Anda di halaman 1dari 17

MODERNITAS MAZHAB H}ANAFI< : BIOGRAFI DAN

PEMIKIRAN HUKUM IMA>M ABU>> H}ANI>FAH


A. PENDAHULUAN
Mazhab menurut bahasa Arab adalah isim makan (kata benda keterangan
tempat) dari akar kata dhahab (pergi)1 Jadi, mazhab itu secara bahasa artinya,
tempat pergi, yaitu jalan (al-T}ari>q)2
Sedangkan menurut istilah ushul fiqih, mazhab adalah kumpulan pendapat
mujtahid yang berupa hukum-hukum Islam, yang digali dari dalil-dalil syariat yang
rinci serta berbagai kaidah (qawa>id) dan landasan (us}u>l) yang mendasari
pendapat tersebut, yang saling terkait satu sama lain sehingga menjadi satu kesatuan
yang utuh.3 Menurut Muhammad Husain Abdullah. Istilah madzhab mencakup dua
hal: (1) sekumpulan hukum-hukum Islam yang digali seorang imam mujtahid; (2)
ushul fikih yang menjadi jalan (t}ari>q) yang ditempuh mujtahid itu untuk
menggali hukum-hukum Islam dari dalil-dalilnya yang rinci.4
Dengan demikian, kendatipun mazhab itu manifestasinya berupa hukumhukum syariat (fikih), harus dipahami bahwa mazhab itu sesungguhnya juga
mencakup ushul fikih yang menjadi metode penggalian (tharqah al-istinbth) untuk
melahirkan hukum-hukum tersebut. Artinya, jika kita mengatakan mazhab Hanafi,
itu artinya adalah, fikih dan ushul fikih menurut Imam Hanafi5
Berikut ini adalah makalah mengenai biografi dan pemikiran hukum dari
pendiri madzhab Hanafi, yaitu Abu> H}ani>fah. Dalam makalah sederhana ini
akan dibahas mengenai siapa Abu> H}ani>fah sebenarnya dan bagaimana
1 As-Sayyid Al-Bakri. Ia>nah at}-T}a>libi>n. Jld. I. (Semarang: Toha Putera, tt),
12.
2 Ahmad Nahrawi, Al-Ima>m asy-Sya>fii f Mazhabayhi al-Qadi>m wa alJadi>d. (Kairo: Da>rul Kutub, 1994), 208.
3 M. Husain Abdullah, Al-Wadhi>h fi> Us}u>l sl-Fiqh. (Beirut: Da>rul Bayariq,
1995), 197.
4 Ibid, 197

5
1

pemikiran beliau. Sehingga nanti kita dapat mengerti tentang biografi Abu>
H}ani>fah dan pemikiran Abu> H}ani>fah.
B. Biografi Imam Abu> H}ani>fah
1. Kelahiran dan Silsilah Abu> H}ani>fah
Abu> H}ani>fah dilahirkan pada tahun 80 Hijrah bertepatan tahun 699
Masehi di sebuah kota bernama Kufah. Nama yang sebenarnya ialah Numan
bin Tsabi>t bin Zautha bin Mah. Ayah Abu> H}ani>fah adalah keturunan dari
bangsa Persi (Kabul-Afganistan), yang pindah ke Kufah sebelum Abu>
H}ani>fah dilahirkan. Dengan demikian, jelaslah bahwa Abu> H}ani>fah
bukan keturunan dari bangsa arab asli, tetapi dari bangsa ajam (bangsa selain
bangsa arab).6
Abu> H}ani>fah dilahirkan pada masa pemerintahan Abdul Ma>lik
bin Marwa>n (Khalifah ke-5 dari Dinasti Ama>wiyyah).
Kemasyhuran nama Abu> H}ani>fah tersebut menurut para ahli
sejarah ada beberapa sebab:
a. Karena ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Ha>nifah,
maka ia diberi julukan dengan Abu> H}ani>fah.
b. Karena semenjak kecilnya sangat tekun belajar dan menghayati setiap hal
yang

dipelajarinya,

maka

ia

dianggap

seorang

yang

h}a>nif

(kecenderungan / condong) pada agama. Itulah sebabnya ia masyhur dengan


gelaran Abu> H}ani>fah.
c. Menurut bahasa Persia, H}ani>fah bererti tinta. Abu> H}ani>fah sangat
rajin menulis hadith-hadith, ke mana, ia pergi selalu membawa tinta. Karena
itu ia dinamakan Abu> Hani>fah.7

6 Muhammad Abu> Zuhrah, Abu> H}ani>fah, (Kairo: Da>r al-Fikr, 1997), 15.
7 Moenawar Cholil, Biografi Empat Serangkai Imam Madzhab, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1992), 19-20.

