk pertumbuhan tulang dalam ukuran lebarnya, nutrisi tulang karena
periosteum sangat tervaskularisasi dan merupakan jalur masuk pembuluh darah
untuk menembus tulang, regenerasi tulang setelah terjadi fraktur, dan sarana
perlekatan untuk tendon dan ligamen.1
Epifisis adalah ujung-ujung tulang yang membesar sehingga ronggarongga sumsum dengan mudah bersambungan. Epifisis tersusun dari tulang
cancellus internal, yang diselubungi tulang kompak dan dibungkus kartilago
artikular (kartilago hialin). Kartilago artikular terletak pada ujung-ujung
permukaan tulang yang berartikulasi, dilumasi dengan cairan sinovial dari rongga
persendian. Kartilago ini memungkinkan terjadinya pergerakan sendi yang lancar.1
(Lihat gambar 1)

Gambar 1. Diafisis dan epifisis


Sumber : Internet, web Google Images dengan kata kunci epifisis dan diafisis

Mekanisme Pertumbuhan Tulang Panjang


Osteogenesis (pertumbuhan dan perkembangan tulang) ada dua jenis, yaitu
osifikasi

intramembranosa

dan

osifikasi

endokondral

(intrakartilago).

Osteogenesis tulang panjang adalah osifikasi endokondral. Osifikasi endokondral


terjadi melalui penggantian model kartilago. Berikut merupakan prosesnya. 1
(Lihat gambar 2)
1. Rangka embrionik terbentuk dari tulang-tulang kartilago hialin yang
terbungkus perikondrium.
2. Pusat osifikasi primer terbentuk pada pusat diafisis model kartilago tulang
panjang.
3. Sel-sel kartilago (kondrosit) pada area pusat osifikasi jumlahnya
meningkat (berproliferasi) dan ukurannya membesar (hipertrofi).
4. Matriks kartilago di sekitarnya berkalsifikasi melalui proses pengendapan
kalsium fosfat.
5. Perikondrium yang mengelilingi diafisis di pusat osifikasi berubah
menjadi periosteum. Lapisan osteogenik bagian dalam membentuk kolar
tulang (klavikula), dan kemudian mengelilingi kartilago terkalsifikasi.
5

6. Kondrosit akan berdegenerasi dan kehilangan kemampuannya untuk


mempertahankan matriks kartilago.
7. Kuncup periosteal mengandung pembuluh darah dan osteoblas yang
masuk ke dalam spikula kartilago terkalsifikasi melalui ruang yang
dibentuk osteoklas pada kolar tulang.
8. Jika kuncup mencapai puncak, osteoblas meletakkan zat-zat tulang pada
spikula kartilago terkalsifikasi, dan memakai spikula tersebut sebagai
suatu kerangka kerja. Paertumbuhan tulang menyebar ke dua arah menuju
epifisis.
9. Setelah lahir, pusat osifikasi sekunder tumbuh dalam kartilago epifisis
pada kedua ujung tulang panjang.
10. Ada dua area kartilago yang tidak diganti tulang keras,
10.1

Ujung tulang tetap kartilago artikular

10.2

Lempeng epifisis pada kartilago terletak antara epifisis dan diafisis.

Gambar 2. Proses osteogenesis endokondral


Sumber : Internet, web Google Images dengan kata kunci pertumbuhan tulang endokondral

