Perintah ke computer diberikan dengan mengetikkan pada text bar setelah [>. Perintah
ini dicetak dalam warnah merah atau hitam, sedangkan jawaban atau respon akan
dicetak dalam warna biru. Dalam maple setiap perintah harus diakhiri dengan dengan
symbol atau anda titik koma ( ; ) jika hasil atau respon ingin ditampilkan dan symbol
titik dua ( : ) jika ingin respon atau hasil tidak ingin ditampilkan.
B.OPERASI ARITMATIKA
+ dan * dan /
^
Sqrt
Evalf
C.KONSTANTA
Konstanta yang sering digunakan oleh maple adalah Pi, E, dan I.
D.FUNGSI
Dalam maple juga fungsi-fungsi diantaranya adalah
E^x
Ln(x)
Sin(x), cos(x), tan(x),csc(x), sec(x),cot(x)
arcsin(x), arccos(x) dll
sinh(x),cosh(x), dll
arcsinh(x), arccosh(x), dll
: Fungsi Eksponensial
: Logaritma Natural
: Trigonometri
: Invers Trigonometri
: Hiperbolik
: Invers Hiperbolik
Contoh
Didefinisikan bahwa A=5 dan B=2 tentukan hasil dari 4*A/B danA^2+B^3
Fungsi juga memerlukan suatu pendefinisian misalnya:
2. factor
: Memfaktorkan suatu ekspresi
Sedangkan untuk memfaktorkan polynomial kita dapat menggunakan perintah
factor
contoh:
q:=y^69-1
3. solve
: Menyelesaikan system pertidaksamaan untuk sekumpulan variable
Contoh 1
Untuk mencari nilai x dari x 3 3 x 2 + x 3 adalah dengan menggunakan perintah
solve.
solve(x^3-3x^2+x-3);
Contoh 2
Untuk menyelesaikan system pertidaksamaan 2x+3y=10, 5x-y=3 untuk x dan y,maka:
Solve({2*x+3*y=10,5*x-y=3},{x,y});
4. fsolve
: Memberikan solusi numeric
Contoh 1
Fsolve(h(x));
Contoh 2
fsolve(sistem,{x,y});
5. evalf
: Merupakan suatu perintah yang untuk mencari hasil akhir yang lebih
spesifik dan dalam bentuk desimal.
Contoh
25/27+3/51;
evalf(25/27+3/51,3) ;
6. expand
CONTOH LAIN
sistem:={ 2*x+3*y=10,x^2-y=7};
solve(sistem,{x,y});
fsolve(sistem,{x,y});
Untuk hasil kita bisa memberikan keterangan hasil atau jawaban pada
penyelesaiannya misalnya
Hasil:=fsolve(sistem,{x,y});
Bila ingin memenggil masing-masing hasil yaitu hasil pertama dan kedua bisa kita
ketikkan perintah hasil[1] dan hasil[2].
Hasil[1];
Hasil[2];
G. SUBSTITUSI
Untuk dapat melakukan operasi substitusi terlebih dahulu kita mendefinisikan
suatu ekspresi. Setelah tu kita baru mensubtitusikan variable dengan nilai tertentu
yang kita inginkan.
Contoh
ekspresi:=sin(x)^2+sin(x);
subs(x=eta,ekspresi);
hasil:=evalf(subs(x=Pi/3,ekspresi));
Contoh 2
h:=x->(1-x)/(x-3)^2
Limit(h(x),x=0)=limit(h(x),x=0);Limit(h(x),x=infinity)=limit(h(x),x=infinity);
Limit(h(x),x=3)=limit(h(x),x=3);
Limit(h(x),x=1)=limit(h(x),x=1);
Perhatikan peranan huruf besar L dan huruf keci l pada perintah limit. Sebutkan?
I. MENYELESAIKAN DIFERENSIASI
Maple menggunakan perintah diff untuk mendeferensialkan suatu fungsi
Contoh 1
Diff(h(x),x)=diff(h(x),x);
B:=Diff(h(x),x)=simplify(diff(h(x),x));
subs(x=10,rhs(B))
Sebutkan peranan huruf besar D dan huruf kecil d pada perintah diff?
Perintah Diff(h(x),x$n); merupakan perintah turunan ke-n dari h(x) terhadap x.