2. Kepribadian dan Keluhuran Budi Abu> H}ani>fah


Sebagian dilukiskan dalam sebuah hadith Rasulullah SAW bahwa bumi
ini diumpamakan sebuah bahtera yang didiami oleh dua kumpulan. Kumpulan
pertama adalah terdiri orang-orang yang baik sementara kumpulan kedua terdiri
dari yang jahat. Kalau kumpulan jahat ini mau merusak bahtera dan kumpulan
baik itu tidak mau mencegahnya, maka seluruh penghuni bahtera itu akan
binasa. Tetapi sebaliknya, jika kumpulan yang baik itu mau mencegah perbuatan
orang-orang yang mau membuat kerusakan di atas bahtera itu, maka semuanya
akan selamat8.
Abu> H}ani>fah dalam kesehariannya adalah sebagai saudagar
pakaian dan memiliki sebuah toko warisan dari orang tuanya yang juga
saudagar di kota Kufah. Abu> H}ani>fah menyukai bau-bauan yang harum,
pakaian yang baik serta bersih dan suka duduk ditempat duduk yang baik.
Beliau suka bergaul dengan saudara-saudara dan kawan-kawannya yang baik,
tetapi tidak menyukai bergumul dengan orang yang suka berbuat maksiat.
Berani menyatakan suatu hal yang terkandung di dalam hati sanubarinya, dan
berani pula menyatakan kebenaran kepada siapapun juga, tidak takut dicela atau
dibenci orang, tidak pula gentar menghadapi bahaya yang bagaimana pun
keadaannya, asalkan masih dalam koridor kebenaran yang diyakininya.9
3. Guru-Guru dan Murid Abu> H}ani>fah
a. Guru-Guru Abu> H}ani>fah
Abu> H}ani>fah semenjak belia menyukai ilmu pengetahuan,
terutama pegetahuan yang berhubungan dengan hukum-hukum ajaran Islam,
karena beliau anaknya saudagar yang cukup kaya, maka sudah barang tentu
Abu> H}ani>fah kecil selalu hidup dalam kelapangan dan jarang
8 Ibid, 20-21.
9 Ibid, 21.
3

menderita kekurangan. Hal tersebut dipergunakan dengan sebaik-baiknya


untuk mempelajari dan menuntut ilmu pengetahuan yang sedalam-dalamnya
sampai pada masa dewasanya.
Ada tujuh orang sahabat Nabi SAW. yang pernah ditemui oleh
Abu> H}ani>fah, yaitu ; Anas bin Ma>lik, Abdullah bin Harith, Abdullah
bin Abi> Aufa, Wathilah bin al-Asqa, Maqil bin Yasar, Abdullah bin Anis
dan Abu> Tufail (Amr bin Wathilah). Mayoritas guru-guru Abu>
H}ani>fah ialah para ulama tabiin (golongan orang yang hidup setelah
masa sahabat Nabi SAW.), diantaranya adalah Ima>m At}a bin Abi>
Rabiah (w. 114 H), Ima>m Nafi Maula Ibnu Umar (w. 117 H). Sedangkan
ahli fikih yang masyhur dan menjadi guru Abu> H}ani>fah adalah
Ima>m Ahmad bin Abu> Sulaima>n (w. 120 H), beliau berguru
kepadanya kurang lebih selama 18 tahun.10
Diantara orang yang pernag menjadi guru Abu> H}ani>fah ialah
Ima>m Muhammad al-Baqi>r, Ima>m Ady bin Thabit, Ima>m Abdul
Rahma>n bin Harmaz, Ima>m Amr bin Dina>r, Ima>m Mans}u>r bin
Mutami>r, Ima>m S}ubah bin H}ajjaj, Ima>m Athim bin Abin
Najwa>d, Ima>m Salamah bin Kuhail, Ima>m Qatadah, Ima>m Rabiah
bin Abi> Abdul Rahma>n, dan lain sebagainya.
b. Murid-Murid Abu> H}ani>fah
Murid-murid Abu> H}ani>fah yang kemudian menjadi ulama
terkenal sangat banyak, diantaranya ; Ima>m Abu> Yusu>f menjadi
seorang alim ahli hadis, Ima>m Muhammad bin H}asan menjadi seorang
alim ahli fikih dan furu, Ima>m Jafar bin Hudhail menjadi seorang alim
ahli qiyas dan rayi dan Ima>m H}asan bin Ziyad yang tidak terbilang
keahliannya.11
10 Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, tt), 95.
11 Ibid, 95.
4