Metabolisme Tulang
Tulang adalah jaringan hidup dengan matriks protein kolagen yang telah
diresapi oleh garam-garam mineral, khususnya fosfat dan kalsium. Selama hidup,
mineral dalam rangka secara aktif diadakan pertukaran, dan tulang secara konstan
diresorpsi dan dibentuk kembali. Turnover kalsium dalam tulang kecepatannya
100% per tahun pada bayi dan 18% per tahun pada orang dewasa.5
Ada tiga sel utama dalam tulang. Osteoblas adalah sel pembentuk tulang
yang mengsekresi kolagen, membentuk matriks sekitar mereka sendiri dan
kemudian mengalami kalsifikasi. Osteosit adalah sel-sel tulang yang dikelilingi
oleh matriks yang telah mengalami kalsifikasi. Osteosit mampu mengadakan
resorpsi tulang dalam jumlah banyak. Sedangkan osteoklas adalah sel
multinuklear yang mengerosi dan mengresorpsi tulang yang sebelumnya
terbentuk.5
Tempat Pusat Pertumbuhan Tulang Panjang
Pertumbuhan tulang atau elongasi tulang secara memanjang terjadi pada
epifisis dan pada lempeng epifisis. Pada epifisis, terjadi pembelahan kondrosit
gepeng pada zona proliferasi yang terletak di ujung-ujung epifisis. Sedangkan
elongasi yang terjadi pada lempeng epifisis terjadi melalui dua proses. Proses
pertama karena adanya pembelahan sel-sel kartilago (melalui pertumbuhan
interstitial) dalam lempeng epifisis kartilago. Kedua, terjadi kalsifikasi, lalu sel-sel
kartilago mati, kemudian terjadi penempatan sel-sel kartilago kembali oleh tulang
melalui proses osifikasi endokondral.1,6
Pertumbuhan tulang dalam hal ketebalan terjadi akibat pertumbuhan
aposisional dari periosteum, bersamaan dengan proses reorganisasi osteoklastik
dari dalam. Saat pertumbuhan penuh seseorang telah tercapai, seluruh kartilago
dalam lempeng epifisis diganti dengan tulang. Pertumbuhan tulang selanjutnya
tidak mungkin terjadi dan berhenti.1
Tulang dapat mengalami remodeling. Dalam hal ini, yang dimaksud
dengan remodeling tulang adalah proses ketika tulang bertumbuh dan mengubah
7

bentuknya melalui resorpsi dan pengubahan formasi yang berbeda dengan


sebelumnya. Bentuk eksternal tulang tetap sama meskipun mengalami
remodeling. Hal ini dapat terjadi akibat proses reorganisasi konstan, disertai
proses pengerasan tulang (oleh osteoblas) dan proses resorpsi (oleh osteoklas)
yang terjadi di dalam tulang.1,7
Peranan Vitamin D dan Kalsium
Tubuh manusia mengandung banyak kalsium. Sebagian besar kalsium
berada dalam tulang rangka. Kalsium sebagian terikat pada protein dan sebagian
dapat berdifusi. Matriks tulang tersusun dari sekitar 62% garam anorganik,
terutama kalsium fosfat dan kalsium karbonat. Rangka mengandung 99% kalsium
tubuh. Kalsium dan fosfat disimpan dalam tulang agar bisa ditarik kembali dan
dipakai untuk fungsi-fungsi tubuh. Zat tersebut kemudian diganti melalui nutrisi
yang diterima. Tulang juga manusia selalu mengalami regenerasi atau peremajaan.
Proses ini membantu mempertahankan kadar kalsium pada tulang. Karena pada
tulang yang mengalami regenerasi memiliki osteon-osteon baru dan kalsium
paling labil terdapat dalam osteon yang baru dibentuk.1,8
Vitamin D sangat penting bagi pemeliharaan kadar kalsium dan fosfor
yang normal. Vitamin D juga berperan dalam kalsifikasi (penulangan). Di
samping mempertahankan pembentukan tulang yang normal, pengaturan kadar
kalsium oleh vitamin D akan mencegah berbagai penyakit dan membantu proses
penyembuhan tulang yang patah. Vitamin D bersama hormon paratiroid
memobilisasi kalsium dari tulang.9
Kalsium dan Kontraksi Otot
Asetilkolin dikeluarkan dari ujung terminal neuron motorik mengawali
potensial aksi di sel otot yang merambat ke seluruh permukaan membran.
Aktivitas listrik di permukaan dibawa ke bagian tengah (sentral) serat otot oleh
tubulus T. Penyebaran potensial aksi ke tubulus T mencetuskan pelepasan
simpanan Ca++ dari kantung-kantung lateral retikulum sarkoplasma. Di dekat
tubulus. Ca++ yang dilepaskan berikatan dengan troponin dan mengubah
8