J. MENYELESAIKAN PERSOALAN INTEGRASI
Dalam maple untuk menyelesaikan persoalan integrasi menggunakan perintah
Int(fungsi integrand, variable);
Contoh1
Int(h(x),x)=int(h(x),x);
Perhatikan peranan huruf I dan i pada Int dan int. sebutkan perbedaan fungsi dan
peranannya. Juga perhatikan perintah evalf.
K. PLOT GAMBAR
Maple mempu menggambar suatu fungsi satu dimensi, dua dimensi atau tiga
dimensi dengan beberapa fasilitas operasi yang lain. Untuk dapat menggunakan
perintah-perintah pengeplotan ini, terlebih dahulu harus memanggil perintah
with(plot);
Plot ada banyak macamnya diantaranya yang sering dipakai adalah plot 1 dimensi,
3 dimensi atau yang diasanya disingkat dengan3D.
Contoh
PLOT OPTION
Dalam plot juga ada beberapa pilihan atau option yang harus diperhatikan yaitu
diantaranya adalah
Color
Style
Linestyle
Labels
Ciri khas dari persamaan ini yaitu linear dalam y dan dy/dx, dengan p dan r
merupakan fungsi dari setiap x yang diberikan. Jika ruas sebelah kanan r(x) bernilai
nol maka untuk semua nilai x dalam interval yang ditinjau, maka persamaan ini
dikatakan homogen, sebaliknya dikatakan tak homogen.
Turunan-turunan y dinotasikan oleh diff(y(x),x)atau D(y)(x). turunan parsial
diperoleh dengan cara yang sama. Solusi persamaan diferensial dapat diperoleh
dengan perintah dsolve(selesaian persamaan diferensial). Pengeplotan grafik solusi
dapat dilakukan dengan perintah plot(f,h,v,), dimana f adalah fungsi-fungsi yang
akan diplot, h adalah range horizontal dan v adalah range vertical dan kolom
berikutnya bisa diisi dengan beberapa pilihan tampilan.
Contoh1
dy / dx + y cos( x ) = 1 / 2 * sin( 2 x ), y (0) = 1 .
Restart;
p:=cos(x);
r:=1/2*sin(2*x);
h:=int(p,x)
10
Solusi umum yang dilambangkan dengan (sol) didapat dengan melalui perintah dsilve
sol:=dsolve(pers,y(t));
Notasi _Cl untuk menyatakan suatu konstanta sembarang. Dari sol didapat solusi
khusus dengan mensubstitusikan kondisi awal y(0)=3 (yang menunjukkan keadaan
dari system fisis itu).
eval(subs(t=0,y(0)=3,sol));
11
Keterangan : tanda kurung kurawal {..} untuk himpunan dua item (persamaan dan
kondidi awal). Untuk menggambarkan grafik solusi itu, maka bisa mengeplot yp
dengan menentukan suatu niali konstanta k, misalnya k = -0,5 (karena peluruhan).
Sehingga
yp1:=subs(k=-0,5,yp);
12
13
14
sebenarnya jika tidak tertarik pada solusi umum, solusi khusus Np juga bisa diperoleh
secara langsung yaitu,
Np:=dsolve({pers,N(0) = 10},N(t));
Perilaku pertumbuhan populasi ini dapat diamati pada grafik solusi dengan
memberikan nilai k dan m.
Bila k>m maka populasi bertumbuh secara eksponensial. Misalkan k = 5 dan m = 2.
Np1:=subs(k=5,m=2,Np);
15
dL/dt = k(Lm L)
Di mana L adalah panjang ikan, Lm adalah panjang maksimum secara teoritis
dan k adalah konstanta laju pertumbuhan. Sebagai contoh, DeMarias mempelajari
pertumbuhan ikan air tawar kecil, Buglossidium luteum dalam teluk dari lau
Mediteranea. Sepanjang tahun pertama dari kehidupannya, ikan ini mengikuti model
pertumbuhan Von Bertalanffy, dan mendapatkan penjang 51,6 mm. Dengan
mengasumsikan panjang awal 8,2 mm dan konstanta laju pertumbuhan 0,23 per bulan,
kita akan menyelesaikan parsamaan ini selama satu periode 12 bulan.