4. Ulama di Kufah pada Zaman Abu> H}ani>fah


Menurut riwayat, pada zaman Ima>m Abu> H}ani>fah ada tiga orang
ulama yang terkemuka di kota Kufah, yakni ;
a. Ima>m S}ufya>n al-Thaury
Beliau terkenal dengan sebutan al-Thaury, golongan ulama ahli hadis dan
termasuk pula golongan ulama yang mujtahid mutlaq, serta mempunyai
murid yang banyak dan mempunyai pengaruh dikalangan ummat. Beliau
dilahirkan pada tahun 97 H dan wafat pada tahun 161 H.
b. Ima>m Sha>rik bin Abdullah al-Nakhai
Ima>m Sha>rik bin Abdullah al-NakhaI adalah seorang alim yang besar,
pandai, luas pengetahuan dan pandangannya. Beliau menjabat sebagai
Penghulu Kerajaan di Kufah pada masa pemerintahan al-Mahdy bin alMans}ur dari Bani Abbas. Beliau terkenal dengan dengan sifatnya yang adil
(lurus/jujur) hukumnya, baik dan benar keputusannya, serta sangat
menguasai ilmu-ilmu agama. Beliau dilahirkan di Bukhara pada tahun 95 H
dan wafat pada tahun 177 H.
c. Ima>m Muhammad bin Abdurrahma>n bin abi> laila>
Beliau terkenal dengan gelaran Ibnu Abi> Laila>, adalah seorang alim
besar di kota Kufah, yang terkenal dengan ahli rayi, ahli fakir, pernah
menjabat Qadi dan Mufty pemerintahan di Kufah selama 30 tahun, yakni
pada zaman pemerintahan Banu> Amawiyyah hingga Banu> Abbasiyyah.
5. Kitab-Kitab Karangan Abu> H}ani>fah
Abu> Hani>fah dilahirkan pada masa pemerintahan Islam berada di
tangan Abdul Ma>lik bin Marwa>n, dari keturunan Bani> Umaiyyah kelima.
Kepandaian Abu> Hani>fah tidak diragukan lagi, beliau mengerti betul
tentang ilmu fikih, ilmu tauhid, ilmu kalam, dan juga ilmu hadis. Di samping itu
beliau juga pandai dalam ilmu kesusasteraan dan hikmah.

Sepanjang riwayat hidupnya, beliau tidak dikenal dalam mengarang


kitab. Tetapi madzab beliau Ima>m Abu> H}ani>fah atau madzab Hanafi
disebar luaskan oleh murid-murid beliau. Demikian juga fatwa-fatwa beliau
dituliskan dalam kitab-kitab fikih oleh para murid dan pengikut beliau sehingga
madzab Hanafi menjadi terkenal dan sampai saat ini dikenal sebagai salah satu
madzab yang empat. Di antara murid beliau yang terkenal adalah Muhammad
bin Al-H}asan Al-Shaibani>, yang merupakan guru dari Ima>m al-Shafii.
Namun, banyak juga kitab-kitab yang ditulis oleh murid-murid Ima>m
Abu> H}ani>fah

yang merupakan nukilan atau yang dinisbahkan

(dihubungkan) dengan Abu> H}ani>fah , diantaranya adalah ;12


a. Al-Makha>rij (kitab dalam bidang Fikih)
b. Al-Musnad (kitab dalam bidang Hadis)
c. Al-Fiqh al-Akbar (kitab dalam bidang Aqidah)
d. Al-Fiqh al-Asqar (kitab dalam bidang Fikih)
e. Ikhtila>fu Abi> H}ani>fah wa Ibni> Abi> Laila>, karya Ima>m Abu>
Yu>suf, yang memuat sejumlah masalah fikih yang diperdebatkan antara
Abu> H}ani>fah dan Abi> Laila>
f. Us}u>l al-Sarakhsi (kitab tentang us}u>l fiqh) karya al-Sarakhsi
g. Kanz al-Wus}u>l ila> Ilm al-Us}u>l (kitab tentang us}u>l fiqh) karya
Ima>m al-Bazdawi
h. Kitab-kitab hasil koleksi Muhammad bin H}asan ash-Shaibani>, yakni;
1) Al-Ja>mi al-Kabi>r (himpunan besar)
2) Al-Ja>mi al-S}aghi>r (himpunan kecil)
3) Al-Siyar al-Kabi>r (sejarah hidup besar)
4) Al-Siyar al-S}aghi>r (sejarah hidup kecil)
5) Al-Mabs}u>t (terhampar)

12 Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Intermasa, 2003), 14.