bentuknya, sehingga kompleks troponin-tropomiosin secara fisik tergeser ke


samping, membuka tempat pengikatan jembatan silang aktin. Bagian aktin yang
telah terpajan tersebut berikatan dengan jembatan silang miosin, yang sebelumnya
telah mendapat energi dari penguraian ATP menjadi ADP + Pi _ energi oleh
ATPase miosin di jembatan silang. Pengikatan miosin dan aktin di jembatan silang
menyababkan jembatan silang menekuk, menghasilkan suatu gerakan mengayun
kuat yang menarik filamen tipis ke arah dalam. Pergeseran ke arah dalam dari
semua filamen tipis yang mengelilingi filamen tebal memperpendek sarkomer.
Terkadilah kontraksi otot.10
Selama gerakan mengayun yang kuat tersebut, ADP dan Pi dibebaskan dari
jembatan silang. Perlekatan sebuah molekul ATP baru memungkinkan terlepasnya
jembatan silang, yang mengembalikan bentuknya ke konformasi semula.
Penguraian molekul ATP yang baru oleh ATPase miosin kembali memberikan
energi bagi jembatan silang. Apabila Ca++ masih ada sehingga kompleks troponintropomiosin tetap tergeser ke samping, jembatan silang kembali menjalani siklus
pengikatan dan penekukan, menarik filamen tipis selanjutnya. Apabila tidak lagi
terdapat potensial aksi lokal dan Ca++ secara aktif telah kembali ke tempat
penyimpanannya di kantung lateral retikulum sarkoplasma, kompleks troponintropomiosin bergeser kembali ke posisinya menutupi tempat pengikatan jembatan
silang aktin, sehingga aktin dan miosin tidak lagi berikatan di jembatan silang,
dan filamen tipis bergeser kembali ke posisi istirahat seiring dengan terjadinya
proses relaksasi.10

Penutup
Kesimpulan
Ketika tulang paha mengalami patah tulang, sebenarnya secara alami
terjadi proses penyatuan kembali secara perlahan. Untuk mempercepat proses
penyatuan, maka diberikanlah suplemen kalsium dan vitamin D. Hampir 99%
tulang tersusun dari kalsium. Kalsium yang tersimpan di tulang ini akan
dikeluarkan ketika terjadi patah tulang. Sehingga kalsium yang dikeluarkan oleh
tulang dapat digantikan dengan suplemen kalsium yang diberikan. Sedangkan
vitamin D penting dalam pemeliharaan kadar kalsium dan membantu
mempertahankan pembentukan tulang yang normal. Vitamin D juga membantu
proses kalsifikasi agar tulang dapat menjadi keras seperti keadaan awalnya. Dapat
dikatakan vitamin D dan kalsium saling berkaitan dalam pemulihan tulang yang
patah.
Selain karena adanya kalsium dan vitamin D, pada anak kecil, pemulihan
patah tulang dapat terjadi secara cepat karena pertukaran mineral dalam rangka,
resorpsi dan pembentukan kembali tulang kecepatannya hampir 100% per tahun.
Jadi, kalsium dan vitamin D berperan dalam pertumbuhan dan penyatuan tulang
yang patah.

10

Daftar Pustaka
1.

Sloane E. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;


2001.h.92-7.

2.

Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo; 2008.h.31-2.

3.

Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama; 2006.p.43.

4.

Davies K. Buku pintar nyeri tulang dan otot . Jakarta: Erlangga; 2007.h.9.

5.

Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 22. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2005.h.364-6.

6.

Salter RB. Textbook of disorders and injuries of the muculoskeletal


system. 3rd ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins; 2002.p.9-10.

7.

Bilerikian JP, Bremner WJ, Hung W, Kahn CR, Loriaux DL, Nylen ES, et
al. Principles and practice of endocrinology and metabolism. 3rd ed. USA:
Lippincott Williams & Wilkins; 2002.h.489.

8.

Rosenthal MS. Revolusi terapi hormon: pendekatan alami. Yogyakarta:


Penerbit B-first; 2009.h.187.

9.

Mitchell RN, et al. Buku saku dasar patologis penyakit Robbins & Cotran.
Edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.h.269.

10.

Sherwood L. Fisiologi manusia; dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.h.221.

11

Anda mungkin juga menyukai