restart;
pers:=diff(L(t),t)=0.23*(51.6-L(t);
Lp:=dsolve({pers,L(0)=8.2),L(t});
evalf(limit(Lp,t=infinity));
Dengan memberikan berbagai nilai _Cl pada solusi umum sol, kita mendapatkan
berbagai solusi khusus. Kita akan membuat grafik dengan memberikan empat buah
nilai _Cl yang berbeda dan mengeplot ketiga solusi khusus itu pada sumbu yang sama
dengan perintah
yp0:=subs(_Cl=0.2,sol);
yp1:=subs(_Cl=0.5,sol);
yp2:=subs(_Cl=2,sol);
yp3:=subs(_Cl=3,sol);
16
17
Seperti yang tampak pada gambar, semua solusi mempunyai limit 1 tanpa
memperhatikan ukuran awal polulasi.
Contoh 8. persamaan diferensial Eksak.
Suatu persamaan diferensial orde pertama : M(x,y)dx + N(x,y) dy= 0
Dikatakan eksak jika ruas kiri persamaan ini merupakan diferensial total dari suatu
fungsi
U(x,y). Maka persamaan diferensial itu dapat dituliskan dengan du= 0.
Dengan pengintegralan, langsung kita peroleh solusi umum yang berbentuk
U(x,y)= c
Syarat perlu dan cukup agar persamaan diferensial
M(x,y)dx+N(x,y)=0
Merupakan persamaan difernsial eksak adalah
diff (M(x,y),y)=diff(N(x,y),x);
Fungsi u(x,y) dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut;
Dari
diff(u(x,y),x)=M(x,y);diff(u(x,y),y)=N(x,y);
dengan mengintergralkan M(x,y) terhadap x dan y diperlukan sebagai konstan
diperoleh
u:=Int(M(x,y),x)+K(y);
dimana K(y) merupakan fungsi dari y saja dan berperanan sebagai suatu konstanta
integrasi.
Untuk menentukan K(y), kita menggunakan hubungan diff(u,y)=N(x,y);
Dengan mengintergralkan hasil ini terhadap y akan diperoleh K(y).
Pada contoh ini, kita akan menguji keeksakan sebuah persamaan difernsial dan
kemudian menyeleseikannya dam menggambar kurva solusinya. Pandang persamaan
diferansial
restart;
M :=y^2;
N : = 2*x*y;
M(y):=diff(M,y); N(x) := diff(N,x);
M(y) N(x);
Dari persamaan difernsial itu adalah eksak Sekarang kita mendapatkan dua ekspresi
u1 dan u2 untuk u(x,y), yang satu melalui pengitegrasian M terhadap x, dan yang
lainnya melalui pengitergrasian N terhadap y.
u1 :int(y^2,x);
u2 =:int(2*x*y*,y);
Jadi solusi umum persamaan ini adalah
u(x,y) ;= x*y^2 =c;
up :=subs (c=2, u(x,y));
upl :=x*y^2-2;
18
Apabila kita menjumpai persamaan difernsial tidak eksak, kita dimungkinkan untuk
mereduksi persamaan diferensial tidak eksak menjadi persamaan diferensial eksak
dengan mengalikan persamaan itu dengan sebuah fungsi F(x,y) yang kemudian
dinamakan sebuah faktor integrasi. Jika sebuah persamaan mempunyai sebuah faktor
integrasi yang hanya bergantung pada salah satu dari dua variable (suatu sifat yang
harus didapaykan melalui percobaan), faktor ini dan solusi dari persamaan diferensial
eksek yang dihasilkan dapat diperoleh secara sistematrik Sebagai ilistrasi, perhatikan
contoh berikut:
Contoh 9. Solusi persamaan diferensial dengan faktor integrasi.