6

6. Wafatnya Abu> H}ani>fah


Abu> Hani>fah meninggal dunia di Baghdad pada tahun 150 H atau
767 M, beliau meninggal dunia pada usia 70 tahun. Kmatian beliau disebabkan
setelah diberi minum dengan air yang beracun, karena menolak perintah dari
khalifah Abu> Jafar al-Mans}u>r.13
C. Modernitas Pemikiran Imam Abu> H}ani>fah
Abu> H}ani>fah hidup pada tahun 80-150 Hijriyah, pada masa dimana
banyak timbul golongan-golongan Islam, disaat Washil bin Atha memimpin
Mutazilah, ia meyakini bahwa Allah SWT. itu Esa dalam Dzat dan sifat-sifatNya. Sedangkan Abu> H}ani>fah berpendapat bahwa Allah SWT. itu Esa
bukan dalam artian angka, tapi dalam artian bahwa tiada sekutu bagi-Nya, ia
juga berpendapat bahwa Allah SWT. itu memiliki substansi. Yang
dimaksudkannya ialah bahwa Allah SWT. mengetahui diri-Nya secara
shahadah (penyaksian), bukan dengan dalil atau kabar, sedangkan kita
mengetahui-Nya melalui dalil dan kabar.
Pada Masa itu, faham tajsim dan tashbih (faham yang menyerupakan
Allah SWT. dengan manusia) mulai tersebar dikalangan umat Islam, maka
Abu> H}ani>fah mengatakan bahwa Allah SWT. tidak menyerupai apapun
dari ciptaan-Nya dan tidak ada suatu makhluk pun yang serupa dengan-Nya.
Abu> H}ani>fah adalah orang pertama yang menggunakan istilah bahwa
Allah SWT. tidak seperti apapun. Beliau juga berpendapat, jika seseorang
bersumpah demi al-Qura>n, maka dia telah bersumpah atas nama selain Allah
SWT., dan yang selain Allah SWT. adalah makhluk, maka berarti ia (Abu>
H}ani>fah) telah menjawab perdebatan mengenai masalah penciptaan alQura>n.14
13 Moenawar Cholil, Biografi Empat, 71.
14 `Abdul Mun`im al-Hafni, Maus}u`ah al-H}arakat wa Madhahib al-Isla>miyyah
fi al-`Alam, Terj. Muhtarom. (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2006), 461.

Diantara pendapat Abu> H}ani>fah adalah, alam ini tidak diciptakan


oleh Allah SWT. dari benda, karena bila demikian berarti benda itu telah
terlebih dahulu ada. Abu> H}ani>fah meyakini bahwa pengetahuan Allah
SWT. Tentang segala sesuatu bersifat azali (abadi), dan bahwa suatu perubahan
hanya terjadi pada sesuatu yang berubah itu, bukan pada pengetahuan Allah
SWT. Abu> H}ani>fah menyetujui tentang teori adh-dhar, yakni bahwa Allah
SWT. mengeluarkan anak cucu adam dari tulang rusuknya dalam bentuk atom,
kemudian Dia ambil janji mereka, lalu anak cucu adam itu pun mengakui
ketuhanan Allah SWT. tapi sesudah dilahirkan mereka lupa akan perjanjian
dengan Allah SWT. itu.
Pendapat Abu> H}ani>fah tentang usaha manusia adalah, bahwa Allah
SWT. tidak memaksa seorang pun untuk beriman, dan perbuatan seluruh
manusia benar-benar merupakan usaha mereka sendiri. Akan tetapi segala
sesuatu terjadi atas kehendak Allah SWT. dan kekuasaan serta Qadla-Nya.
Maksudnya ialah seluruh pekerjaan diciptakan oleh Allah SWT. dan dikerjakan
oleh manusia. Abu> H}ani>fah tidak percaya akan adanya jabr (manusia
hidup terpaksa mengikuti takdirnya yang telah ditentukan oleh Allah SWT.).
Abu> H}ani>fah membagi perintah Allah SWT.

atas dua hal ; perintah

pembentukan dan pengadaan, serta perintah pembebanan dan pewajiban,


maksudnya adalah yang perintah yang pertama digunakan untuk mengatur
pekerjaan di semesta, dan yang kedua adalah untuk mengatur ganjaran / pahala
di akhirat.15
Pendapat Abu> H}ani>fah tentang iman, hakikat iman adalah berikrar
dan percaya kepada Allah SWT. dengan jalan membenarkan dengan hati,
mengucap dengan lisan. Iman dan Islam merupakan satu kesatuan (saling
berkaitan), yakni tidak akan ada iman tanpa Islam dan juga sebaliknya tidak
akan ada Islam tanpa iman.16
15 Ibid., 462.
16 Muhammad Abu> Zuhrah, Abu> H}ani>fah, 150.
8