Pandang persamaan diferenial,
(2y-x^3)dx+x dy=0
Langkah pertama akan diuji keeksakannya.
restart;
M :=2*y-x^3;
N :=x;
diff(M,y)-diff(N,x);
Jadi persamaan ini tidak eksak. Kiti mencoba untuk faktor intergrasi yang hanya
bergantung pada x.
pers1:=diff(F(x)*M,y)-diff(Fx)*N,x)=0
do1 := dsolve(pers1, F(x);
u1 := int(rhs(so1)*M,x);
u2 := int(rhs(so1)*N,y);
Jadi solusi umum persamaan ini adalah
solum := x^2*y-1/58x^5=c;
Contoh 10. Pandang persamaan Diferensial
restart;
M := y-5*exp(-x)*cos(5*x);
N:=1;
diff(M,y)- diff(N,x);
Jadi persamaan ini tidak eksak. Kita mencoba mencari faktor intergrasi yang hanya
bergantung pada x.
persamaan:=diff(F(x)*M,y)-diff(F(x)*N,x)=0;
so1 := dsonlve(persam,F(x));
u1 :=(rhs(so1*M, x);
u2 :=int(rhs(so1)*N,y);
Jadi solusi umum bisa ditulis sebagai
solum :=y(x)=c*exp(x)*sin(5*x);
19
eval(subs(x=pi/10,y(pi/10)=exp(-pi/10),solum));
Jadi C=1.
1 :=subs(c=1,solum);
plot(rhs(p1),x=0..2*pi,title=Gambar 1.8: grafik solusi y=exp(-x)sin5x);
Contoh 11. masalah nilai awal.
restart
N := csc(x);
M :=-(y*cot(x)*csc(x) + 20*cos(20*x));
diff (M,y)-diff(N,x);
Jadi persamaan ini merupakan persamaan diferensial eksak.
u1 :=int(M,x);
u2 :=int(N,y);
Jadi solusi umum persamaan ini adalah
solum :=y(x)=C*sin(x)+sin(x)*sin(20*x);
eval(subs(x+pi/2,y(pi/2)=0,solum));
Jadi solusi khusus masalah nilai awal ini adalah
yp :=subs(c=0, solum);
plot(rhs(yp),x=0...2*pi,title=Gambar 1.9:Grafik solusi y=sin x sin 20x);
Contoh 12. Rangkaian RL.
Menurut hokum tegangan Kirchhoff, model rangkian RL(rangkaian yang hanya
mengandung resistor dan kondukor) diberikan oleh persamaan diferensial diman
konstanta L dimankan indukstansi dari inductor yang diukur dalam henry, arus I
diukur dalam satuan ampere dan konstanta R dinamakan resistensi dari resistor yang
diukur dalam ohm,E(t) adalah beda tegangan pada waktu t yang diukur dlam atuan
volt.
Kasus a.Gaya elktromotif konstan yaitu bila E(t) + Eo+ konstanta. Persamaan itu
disajikan dalam bentuk persaman diferensial linier,
restart ;
p := R/L
r : = Eo/L;
h : = int(p,t);
Solusi umum persamaan ini adalah
solum := i(t0 = exp(=h)*(int(exp(h)*r,t) + c);
simplify(solum);
Jadi solusi umumnya berbentuk
i(t)= Eo/R + c*exp(-R/L*t);
Kita menuliskan I(t) dengan i(t) karena maple menyimpan I untuk akar dari I.
20
Bila R =100 ohm,L=2,5 henry,Eo=100 volt dan I(O) =0 maka solusi khusus
persamaan ini adalah
eval9subs(t=0,i(0)=0,R=100,L=2,5,Eo=110, solum));
ip :=subs(R=100,L=2,5,Eo=110,c=-11/10,solum);
plot9rhs(ip),rhs(er)),t=0..0.2,title=Gambar 1.10:Grafik solusi,kasus gaya elektromotif
konstan);
Gambar 1.10 Grafik Solusi Kasus Gaya Elektromotif Konstan
limit(ip,t=infinity_;
Lim i(t)=100000000
Jadi fungsi Eo/R=11/10 merupakan fungsi keadan tetap atau penyelesaian keadaan
tetap.
Kasus b.Gaya elektromotif berkala.