Pendapat Abu> H}ani>fah tentang ekonomi, Abu> H}ani>fah


menyumbangkan beberapa konsep ekonomi, salah satunya
adalah salam, yaitu suatu bentuk transaksi dimana antara
pihak penjual dan pembeli sepakat bila barang dikirimkan
setelah dibayar secara tunai pada waktu kontrak disepakati.
Abu> H}ani>fah mengkritisi prosedur kontrak tersebut yang
cenderung mengarah pada perselisihan antara yang memesan
barang dengan cara membayar lebih dahulu, dengan orang
yang membelikan barang. Beliau mencoba menghilangkan
perselisihan ini dengan merinci kontrak, seperti jenis komoditi,
kualitas, kuantitas, waktu, dan tempat pengiriman. Beliau
memberikan persyaratan bahwa komoditi harus tersedia di
pasar selama waktu kontrak dan pengiriman. Salah satu
kebijakan Abu> H}ani>fah adalah menghilangkan ambiguitas
dan perselisihan dalam masalah transaksi, hal ini merupakan
salah satu tujuan syariah dalam hubungan dengan jual beli.
Abu> H}ani>fah sangat memperhatikan pada orang-orang
lemah. Beliau tidak memperbolehkan pembagian hasil panen
(muzaraah) dari penggarap kepada pemilik tanah dalam kasus
tananh tidak menghasilkan apapun. Hal ini untuk melindungi
para penggarap yang umumnya orang lemah.17
Pemikiran Abu> H}ani>fah tentang ijab dan kabul adalah ijab dan
kabul boleh saja diantarai oleh waktu dan tidak dalam satu majelis, yang
diperkirakan pihak pembeli sempat untuk berfikir.18
Pemikiran Abu> H}ani>fah terhadap barang dagangan yang sifatnya
najis adalah dikecualikan terhadap barang yang memiliki manfaat dan halal
17 http://gemmaarrohman.wordpress.com/2010/01/30/sejarah-pemikiranekonomi-islam/ akses 8 April 2016.
18 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), 116.

untuk diperjual belikan, Abu> H}ani>fah berpendapat bahwa diperbolehkan


menjual kotoran dan sampah-sampah yang mengandung najis, karena barang
tersebut sangat dibutuhkan untuk keperluan pertanian, pupuk tanaman dan
bahan bakar (gas) alam, demikian pula boleh menjual barang-barang najis yang
dapat dimanfaatkan bukan untuk dimakan dan diminum, seperti: minyak najis
yang digunakan sebagai bahan bakar dan cat pelapis, semua barang sejenis
tersebut boleh diperjual belikan selagi ada manfaatnya dan bukan untuk
dimakan maupun diminum, walaupun barang tersebut najis.19
Pendapat Abu> H}ani>fah tentang wakil dalam jual beli adalah Abu>
H}ani>fah membedakan antara wakil dalam menjual barang dan wakil dalam
membeli barang, menurutnya wakil dalam hal ditunjuk untuk menjual barang,
maka tidak perlu mendapatkan justifikasi dari orang-orang yang diwakilinya.
Tetapi, apabila wakil ditunjuk untuk membeli barang, maka jual beli itu
dianggap sah apabila telah disetujui oleh orang yang diwakilinya, 20 contoh
Kuasa Pengguna Anggaran apabila akan melakukan pengadaan barang, harus
melalui Pejabat pembuat Komitmen, kemudian dilanjutkan ke bendahara
keuangan, bila KPA langsung menunjuk bendahara untuk melakukan belanja
atau pengadaan, itu merupakan suatu kesalahan;
Pemikiran Abu> H}ani>fah tentang wakaf non muslim adalah sah
hukumnya, jika wakaf non muslim tersebut sudah memenuhi syarat yang sudah
ditetapkan oleh mazhab Hanafi, dari agama atau ras apapun. Selaras dengan itu
tindakan apapun yang dapat memberikan manfaat kemanusiaan secara umum
bisa dianggap sebagai wakaf yang sah dan tindakan seperti ini adalah tidak
bertentangan dengan ajaran agama manapun sebab menyumbangkan harta pada
tujuan seperti di atas adalah sebuah amal kebaikan dan taqarrub dalam hukum
Islam, baik dari seorang muslim maupun non Muslim. 21 Pendapat tersebut
19 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Bandung: Al-Maarif, 1988), 125.
20 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, , 120.
21 Muhammad Abid Abdullah al-Kabisi, Hukum Wakaf, terj. Oleh Ahrul Sani Fatirrahman, (Jakarta:
Dompet Dhuafa Republika dan Liman, 2004), 296.

10

sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 41 tahun 2004 tentang Zakat yang


tidak menentukan keharusan muslim maupun non muslim dalam berwakaf.22
Pemikiran Abu> H}ani>fah tentang wakaf non muslim untuk
pembangunan masjid adalah tidak sah hukumnya, karena tindakan seperti itu
tidak diniatkan taqarrub oleh mereka, oleh karena itu, jika ada orang kristen
atau orientalis yang mewakafkan sebidang tanah untuk dibangun masjid, dan
kaum muslimin sholat didalamnya selama bertahun tahun atau berabad-abad,
maka dia berhak merobohkan masjid tersebut kapanpun dan menggunakan
tanahnya sesuai keinginannya, sebagaimana halnya para ahli waris setelah
kematian si waqif boleh membagikan tanah tersebut diantara merea, seperti
harta miliknya yang lain, karena itu wakafnya tidak sah.23
D. Metode Istinba>t Hukum Abu> H}ani>fah
Abu> H}ani>fah adalah orang yang ketat dalam penerimaan hadis, ia
tidakmudah menerima hadis tanpa disertai sikap yang kritis. Dasar atau
pokok pegangan madhhab yang dibangunnya adalah al-Qura>n, sunah,
ijma>, qiya>s, dan istih}sa>n.24 Al-Qura>n adalah dasar hukum pertama
dalam menetapkan hukum. Jika tidak dijumpai dalam al-Qura>n maka dasar
hukum diambil dari sunah, dan jika tidak dijumpai dalam sunah, maka diambil
ijma>, yakni kesepakatan sahabat tentang pemaknaan atas al-Qura>n dan
sunah. Jika dalam ijma> tidak dijumpai ketetapan hukum atas suatu perkara,
maka digunakanlah qiya>s.

Penarikan hukum dengan cara qiyas harus

memiliki empat unsur, yaitu ;


1. al-as}l, yakni hukum pokok (al-Qura>n)
2. al-far, yakni peristiwa hukum yang akan ditetapkan hukumnya
22 Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf;
23 Muhammad Abid Abdullah al-Kabisi, Hukum Wakaf, 297.
24 `Abdul Wahhab Khallaf, Khulas}ah} Ta>rikh al-Tashri>` al-Isla>mi>. Terj. Zahri
Hamid dan Parto Djumeno. (Yogyakarta: Dua Dimensi, 1985), 57-58.

11

3. illah al-hukm, yakni alas an adanya hukum yang sama antara al-as}l dan
al-far
4. al-hukm, yakni hukum yang ditetapkan atas dasar analogi, yaitu
menganalogikan al-as}l dengan hukum al-far
contohnya, al-as}l adalah khamr dan al-far adalah minuman keras. al-hukm
dari khamr dan minuman keras adalah haram secara hukum. illah al-hukm dari
khamr dan minuman keras adalah sama-sama memabukkan.25
Apabila rujukan hukum tidak dijumpai dalam al-Qura>n, sunah,
ijma>, dan qiya>s, maka digunakanlah istih}sa>n. Yakni penetapan hukum
dalam kasus tertentu dengan hukum yang berbeda dari kaidah yang berlaku
umum, karena apabila hukum ditetapkan berdasarkan kaidah umum, misalnya
berdasarkan qiya>s, bisa jadi berbenturan dengan suatu kepentingan yang
dipandang lebih layak menurut syara untuk diwujudkan.
Abu> H}ani>fah memang belum menetapkan dasar-dasar pijakan
dalam berijtihad secara terperinci, tetapi kaidah-kaidah umum (us}u>l
kulliyah) yang menjadi dasar bangunan pemikiran fiqhiyah tercermin dalam
pernyataannya berikut, Saya kembalikan segala persoalan pada Kitabullah,
saya merujuk pada Sunnah Nabi, dan apabila saya tidak menemukan jawaban
hukum dalam Kitabullah maupun Sunnah Nabi

saw. maka saya akan

mengambil pendapat para sahabat Nabi, dan tidak beralih pada fatwa selain
mereka. Apabila masalahnya sampai pada Ibra>him, Shabi>, H}asan Ibnu
Sirin, At}a dan Said bin Musayyib (semuanya adalah tabiien), maka saya
berhak pula untuk berijtihad sebagaimana mereka berijtihad.26
Dari sini kita ketahui bahwa dasar-dasar istidlal yang digunakan
Abu> H}ani>fah adalah Al-Quran, Sunnah dan Ijtihad dalam pengertian
luas. Artinya jika nash Al-Quran dan Sunnah secara jelas- jelas menunjukkan
25 Ensiklopedi Islam, 95.
26 Munim A. Sirry, Sejarah Fiqih Islam Sebuah Pengantar (Surabaya: Risalah
Gusti, Cet.2, 2006. Hal. 87