E(t):=Eo*sin(omega*t);
p := R/L;
r := E(t)/L;
H :=int(p,t);
Solusi umum persamaan ini adalah
solum:= i(t) =exp(-H)*(int(exo(H)*r,t)+c);
solum:=i(t)=e
solum
:=i(t)=exp(-R*t/L)*(Eo*(omega*exp(R*t/L)*cos(omega*t)/(R^2)=omega^2)+R*t/L)*sin(omega*t)/(L*(R^2/(L
^2)+(L^2)+omega^2)))/L=c);
Solum :=i(t0=e
simplify(solum);
evalf(subs(t=0,i(0)=0,R=100,L=2,5,Eo=110,solum));
ip1 :=evalf(subs(c=44*(omega/1600+omega^2)),,R=100,L=2,5,Eo=110,solum));
plot3d(rhs(ip1),omega=0..1,
t=0..18,style=hidden,oriention=[-40,45],title=Grafik
Solusi,kasus Gaya elektromotif berkala,axes=BOXED);
RUMPUN KURVA. TRAYYEKTORI ORTHOGONAL
Pada bagian ini akan membuat Gambar rumpun kurva atau menggunakan persamaan
difernsial untuk menentukan kurva yang memotong kurva lain secara tegak lurus. Jika
untuk setiap nilai riil tertentu c berlaku persamaan
F(x,y,c)=0
Menggambarkan suatu kurva dalam bidang xy dan jika untuk variable c hal ini
menggambarkan tak hingga banyaknya kurva, maka semua kurva ini dinamakan suatu
rumpun kurva satu parameter, dan c dinamakan parameter dari rumpun itu. Sebagai
contoh,persamaan:
F(x,y,c)=x^2+y^2-c^2=0
Menggambarkan suatu rumpun lingkaran sepusat dengan jari-jari c dan pusatnya di
titik asal (0,0).
Persamaan: 4y-x+c=0
21
22
C2 := 1/x:
C3 :=4/x:
C4 :=1/(2*x):
C4 := 9/x:
Sekarang kita mempersiapkan untuk mengeplot trayektori-trayektori tra[1]
K1 := subs(_C1 =0, tra[1];
K2 := subs(_C1 = 4, tra[1];
K3 := subs(_C1 = -4, tra[1];
K4:= subs(_ C1 = 8, tra[1];
K5 := subs(_C1 =-8, tra[1];
K5 := subs(_ C1 = 10, tra[1];
plot({c1,c2,c3,c4,c5,rhs(K1),rhs(K2),,rhs(K3),rhs(K4),rhs(K5),rhs(K6)},x=0..5,
y=0..5,title=Gambar 1.14: Grafik Hiperbola xy=c dan Trayektori Ortogonalnya);
2.1 Suatu persamaan difernsial orde kedua dikatakan linier jika persamaan itu dapat
dituliskan dalam bentuk
y+p(x)y+q(x)=r(x).
Ciri khas persamaan ini adalah linier dalam fungsi y yang tidak diketahui dan turunanturunannya,sedangkan p,q dan r dapat merupakan sembarangan fungsi dari x yang
diberikan. Fungsi p dan q itu dinamakan koefisien persamaan itu dan bila p dan q
keduanya berupa konstanta maka persamaan itu dinamakan persamaan difernsial orde
kedua dengan koefisien konstan. Jika r(x) =0 maka persamaan itu dikatakan homogen
dn jika tidak maka persamaan itu dikatakan tak homogen.sebagai contoh,persamaan
(2-x^2)y-4x y-6=x cos x
Merupakan persamaan difernsial linier tak homogen.
Suatu persamaan diferensial orde kedua yang tidak dapat dituliskan dalam bentuk di
atas dikatakan tak linier.Sebagai contoh,persamaan
yy+xy+y=0
Merupakan persamaan difernsial tak linier.
Derivatif-deviratif y,y akan ditulis sebagai D(y)(x),(D@@2)(y)(x) atau
diff(y),x),diff(y(x),x,x). untuk mendapatkan nilai nol dari solusi denagn perintah solve
atau fsolve.Pengeplotan beberapa grafik solusi dengan perintah with(plots) diikuti
dengan perintah diplay.
2.2 contoh-contoh
Persamaan diferensial linier homogen koefisien konstan.
Contoh 1. Akar Ganda.
Kita akan menyeleseikan masalah nilai awal
y+32,225y=0,y(0)=1,y(0)=-2
Dan mengeplot kurva solusinya. Kemudian menghitung nilai maksimum atau
minimum dari solusi itu.
restart;
pers := (D@@2)(x) + 3*D(y)(x) =0;
yp := dsolve({pers,y(0) =1, D(y)(0) = -2}, y(x));
plot(rhs(yp), x=0.5..5, y= -0.1..1,title=Gambar 2.1: Grafik solusi, Kasus akar
Ganda);
23
Kasus
Akar
kompleks
(osilasi
Solusi osilasi ini merupakan bentuk khusus dari getaran teredam. Peredam mengambil
energi dari system,sehingga amplitude maksimum dariosi9lasi menurun menuju nol.