12

pada suatu hukum, maka hukum itu disebut diambil dari Al-Quran dan
As-Sunnah. Tetapi bila nash tadi menunjukkan secara tidak langsung atau
hanya memberikan kaidah- kaidah dasar berupa tujuan-tujuan moral, illat dan
lain sebagainya, maka pengambilan hukum disebut melalui qiyas. Semua
imam sepakat tentang keharusan merujuk pada Al- Quran dan As-Sunnah. Yang
membedakan dasar-dasar pemikiran Abu> H}ani>fah dengan imam-imam
yang lain sebenarnya terletak pada kebenarannya menyelami suatu hukum,
mencari tujuan-tujuan moral dan kemaslahatan yang menjadi sasaran utama
disyariatkannya suatu hukum. Termasuk dalam hal ini adalah penggunaan
teori qiyas, istihsan, urf adat-kebiasaan), teori kemaslahatan dan lainnya.
Perbedaan

lebih

tajam

lagi

adalah

bahwa Abu> H}ani>fah banyak

menggunakan teori-teori tadi dan sangat ketat dalam penerimaan hadith ahad.
Tidak seperti imam yang lain, Abu> H}ani>fah sering menafsirkan suatu nash
dan membatasi konteks aplikasinya dalam kerangka illat, hikmah dan tujuantujuan moral dan bentuk kemaslahatan yang dipahaminya. 27
Perlu ditambahkan bahwa betapapun Abu> H}ani>fah terkenal dengan
madhhab rasionalis yang menyelami di balik arti dan illat suatu hukum serta
sering mempergunakan qiyas, akan tetap itu tidak berarti ia telah mengabaikan
nash-nash Al-Quran dan Sunnah atau meninggalkan ketentuan hadith dan
atsar. Tidak ada riwayat sahih yang

menyebutkan bahwa Abu Hanifah

mendahulukan rasio daripada Al-Quran dan Sunnah.

Bahkan jika ia

menemukan pendapat atau qaul (pernyataan) sahabat yang benar, ia menolak


untuk melakukan ijtihad. Dengan kata lain, pemikiran fiqih Abu> H}ani>fah
tidak berdiri sendiri tetapi berakar kuat pada pendahulu-pendahulunya di Irak
dan juga para ahli h}adith di Hijaz. Muhammad bin Hasan seperti dikutip
Abu> Zahrah, membenarkan bahwa dalam masalah hukum seseorang
yang berhubungan dengan istrinya sebelum tawaf ziarah, Abu> H}ani>fah
27 Ibid., 87-88
13

mengambil pendapat Ibnu Abbas, seorang ulama ahli hadith Makkah,

dan

menolak pendapat Ibrahim yang dikenal banyak mewariskan pemikiran fiqih


rasional kepadanya. 28
E. ANALISIS DAN KESIMPULAN
Abu> H}ani>fah dilahirkan pada tahun 80 Hijrah bertepatan tahun 699
Masehi di sebuah kota bernama Kufah. Nama yang sebenarnya ialah Numa>n
bin Tsabi>t bin Zaut}a bin Mah. Ayah Abu> H}ani>fah adalah keturunan dari
bangsa Persi (Kabul-Afganistan), yang pindah ke Kufah sebelum Abu>
H}ani>fah dilahirkan. Dengan demikian, jelaslah bahwa Abu> H}ani>fah
bukan keturunan dari bangsa arab asli, tetapi dari bangsa ajam (bangsa selain
bangsa arab). Abu> H}ani>fah dilahirkan pada masa pemerintahan Abdul
Ma>lik bin Marwa>n (Khalifah ke-5 dari Dinasti Ama>wiyyah).
Pendapat Abu> H}ani>fah tentang usaha manusia adalah, bahwa Allah
SWT. tidak memaksa seorang pun untuk beriman, dan perbuatan seluruh manusia
benar-benar merupakan usaha mereka sendiri. Akan tetapi segala sesuatu terjadi
atas kehendak Allah SWT. dan kekuasaan serta Qadla-Nya. Maksudnya ialah
seluruh pekerjaan diciptakan oleh Allah SWT. dan dikerjakan oleh manusia.
Abu> H}ani>fah tidak percaya akan adanya jabr (manusia hidup terpaksa
mengikuti takdirnya yang telah ditentukan oleh Allah SWT.). Abu> H}ani>fah
membagi perintah Allah SWT.

atas dua hal ; perintah pembentukan dan

pengadaan, serta perintah pembebanan dan pewajiban, maksudnya adalah yang


perintah yang pertama digunakan untuk mengatur pekerjaan di semesta, dan yang
kedua adalah untuk mengatur ganjaran / pahala di akhirat.
Metode yang dipakai Abu> H}ani>fah itu jika kita rincikan maka ada
sekitar 7 Ushul Istinbat} yang digunakan oleh Abu> H}ani>fah: al-Quran;
Sunnah, Ijma, Perkataan Shahabat, Qiyas, Istihsan dan Urf (Adat).
28 http://ragab304.wordpress.com/2009/02/13/mazhab-hanafi, diakses pada 8
April 2016

14

1. Al-Quran, Abu> H}ani>fah memandang al-Quran sebagai sumber


pertama pengambilan hukum sebagaimana imam-imam lainnya. Hanya saja
beliau berbeda dengan sebagian mereka dalam menjelaskan maksud
(dilalah)

al-Quran

tersebut,

seperti

dalam

masalah

mafhum

mukhalafah.Sunnah/H}adith, Abu> H}ani>fah juga memandang Sunnah


sebagai sumber hukum kedua setelah al-Quran sebagaimana imam-mam
yang lain.
2. Yang berbeda adalah beliau menetapkan syarat-syarat khusus dalam
penerimaan sebuah h}adith (mungkin bisa dilihat di Us}u>l Fiqh), yang
memperlihatkan bahwa Abu> H}ani>fah bukan saja menilai sebuah
h}adith dari sisi Sanad (perawi), tapi juga meneliti dari sisi Matan (isi)
hadith dengan membandingkannya dengan hadith-hadith lain dan kaidahkaidah umum yang telah baku dan disepakati.
3. Ijma, Abu> H}ani>fah mengambil Ijma secara mutlak tanpa memilahmilih, namun setelah meneliti kebenaran terjadinya Ijma tersebut.
4. Perkataan Shahabah, metode beliau adalah jika terdapat banyak perkataan
Shahabah, maka beliau mengambil yang sesuai dengan ijtihadnya tanpa
harus keluar dari perkataan Shahabah yang ada itu, dan jika ada beberapa
pendapat dari kalangan Tabiin beliau lebih cenderung berijtihad sendiri.
5. Qiyas, belaiu menggunakannya jika mendapatkan permasalahan yang tidak
ada nash yang menunjukkan solusi permasalahan tersebut secara langsung
atau tidak langsung (dilalah isharah atau tadammuniyah). Disinilah nampak
kelebihan Abu> H}ani>fah dalam mencari sebab (ila>t) hukum.
6. Istih}san, dibandingkan imam-imam yang lain, Abu> H}ani>fah adalah
orang yang paling seirng menggunakan istih}san dalam menetapkan
hukum.

15

7. Urf, dalam masalah ini Abu> H}ani>fah juga termasuk orang yang banyak
memakai urf dalam masalah-masalah furu Fiqh, terutama dalam masalah
sumpah (yamin), lafaz talak, pembebasan budak, akad dan syarat.29

DAFTAR PUSTAKA

`Abdullah, M. H}usain. Al-Wadhih} fi> Usu>l al-Fiqh. Beirut: Da>rul


Bayariq, 1995.

Abu> Zuhrah, Muhammad. Abu> H}anifah. Kairo: Da>r al-Fikr, 1997.

Bakri>, al-Sayyid. I`a>nah al-T}alibi>n. Jilid I. semarang: Toha Putra,


Tth.

Cholil, Moenawar. Biografi Empat Serangkai Imam Madzhab. Jakarta:


Bulan Bintang, 1992.

Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, Tth.

Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Intermasa, 2003.

Haroen, Nasrun, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000.

al-Kabisi, Muhammad Abid Abdullah, Hukum Wakaf, terj.


Oleh Ahrul Sani Fatirrahman, (Jakarta: Dompet Dhuafa
Republika dan Liman, 2004

29 http://www.nuansaislam.com/index.php?option=com, diakses pada 8 April


2016.

16

Khallaf, `Abdul Wahab. Khulas}ah} Ta>rikh al-Tashri>` al-Isla>mi>.


Terj. Zahri Hamid dan Parto Djumeno. Yogyakarta: Dua Dimensi, 1985.

Mun`im al-H}afni, `Abdul. Maus}u`ah al-H}arakat wa Madhahib alIsla>miyyah fi al-`Alam, Terj. Muhtarom. Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu,
2006.

Nah}rawi, Ah}mad. Al-Ima>m al-Sya>fi`i fi Madhhabaihi al-Qadi>m wa


al-Jadi>d. kairo: Da>r Kutub, 1994.

Sabiq, Sayyid , Fiqh Sunnah, Bandung: Al-Maarif, 1988

Sirry, Munim A. Sejarah Fiqih Islam Sebuah Pengantar. Surabaya: Risalah


Gusti, Cet.2, 2006

Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

17

Anda mungkin juga menyukai