Selanjutnya akan dicari nilai maksimum dari solusinya.
Turn := diff(solp,x);
xm := solve(rhs(turn)=0,x);
xmax :=evalf(xmax);
ymax :=wvalf(subs(x = xmax, solp));
Contoh 4. berbagai konstanta peredam.
Untuk mengilustrasikan ketergantungan gerakan pada peredam,kita akan mencari dan
mengeplot lima solusi dari lima persamaan diferensial
Y +cy+900y = 0 dengan c =2 (oslasi besar),10,30,50,80.
Yang semuanya memnuhi y(0) = 1,y(0)=0.
Restart;
Pers1 := (D@@2)(y)(x) + 2*D(y)(x) + 900*y(x)=0;
Pers2 := (D@@2)(y)(x) + 10*D(y)(x) + 1900*y(x)=0;
Pers3 := (D@@2)(y)(x) + 30*D(y)(x) + 900*y(x)=0;
Pers4 := (D@@2)(y)(x) +50*D(y)(x) +900*y(x)=0;
Pers5 := (D@@2)(y)(x) + 80*D(y)(x) + 900*y(x)=0;
Yp1 := dsolve({pers1,y(0)=1, D(y)(0)=0},y(x));
24
Yp2 := dsolve({pers2,y(0)=1,D(y)(0)=0},y(x));
Yp3 := dsolve({pers3,y(0)=1,D(y)(0)=0},y(x));
Yp4 := dsolve({pers4,y(0)=1,D(y)(0)=0},y(x));
Yp5:= dsolve({pers5,y(0)=1,D(y)(0)=0},y(x));
Plot({rhs(yp1),rhs(yp2),rhs(yp3),rhs(yp4),rhs(yp5)},x=0..0.9,title
Teredam dengan berbagai konstanta peredam);
=grafik
Osilasi
Plot menyajikan getaran getaran bebas yang dimulai dari posisi awal sama dengan
kecepatan awal juga sama,untuk konstata-konstata peredam yang berbeda.sekarang
akan diselidiki perilku getaran bebas yang dimulai dari posisi awal yang sama dengan
kecepatan awal yang berbeda tetpi dengan konstanta peredam yang sama. Misalkan
persamaan getaran itu disajikan oleh:
4y(t) + 24y(t) + 36y(t)=0.
Dengan kondisi awal y(0)=1,y(0)=0,1,10,-1,-10.
Pr :=4*(D@@2)(y)(t) +24*D(y)(t)+36y(t)=0;
Sol1 :=dsolve({pr,y(0)=1,D(y)(0)=0},y(t));
Sol2 :=dsolve({pr,y(0)=1,D(y)(0)=1},Y(t));
Sol3 :=dsolve({pr,y(0)=1,D(y)(0)=10},y(t));
Sol4 :=dsolve({pr,y(0)=1,D(y)(0)= -1},y(t)):
Sol5 :=dsolve({pr,y(0)=1,D(y)(0)= -10},y(t));
Plot({rhs(so1),rhs(slo2),rhs(sol3),rhs(sol4),rhs9sol5)},t=0..4,title=Gerak
terdam kritis);
bebas
Selnjutnya akan diselidiki perilakunya bila kita memperkecil konstanta peredam yaitu
dari 24 ke 6(osilasi kurang peredam(,yaitu dengan persamaan.
Per :4*(D@@2)(y)(t) +6*D(y)(t) +36*y(t)=0;
Sp1 :=dsolve({per,y(0)=1,D(y)(0)},y(t));
Sp2 :=dsolve({per,y(0)=1,D(y)(0)=1},y(t));
Sp3 ;=dsolve({per,y(0)=1,D(y)(0)=10},y(t));
Sp4 ;=dsolve({per,y(0)=1,D(y)(0)= -1},y(t));
Sp5 :=dsolve({per,y(0)=1,D(y)(0)= -10},y(t));
Plot({rhs(sp1),rhs(sp2),rhs(sp3),rhs(sp4),rhs(sp5)},t=0..7,title=gerakOsilasiTeredam
);
25